Anda di halaman 1dari 13

Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019

Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

PEMERIKSAAN (B-11)
RANCANGAN CAMPURAN BETON NORMAL
( SNI 03–7656-2012 )
( ACI 211.1-91 )

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN


Pemeriksaan ini dimaksudkan dapat menerapkan metode perencanaan
campuran beton dan mengevaluasi hasil pengujian campuran beton.
1.2. PENGERTIAN
1.2.1. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tampa bahan
tambah membentuk massa padat.
1.2.2. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 – 2500)
kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah.
1.2.3. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami
dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
1.2.4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm.
1.2.5. Berat jenis adalah perbandingan antara berat dari satuan volume dari
suatu material terhadap berat air dengan volume yang sama pada
temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi.
1.2.6. Berat jenis curah kering adalah perbandingan antara berat dari satuan
volume agregat (termasuk rongga yang impermeabel dan permeabel di
dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran
partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari
air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu
temperatur tertentu.
1.2.7. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) adalah perbandingan
antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang
terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama (24±4) jam, tetapi
tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur
tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suatu temperatur tertentu berat jenis semu
(apparent) perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian
agregat yang impermiabel pada suatu temperatur tertentu terhadap
berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama
pada suatu temperatur tertentu.
1.2.8. Kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) adalah kuat tekan yang
ditetapkan oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk
silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm).
1.2.9. Kuat tekan beton yang ditargetkan (fcr) adalah kuat tekan rata rata
yang diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari fc’.

27
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

1.2.10. Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh
agregat.
1.2.11. Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas
dan berat semen dalam beton.
1.2.12. Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan
dalam mm ditentukan dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990
tentang Metode Pengujian Slump Beton Semen Portland).
1.2.13. Semen portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum
tanpa persyaratan khusus.
1.2.14. Semen portland tipe II adalah semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahan terhadap sulfat dan kalor hidrasi
sedang.
1.2.15. Semen portland tipe III adalah semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan
setelah pengikatan terjadi.
1.2.16. Semen portland tipe IV adalah semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahan yang tinggi terhadap sulfat.
1.2.17. Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan
pembuatan beton untuk tujuan tertentu.

2.1. METODE
Beberapa metode “Mix Design” :
a. Maximum Density Method
b. Finenes Modulus Method
c. ACI (American Concrete Institute) Method
d. Grading Curve Method (Road Note No. 4)
e. High Strength Concrete Mix Design
f. Current British Method

3.1. REFERENSI
a. SNI 03–2847–2013, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
b. American Concrete Institute (ACI) – 2002, Standard Practice for Selecting
Proportions for Normal, Heavyweight, and Mass Concrete
c. BPSDM PUSKIM Diklat Perkerasan Kaku – 2017, Rancangan Campuran Beton
d. SNI-03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton
e. American Concrete Institute (ACI) – 1995, Design of Normal Concrete Mixes,
Building Code Requirements for Reinforced Concrete
f. Development of the Environment (DOE) 1975, Design of Normal Concrete
Mixes, Building Research Establisment
28
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

4.1. PERSYARATAN
4.1.1. Umum
Persyaratan umum yang harus dipenuhi sebagai berikut :
Beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kekuatan tekan
rata-rata (fcr’) yang diharapkan dan diperhitungan standar deviasinya
dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kekuatan tekan rata-rata apabila tersedia data untuk
menetapkan standar deviasi benda uji

Apabila beton yang dirancang tidak memiliki catatatn hasil uji kekuatan
lapangan yang digunakan unutk perhitungan deviasi standar (S s), maka
kekuatan rata-rata fcr’ dapat ditetapkan berdasarkan tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Kekuatan tekan rata-rata apabila tidak tersedia data untuk
menetapkan standar deviasi benda uji
Kekuatan tekan diisyaratkan, MPa Kekuatan tekan rata-rata, MPa
fc’<21 fc’= fc’+7.0
21<fc’<35 fc’= fc’+8.3
fc’>35 fc’= 1.10fc’+5.0

4.1.2. Standar Deviasi


1. Bila fasilitas produksi beton memiliki catatan uji kekuatan tidak
lebih dari 24 bulan, standar deviasi contoh uji (Ss) harus dihitung
sesuai persyaratan dibawah:
(a) Harus mewakili material, prosedur kontrol kualitas, dan
kondisi yang serupa dengan yang diharapkan, dan perubahan-
perubahan pada material atatupun proporsi campuran dalam
data pengujian tidak perlu dibuat lebih ketat dari yang
digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan;
(b) Harus mewakili beton yang dibuat untuk memenuhi kekuatan
yang diisyaratkan atau kekuatan tekan Fc’ pada kisaran 7 Mpa;

29
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

(c) Harus terdiri dari sekurang-kurangnya 30 hasil pengujian atau


dua kelompok pengujian berurutan, kecuali sebagaimana yang
ditentukan dalam sub bab 4.1.2 poin (2).
2. Jika fasilitas produksi beton tidak memiliki catatan hasil uji kekuatan
yang memenuhi persyaratan pada sub bab 4.1.2. poin 1.c, tetapi
memiliki 15 sampai 29 hasil pengujian, maka deviasi standar contoh
uji (Ss) dihitung berdasarkan faktor modifikasi pada tabel berikut:
Tabel 3. Faktor modifikasi untuk standar deviasi beton apabila
jumlah pengujian kurang dari 30

4.1.3. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam perencanaan harus mengikuti
persyaratan berikut :
1. Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda akan digunakan
bahan yang berbeda, maka setiap proporsi campuran yang akan
digunakan harus direncanakan secara terpisah;
2. Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan yang akan
digunakan dalam pekerjaan yang diusulkan.
(a) Air memenuhi ketentuan yang berlaku.
(b) Semen memenuhi standar SNI-15-2049-1994 tentang semen
portland.
(c) Agregat harus memenuhi standar SNI-03-1750-1990 tentang
mutu dan cara uji agregat beton.
(d) Silinder untuk uji kekuatan harus dicetak dan dirawat secara
standar sesuai dengan SNI 03-4810-1998 dan diuji sesuai
dengan SNI 03-1974-1990. Silinder harus berukuran 100 kali
200 mm atau 150 kali 300 mm.

30
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

4.1.4. Perencanaan Campuran


Dalam perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada
data sifat-sifat bahan yang akan dipergunakan dalam produksi beton;
2. Susunan campuran beton yang diperoleh dari perencanaan ini harus
dibuktikan melalui campuran coba yang menunjukan bahwa proporsi
tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.

4.1.5. Pemilihan Proporsi Campuran Beton


Pemilihan proporsi campuran beton harus dilaksanakan sebagai berikut :
1. Untuk beton dengan nilai fc’ hingga 20 MPa pelaksanaan produksinya
boleh menggunakan perbandingan volume. Perbandingan volume
bahan ini harus didasarkan pada perencanaan proporsi campuran
dalam berat yang dikonversikan ke dalam volume melalui berat isi
rata-rata antara gembur dan padat dari masing-masing bahan.
2. Untuk beton dengan nilai fc’ lebih dari 20 MPa proporsi campuran
coba serta pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada
perbandingan berat bahan;
Selain itu, suatu proporsi bahan campuran nilainya ditentukan oleh factor-
faktor sebagai berikut :

(a) Faktor Air-Semen (w/cm)


Nilai perbandingan air terhadap semen atau yang disebut faktor air-
semen (fas) mempunyai pengaruh yang kuat secara langsung
terhadap kekuatan beton. Harus dipahami secara umum bahwa
semakin tinggi nilai fas semakin rendah mutu kekuatan beton.
(b) Tipe Semen
Penggunaan tipe semen yang berbeda, yaitu semen Portland tipe I, II,
IV dengan semen Portland yang memilki kekuatan awal yang tinggi
(tipe III) akan memerlukan nilai faktor air-semen yang berbeda.
(c) Keawetan (Durability)
Pertimbangan keawetan akan memerlukan nilai-nilai kekuatan
minimum, faktor air-semen maksimum, dan kadar semen minimum.

31
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

Ketentuan nilai-nilai faktor air-semen maksimum dan kadar semen


minimum dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Kadar semen minimum dan factor air-semen maksimum

(d) Workabilitas dan Jumlah Air


Sifat kekentalan/konsistensi adukan beton dapat menggambarkan
kemudahan pengerjaan beton, yang dinyatakan nilai slump. Suatu
nilai slump tertentu yang diharapkan dapat memberi kemudahan
pengerjaan sesuai dengan jenis konstruksi yang dikerjakan, untuk
suatu ukuran agregat tertentu akan berpengaruh terhadap jumlah air
yang dibutuhkan. Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang
terlalu kental atau terlalu encer, dianjurkan untuk menggunakan nilai-
nilai slump dalam batas-batas sebagaimana yang tercantum pada
tabel 5 berikut:
Tabel 5. Nilai slump untuk berbagai pekerjaan

32
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

(e) Pemilihan Agregat


Ukuran maksimum agregat ditetapkan berdasarkan pertimbangan
ketersediaan material yang ada, biaya, atau jarak tulangan terkecil
yang ada. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga
ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum
antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau
celah-celah lainnya dimana beton harus dicor.
(f) Kadar Semen
Kadar semen yang diperoleh dari hasil perhitungan rancangan,
selanjutnya dibandingkan dengan ketentuan kadar semen minimum
berdasarkan pertimbangan durabilitas, dan dibandingkan juga dengan
batas kadar semen maksimum untuk mencegah terjadinya retak
akibat panas hidrasi yang tinggi.

4.1.6. Metode Perencanaan Campuran Beton


Metode rancangan beton yang telah dikenal antara lain seperti metode
DOE yang dikembangkan oleh Department of Environment di Inggris dan
Metode ACI (American ConcreteInstitute). Metode rancangan campuran
beton dengan cara DOE ini di Indonesia dikenal sebagai standar
perencanaan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dimuat dalam
Standar SNI 03-2834-2000, "Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal". Sedangkan SNI 7656:2012, “Tata cara pemilihan campuran
untuk beton normal, beton berat dan beton massa” mengacu pada ACI.
Secara garis besar kedua metode tersebut didasarkan pada hubungan
empiris, bagan, grafik dan tabel, tetapi pada beberapa procedural terdapat
perbedaan.
1. Metode SNI 03-2834-2000
Metode SNI 03-2834-2000, dalam prosedur rancangan campurannya
mengadopsi beberapa asumsi sebagai berikut (Alkhaly, 2016) :
(a) Metode ini berlaku untuk semen Ordinary Portland Cement (tipe I),
Rapid Hardening Portland Cement (tipe II),High Early Strength
Cement (tipe III) dan Sulphate Resisting Portland Cement (tipe V).

33
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

(b) Metode ini membedakan antara agregat pecah (batu pecah) dan tidak
pecah (agregat alami/kerikil) yang akan mempengaruhi jumlah
pengguna air.
(c) Memperhitungkan gradasi dari agregat halus berdsarkan zona dan
menganggap gradasi dari agregat halus akan mempengaruhi tingkat
kemampuan kerja dari campuran beton.
(d) Rasio optimum dari volume curah agregat kasar per kubik beton
tergantung dari ukuran maksimum nominal dari agregat kasar dan
gradasi agregat halus.
(e) Kadar air dalam campuran beton hanya dipengaruhi oleh tingkat
kemudahan kerja yang diperlukan, dinyatakan uji slump.
(f) Ukuran maksimum nominal dari agregat kasar, dianggap tidak
mempengaruhi proporsi campuran.
(g) Metode mengadopsi campuran beton dengan rasio air semen (fas) 0,5.
Prosedur perancangan campuran beton menurut metoda SNI 03-2834-
2000, ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Prosedur rancangan beton SNI 03-2834-2000

34
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

2. Metode SNI 7656:2012


Metode SNI 7656:2012, dalam prosedur rancangan campurannya
beberapa asumsi sebagai berikut (Alkhaly, 2016) :
(a) Metode ini tidak membedakan jenis semen hidrolik (berlaku untuk
semua jenis semen hidrolik) dan jenis agregat.
(b) Konsistensi campuran yang mempengaruhi kemudahan kerja
dianggap hanya tergantung pada kadar air bebas dari proporsi
campuran, dinyatakan dalam uji slump.
(c) Rasio optimum dari volume curah agregat kasar per-m3 beton
tergantung hanya pada ukuran maks. nominal dari agregat kasar.
(d) Jenis pemadatan berpengaruh pada tinggi slump yang dianjurkan.
(e) Estimasi volume bahan campuran beton dapat dilakukan berdasarkan
ekivalensi berat maupun ekivalensi absolut.
(f) Metode ini tidak memberikan batasan kadar minimum beton yang
dapat digunakan.
(g) Metode ini memberikan pengurangan air sebesar 18 kg/m3 pada
campuran beton yang menggunakan agregat kasar alami/kerikil.
Prosedur perancangan campuran beton menurut metoda SNI 7656:2012,
ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 1. Prosedur rancangan beton SNI 7656:2012

35
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

4.1.7. Proporsi Campuran Beton Berdasarkan SNI 03–7656-2012


SNI 03-2847-2013 merupakan rancangan campuran beton yang
mengadopsi standar American Concrete Institute (ACI) – 2002, Standard
Practice for Selecting Proportions for Normal, Heavyweight, and Mass
Concrete dengan hal-hal yang perlu diperhitungkan sebagai berikut:
1. Menentukan kuat tekan rencana (Fc’)
2. Menghitung standar deviasi (Ss)

Keterangan: s adalah standar deviasi


xi adalah kuat tekan masing-masing benda uji
x adalah kuat tekan rata-rata seluruh benda uji
n adalah jumlah benda uji
3. Menghitung nilai tambah (Margin)
M = 1,64 x Ss
Keterangan : M adalah nilai tambah
1.64 adalah tetapan statistik yang nilainya tergantung
pada persentase kegagalan hasil uji sebesar
maksimum 5%
Ss adalah standar deviasi rencana
Sehingga kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dengan
memperhatikan sub bab 4.1.1. dan ketentuan standar deviasi pada
sub bab 4.1.2.
4. Menentukan slump flow
5. Menentukan ukuran maksimum agregat kasar
6. Masukan data-data pengujian properties material seperti berat jenis
dan penyerapan agregat, berat jenis semen, berat isi agregat, kadar air
agregat dan modulus halus butir. Ketelitian dan kevalid-an data dapat
menentukan proporsi material dan hasil kuat tekan beton.

36
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

7. Menentukan kebutuhan atau kadar air bebas dan kandungan udara


Tabel 6. Perkiraan kadar air bebas dan kandungan udara dalam
beton berdasarkan ukuran maksimum agregat dan slump

8. Menentukan faktor air-semen


Tabel 7. Nilai faktor air-semen berdasarkan kuat tekan rencana

9. Menghitung kebutuhan atau kadar semen


Cm = W/FAS
Keterangan: Cm adalah kadar semen
W adalah kadar air bebas
FAS adalah faktor air-semen
Apabila kadar semen yang didapatkan hasilnya kurang dari yang
diisyaratkan pada tabel 4 diatas, maka yang digunakan adalah yang
terbesar.

37
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

10. Menghitung volume pasta yang terdiri dari semen, air dan udara
V = K/G
Keterangan: V adalah volume material
K adalah kadar material
G adalah berat jenis material
11. Menentukan volume agregat kasar kering
Tabel 8. Volume agregat kasar kering /m3 berdasarkan ukuran
maksimum agregat dan modulus halus butir

12. Menghitung berat agregat kasar


Wca = UW/Vca
Keterangan: Wca adalah berat agregat kasar /m3
UW adalah berat isi agregat kasar /m3
Vca adalah volume agregat kasar didapat dari tabel 8
13. Menentukan berat beton segar
Tabel 9. Perkiraan berat beton segar (kg/cm3) berdasarkan
ukuran maksimum agregat dan kandungan udara

14. Menghitung berat agregat halus (pasir)


Wfa = UW – Wtm
Keterangan: Wfa adalah berat agregat halus /m3
Wtm adalah berat total material split, semen dan air

38
Laboratorium Bahan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

15. Karena pada metode ini, diperkirakan material dalam kondisi kering
permukaan jenuh, sehingga apabila dilapangan ditemukan kondisi
material dalam keadaan basah diperlukan perhitungan tambahan
sebagai bentuk komposisi terkoreksi.
(a) Jumlah air yang diperhitungkan diawal dikurangi dengan
(%kadar air - %penyerapan)
(b) Jumlah agregat yang diperhitungkan diawal dikali dengan
(%kadar air)
16. Melakukan trial batch, hal ini untuk mengukur komposisi yang
diperoleh terhadap nilai slump yang telah ditentukan sehingga
apabila nilai slump tidak sesuai dengan yang direncakan maka dapat
diperhitungkan kembali sebagai penambahan air terukur.
Dimana setiap 1 inci atau setara 2,54 cm penurunan ditambahkan air
sebanyak 10 lbs atau setara 0,454 kg, yang kemudian pertambahan ini
dapat mempengaruhi proporsi pada material yang lain.

6.1. LAPORAN
Laporan diberikan dalam bentuk file excel lengkap dengan nilai-nilai yang
digunakan dalam perhitungan.

6.2. PERHITUNGAN
Contoh perhitungan seperti yang terlampir pada lampiran D.

6.3. NOTASI
fc’ = Kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa
fcr = Kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan
s = deviasi standar, MPa
M = margin
K = tetapan statistik yang tergantung pada banyaknya bagian yang cacat
S = kondisi jenuh permukaan kering

7.1. PENANGGUNG JAWAB


1. Instruktur : ...........................
2. Asisten : ...........................
3. Teknisi Laboratorium : ...........................

39

Anda mungkin juga menyukai