Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan sering digunakan
sebagai struktur, dan dapat digunakan untuk hal lainnya yang berhubungan dengan
struktur. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan beton dalam bangunan, contohnya
dalam struktur beton yang terdiri dari balok, kolom, pondasi atau
pelat. Selain itu dalam bangunan air pun beton dapat digunakan untuk membuat saluran,
drainase ,bendung atau bendungan. Bahkan dalam bidang jalan raya dan jembatan, beton
dapat digunakan untuk membuat jembatan, gorong-gorong atau yang lainnya. Jadi, hampir
semua itu banyak yang memanfaatkan beton karena beton mempunyai karakteristik yang
cocok untuk hal infrastruktur pembangunan. Untuk lebih mengenal tentang karakteristik
beton, maka diperlukan pemahaman tentang beton. Pemahaman tersebut tidak hanya
diperoleh dari membaca atau hanya mendengar orang lain bercerita tentang beton. Maka,
dilakukan prosedur praktikum agar diperoleh pemahaman yang lebih tentang beton, baik
itu karakteristik, fungsi, cara membuat, dan hitungan-hitungan untuk membuat suatu
campuran beton normal.
Tentu dalam pelaksanaan praktikum, perlu memperhatikan kaidah, syarat, standar
nasional Indonesia yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, dalam pemilihan semen, rasio
air-semen dalam campuran, pemilihan agregat halus ataupun kasar, FAS maksimum, FAS
minimum, dan masih banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II adalah
1. Bagaimana cara merancang dan membuat beton mutu 22 Mpa ?
2. Bagaimana prosedur pengadukan campuran beton sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum. No. 11/PRT/M/2013 ?
3. Bagaimana tes uji tekan terhadap beton ?

KELOMPOK 24 1
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II adalah
1. Mahasiswa mampu merancang pembuatan campuran beton normal dengan kekuatan
tekan tertentu.
2. Mahasiwa mengetahui cara pengadukan campuran adukan beton sesuai Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum. No. 11/PRT/M/2013 tentang. Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
3. Mahasiswa mengetahui cara pengujian kuat tekan beton.

1.4 Ruang Lingkup Praktikum


Ruang lingkup dari Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II adalah
1. Menjelaskan tentang pembuatan campuran beton berdasarkan data dari lab.
2. Untuk pembuatan sampel uji kuat tekan, campuran berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum. No. 11/PRT/M/2013.

1.5 Manfaat Praktikum


Manfaat dari Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II adalah
1. Mahasiswa dapat merancang pembuatan campuran beton normal dengan kekuatan
tekan yang sudah di rencanakan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai kuat tekan beton yang telah dibuat berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013.

KELOMPOK 24 2
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB II
MIX DESIGN BETON
MENURUT SNI 03-2834-2000

2.1 Perencanaan mix design dengan kuat tekan beton 22 MPa


Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih dikenal sebagai
Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap yang saling berkaitan, yaitu:
a. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran beton
seperti, semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-lain.
b. Penentuan jumlah relatif dari bahan-bahan campuran untuk meng-hasilkan beton yang
baik.
Cara berdasarkan SNI-03-2834-2000 adalah cara yang paling sering di-gunakan di
Indonesia dalam perancangan adukan beton normal.

Data Perencanaan
Suatu perancangan adukan beton normal untuk bangunan pekerjaan balok dengan
kondisi “terlindung dari terik matahari”dengan target mutu 22 MPa.
a. Kuat tekan beton yang disyaratkan : 22 MPa
b. Semen yang digunakan : Semen Portland type 1
c. Agregat halus (Pasir Alami) : Gradasi zona 3
d. Berat jenis Agregat Halus : 2,64
e. Agregat kasar (Batu Pecah) : Gradasi zona 1
f. Berat jenis Agregat Kasar : 2,71
g. Slump rencana : 120 mm
h. Umur : 28 hari
i. Keadaan beton : Keadaan keliling non korosif
j. Jenis pekerjaan : Kolom

KELOMPOK 24 3
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

1. Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan (𝒇′𝒄 )


Kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk
silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan
struktur beton, dinyatakan dalam satuan Mpa. Bila nilai 𝑓𝑐′ di dalam tanda akar, maka
hanya nilai numerik dalam tanda akar saja yang dipakai, dan hasilnya tetap mempunyai
satuan Mpa.

2. Kuat Tekan Rata-rata Perlu(𝒇′𝒄𝒓 )


Kuat tekan rata-rata perlu (𝑓𝑐𝑟′ ) yang digunakan sebagai dasar pemilihan
proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1.1 atau
persamaan 1.2 dengan nilai deviasi standar. Faktor modifikasi untuk deviasi standar
jika jumlah pengujian kurang dari 30 contoh yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian
kurang dari 30 contoh.
Jumlah pengujian Faktor modifikasi untuk deviasi standar
kurang dari 15
Gunakan Tabel 2.2
contoh
15 contoh 1,16
20 contoh 1,08
25 contoh 1,03
30 contoh atau lebih 1

Sumber : SNI 03-2847-2002

𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐′ + 1,34s ............................. pers. 1.1


𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐′ +2.33s-3,5 ...................... pers. 1.2

Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk
deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka kuat rata-rata perlu (𝑓𝑐𝑟′ ) harus
ditetapkan berdasarkan Tabel 2.2 berikut:

KELOMPOK 24 4
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 2.2 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk
menetapkan deviasi standar
Persyaratan kuat tekan Kuat tekan rata-rata perlu
𝑓𝑐′ (MPa) 𝑓𝑐′ (MPa)
Kurang dari 21 𝑓𝑐′ +7,0
21 sampai dengan 35 𝑓𝑐′ +8,5
lebih dari 35 𝑓𝑐′ +10,0
Sumber : SNI 03-2847-2002
Karena produksi beton tidak memiliki catatan hasil uji, dan diketahui 𝑓𝑐′ =22
Mpa, maka 𝑓𝑐𝑟′ = 22 + 8,5 = 30,5 MPa.

3. Jenis Semen
Menurut SII 003-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan
khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
Semen yang digunakan adalah semen portland jenis I.

4. Jenis Agregat
Adapun jenis agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami dan batu pecah.
Jenis agregat halus yang digunakan merupakan agregat alami sedangkan jenis agregat
kasar yang digunakan merupakan batu pecah.

5. Faktor Air Semen


Faktor air semen rencana diperoleh dari ketiga cara, yaitu:

Cara Pertama
Grafik 2.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton

KELOMPOK 24 5
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Sumber : SNI 03-2834-2000

KELOMPOK 24 6
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Untuk f`cr = 30,5 MPa dan Umur 28 hari dan Jenis semen Tipe I maka,
Faktor air semen didapat sebesar 0,5.

Cara Kedua

 Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel 1.3,
sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai.
 Lihat Grafik 1.2 untuk benda uji berbentuk silinder.
 Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong
kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 di atas.
 Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 di atas.
 Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.

Tabel 2.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0,5

Kuat Tekan (MPa) Pada Umur


Jenis Agregat
Jenis Semen 3 7
Kasar 28 Hari 91 Hari
Hari Hari

Alami 17 23 33 40
Semen Portland
(Tipe I, II, V) Batu Pecah 19 27 37 45

Semen Portland Alami 21 28 38 44

(Tipe III)
Batu Pecah 25 33 44 48

Sumber : SNI-03-2834-2000

Untuk Umur 28 Hari, Jenis Semen Tipe I didapat Kuat Tekan 37 MPa.
Grafik 1.2 Hubungan antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor Air Semen untuk
umur 28 Hari dan fcr` = 30,5 MPa

KELOMPOK 24 7
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Sumber : SNI 03-2834-2000


37

28 HARI

37

30,5

24

0,57

Faktor air semen didapatkan dari grafik untuk Umur 28 Hari dan Kuat Tekan
30,5 MPa, sebesar 0,57.

KELOMPOK 24 8
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Cara Ketiga
Tabel 2.4 Perkiraan Fas maksimum

Sumber : SNI-03-2834-2000

6. Faktor Air Semen Maksimum


Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai pembetonan
dan lingkungan khusus, untuk beton bertulang terendam air dan beton yang
berhubungan dengan air tanah mengandung sulfat. Ketiga hal tersebut terlihat dari
tabel berikut ini.
Tabel 2.5 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang dalam Air

Berhubungan Faktor Air


Tipe Semen
dengan Semen

Air Tawar Semua Tipe I – IV 0,50

Air Payau  Tipe I + Pozolan(15- 0,45


40)% atau S.P.Pozolan
 Tipe II atau V
Tipe II atau V 0,50

Air Laut 0,45

KELOMPOK 24 9
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 2.6 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang yang berhubungan dengan Air
tanah mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3)

Dalam Tanah
SO3
SO3 dalam FAS
Dalam Maksimum
Jenis Semen
Total campuran
Air Tanah
SO3 % (g/l)air :
(g/l)
tanah =2 : 1

< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I, dengan atau 0,50
tanpa Pozolan (15-40)%

 Tipe I tanpa Pozolan


0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 0,50
 Tipe I + Pozolan(15-
40)% atau S.P.Pozolan 0,55
 Tipe II atau V
 Tipe I + Pozolan(15-
0,55
40)% atau S.P.Pozolan
0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5  Tipe II atau V 0,45
Tipe II atau V
Tipe II atau V dan
0,45
Lapisan Pelindung
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 0,45

> 2,0 > 5,6 > 5,0 0,45

Sumber : SNI-03-2834-2000

7. Faktor Air Semen Yang Digunakan


Nilai fas yang digunakan adalah nilai terendah dari nilai fas rencana dan fas
maksimum.
Maka faktor air semen yang digunakan 0,5.

KELOMPOK 24 10
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

8. Nilai Slump Beton


Nilai slump beton digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu adukan beton.
Nilai slump juga dapat ditentukan sebelumnya, tetapi bila tidak ditentukan nilai slump
dapat diperoleh dari Tabel 2.7berikut ini:

Tabel 2.7 Penetapan nilai slump

Slump (cm)
No Uraian
Max Min

1 Dinding, plat pondasi telapak 12,5 5,0


bertulang
2 Pondasi telapak tidak bertulang, 9,0 2,5
kaison, dan konstruksi bawah tanah
3 Plat, balok, kolom, dan dinding 15,0 7,5
4 Pengerasan jalan 7,5 5,0
5 Pembetonan missal 7,5 2,5
Sumber : Buku Teknologi Beton. Ir. Kardiyono Tjokrodirmulyo, M.E. 2007.
Untuk penggunaan beton sebagai balok dari Tabel 2.7 diambil range nilai slump adalah
7,5 - 15 cm.

9. Ukuran Maksimum Agregat


Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak boleh
melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tandon prategang atau selongsong
1
b. /3 kali tebal plat
1
c. /5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan
Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum 40
mm, 20 mm, dan 10 mm. Dari Analisa saringan didapatkan ukuran maksimum agregat
40 mm.

KELOMPOK 24 11
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

10. Kebutuhan Air


Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, diperkirakan berdasarkan
ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan.
Tabel 2.8 Penentuan kebutuhan air
Slump (mm)
Ukuran Max
Jenis Agregat
Agregat (mm) 0 – 10 10 - 30 30 – 60 60 – 180

Alami 150 180 205 225


10
Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 190
20
Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu Pecah 155 175 190 205

Keterangan :
Dalam Tabel 2.8 apabila agregat halus dan kasar yang dipakai dari jenis yang
berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan
rumus:

A = 0,67 Ah + 0,33 Ak

A = 0,67 × 175 + 0,33 × 205 = 185 liter/m3

Dengan : A = jumlah air yang dibutuhkan ( liter/m3 )


Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
Didapat kadar air bebas yang dibutuhkan adalah 185 liter/m3.

11. Kebutuhan Semen Rencana


Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m3 beton sesuai
faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas dengan faktor air semen.
𝟏𝟖𝟓
Kebutuhan Semen Rencana = = 370 kg/m3
0,5

Maka kebutuhan semen rencana 370 kg/m3

KELOMPOK 24 12
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

12. Kebutuhan Semen Minimum


Kadar semen minimum ditetapkan berdasarkan tabel 2.4 di atas dan tabel 2.6
untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus misalnya
lingkungan korosif, air payau dan air laut. Dari tabel 2.4 didapatkan kebutuhan semen
minimum 275 kg/m3. Data pada table 2.6 di atas tidak di pakai dalam percobaan karena
beton tidak berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat.

13. Kebutuhan Semen yang Dipakai


Untuk menetapkan kebutuhan semen, yang dipakai adalah harga terbesar dari
kadar semen rencana dan kadar semen minimum. Karena kebutuhan semen rencana
lebih besar dari kebutuhan semen minimum, maka kebutuhan semennya 370 Kg/m3.

14. Penyesuaian Faktor Air Semen


Penentuan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah, maka
faktor air semen harus diperhitungkan kembali dengan:
a. Jika akan menurunkan faktor air semen, maka faktor air semen dihitung lagi
dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen minimum.
b. Jika akan menaikkan jumlah air, maka jumlah semen minimum dikalikan faktor
air semen.
Karena kebutuhan semen tidak berubah maka tidak perlu penyesuaian. Jadi nilai
fas 0,5 dan kebutuhan air sebesar 185 liter/m3.

15. Gradasi Agregat Halus


Penentuan gradasi agregat halus melalui analisa saringan apakah masuk daerah
I-IV dari Tabel 1.11 Dalam SK-SNI-T-15-1991-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4
daerah yaitu:
a. Daerah I : pasir kasar
b. Daerah II : pasir agak kasar
c. Daerah III : pasir halus
d. Daerah IV : pasir agak halus

KELOMPOK 24 13
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 2.9 Kekasaran Pasir

Persen Lolos Saringan


Lubang Ayakan (mm)
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10,0 100 100 100 100
4,80 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2,40 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1,20 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0,50 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0,30 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0-15

Dari lab didapat untuk agregat halus (pasir) termasuk zona 3 dan untuk agregat
kasar termasuk zona 1.

Kurva Gradasi Agregat Halus


100
Data Saringan Pasir
80 Zona 4 Bawah
Persen Lolos (%)

Zona 4 Atas
60
Zona 3 Bawah
40
Zona 3 Atas
20 Zona 2 Bawah
Zona 2 Atas
0
0.1 1 Zona 1 Bawah
Ukuran Ayakan (mm) Zona 1 Atas

KELOMPOK 24 14
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

16. Persentasi Agregat Halus


Tentukan persentasi fraksi pasir berdasarkan Grafik 2.2 berikut:

0,5

Sumber : SNI-03-2834-2000
Grafik 2.2 Proporsi pasir untuk nilai slump 7,5-15 cm dan ukuran maksimum
agregat
Dari Grafik 2.2 didapatkan persentase agregat halus sebesar 30%.

17. Berat Jenis Relatif Agregat Gabungan


Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:
a. Apabila tidak ada data maka agregat alami (tak dipecah) 2,6 dan untuk agregat
dipecah 2,7.
b. Apabila memiliki data (dari hasil uji) dapat menggunakan rumus:
𝐵𝐽 𝐴𝑔. 𝐺𝑎𝑏 = (%𝐴𝑔. 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 × 𝐵𝐽 𝐴𝑔. 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠) + (%𝐴𝑔. 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 × 𝐵𝐽. 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟)
Diketahui : Berat Jenis Agregat Halus = 2,64
Berat Jenis Agregat Kasar = 2,71
BJ Ag.Gabungan = (0,3x 2,64) + (0,7x 2,71) = 2,689
Maka Berat Jenis Agregat Gabungan adalah 2,689

KELOMPOK 24 15
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

18. Berat Jenis Beton


Penentuan berat jenis beton menurut grafik 2.3 sesuai dengan kadar air bebas
yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif agregat gabungan.

2430

Grafik 2.3 Berat Jenis Beton


Untuk kebutuhan air 185 liter/m3 dan berat jenis agregat gabungan 2,689.
Didapat berat jenis beton dalam keadaan basah sebesar 2430 kg/m3.

19. Berat Agregat Gabungan (Berat Pasir + Berat Batu Pecah)


Kebutuhan Ag.Gabungan = BJ Beton Basah – Kebutuhan Semen – Kebutuhan Air

Kebutuhan Ag.Gabungan = 2430 – 370 – 185 = 1875 kg/m3


Jadi agregat gabungan yang dibutuhkan adalah sebesar 1875 kg/m3

20. Kebutuhan Agregat Halus


Kebutuhan Agregat Halus = Kebutuhan Ag.Gabungan x % Agregat Halus

Kebutuhan Agregat Halus = 1875 x 30 % = 562,5 kg/m3


Jadi agregat halus yang dibutuhkan adalah sebesar 562,5 kg/m3

KELOMPOK 24 16
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

21. Kebutuhan Agregat Kasar


Kebutuhan Agregat Kasar = Kebutuhan Ag. Gabungan – Kebutuhan Ag.
Halus
Kebutuhan Agregat Kasar = 1875 – 562,5 = 1312,5 kg/m3
Maka, agregat kasar yang dibutuhkan adalah sebesar 1312,5 kg/m3.
Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran:
a. semen = 370 kg/m3
b. air = 185 liter/m3
c. agregat halus (Pasir) = 562,5 kg/m3
d. agregat kasar (Batu Pecah) = 1312,5 kg/m3

22. Koreksi Terhadap Kondisi Bahan


Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil dianggap
dalam keadaan jenuh kering (SSD), padahal biasanya di lapangan tidak dalam keadaan
jenuh kering, maka hitungan koreksinya:
Ah  A1
Pasir = B + x B
100
Ak  A2
Batu Pecah = C + x C
100
Ah  A1 Ak  A2
Air = A-( x B)-( x C )
100 100
Dimana:
A = jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B = jumlah kebutuhan pasir (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan batu pecah (kg/m3)
Ah = kandungan air dalam pasir (%)
Ak = kandungan air dalam kerikil (%)
A1 = kandungan air pada pasir jenuh kering muka (%)
A2 = kandungan air pada kerikil jenuh kering muka (%)

KELOMPOK 24 17
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 2.10 Koreksi terhadap kondisi bahan


Bahan Absorption (%) Kadar Air (%)
Semen = 370 (kg/m3) N/A N/A
Air = 185 (l/m3) N/A N/A
Pasir = 562,5 (kg/m3) 0,32 1,8
Batu Pecah = 1312,5 (kg/m3) 1,01 1,0

Jadi bahan – bahan yang diperlukan:


Semen = 370 kg/m3
Ah  A1 1,8  0,32
Pasir = x B = x 562,5
100 100
= 8,325 kg/m3
Kebutuhan pasir = 562,5 + 8,325 = 570,825 kg/m3
Ak  A2 1,0  1,01
Batu Pecah = x C = x 1312,5
100 100
= -0,13125 kg/m3

Kebutuhan Batu Pecah = 1312,5 – 0,13125 = 1312,368 kg/m3


Ah  A1 Ak  A2
Air = A-( x B)-( x C )
100 100
= 185 – 8,325 + 0,13125 = 176,806 Liter/m3

Persentase pasir dan batu pecah yang didapat dikontrol dengan analisa ayakan
campuran pasir dan kerikil.
Untuk percobaan,volume benda uji:
1 1
Silinder = (    d 2  t )  (    0,152  0,3)  0,00530 m3
4 4
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga kemungkinan
susut, jadi diperlukan material
= 0,00530  0,2  0,00530  0,00636 m3

Karena 9 sampel, maka = 0,00636m3 x 9 = 0.0572 m3

KELOMPOK 24 18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. semen = 0.0572  370 = 21,164 kg
b. air = 0.0572  176,806 = 10,113 liter
c. pasir = 0.0572  570,825 = 32,651 kg
d. batu pecah = 0.0572  1312,368 = 75,067 kg

PERENCANAAN CAMPURAN BETON


Pekerjaan : Kolom
No. Ketentuan Non additive Satuan
1. Kuat tekan beton disyaratkan : 22 MPa
3. Rencana kuat tekan rata-rata : 30,5 MPa
Semen Portland 1 (Tipe
4. Type semen :
I)
5. Type agregat kasar : Batu Pecah (Katunun)
6. Type agregat halus : Pasir Alami (Barito)
8. Faktor air semen maks. : 0,60
9. Faktor air semen rencana : 0,5
10. Slump : 7,5-15 (±10) cm
11. Ukuran agregat maks. : 40 mm
12. Kebutuhan air bebas : 185 liter/m3
13. Kadar semen rencana : 370 kg/m3
14. Kadar semen minimum : 275 kg/m3
15. Fly ash : - kg/m3
16. Conplas : - liter
Berat jenis gabungan kondisi
15. : 2,689
SSD
16. Berat jenis beton basah : 2430 kg/m3
17. Berat agregat total : 1875 kg/m3
18. Gradasi agregat halus : Zona 3
19. Persentase agregat halus : 30 %
20. Berat agregat halus : 570,825 kg/m3
21. Berat agregat kasar : 1312,368 kg/m3

KELOMPOK 24 19
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

KEBUTUHAN BAHAN CAMPURAN RENCANA

Kebutuhan bahan-bahan
No. : Per-m3 Satuan
campuran beton
1. Air : 176,806 liter
2. Semen : 370 kg
3 Agregat halus (pasir) : 570,825 kg
4. Agregat kasar (kerikil) : 1312,368 kg
TOTAL : 2430 kg

Kebutuhan bahan-bahan Non


No. : Satuan
campuran beton per-9 silinder additive
1. Air : 10,113 liter
2. Semen : 21,164 kg

3 Agregat halus (pasir) : 32,651 kg

4. Agregat kasar (kerikil) : 75,067 kg


TOTAL : 139 kg

Semen Air Ag.halus


Ag.kasar (kg)
(kg) (liter) (kg)
KOMPOSISI
CAMPURAN 21,164 10,113 32,651 75,067

Benda uji silinder 9 buah 1 0,47 1,54 3,54

KELOMPOK 24 20
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

2.2 Campuran beton untuk pembuatan sampel uji.


Untuk pembuatan sampel uji ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum. No. 11/PRT/M/2013, adapun dari peraturan tersebut untuk kuat tekan 20 Mpa
didapatkan data job mix sebagai berikut :
Data Job Mix
a. Kuat tekan beton yang disyaratkan : 20 MPa
b. Jumlah sampel : 9
c. Slump rencana : 12 ± 2 cm
d. Jumlah semen : 384 kg/m3
e. Jumlah pasir : 692 kg/m3
f. Jumlah kerikil (maksimal 3 cm) : 1039 kg/m3
g. Jumlah air : 215 liter/m3

Untuk percobaan, 9 sampel :


1 1
Silinder = (    d 2  t )  (    0,152  0,3)  0,00530 m3
4 4
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga kemungkinan
susut, jadi diperlukan material

= 0,00530  0,2  0,00530  0,00636 m3

Karena 5 sampel, maka = 0,00636m3 x 9 = 0.0572 m3

Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. semen = 0.0572  384 = 21,96 kg
b. air = 0.0572  215 = 12,29 liter
c. pasir = 0.0572  692 = 39,58 kg
d. batu pecah = 0.0572  1039 = 59,43 kg
Nilai Fas
𝟐𝟏𝟓
Fas = = 0,56
384

KELOMPOK 24 21
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Pada saat pengecoran disepakati menggunakan urutan sebagai berikut :


Urutan pengadukan
1. Semen dan pasir dicampur selama satu menit.
2. Masukkan kerikil, dicampur selama satu menit.
3. Masukkan air, dicampur dua menit.
Catatan pelaksanaan
1. Tidak boleh ada penambahan air.
2. Kerikil dan pasir dalam keadaan basah permukaan.
3. Gunakan vibrator.
4. Maksimal pengadukan di molen adalah ±10 menit ( apabila adukan belum merata).

KELOMPOK 24 22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB III
PERCOBAAN SLUMP BETON

3.1 Tujuan Percobaan


Percobaan ini bertujuan untuk mengukur nilai penurunan yang terjadi sesaat setelah
cetakan (kerucut abram) dilepas dari sampel beton segar, jadi hal ini berfungsi sebagai
pengukur seberapa kental sampel beton segar tersebut. Maka pada sampel dapat diketahui
apakah telah memenuhi syarat untuk kekentalannya, yang ditentukan oleh kisaran nilai
slump rencana pada mix design .

3.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk percobaan slump beton adalah sebagai
berikut:
1. Cetakan (kerucut abram) berupa kerucut dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian
atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, kondisi bagian atas dan bawah terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, terbuat dari baja tahan
karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang rata untuk dasar cetakan.
4. Sendok cekung.
5. Cetok.
6. Alat ukur penurunan, bisa menggunakan mistar atau roll meter.
7. Alas (pelat)

3.3 Bahan
Sampel beton segar untuk uji slump minimal sama dengan volume kerucut abram.

3.4 Cara Melakukan Percobaan


Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam percobaan slump adalah sebagai
berikut.
a. Basahi cetakan (kerucut abram) dan pelat.
b. Letakkan cetakan diatas pelat.
c. Isi cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan, saat proses pengisian
kedalam cetakan tempat pijakan harus tetap diinjak, tiap lapisan berisi kira-kira 1/3 isi
cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan

KELOMPOK 24 23
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

kebagian bawah tiap-tiap lapisan. Usahakan dalam melakukan penusukan secara


merata selebar permukaan lapisan dan tidak boleh masuk sampai lapis beton
sebelumnya, Setelah pengisian beton pada lapis ketiga, ratakan hingga rata dengan sisi
cetakan dan bersihkan alas sekitar corong dari beton segar yang tercecer.
d. Setelah itu tunggu sampai 30 detik, dengan posisi kaki tetap menginjak tempat pijakan
pada cetakan kerucut abram.
e. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
f. Balikkan cetakan dan letakan di samping sampel uji.
g. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan
tinggi dari sampel uji.

3.5 Hasil Percobaan


Dari hasil pecobaan diperoleh :
Keterangan
Percobaan Penurunan (cm)
Rencana = 12 + 2 cm
Tanpa Aditif 14 Sesuai Rencana
14 cm

Kerucut
Abram
Sampel tanpa
aditif

Gambar 3.1 Sketsa hasil percobaan slump

3.6 Pembahasan
Urutan pada saat pengadukan yang pertama adalah semen 21,96 kg dan pasir 39,58 kg
yang dicampur bersamaan dalam waktu 1 menit pengadukan, selanjutnya pada urutan
kedua, yaitu masukkan kerikil 59,43 kg dalam waktu 1 menit pengadukan, setelah itu yang
terakhir masukkan air 12,29 liter dalam 2 menit pengadukan. Pengadukan maksimal
dilakukan selama ±10 menit apabila adukan belum merata. Kerikil dan pasir dalam keadaan
basah permukaan, tidak ada penambahan air, digunakan vibrator pada adonan setelah
pengadukan.

KELOMPOK 24 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

3.7 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan slump beton, didapatkan nilai penurunan sebesar 14 cm
untuk sampel tanpa zat aditif . Maka dinyatakan untuk kriteria kekentalan beton segar
sesuai dengan yang direncanakan yaitu dengan nilai penurunannya berkisar antara 12 + 2
cm.

3.8 Gambar Percobaan

Gambar 3.2 Pengujian Slump Beton Gambar 3.3 Pengujian SSD pasir

Gambar 3.4 Hasil Uji Slump Beton

KELOMPOK 24 25
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB IV
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER SAK SEMEN

4.1 Tujuan Percobaan


Pada percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat isi/jenis beton pada
realisasinya kemudian dibandingkan dengan rencana apakah sesuai atau tidak. Kemudian
guna mengetahui banyaknya beton yang diperoleh dari per sack semen.

4.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah sebagai
berikut:
a. Neraca/ timbangan.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, terbuat dari baja tahan
karat.
c. Sendok cekung.
d. Bohler dengan kapasitas volume = 2830 cm3.

4.3 Bahan
Sampel beton segar untuk uji berat dan volume minimal = volume bohler.

4.4 Prosedur Pemeriksaan


Adapun prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan berat isi beton
adalah sebagai berikut:
a. Timbang dan catat berat bohler (W1).
b. Isi bohler dengan benda uji dalam tiga lapis, tiap lapisan berisi kira-kira 1/3 isi dan
dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata.
c. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak tampak
gelembung-gelembung udara, guna memadatkan sampel beton segar di dalam bohler.
d. Ratakan permukaan pada bohler dan ditimbang beratnya menggunakan neraca/
timbangan.

KELOMPOK 24 26
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

4.5 Hasil Percobaan


Adapun hasil percobaan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Berat beton segar & bohler ( W2) = 10040 gr = 10,040 kg
b. Berat bohler ( W1 ) = 3860 gr = 3,860 kg
c. Volume bohler (V) = 2830 cm3 = 0,00283m3
d. Berat per zak semen = 50000 gr = 50,000 kg

4.6 Perhitungan

a. Berat Isi/ Jenis Beton Real:

Sampel non aditif

γ non aditif = (Berat beton segar & bohler – Berat bohler)


Volume bohler
= (10,040– 3,860)
0,00283
= 2183,74 kg/m3

b. Banyaknya Beton yang Diperoleh dari per Sack Semen:

Dengan Kadar Semen Rencana = 401,961 kg/m3

b.1. Berat Beton per Sack Semen:

𝛾 𝑛𝑜𝑛 𝑎𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓
Sampel non aditif = (𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛) . Berat per sack semen

2183,74
=( ) . 50
384

= 284,34 kg

b.2. Banyaknya Beton per Sack Semen :

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑐𝑘


Sampel non aditif = 𝛾 𝑛𝑜𝑛 𝑎𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓

284,34
= 2183,74

= 0,130 m3 per Sack

b.3. Banyaknya Semen per m3 :


1
Sampel non aditif = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑐𝑘 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛

KELOMPOK 24 27
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

1
= 0,130

= 7,69 Sack Semen

Dari hasil perhitungan data diatas dapat ditunjukan pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil perhitungan yang didapat

Perhitungan Hasil Satuan


a. Berat isi/ jenis beton real (γ non aditif) 2183,74 kg/m3
b.1 Berat beton per sack semen (non aditif) 284,34 kg
b.2 Banyaknya beton per sack semen (non aditif) 0,130 m3
b.3 Banyaknya semen per m3 (non aditif) 7,69 sack

4.7 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan di atas adalah sebagai berikut:
1. Percobaan berat isi/jenis beton terdapat selisih nilai antara desain dengan realisasi,
dimana untuk nilai desain = 2400 kg/m3 sedangkan nilai realisasi = 2183,74 kg/m3.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh:
a. Kurang akuratnya saat penimbangan sampel, baik dilihat dari kondisi neraca/
timbangan maupun saat pembacaan berat sampel.
b. Pada saat sampel ditimbang satuan beratnya ialah kg/cm3, jika selisih sedikit saja
pembacaan beratnya maka akan berdampak besar pada saat dikonversikan ke
satuan kg/m3.
c. Kurang padatnya saat pengisian sampel beton segar ke bekisting, sehingga
berpengaruh terhadap beratnya saat ditimbang.

2. Untuk control perhitungan banyaknya berapa sack semen per m3 (pada perhitungan
b.3) adalah :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
a. Per m3 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑐𝑘 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
384
= 50

= 7,68 sack
1
b. Per m3 = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑐𝑘 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
1
= 0,130

= 7,69 sack

KELOMPOK 24 28
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

c. Hasil dari nomor 1 dan 2 sesuai

4.8 Gambar

Gambar 4.1 Pencampuran material sampel beton segar.

Gambar 4.2 Penimbangan sampel beton segar.

KELOMPOK 24 29
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB V
PROSES PERAWATAN BETON (CURING)
DAN PEMBUATAN CAPING

5.1 Tujuan Percobaan


Curing adalah suatu usaha perawatan beton setelah beton dicor. Perawatan beton wajib
dilakukan karena bertujuan untuk menjaga kelembaban dan temperatur yang diperlukan
bagi semen untuk melakukan proses hidrasi dengan sempurna.
Caping adalah prosedur agar mendapatkan permukaan yang rata di bagian ujung
silinder beton yang baru dicetak, atau beton inti hasil pengeboran bila permukaan
ujungnya tidak rata dan tidak memenuhi persyaratan tegak lurus sesuai standar yang
berlaku.

5.2 Peralatan
Alat untuk perawatan beton (curing):
a. Kolam atau bak air.
b. Alat untuk pembuatan caping:
c. Kompor untuk melelehkan belerang.
d. Cetakan caping.
e. Alat tuang belerang.
f. Kuas oli.
g. Palu.

5.3 Bahan
Bahan untuk perawatan beton (curing):
a. Beton silinder diameter 15cm, tinggi 30cm (9 buah).
b. Air bersih.
Bahan untuk pembuatan caping :
a. Beton silinder diameter 15cm, tinggi 30cm (9 buah).
b. Belerang.

KELOMPOK 24 30
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

5.4 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur dalam proses perawatan beton (curing) dan pembuatan caping
adalah sebagai berikut:
1. Proses perawatan beton (curing) adalah sebgai berikut:
a. Ambillah beton silinder yang sudah dicetak dan sudah jadi beton.
b. Beri tanda pada 9 beton silinder seperti No. 1, No. 2, No. 3, No. 4, No. 5, No. 6,
No. 7, No. 8, No. 9. Beri tanggal pemasukan beton silinder ke dalam kolam atau bak
air.
c. Setelah diberi tanda, beton silinder dimasukkan kedalam kolam atau bak air selama
5, 12 dan 26 hari.
d. Pada hari ke 5, 12 dan 26, beton silinder diangkat dari kolam atau bak air.
2. Proses pembuatan caping adalah sebagai berikut:
a. Angkat beton silinder dari kolam atau bak air pada hari ke 5, 12 dan hari ke 26.
b. Beton silinder yang sudah diangkat dari kolam atau bak air didiamkan selama
sehari. Setelah sehari, baru proses caping dimulai.
c. Persiapkan alat yang akan digunakan kompor untuk melelehkan belerang, cetakan
caping dan alat tuang silinder.
d. Ambil belerang dan hancurkan hingga berbentuk bubuk. Tuang kedalam kompor
dan nyalakan kompor. Tunggu hingga belerang menjadi leleh dan cair.
e. Setelah cair, tuang lelehan belerang kedalam cetakan secara merata dan taruh beton
silinder diatas lelehan cair belerang pada cetakan caping. Kemudian tambah
tuangan lelehan cair belerang pada pinggir-pinggir cetakan caping agar lebih
merata.
f. Lakukan proses penuangan lelehan belerang dan saat penaruhan beton silinder
diatas lelehan cair belerang secara cepat dan tepat, karena lelehan cair cepat
mengeras.
g. Setelah padat dan kering, putar beton secara perlahan dan angkat beton dari cetakan
caping.
h. Ulangi proses e, f dan g sampai 9 kali untuk masing-masing kedua sisi permukaan
beton silinder.

KELOMPOK 24 31
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

15cm

Caping Belerang

Beton Silinder 30cm

Caping Belerang

5.5 Kesimpulan
Perawatan Beton ini dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang
tinggi dan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air,
ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.
Sedangkan Pelapisan Belerang atau Caping diharapkan dapat menghasilkan
pemegangan ujung dengan tingkat keakurasian data yang paling sesuai pada saat uji
tekan silinder beton dan dapat mengetahui pola retak dominan yang dihasilkan dari
masing-masing pemegangan ujung benda uji silinder beton.

5.6 Gambar Percobaan


Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam proses perawatan beton (curing) dan
pembuatan caping sebagai berikut:

Gambar 5.1 Beton Direndam Gambar 5.2 Belerang

KELOMPOK 24 32
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Gambar 5.3 Kompor Untuk Gambar 5.4 Cetakan Belerang


Melelehkan Belerang

Gambar 5.5 Alat Tuang Belerang Gambar 5.6 Kuas dan Oli Bekas

Gambar 5.7 Beton Silinder


dengan Caping Belerang
KELOMPOK 24 33
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB VI
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON

6.1 Tujuan Percobaan


Pemeriksaan bertujuan untuk menentuan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan
silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan tekan adalah beban persatuan
luas yang menyebabkan beban hancur.
6.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam proses pencetakan sampel beton uji adalah
sebagai berikut :
a. Bekisting berbentuk silinder dengan ukuran dalam, d = 15 cm dan h =30 cm,
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, terbuat dari baja tahan
karat.
c. Talam / tempat mencampur material beton segar.
d. Neraca/ timbangan.
e. 1 set alat uji tekan.
f. Sendok cekung.
g. 1 set alat penggetar/ concrete vibrator.
h. 1 set alat uji tekan.

6.3 Bahan
Material beton segar, proporsi sesuai dengan mix desain (pada Bab 1).

6.4 Prosedur Kerja


a. Pencampuran Beton Segar
 Timbang bahan – bahan tersebut diatas seperti tercantum dalam perencanaan
campuran.
 Pengadukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk atau secara
manual. Pada pelaksanaannya kami menggunakan cara manual yaitu dengan
memasukkan agregat kasar dan halus serta semen ke dalam talam besar
kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul sampai campuran merata.
b. Pemeriksaan Slump
 Tentukan nilai slump dengan range slump 7,5 – 15 cm.

KELOMPOK 24 34
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

 Apabila nilai slump telah memenuhi rang 7,5 – 15 cm, berarti kekentalan beton
segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
 Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai
memenuhi nilai slump yang direncanakan.
c. Pencetakan dan Persiapan Benda Uji
 Bekisting diolesi dengan oli terlebih dahulu agar memudahkan pada saat
pelepasan benda uji dari bekisting
 Isilah bekisting dengan adukan dalam tiga lapisan dipadatkan dengan tusukan
25 kali secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat
pemadat boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta
ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 1/3 kedalam lapisan pertama atau
bawahnya. Tempatkan cetakan di atas alat penggetar atau gunakan alat
penggetar (vibrator) dan getarkan sampai gelembung dan rongga- rongga udara
tidak ada lagi. Ratakan permukaan beton dan tempatkan cetakan di tempat yang
lembab, kemudian diamkan selama 24 jam.
 Setelah 24 jam lepas benda uji dari bekisting, rendam benda uji di dalam bak
perendam berisi air yang telah memenuhi syarat untuk perawatan selama waktu
yang ditentukan.
d. Persiapan Uji Kuat Tekan
 benda uji diangkat dari bak perawatan yang berisi air, pada hari menjelang waktu
yang ditentukan benda uji mencapai umurnya/ layak uji, sebelum diuji
ditimbang terlebih dahulu.
e. Pengujian Kuat Tekan
 Letakkan benda uji pada mesin uji tekan, dengan meletakan benda uji pada
porosnya.
 Operasikan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
 Lakukan pembebanan sampai benda uji pada batas runtuhnya dan mencatat
bacaan dial beban maksimum yang terjadi pada benda uji, untuk beban
maksimum diberikan faktor koreksi alat, karena jarum pada dial tidak dari angka
nol dan akurasi alat uji tekan tidak 100%.
6.5 Hasil Percobaan dan Perhitungan
Rumus kuat tekan beton ( ) = P / A (kg/cm2)
Dimana : P = beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)

KELOMPOK 24 35
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton ditabelkan


Tanggal Dial Kuat
Umur Berat Luas Tekanan
No. Slump Kode Maks Tekan Keterangan
Buan Test (Hari) (gram) (cm2) Rencana (MPa)
(kg)
1 9/10/2017 16/10/2017 7 11700 14 1 176,625 21000 20 11,8 Tidak Terpenuhi
2 9/10/2017 16/10/2017 7 12700 14 2 176,625 23000 20 13,0 Tidah Terpenuhi
3 9/10/2017 16/10/2017 7 12850 14 3 176,625 24500 20 13,8 Tidak Terpenuhi
4 9/10/2017 23/10/2017 14 12900 14 4 176,625 26000 20 14,7 Tidak Terpenuhi
5 9/10/2017 16/10/2017 14 12950 14 5 176,625 26000 20 14,7 Tidak Terpenuhi
6 9/10/2017 16/10/2017 14 13100 14 6 176,625 28000 20 15,8 Tidak Terpenuhi
7 9/10/2017 06/11/2017 28 13200 14 7 176,625 29000 20 16,4 Tidak Terpenuhi
8 9/10/2017 06/11/2017 28 13400 14 8 176,625 30500 20 17,2 Tidak Terpenuhi
9 9/10/2017 06/11/2017 28 13600 14 9 176,625 35000 20 19,8 Tidak Terpenuhi

f’c rata-rata umur 28 hari = ( ∑ fc’) / n = (16,4 + 17,2 + 19,8) / 3 = 17,80 Mpa

KELOMPOK 24 36
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

fc' fc'rata-rata (fc' - fc'rata-rata)2 Sd


No, n–1
(MPa) (MPa) (MPa) (MPa)
1 16,4 1.96
2 17,2 17,80 0,36 2 1,77
3 19,8 4,0
∑= 53,4 6,32

∑(fc′ − fc′ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)2 6,32


Sd (Standar deviasi)= √ =√ = 1,77 MPa
n−1 2

Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari dua
hasil uji contoh silinder mempunyai nilai di bawah fc’ melebihi dari 3,5
MPa.

(Rata-rata 2 hasil uji > fc' karakteristik - 3,5MPa) atau


(Toleransi maks, = fc'c karakteristik - 3,5MPa)

Fc’ Rata- = 20 - 3,5


No. Notasi Ketengan
realisasi rata Mpa

1 16,4
16,8 > 16,5 Terpenuhi
2 17,2
18,5 > 16,5 Terpenuhi
3 19,8

6.6 Pembahasan
Dari data pengujian beton hari ke-28 tidak tercapai, hal ini dikarenakan
adanya kesalahan praktikan dalam pelaksaan atau juga dikarenakan adanya
kurang waktu dalam pengadukan, dan pada penggunaan alat vibrator ada
kemungkinan benda sampel tidak merata.

37
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

6.7 Kesimpulan
1. Dalam pembuatan beton ikuti langkah-langkah sesuai dengan job mix
yang telah dibuat.
2. Nilai mutu beton hasil pengujian tidak mencapai nilai mutu beton rencana,
yaitu sekitar 19,8 MPa. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan pada saat
melakukan mixing ataupun pada saat uji kuat tekan.
3. Dalam pengujian kuat tekan dengan alat tekan ‘ manual ‘ harus
diperhatikan kecepatan saat memompa agar hasil stabil dan hasil akurat.

6.8 Gambar

Gambar 6.1 Pencampuran Material Gambar 6.2 Penyiapan Bekisting

38
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Gambar 6.3 Gambar Gambar 6.4 Gambar Gambar 6.5 Gambar


Keruntuhan Sampel 1 Keruntuhan Sampel 2 Keruntuhan Sampel 3

Gambar 6.6 Gambar Gambar 6.7 Gambar Gambar 6.8 Gambar


Keruntuhan Sampel 4 Keruntuhan Sampel 5 Keruntuhan Sampel 6

39
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Gambar 6.9 Gambar Gambar 6.10 Gambar Gambar 6.11 Gambar


Keruntuhan Sampel 7 Keruntuhan Sampel 8 Keruntuhan Sampel 9

40
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB VII
TEGANGAN DAN REGANGAN BETON

7.1 Tujuan Percobaan


Percobaan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar regangan (ε) yang
terjadi apabila menerima tegangan (σ) yang diberikan oleh beban.

7.2 Peralatan
Peralatan yang dipakai sama persis dengan peralatan uji tekan, namun
ditambahkan 1 set peralatan pembaca regangan.

7.3 Bahan
Benda/bahan uji sama seperti pengujian tekan.

7.4 Cara Melakukan


a. Percobaan ini dilakukan bersamaan dengan pengujian tekan pada benda
uji.
b. Sebelum meletakan benda uji pada mesin tekan,alat uji regang dipasang
dan disetting/ disetel bersamaan dial pembaca regang pada benda uji.
c. Letakkan benda uji pada mesin uji tekan, dengan meletakan benda uji pada
porosnya.
d. Operasikan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
e. Lakukan pembebanan dan mencatat bacaan pada dial regangan per 2000
kg pada dial pembebanan sampai benda uji pada masa runtuhnya.

41
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

7.5 Hasil Percobaan


Tabel 7.1 Nilai perubahan bentuk benda uji akibat tekan
(Nilai diambil per 2000 kg dari bacaan dial tekan)
Bacaan dial uji regangan (mm)
S. No. 1 S. No. 2 S. No. 3 S. No. 4 S. No. 5 S. No. 6
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.010 0.020 0.005 0.008 0.002 0.002
0.015 0.030 0.010 0.012 0.004 0.004
0.020 0.040 0.030 0.020 0.006 0.008
0.035 0.060 0.040 0.028 0.010 0.010
0.048 0.070 0.050 0.035 0.015 0.022
0.060 0.080 0.070 0.045 0.022 0.040
0.078 0.090 0.090 0.055 0.030 0.060
0.110 0.110 0.120 0.070 0.040 0.080

0.190 0.150 0.170 0.080 0.060 0.100


0.210 0.170 0.220 0.100 0.080 0.120
0.230 0.230 0.310 0.140 0.140 0.150
0.270 0.460 0.190 0.310 0.190
0.500 0.280 0.335 0.230
0.310

7.6 Perhitungan
a.Tegangan (σ)
() = P / A (kg/cm2)

Dimana :
P = beban maksimum (Bacaan dial tekan (kg))
A = Luas penampang benda uji = 176.625 cm2

42
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

b.Regangan (ε)

(ε) =∆t / t. silinder

Dimana :
∆t = Bacaan dial regang (cm)
tinggi silinder = 30cm.

Contoh perhitungan pada bacaan dial tekan 30000kg (sampel silinder No. 1)

a. Tegangan (σ)

P = 21000 kg

A = 176.625 cm2

 = 21000/ 176.625

= 118,9kg/cm2 = 118,9 / 10 = 11,89 Mpa (Beban Akhir)

b.Regangan (ε)

∆t = 0.23 mm

t. sil. = 30cm = 300 mm

ε =0.23/ 300 = 0.00077

43
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Pada perhitungan selanjutnya akan ditabelkan. sebagai berikut :

Tabel 7.2 Hasil perhitungan sampel nomor 1


`Sampel silinder No. 1 (non aditif)
Beban (P) A ∆t T.sil Tegangan (σ)
Regangan (ε)
(kg) (cm2) (mm) (mm) (kg/cm2)

0 176.625 0.000 300 0 0.00000


2000 176.625 0.010 300 1.13 0.00003
4000 176.625 0.015 300 2.26 0.00005
6000 176.625 0.020 300 3.40 0.00007
8000 176.625 0.035 300 4.53 0.00012
10000 176.625 0.048 300 5.66 0.00016
12000 176.625 0.060 300 6.79 0.00020

14000 176.625 0.078 300 7.93 0.00026


16000 176.625 0.110 300 9.06 0.00037
18000 176.625 0.190 300 10.19 0.00063
20000 176.625 0.210 300 11.32 0.00070
21000 176.625 0.230 300 11.89 0.00077

Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan


no. 1
14
Tegangan (σ) (kg/cm2)

12
10
8
6
4
2
0
0.00000 0.00010 0.00020 0.00030 0.00040 0.00050 0.00060 0.00070 0.00080 0.00090
Regangan (ε)

Gambar 7.1 grafik regangan vs tegangan (sampel no.1)

44
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 7.3 Hasil perhitungan sampel nomor 2


Sampel silinder No. 2 (non aditif)
Beban (P) A ∆t T.sil Tegangan (σ)
Regangan (ε)
(kg) (cm2) (mm) (mm) (kg/cm2)

0 176.625 0.000 300 0 0.00000


2000 176.625 0.020 300 1.13 0.00007
4000 176.625 0.030 300 2.26 0.00010
6000 176.625 0.040 300 3.40 0.00013
8000 176.625 0.060 300 4.53 0.00020
10000 176.625 0.070 300 5.66 0.00023
12000 176.625 0.080 300 6.79 0.00027
14000 176.625 0.090 300 7.93 0.00030
16000 176.625 0.110 300 9.06 0.00037

18000 176.625 0.150 300 10.19 0.00050


20000 176.625 0.170 300 11.32 0.00057
22000 176.625 0.230 300 12.46 0.00077
23000 176.625 0.270 300 13.02 0.00090

Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan


no. 2
14
12
Tegangan (σ) (kg/cm2

10
8
6
4
2
0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100
Regangan (ε)

Gambar 7.2 grafik regangan vs tegangan (sampel no.2)

45
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 7.4 Hasil perhitungan sampel nomor 3


Sampel silinder No. 3 (non aditif)
Beban (P) A ∆t T.sil Tegangan (σ)
Regangan (ε)
(kg) (cm2) (mm) (mm) (kg/cm2)

0 176.625 0.000 300 0 0.00000


2000 176.625 0.005 300 1.13 0.00002
4000 176.625 0.010 300 2.26 0.00003
6000 176.625 0.030 300 3.40 0.00010
8000 176.625 0.040 300 4.53 0.00013
10000 176.625 0.050 300 5.66 0.00017
12000 176.625 0.070 300 6.79 0.00023
14000 176.625 0.090 300 7.93 0.00030
16000 176.625 0.120 300 9.06 0.00040

18000 176.625 0.170 300 10.19 0.00057


20000 176.625 0.220 300 11.32 0.00073
22000 176.625 0.310 300 12.46 0.00103
24000 176.625 0.460 300 13.59 0.00153
24500 176.625 0.500 300 13.87 0.00167

Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan


15
no. 3
Tegangan (σ) (kg/cm2

10

0
0.00000 0.00050 0.00100 0.00150 0.00200
Regangan (ε)

Gambar 7.3 grafik regangan vs tegangan (sampel no.3)

46
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 7.5 Hasil perhitungan sampel nomor 4


Sampel silinder No. 4 (non aditif)
Beban (P) A ∆t T.sil Tegangan (σ)
Regangan (ε)
(kg) (cm2) (mm) (mm) (kg/cm2)

0 176.625 0.000 300 0 0.00000


2000 176.625 0.008 300 1.13 0.00003
4000 176.625 0.012 300 2.26 0.00004
6000 176.625 0.020 300 3.40 0.00007

8000 176.625 0.028 300 4.53 0.00009


10000 176.625 0.035 300 5.66 0.00012
12000 176.625 0.045 300 6.79 0.00015
14000 176.625 0.055 300 7.93 0.00018
16000 176.625 0.070 300 9.06 0.00023
18000 176.625 0.080 300 10.19 0.00027
20000 176.625 0.100 300 11.32 0.00033
22000 176.625 0.140 300 12.46 0.00047
24000 176.625 0.190 300 13.59 0.00063
26000 176.625 0.280 300 14.72 0.00093

Grafik Hubungan Tegangan dan


Regangan no. 4
20
Tegangan (σ) (kg/cm2

15
10
5
0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100
Regangan (ε)

Gambar 7.4 grafik regangan vs tegangan (sampel no.4)

47
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 7.6 Hasil perhitungan sampel nomor 5


Sampel silinder No. 5 (non aditif)
Beban (P) A ∆t T.sil Tegangan (σ)
Regangan (ε)
(kg) (cm2) (mm) (mm) (kg/cm2)

0 176.625 0.000 300 0 0.00000


2000 176.625 0.002 300 1.13 0.00001
4000 176.625 0.004 300 2.26 0.00001
6000 176.625 0.006 300 3.40 0.00002
8000 176.625 0.010 300 4.53 0.00003
10000 176.625 0.015 300 5.66 0.00005
12000 176.625 0.022 300 6.79 0.00007
14000 176.625 0.030 300 7.93 0.00010
16000 176.625 0.040 300 9.06 0.00013

18000 176.625 0.060 300 10.19 0.00020


20000 176.625 0.080 300 11.32 0.00027
22000 176.625 0.140 300 12.46 0.00047
24000 176.625 0.310 300 13.59 0.00103
26000 176.625 0.335 300 14.72 0.00112

Grafik Hubungan Tegangan dan


Regangan no.5
20
Tegangan (σ) (kg/cm2

15

10

0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100 0.00120
Regangan (ε)

Gambar 7.5 grafik regangan vs tegangan (sampel no.5)

48
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 7.7 Hasil perhitungan sampel nomor 6


Sampel silinder No. 6 (non aditif)
Beban (P) A ∆t T.sil Tegangan (σ)
Regangan (ε)
(kg) (cm2) (mm) (mm) (kg/cm2)

0 176.625 0.000 300 0 0.00000


2000 176.625 0.002 300 1.13 0.00001
4000 176.625 0.004 300 2.26 0.00001
6000 176.625 0.008 300 3.40 0.00003
8000 176.625 0.010 300 4.53 0.00003
10000 176.625 0.022 300 5.66 0.00007
12000 176.625 0.040 300 6.79 0.00013
14000 176.625 0.060 300 7.93 0.00020
16000 176.625 0.080 300 9.06 0.00027

18000 176.625 0.100 300 10.19 0.00033


20000 176.625 0.120 300 11.32 0.00040
22000 176.625 0.150 300 12.46 0.00050
24000 176.625 0.190 300 13.59 0.00063
26000 176.625 0.230 300 14.72 0.00077
28000 176.625 0.310 300 15.85 0.00103

Grafik Hubungan Tegangan dan


Regangan no.6
20
Tegangan (σ) (kg/cm2

15
10
5
0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100 0.00120
Regangan (ε)

Gambar 7.6 grafik regangan vs tegangan (sampel no.6)

49
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

18.00 Grafik Hubungan (σ) dan (ε) Semua Sampel


Sampel 1
16.00
Sampel 2
Tegangan (σ) kg/cm²

14.00
Sampel 3
12.00 Sampel 4
10.00 Sampel 5
8.00 Sample 6

6.00
4.00
2.00
0.00
0.00000 0.00050 0.00100 0.00150 0.00200
Regangan (ε) %
Gambar 7.7grafik regangan vs tegangan (gabungan)

7.7 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diatas dapat kami simpulkan bahwa regangan
terbesar yaitu 0.00167 pada sample 3.

7.8 Gambar

Gambar 7.8 Pengujian tekan dan regang beton sampai pada runtuhnya.

50
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Untuk membuat beton 1 m3 dengan kuat tekan sebesar 20 MPa maka


diperlukan campuran beton sebagai berikut :
a. air = 215 liter
b. semen = 384 kg
c. pasir = 692 kg
d. batu pecah = 1039 kg
Total = 2330 kg

2. Untuk membuat beton 9 silinder, maka diperlukan campuran beton sebagai


berikut:
a. air = 12,29 liter
b. semen = 21,96 kg
c. pasir = 39,58 kg
d. batu pecah = 59,43 kg
Total = 133,26 kg

3. Analisa perhitungan berat volume beton


 Berat jenis beton basah pada mix design = 2400 kg/m3
 Berat volume beton basah di lapangan = 2183,74 kg/m3
 Berat volume benda uji silinder ditabelkan sebagai berikut.

51
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 8.1 Perhitungan berat volume pada silinder

Umur Berat Berat Kuat Tekan


No Volume
volume
(Hari) (Kg) (m3) (Mpa)
(Kg/m3)
1 28 13,20 0,0053 2490,56 16,4
2 28 13,40 0,0053 2528,30 17,2
3 28 13,60 0,0053 2566,03 19,8

4. Berdasarkan uji kuat tekan beton silinder didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 8.2 Hasil uji kuat tekan pada silinder

Berat Beban
Umur Luas Kuat Tekan
No (Kg) Maksimum
(Hari) (cm2) (Mpa)
(Kg)

1 28 13,20 176.625 29000 16,4


2 28 13,40 176.625 30500 17,2
3 28 13,60 176.625 35000 19,8

8.2 Gambar Keruntuhan

7 Gambar 8.2 Gambar Gambar 8.3 Gambar


Gambar 8.1 Gambar
8Keruntuhan Sampel 1 Keruntuhan Sampel 2 Keruntuhan Sampel 3
7 hari 7 hari 7 hari

52
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Gambar 8.5 Gambar Gambar 8.6 Gambar


9 Gambar 8.4 Gambar
Keruntuhan Sampel 4 Keruntuhan Sampel 5 Keruntuhan Sampel 6
14 hari 14 hari 14 hari

Gambar 8.7 Gambar Gambar 8.8 Gambar Gambar 8.9 Gambar


10Keruntuhan Sampel 7 Keruntuhan Sampel 8 Keruntuhan Sampel 9
28 hari 28 hari 28 hari

53
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Dari data hasil praktikum pada analisa perhitungan berat volume dan hasil
pengujian kuat tekan beton, didapatkan data sampel yang sangat variatif pada
benda uji dengan dimensi yang sama, menunjukkan terjadinya anomali pada
hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu mutu beton yang sangat berbeda antar
sampel dengan berat volume yang hampir sama. Berat volume terbesar
didapatkan pada sampel beton ber umur 14 hari sebesar 2471,69 kg/m3 dengan
kuat tekan pada 28 hari sebesar 19,8 MPa, dan berat volume terkecil didapatkan
pada sampel beton berumur 7 hari sebesar 2207,54 kg/m3 dengan kuat tekan pada
7 hari sebesar 11,80 MPa.
Pada gambar keruntuhan beton, dapat dilihat adanya segregasi material,
kemungkinan perbandingan pasta dengan agregat yang tidak merata sehingga
mempengaruhi hasil uji kuat tekan beton.
Dari hasil praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami seluruh tahapan dalam pembuatan uji sampel beton
dan dapat menerapkan ilmu atau teori yang didapat pada suatu pekerjaan.

8.3 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, beberapa saran yang di
berikan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dalam melakukan praktikum hendaknya praktikan mengikuti
prosedur yang sesuai dengan pedoman praktikum yang telah ada.
2. Praktikan sebaiknya terlebih dahulu menguasai teori dan praktek mengenai
praktikum teknologi bahan II.
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap individu sangat diperlukan
untuk menunjang kelancaran saat praktikum di laboratorium.
4. Diharapkan kecermatan dan ketelitian setiap pekerjaan seperti
merencanakan suatu mix design, konversi dari 1 m3 menjadi beberapa
silinder dan sebagainya.
5. Kerjasama yang baik antar anggota kelompok, maupun dengan instruktur
yang baik menjadikan praktikum sesuai dengan apa yang diinginkan.
6. Utamakan keselamatan kerja. Selalu gunakan perlengkapan keamanan
dalam bekerja.

54
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

7. Perlu diperhatikan dalam proses pengadukan khususnya saat pencampuran


agregat. Agregat harus tercampur secara merata dan menyeluruh, dan
dilakukan secara cepat dan tepat agar kadar air nya tidak lepas dari
perencanaan dan sehingga menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang
sesuai dengan perencanaan, sehingga diaduk dengan menggunakan molen.
8. Dalam proses pengecoran harus dilakukan dengan cepat dan tepat, agar
kadar air tetap terjaga sehingga tidak merubah mutu beton yang telah
direncanakan.
9. Kemudian dalam proses vibrator di pengecoran, sebaiknya pengerjaan
vibrator harus dengan cara yang tepat, usahakan vibrator tersebut
menjadikan adukan beton tercampur rata dan mengisi semua rongga-rongga
dalam proses pengecoran.
10. Faktor alam, alat dan lainnya sebisa mungkin bisa diatasi agar tidak terjadi
kesalahan dikemudian hari.

55
Kelompok 24

Anda mungkin juga menyukai