Anda di halaman 1dari 53

PROSEDUR

PELAKSANAAN
JOB MIX FORMULA (JMF)

Ely Mulyati, ST., MT


Tujuan :
 Untuk menghitung, mempersiapkan,
melaksanakan komposisi yang tepat
agar didapat kekuatan tekan (f’c)
sesuai dengan yang direncanakan.
Kuat tekan rencana beton
Pemeriksaan mutu agregat & syarat mutu
agregat
 Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk
mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang
memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan
nantinya sesuai dengan yang diharapkan
 Acuan untuk mutu agregat :
1. SII 0052-80 “ mutu dan cara uji agregat beton”
2. ASTM C.33 – 82 “ Standart specification for
concrete agregates”
3. ASTM C.330 – 80 “spesification for lightweight
for structural concrete”
Agregat normal menurut SII. 0052
1. Agregat Halus

a. Modulus halus butir 1,5 sampai 3,8


b. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)

maksimum 5%
c. Kadar zat organik terkandung yang ditentukan dengan mencampur agregat

halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3% jika dibandingkan dengan


warna standar tidak lebih tua dari warna standar
d. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pembanding

yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2,20
e. Kekekalan (jika diuji dengat natrium sulfat bagian yang hancur maksimum

10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%)


Agregat normal menurut SII. 0052

2. Agregat Kasar
a. Modulus halus butir 6,0sampai 7,1
b. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074
mm) maksimum 1%
c. Kadar bagian lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%
d. Kekekalan (jika diuji dengat natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 12%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum
18%)
e. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen
sebagai Na2O lebih besar dari 0,6%
f. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%
Tahapan pelaksanaan dilapangan meliputi :
1. persiapan
2. penakaran
3. pengadukan (Mixing )
4. Penuangan atau pengecoran (Placing)
5. Pemadatan (Vibrating)
6. Penyelesaian akhir (Finishing)
7. Perawatan (Curing)
Prosedur praktikum beton secara skematis dapat
digambarkan sebagai berikut :
PERENCANAAN BETON

Seperti telah diuraikan, beton merupakan adukan / campuran antara


semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) dan air.
Proporsi dari unsur pembentuk beton ini harus ditentukan
sedemikian rupa, sehingga terpenuhi syarat-syarat :

1. Kekenyalan tertentu yang memudahkan adukan beton


ditempatkan pada cetakan atau bekesting (Workability) dan
kehalusan muka (finishability) beton basah, yang ditentukan dari :
a. Volume pasta adukan
b. Keenceran pasta adukan
c. Perbandingan campuran agregat halus dan kasar

2. Kekuatan rencana dan ketahanan (durability) pada kondisi beton


setelah mengeras
3. Ekonomi isi dan optimum dalam pemakaian semen
PERENCANAAN BETON
 Untuk tujuan menentukan proporsi bahan-bahan pembentuk beton,
dikembangkan berbagai metode secara empiris berdasarkan hasil-hasil
percobaan adukan beton yang pernah dibuat. Technical Report no. 21,
August 1977, United Nation Concrete Manual Indonesian Edition
diterbitkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, The
American Concrete Institute (ACI) dan Portland Cement Association
(PCA) merupakan contoh badan-badan resmi yang mengembangkan
cara-cara tertentu menetapkan proporsi unsur-unsur beton yang
memenuhi ketiga syarat beton yang disebutkan diatas. Rumusan-
rumusan dan tabel-tabel yang digunakan analisis merupakan hasil
pengamatan yang bertahun-tahun dari percobaan dan pengalaman di
dalam pembuatan beton.

 Oleh karena sifat rumusan dan tabel bagi penentuan proporsi unsur-
unsur beton adalah empiris maka didalam pembuatan beton bagi tingkat
kekuatan tekan tertentu, selalu harus dibuat adukan rencana yang disebut
adukan uji coba atau “trial mix”.
Metode yang diuraikan bagi penentuan proporsi unsur pembuatan beton dalam

pedoman ini, berdasarkan cara yang sudah dibakukan SNI 03-2847-2002 .


 Sebelum digunakannya tabel-tabel atau grafik untuk
menentukan pembuatan trial mix” beton, beberapa
syarat perlu yang harus dipenuhi adalah :

1. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari :


Deviasi standar yang dapat dari pengalaman di lapangan selama
produksi beton menurut rumus :
Dimana :
s = Deviasi standar
Xi = Kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
X = Kuat tekan beton rata-rata menurut rumus
N = Jumlah nilai hasil uji

Jika pelaksanaan tidak memiliki pengalaman,


maka nilai deviasi standar diambil 7,0 MPa
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat mutu pekerjaan beton, diberikan

pedoman yang dipakai di Inggris yaitu dilakukan dengan melihat tabel berikut :
2. Gradasi / distribusi ukuran agregat berada di dalam batas-batas yang
ditetapkan sebagai berikut :

a. Gradasi agregat halus (pasir) yang digunakan mempunyai gradasi butir yang di
dalam dua kurva pembatasan seperti tergambar pada grafik 3-6

b. Bagi agregat kasar (kerikil), berdasarkan besarnya diameter agregat maksimum


yang digunakan, terdapat empat kelompok kurva pembatas pada grafik 7-9 .
Ukuran agregat kasar yaitu kelompok agregat dengan ukuran maksimum butir
40 mm (1,5 inci), 20 mm (3/4 inci) dan 10 mm (3/8 inci) yang disebut beton
gradasi jagung digunakan untuk beton grouting (perbaikan).

Jika pada kondisi lapangan, ternyata gradasi butir tidak memenuhi syarat seperti
yang ditetapkan, maka perlu dilakukan koreksi dengan melakukan analisis
kombinasi agregat dari beberapa kelompok agregat.

Langkah selanjutnya dapat dilakukan setelah persyaratan distribusi gradasi seperti


yang ditetapkan pada grafik 10-12 terpenuhi.
3. Telah ditetapkan terlebih dahulu :

a. Ukuran terbesar kerikil (agregat kasar) yang akan


digunakan
b. Specific gravity dari agregat kasar
c. Specific gravity agregat halus
d. Modulus kehalusan (fineness modulus) agregat halus

Besaran parameter tersebut didapatkan dari hasil


pemeriksaan dilaboratorium, yang merupakan
bagian dari pekerjaan praktikum.
 Besaran parameter tersebut didapatkan dari
hasil pemeriksaan dilaboratorium, yang
merupakan bagian dari pekerjaan praktikum.
 Perencanaan campuran beton yang dilakukan
berdasarkan rumusan, tabel dan atau grafik
menurut ketentuan yang ada pada metode ini
sangat dipengaruhi oleh besaran W/C ratio
(factor air semen) yaitu perbandingan berat air
dengan berat semen. Pada tabel 1 ini memuat
persyaratan jumlah semen minimum dan nilai
W/C ratio maksimum untuk berbagai macam
pembetonan dalam lingkungan khusus.
4. Pemilihan Faktor Air Semen
 Pemilihan faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai
kuat tekan rata-rata yang ditargetkan didasarkan :

a. Hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh


dari penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondiri
pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil
penelitian sebagai pedoman dapat dipergunakan tabel 2 dan
grafik 1 dan 2.

b. Untuk lingkungan khusus, factor air semen maksimum harus


memenuhi ketentuan SNI Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
dan Beton Kedap Air (Tabel 5 dan 6 SNI 03-2847-2002 ).
GRAFIK 1
HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN
(Benda Uji Berbentuk Silinder Dengan Diameter 150 Mm Dan Tinggi 300 Mm)
GRAFIK 2
HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN
(Benda Uji Berbentuk Silinder Dengan Diameter 150 mm x 150 mm x 150 mm)
5. Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh
beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan.

6. Besar Butir Agregat Maksimum


Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi :

1. 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan

2. 1/3 dari tebal pelat

3. ¾ dari jarak bersih maksimum diantara batang-batang atau

berkas-berkas tulangan.
7. Kadar Air Bebas
 Kadar Air Bebas ditentukan sebagai berikut :
 Agregat tak dipecah dan agregat dipecah dipergunakan
nilai-nilai pada tabel 3 ;

 2/3 (Wh) + 1/3 (Wk)

 Agregat campuran (tak dipecah dan dipecah) dihitung


menurut rumus berikut :  
  
 Dimana :
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wk = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada table 3
8. Berat Jenis Relatif Agregat
Berat jenis related agregat ditentukan sebagai berikut :
1. Diperoleh dari data hasil uji atau bila tidak tersedia dapat
dipakai nilai dibawah ini
a. Agregat tidak pecah : 2,60 gr/cm3
b. Agregat pecah : 2,70 gr/cm3
2. Berat jenis agregat gabungan dihitung sebagai berikut :
Bj. Ag = (presentase agregat halus) x (berat jenis agregat
halus) + (presentase agregat kasar) x (berat jenis agregat
kasar)

Presentasi agregat halus terhadap agregat kasar ditentukan


dengan grafik 13-15
GRAFIK 3

BATAS GRADASI PASIR DALAM DAERAH GRADASI NO. 1


GRAFIK 4

BATAS GRADASI PASIR DALAM DAERAH GRADASI NO. 2


GRAFIK 5
BATAS GRADASI PASIR DALAM DAERAH GRADASI NO.3
GRAFIK 6
BATAS GRADASI PASIR DALAM DAERAH GRADASI NO.4
GRAFIK 7
BATAS GRADASI KERIKIL/KORAL UKURAN MAKSIMUM 10 MM2
GRAFIK 8
BATAS GRADASI KERIKIL/KORAL UKURAN
MAKSIMUM 20 MM
GRAFIK 9
BATAS GRADASI KERIKIL/KORAL UKURAN
MAKSIMUM 40 MM
GRAFIK 10
BATAS GRADASI AGREGAT GABUNGAN UKURAN
MAKSIMUM 40 MM
GRAFIK 11
BATAS GRADASI AGREGAT GABUNGAN UKURAN
MAKSIMUM 20 MM
GRAFIK 12
BATAS GRADASI AGREGAT GABUNGAN UKURAN
MAKSIMUM 40 MM
GRAFIK 13
PERSENTASI PASIR TERHADAP TOTAL AGREGAT
YANG DIANJURKAN UNTUK UKURAN BUTIR MAKSIMUM 10
MM
GRAFIK 14
PERSENTASI PASIR TERHADAP TOTAL AGREGAT
YANG DIANJURKAN UNTUK UKURAN BUTIR MAKSIMUM
20 MM
GRAFIK 15
PERSENTASI PASIR TERHADAP TOTAL AGREGAT
YANG DIANJURKAN UNTUK UKURAN BUTIR MAKSIMUM
40 MM
9. Proporsi Campuran Beton
10. Koreksi Proporsi Campuran Beton

Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan


proporsi campuran harus dikoreksi terhadap kandungan air
dalam agregat.
Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air
dalam agregat paling sedikit minimum satu kali dalam sehari
dan dihitung menurut rumus sebagai berikut :

1. Air = B- (Ck – Ca) x C/100 – (Dk – Da) x D/100


2. Agregat Halus = C + (Ck – Ca) x C/100
3. Agregat Kasar = D + (Dk – Da) x C/100
Dimana :
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah agregat halus (kg/m3)
D = jumlah kerikil (kg/m3)
Ca = absorbsi air pada agregat halus (%)
Da = absorbsi agregat kasar (%)
Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam agregat kasar (%)
CONTOH PERENCANAAN CAMPURAN
BETON
Buatlah campuran beton bagi eleman struktur balok/kolom di luar ruangan
bangunan tidak terlindungi dari hujan dan terik matahari langsung dengan
ketentuan sebagai berikut :

1. Kuat tekan disyaratkan = 22,5 N/mm2 untuk umur 28 hari, benda uji
berbentuk kubus dengan jumlah yang mungkin tidak memenuhi syarat =
5%.
2. Semen yang dipakai yaitu semen Portland tipe I.
3. Tinggi slump yang disyaratkan yaitu 30 mm – 60 mm
4. Ukuran besar butir 20 mm
5. Nilai factor air semen maksimum yaitu 0,60
6. Kadar semen minimum yaitu 325 kg/ m3
7. Susunan besar butir agregat halus ditetapkan harus termasuk dalam
daerah susunan butir zone no. 2
Berat jenis, penyerapan air, dan kadar air bebas masing-
masing agregat adalah seperti dalam tabel dibawah ini :

Untuk mencari susunan uji pergunakanlah daftar isian (Formulir)


yang tersedia dan ikutilah langkah-langkah berikut ini :
DAFTAR ISIAN (FORMULIR) PERENCANAAN
CAMPURAN BETON fc’ 22,5 MPa
Tabel /
No. Uraian Grafik Nilai
Perhitungan
1. Kuat tekan karakteristik Ditetapkan 22,5 MPa
2. Deviasi standar 7,0 MPa
3. Nilai tambah (margin) kx7(k= 11,5 MPa
1,64)
4. Kekuatan rata-rata yang No (1 +3) 22,5 + 11,5 = 34,0 MPa
ditargetkan
5. Jenis Semen Ditetapkan Semen Portland Tipe 1

6. Jenis agregat kasar Ditetapkan Batu Pecah Martapura


Jenis agregat halus Pasir Tanjung Raja

7. Faktor air semen bebas Tabel 2 / 0,60


Grafik 2
8. Faktor air semen maks Tabel 1 0,60
9. Slump Ditetapkan 30 – 60 mm
11. Kadar air bebas Tabel 3 210 kg/mm3

12. Jumlah semen No (11/7) 350,00 kg/mm3

13. Jumlah semen maksimum No (11/8) atau 350,00 kg/mm3


(12)
14. Jumlah semen minimum Tabel 1 325 kg/mm3

15. Faktor air semen yang


disesuaikan
16. Susunan butir agregat halus Grafik 3-6 Zona 2

17. Persen agregat Grafik 14 38 %

18. Berat jenis relative agregat (2,787 x 62 % + 2,756 kg/mm3


kering permukaan 2,705 x 38 %)

19. Berat jenis beton Grafik 16 2440 kg/mm3

20. Kadar agregat gabungan No (19 – 11 – 12) 1880,00 kg/mm3

21. Kadar agregat halus No (17 x 20) 714,40 kg/mm3

22. Kadar agregat kasar No (20 – 21) 1165,60 kg/mm3


 Dari langkah no. 1 hingga no. 22, kita dapatkan
susunan campuran beton teoritis untuk tiap m3 sebagai
berikut :

 - Semen Portland = 350,00 kg


 - Air = 240,00 kg
 - Agregat halus = 714,00 kg
 - Agregat kasar = 1165,60 kg
  
 Sedangkan untuk mendapatkan susunan campuran
yang sebenarnya yang akan kita pakai sebagai
campuran uji, angka teoritis tersebut perlu dikoreksi.
Dengan memperhitungkan jumlah air bebas yang
terdapat dalam atau yang masih dibutuhkan oleh
masing-masing agregat yang akan dipakai.
Dalam contoh ini, jumlah air yang terdapat dalam :
Pasir yaitu (5,823 – 3,555) x 714,40 / 100 = 16,20 kg

Sedangkan split masih membutuhkan sejumlah air untuk


memenuhi kapasitas penyerapannya, yaitu (0,715 – 2,062)
x 1154,38/100 = - 15,55 kg
 
Dengan mengurangkan atau menambahkan hasil-hasil
perhitungan ini, akan kita peroleh susunan campuran yaitu
yang seharusnya kita timbang, untuk tiap m3 beton
(ketelitian 5 kg) :

- Semen = 350,00 kg
- Air = 210 – 16,20 + 15,55 = 290,00 kg
- Pasir = 714,40 + 16,20 = 730,60 kg
- Split = 1154,38 – 15,55 = 1149,90 kg
Tabel proporsi campuran :
Tugas Praktikum Beton
Mutu beton = K -175
Agregat Kasar = Batu Pecah Malus
Agregat Halus = Pasir Siring Agung
Agregat Kasar
Agregat Halus
Sifat Material (Batu Pecah Malus)
(Pasir Siring Agung)

Berat Jenis 2,58 2,53


(Kering Permukaan)
Penyerapan air (%) 3,52 2,42
Kadar air (%) 2,97 1,48
Resume Of Material Test

Anda mungkin juga menyukai