BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan sering digunakan
sebagai struktur, dan dapat digunakan untuk hal lainnya yang berhubungan dengan
struktur. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan beton dalam bangunan, contohnya
dalam struktur beton yang terdiri dari balok, kolom, pondasi atau
pelat. Selain itu dalam bangunan air pun beton dapat digunakan untuk membuat saluran,
drainase ,bendung atau bendungan. Bahkan dalam bidang jalan raya dan jembatan, beton
dapat digunakan untuk membuat jembatan, gorong-gorong atau yang lainnya. Jadi, hampir
semua itu banyak yang memanfaatkan beton karena beton mempunyai karakteristik yang
cocok untuk hal infrastruktur pembangunan. Untuk lebih mengenal tentang karakteristik
beton, maka diperlukan pemahaman tentang beton. Pemahaman tersebut tidak hanya
diperoleh dari membaca atau hanya mendengar orang lain bercerita tentang beton. Maka,
dilakukan prosedur praktikum agar diperoleh pemahaman yang lebih tentang beton, baik
itu karakteristik, fungsi, cara membuat, dan hitungan-hitungan untuk membuat suatu
campuran beton normal.
Tentu dalam pelaksanaan praktikum, perlu memperhatikan kaidah, syarat, standar
nasional Indonesia yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, dalam pemilihan semen, rasio
air-semen dalam campuran, pemilihan agregat halus ataupun kasar, FAS maksimum, FAS
minimum, dan masih banyak lagi.
KELOMPOK 24 1
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II adalah
1. Mahasiswa mampu merancang pembuatan campuran beton normal dengan kekuatan
tekan tertentu.
2. Mahasiwa mengetahui cara pengadukan campuran adukan beton sesuai Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum. No. 11/PRT/M/2013 tentang. Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
3. Mahasiswa mengetahui cara pengujian kuat tekan beton.
KELOMPOK 24 2
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
BAB II
MIX DESIGN BETON
MENURUT SNI 03-2834-2000
Data Perencanaan
Suatu perancangan adukan beton normal untuk bangunan pekerjaan balok dengan
kondisi “terlindung dari terik matahari”dengan target mutu 22 MPa.
a. Kuat tekan beton yang disyaratkan : 22 MPa
b. Semen yang digunakan : Semen Portland type 1
c. Agregat halus (Pasir Alami) : Gradasi zona 3
d. Berat jenis Agregat Halus : 2,64
e. Agregat kasar (Batu Pecah) : Gradasi zona 1
f. Berat jenis Agregat Kasar : 2,71
g. Slump rencana : 120 mm
h. Umur : 28 hari
i. Keadaan beton : Keadaan keliling non korosif
j. Jenis pekerjaan : Kolom
KELOMPOK 24 3
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Tabel 2.1 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian
kurang dari 30 contoh.
Jumlah pengujian Faktor modifikasi untuk deviasi standar
kurang dari 15
Gunakan Tabel 2.2
contoh
15 contoh 1,16
20 contoh 1,08
25 contoh 1,03
30 contoh atau lebih 1
Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk
deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka kuat rata-rata perlu (𝑓𝑐𝑟′ ) harus
ditetapkan berdasarkan Tabel 2.2 berikut:
KELOMPOK 24 4
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Tabel 2.2 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk
menetapkan deviasi standar
Persyaratan kuat tekan Kuat tekan rata-rata perlu
𝑓𝑐′ (MPa) 𝑓𝑐′ (MPa)
Kurang dari 21 𝑓𝑐′ +7,0
21 sampai dengan 35 𝑓𝑐′ +8,5
lebih dari 35 𝑓𝑐′ +10,0
Sumber : SNI 03-2847-2002
Karena produksi beton tidak memiliki catatan hasil uji, dan diketahui 𝑓𝑐′ =22
Mpa, maka 𝑓𝑐𝑟′ = 22 + 8,5 = 30,5 MPa.
3. Jenis Semen
Menurut SII 003-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan
khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
Semen yang digunakan adalah semen portland jenis I.
4. Jenis Agregat
Adapun jenis agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami dan batu pecah.
Jenis agregat halus yang digunakan merupakan agregat alami sedangkan jenis agregat
kasar yang digunakan merupakan batu pecah.
Cara Pertama
Grafik 2.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton
KELOMPOK 24 5
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK 24 6
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Untuk f`cr = 30,5 MPa dan Umur 28 hari dan Jenis semen Tipe I maka,
Faktor air semen didapat sebesar 0,5.
Cara Kedua
Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel 1.3,
sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai.
Lihat Grafik 1.2 untuk benda uji berbentuk silinder.
Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong
kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 di atas.
Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 di atas.
Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.
Tabel 2.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0,5
Alami 17 23 33 40
Semen Portland
(Tipe I, II, V) Batu Pecah 19 27 37 45
(Tipe III)
Batu Pecah 25 33 44 48
Sumber : SNI-03-2834-2000
Untuk Umur 28 Hari, Jenis Semen Tipe I didapat Kuat Tekan 37 MPa.
Grafik 1.2 Hubungan antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor Air Semen untuk
umur 28 Hari dan fcr` = 30,5 MPa
KELOMPOK 24 7
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
28 HARI
37
30,5
24
0,57
Faktor air semen didapatkan dari grafik untuk Umur 28 Hari dan Kuat Tekan
30,5 MPa, sebesar 0,57.
KELOMPOK 24 8
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Cara Ketiga
Tabel 2.4 Perkiraan Fas maksimum
Sumber : SNI-03-2834-2000
KELOMPOK 24 9
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Tabel 2.6 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang yang berhubungan dengan Air
tanah mengandung Sulfat
Dalam Tanah
SO3
SO3 dalam FAS
Dalam Maksimum
Jenis Semen
Total campuran
Air Tanah
SO3 % (g/l)air :
(g/l)
tanah =2 : 1
< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I, dengan atau 0,50
tanpa Pozolan (15-40)%
Sumber : SNI-03-2834-2000
KELOMPOK 24 10
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Slump (cm)
No Uraian
Max Min
KELOMPOK 24 11
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Keterangan :
Dalam Tabel 2.8 apabila agregat halus dan kasar yang dipakai dari jenis yang
berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan
rumus:
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
KELOMPOK 24 12
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK 24 13
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Dari lab didapat untuk agregat halus (pasir) termasuk zona 3 dan untuk agregat
kasar termasuk zona 1.
Zona 4 Atas
60
Zona 3 Bawah
40
Zona 3 Atas
20 Zona 2 Bawah
Zona 2 Atas
0
0.1 1 Zona 1 Bawah
Ukuran Ayakan (mm) Zona 1 Atas
KELOMPOK 24 14
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
0,5
Sumber : SNI-03-2834-2000
Grafik 2.2 Proporsi pasir untuk nilai slump 7,5-15 cm dan ukuran maksimum
agregat
Dari Grafik 2.2 didapatkan persentase agregat halus sebesar 30%.
KELOMPOK 24 15
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
2430
KELOMPOK 24 16
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK 24 17
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Persentase pasir dan batu pecah yang didapat dikontrol dengan analisa ayakan
campuran pasir dan kerikil.
Untuk percobaan,volume benda uji:
1 1
Silinder = ( d 2 t ) ( 0,152 0,3) 0,00530 m3
4 4
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga kemungkinan
susut, jadi diperlukan material
= 0,00530 0,2 0,00530 0,00636 m3
KELOMPOK 24 18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. semen = 0.0572 370 = 21,164 kg
b. air = 0.0572 176,806 = 10,113 liter
c. pasir = 0.0572 570,825 = 32,651 kg
d. batu pecah = 0.0572 1312,368 = 75,067 kg
KELOMPOK 24 19
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Kebutuhan bahan-bahan
No. : Per-m3 Satuan
campuran beton
1. Air : 176,806 liter
2. Semen : 370 kg
3 Agregat halus (pasir) : 570,825 kg
4. Agregat kasar (kerikil) : 1312,368 kg
TOTAL : 2430 kg
KELOMPOK 24 20
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. semen = 0.0572 384 = 21,96 kg
b. air = 0.0572 215 = 12,29 liter
c. pasir = 0.0572 692 = 39,58 kg
d. batu pecah = 0.0572 1039 = 59,43 kg
Nilai Fas
𝟐𝟏𝟓
Fas = = 0,56
384
KELOMPOK 24 21
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK 24 22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
BAB III
PERCOBAAN SLUMP BETON
3.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk percobaan slump beton adalah sebagai
berikut:
1. Cetakan (kerucut abram) berupa kerucut dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian
atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, kondisi bagian atas dan bawah terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, terbuat dari baja tahan
karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang rata untuk dasar cetakan.
4. Sendok cekung.
5. Cetok.
6. Alat ukur penurunan, bisa menggunakan mistar atau roll meter.
7. Alas (pelat)
3.3 Bahan
Sampel beton segar untuk uji slump minimal sama dengan volume kerucut abram.
KELOMPOK 24 23
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Kerucut
Abram
Sampel tanpa
aditif
3.6 Pembahasan
Urutan pada saat pengadukan yang pertama adalah semen 21,96 kg dan pasir 39,58 kg
yang dicampur bersamaan dalam waktu 1 menit pengadukan, selanjutnya pada urutan
kedua, yaitu masukkan kerikil 59,43 kg dalam waktu 1 menit pengadukan, setelah itu yang
terakhir masukkan air 12,29 liter dalam 2 menit pengadukan. Pengadukan maksimal
dilakukan selama ±10 menit apabila adukan belum merata. Kerikil dan pasir dalam keadaan
basah permukaan, tidak ada penambahan air, digunakan vibrator pada adonan setelah
pengadukan.
KELOMPOK 24 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
3.7 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan slump beton, didapatkan nilai penurunan sebesar 14 cm
untuk sampel tanpa zat aditif . Maka dinyatakan untuk kriteria kekentalan beton segar
sesuai dengan yang direncanakan yaitu dengan nilai penurunannya berkisar antara 12 + 2
cm.
Gambar 3.2 Pengujian Slump Beton Gambar 3.3 Pengujian SSD pasir
KELOMPOK 24 25
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
BAB IV
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER SAK SEMEN
4.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah sebagai
berikut:
a. Neraca/ timbangan.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, terbuat dari baja tahan
karat.
c. Sendok cekung.
d. Bohler dengan kapasitas volume = 2830 cm3.
4.3 Bahan
Sampel beton segar untuk uji berat dan volume minimal = volume bohler.
KELOMPOK 24 26
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
4.6 Perhitungan
𝛾 𝑛𝑜𝑛 𝑎𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓
Sampel non aditif = (𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛) . Berat per sack semen
2183,74
=( ) . 50
384
= 284,34 kg
284,34
= 2183,74
KELOMPOK 24 27
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
1
= 0,130
Dari hasil perhitungan data diatas dapat ditunjukan pada Tabel 3.1 berikut:
4.7 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan di atas adalah sebagai berikut:
1. Percobaan berat isi/jenis beton terdapat selisih nilai antara desain dengan realisasi,
dimana untuk nilai desain = 2400 kg/m3 sedangkan nilai realisasi = 2183,74 kg/m3.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh:
a. Kurang akuratnya saat penimbangan sampel, baik dilihat dari kondisi neraca/
timbangan maupun saat pembacaan berat sampel.
b. Pada saat sampel ditimbang satuan beratnya ialah kg/cm3, jika selisih sedikit saja
pembacaan beratnya maka akan berdampak besar pada saat dikonversikan ke
satuan kg/m3.
c. Kurang padatnya saat pengisian sampel beton segar ke bekisting, sehingga
berpengaruh terhadap beratnya saat ditimbang.
2. Untuk control perhitungan banyaknya berapa sack semen per m3 (pada perhitungan
b.3) adalah :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
a. Per m3 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑐𝑘 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
384
= 50
= 7,68 sack
1
b. Per m3 = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑐𝑘 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
1
= 0,130
= 7,69 sack
KELOMPOK 24 28
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
4.8 Gambar
KELOMPOK 24 29
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
BAB V
PROSES PERAWATAN BETON (CURING)
DAN PEMBUATAN CAPING
5.2 Peralatan
Alat untuk perawatan beton (curing):
a. Kolam atau bak air.
b. Alat untuk pembuatan caping:
c. Kompor untuk melelehkan belerang.
d. Cetakan caping.
e. Alat tuang belerang.
f. Kuas oli.
g. Palu.
5.3 Bahan
Bahan untuk perawatan beton (curing):
a. Beton silinder diameter 15cm, tinggi 30cm (9 buah).
b. Air bersih.
Bahan untuk pembuatan caping :
a. Beton silinder diameter 15cm, tinggi 30cm (9 buah).
b. Belerang.
KELOMPOK 24 30
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK 24 31
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
15cm
Caping Belerang
Caping Belerang
5.5 Kesimpulan
Perawatan Beton ini dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang
tinggi dan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air,
ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.
Sedangkan Pelapisan Belerang atau Caping diharapkan dapat menghasilkan
pemegangan ujung dengan tingkat keakurasian data yang paling sesuai pada saat uji
tekan silinder beton dan dapat mengetahui pola retak dominan yang dihasilkan dari
masing-masing pemegangan ujung benda uji silinder beton.
KELOMPOK 24 32
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Gambar 5.5 Alat Tuang Belerang Gambar 5.6 Kuas dan Oli Bekas
BAB VI
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON
6.3 Bahan
Material beton segar, proporsi sesuai dengan mix desain (pada Bab 1).
KELOMPOK 24 34
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Apabila nilai slump telah memenuhi rang 7,5 – 15 cm, berarti kekentalan beton
segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai
memenuhi nilai slump yang direncanakan.
c. Pencetakan dan Persiapan Benda Uji
Bekisting diolesi dengan oli terlebih dahulu agar memudahkan pada saat
pelepasan benda uji dari bekisting
Isilah bekisting dengan adukan dalam tiga lapisan dipadatkan dengan tusukan
25 kali secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat
pemadat boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta
ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 1/3 kedalam lapisan pertama atau
bawahnya. Tempatkan cetakan di atas alat penggetar atau gunakan alat
penggetar (vibrator) dan getarkan sampai gelembung dan rongga- rongga udara
tidak ada lagi. Ratakan permukaan beton dan tempatkan cetakan di tempat yang
lembab, kemudian diamkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam lepas benda uji dari bekisting, rendam benda uji di dalam bak
perendam berisi air yang telah memenuhi syarat untuk perawatan selama waktu
yang ditentukan.
d. Persiapan Uji Kuat Tekan
benda uji diangkat dari bak perawatan yang berisi air, pada hari menjelang waktu
yang ditentukan benda uji mencapai umurnya/ layak uji, sebelum diuji
ditimbang terlebih dahulu.
e. Pengujian Kuat Tekan
Letakkan benda uji pada mesin uji tekan, dengan meletakan benda uji pada
porosnya.
Operasikan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
Lakukan pembebanan sampai benda uji pada batas runtuhnya dan mencatat
bacaan dial beban maksimum yang terjadi pada benda uji, untuk beban
maksimum diberikan faktor koreksi alat, karena jarum pada dial tidak dari angka
nol dan akurasi alat uji tekan tidak 100%.
6.5 Hasil Percobaan dan Perhitungan
Rumus kuat tekan beton ( ) = P / A (kg/cm2)
Dimana : P = beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
KELOMPOK 24 35
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
f’c rata-rata umur 28 hari = ( ∑ fc’) / n = (16,4 + 17,2 + 19,8) / 3 = 17,80 Mpa
KELOMPOK 24 36
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari dua
hasil uji contoh silinder mempunyai nilai di bawah fc’ melebihi dari 3,5
MPa.
1 16,4
16,8 > 16,5 Terpenuhi
2 17,2
18,5 > 16,5 Terpenuhi
3 19,8
6.6 Pembahasan
Dari data pengujian beton hari ke-28 tidak tercapai, hal ini dikarenakan
adanya kesalahan praktikan dalam pelaksaan atau juga dikarenakan adanya
kurang waktu dalam pengadukan, dan pada penggunaan alat vibrator ada
kemungkinan benda sampel tidak merata.
37
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
6.7 Kesimpulan
1. Dalam pembuatan beton ikuti langkah-langkah sesuai dengan job mix
yang telah dibuat.
2. Nilai mutu beton hasil pengujian tidak mencapai nilai mutu beton rencana,
yaitu sekitar 19,8 MPa. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan pada saat
melakukan mixing ataupun pada saat uji kuat tekan.
3. Dalam pengujian kuat tekan dengan alat tekan ‘ manual ‘ harus
diperhatikan kecepatan saat memompa agar hasil stabil dan hasil akurat.
6.8 Gambar
38
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
39
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
40
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
BAB VII
TEGANGAN DAN REGANGAN BETON
7.2 Peralatan
Peralatan yang dipakai sama persis dengan peralatan uji tekan, namun
ditambahkan 1 set peralatan pembaca regangan.
7.3 Bahan
Benda/bahan uji sama seperti pengujian tekan.
41
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
7.6 Perhitungan
a.Tegangan (σ)
() = P / A (kg/cm2)
Dimana :
P = beban maksimum (Bacaan dial tekan (kg))
A = Luas penampang benda uji = 176.625 cm2
42
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
b.Regangan (ε)
Dimana :
∆t = Bacaan dial regang (cm)
tinggi silinder = 30cm.
Contoh perhitungan pada bacaan dial tekan 30000kg (sampel silinder No. 1)
a. Tegangan (σ)
P = 21000 kg
A = 176.625 cm2
= 21000/ 176.625
b.Regangan (ε)
∆t = 0.23 mm
43
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
12
10
8
6
4
2
0
0.00000 0.00010 0.00020 0.00030 0.00040 0.00050 0.00060 0.00070 0.00080 0.00090
Regangan (ε)
44
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
10
8
6
4
2
0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100
Regangan (ε)
45
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
10
0
0.00000 0.00050 0.00100 0.00150 0.00200
Regangan (ε)
46
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
15
10
5
0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100
Regangan (ε)
47
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
15
10
0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100 0.00120
Regangan (ε)
48
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
15
10
5
0
0.00000 0.00020 0.00040 0.00060 0.00080 0.00100 0.00120
Regangan (ε)
49
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
14.00
Sampel 3
12.00 Sampel 4
10.00 Sampel 5
8.00 Sample 6
6.00
4.00
2.00
0.00
0.00000 0.00050 0.00100 0.00150 0.00200
Regangan (ε) %
Gambar 7.7grafik regangan vs tegangan (gabungan)
7.7 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diatas dapat kami simpulkan bahwa regangan
terbesar yaitu 0.00167 pada sample 3.
7.8 Gambar
Gambar 7.8 Pengujian tekan dan regang beton sampai pada runtuhnya.
50
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
51
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
4. Berdasarkan uji kuat tekan beton silinder didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 8.2 Hasil uji kuat tekan pada silinder
Berat Beban
Umur Luas Kuat Tekan
No (Kg) Maksimum
(Hari) (cm2) (Mpa)
(Kg)
52
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
53
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Dari data hasil praktikum pada analisa perhitungan berat volume dan hasil
pengujian kuat tekan beton, didapatkan data sampel yang sangat variatif pada
benda uji dengan dimensi yang sama, menunjukkan terjadinya anomali pada
hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu mutu beton yang sangat berbeda antar
sampel dengan berat volume yang hampir sama. Berat volume terbesar
didapatkan pada sampel beton ber umur 14 hari sebesar 2471,69 kg/m3 dengan
kuat tekan pada 28 hari sebesar 19,8 MPa, dan berat volume terkecil didapatkan
pada sampel beton berumur 7 hari sebesar 2207,54 kg/m3 dengan kuat tekan pada
7 hari sebesar 11,80 MPa.
Pada gambar keruntuhan beton, dapat dilihat adanya segregasi material,
kemungkinan perbandingan pasta dengan agregat yang tidak merata sehingga
mempengaruhi hasil uji kuat tekan beton.
Dari hasil praktikum Teknologi Bahan Konstruksi II ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami seluruh tahapan dalam pembuatan uji sampel beton
dan dapat menerapkan ilmu atau teori yang didapat pada suatu pekerjaan.
8.3 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, beberapa saran yang di
berikan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dalam melakukan praktikum hendaknya praktikan mengikuti
prosedur yang sesuai dengan pedoman praktikum yang telah ada.
2. Praktikan sebaiknya terlebih dahulu menguasai teori dan praktek mengenai
praktikum teknologi bahan II.
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap individu sangat diperlukan
untuk menunjang kelancaran saat praktikum di laboratorium.
4. Diharapkan kecermatan dan ketelitian setiap pekerjaan seperti
merencanakan suatu mix design, konversi dari 1 m3 menjadi beberapa
silinder dan sebagainya.
5. Kerjasama yang baik antar anggota kelompok, maupun dengan instruktur
yang baik menjadikan praktikum sesuai dengan apa yang diinginkan.
6. Utamakan keselamatan kerja. Selalu gunakan perlengkapan keamanan
dalam bekerja.
54
Kelompok 24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
55
Kelompok 24