PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia ketekniksipilan, menuntut mahasiswa teknik sipil
untuk terus bersaing sehingga menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif. Hal ini
mendorong mahasiswa untuk mendalami bidang teknik sipil. Bukan hanya teori, tetapi
juga praktek dan penerapan dari ilmu tersebut. Kegiatan praktikum pun menjadi tempat
bagi mahasiswa untuk mampu menerapkan teori yang telah diberikan di dalam
perkuliahan. Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mendalami
materi perkuliahan yang ada.
Laporan ini memuat mengenai hasil praktikum ilmu Teknologi Beton yang telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dosen
Pengajar. Dimana praktikum tersebut merupakan penerapan dari teori Teknologi Bahan
yang telah diberikan di dalam perkuliahan
Beton merupakan elemen yang sangat penting dalam konstruksi bangunan. Oleh
karena itu, mahasiswa teknik sipil perlu mengetahui sifat-sifat material pembentuk beton,
parameter-parameter material pembentuk beton, perencanaan dan percobaan pembuatan
campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu, dan pengujian kuat tekan beton, serta sifat
mekanik dari material beton tersebut melalui praktikum atau eksperimen. Beton terbentuk
dari beberapa material yaitu semen, agregat halus dan agregat kasar, air, dan bahan
tambahan (admixtures).
Selain merupakan penerapan dari teori yang telah dipelajari sebelumnya, pelaksanaan
praktikum ini juga didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan diatas, dengan begitu
diharapkan kepada mahasiswa untuk lebih mengetahui serta memahami bagaimana proses
perencanaan komposisi beton dan pembuatan beton, yang pada akhirnya dari hasil
praktikum ini mahasiswa mendapatkan ilmu yang lebih banyak untuk merencanakan beton
dengan nilai yang ekonomis serta mutu yang lebih baik terkait dengan teori yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Pelaksanaan Praktikum Teknologi Beton ini meliputi berbagai jenis kegiatan yang
harus dilaksanakan, antara lain :
1.
Bagaimana pengujian mutu agregat kasar dan halus?
2.
Bagaimana pembuatan mix desain?
3.
Bagaimana hasil pengujian sampel beton?
4.
Bagaimana pengujian hasil kuat tekan?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum kali ini ialah :
1.
Mengetahui pengujian mutu agragat kasar dan halus
2.
Mengetahui pembuatan mix desain
3.
Mengetahui analisa pengujian sampel beton
4.
Mengetahui hasil pengujian kuat tekan
.
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Teori Gradasi
Gradasi atau susunan butir adalah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini
bervareasi dapat di bedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus
(continous grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk mengetahui gradeasi
tesebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai dengan standard. Cara
menentukan gradasi agregat dengan cara analisa saringan, dimana sampel agregat harus
melalui satu set uji saringan. Gradasi agregat dapat dibedakan antara lain :
1. Gradasi Sela atau Senjang
Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set ayakan tidak
ada, maka grafik gradasi akan menunjukan garis horizontal dalam grafiknya.
Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan kemampuan yang tinggi sehingga
terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi ukuran butir
agregat.
2.Gradasi Menerus
Diperoleh jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan terdistribusi dengan
baik.
3. Gradasi Seragam
Agregat yang terdiri dari batas sempit dari ukuran fraksi yangmempunyai ukuran
yang sama akan membentuk grafik gradasi seragam.
Cirinya adalah garis vertikal yang mendominasi porsi gradasi agregat pada satu
ukuran atau range/batas fraksi tertentu
Agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton
tanpa pasir (nir-pasir) atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela, atau untuk
campuran agregat yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
2
*Gambar 2.1.2 : Tabel Ukuran saringan standard agregat untuk campuran beton. (STANDART
ISO)
*Gambar 2.1.3 : Tabel Ukuran saringan standard agregat untuk campuran beton. (ASTME 11)
3
Gradasi yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari suatu tempat
(quarry).Dalam Praktek,basanya dilakukan pencampuran agar didapatkan gradasi yang
baik antara agregat kasar dengan agregat halus.SK.SNI T-15-1990-3:21 memberikan
batasan gradasi yang diadopsi dari B.S.,seperti pada grafik berikut :
Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk beton segar adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat mampu dikerjakan (workability)
2. Mempengaruhi sifat kohesif campuran agregat, semen dan air.
3. Mempengaruhi keseragaman/homogenitas adukan sehingga akan berpengaruh
pada cara pengecoran dan pewadahan.
4. Mempengaruhi sifat segregasi (pemisahan butir) atau juga bleding.
5. Mempengaruhi hasil pekerjaan finishing permukaan beton dan adukan.
Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk beton keras adalah seagai berikut :
1. Mempengaruhi porositas
2. Berpengaruh terhadap sifat kedap air
3. Berpengaruh terhadap kepadatan
Gradasi agregat sangat mempengaruhi kekuatan beton, antara lain lain gradasi agregat
halus dan agregat kasar. Dimana pengertian dari kedua agregat tersebut sebagai berikut.
1. Agregat halus
Agregat halus adalah butiran yang lolos ayakan dengan diameter 4,75 mm
dan tertahan ayakan 0,075 mm atau dapat disebut juga pasir alam sebagai
disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industry pemecahan batu
dan mempunyai ukuran butir terbesar 4.75 mm (No.4) (SNI 1969:2008).
Syarat untuk agregat halus menurut Peraturan Bertulang Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai disintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang di hasilkan oleh
alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu
agregat untuk berbagai-bagai mutu beton menurut pasal 4.2. ayat (1),
maka halus harus memenuhi satu, beberapa atau semua ayat berikut.
2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butirbutir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering).Yang diartikan dengan lumpur adalah
bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar
lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci.
4. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu
banyak yang harus di buktikan dengan percobaan warna dari AbramsHarder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi
percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan
agregat tersebut pafa umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari
kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3%
NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang
sama.
5. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentuka
dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat berikut :
- Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
- Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
- Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95%
berat.
6. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan
bahan-bahan yang diakui.
2. Agregat Kasar
Menurut Tjokrodimuljo (1996), agregat kasar adalah agregat yang
mempunyai ukuran butir-butir besar (antara 5 mm sampai 40 mm). Sifat dari
agregat kasar akan mempengaruhi kekuatan akhir dari beton keras dan daya
6
Untuk peraturan yang mengatur tentang berat jenis dari agregat kasar dalah SNI 03
1969 1990 dan untuk agregta halus adalah SNI 03 1970 1990. Berat jenis
standart/range untuk agregat halus berkisar 2 - 3 gr. Berat jenis standart/range untuk
agregat kasar umumnya berkisar antara 2,5 2,7 gr.
2.3. Berat Volume
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan
berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat dengan
volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam
keadaan padat dengan volume literan. Menurut British Standar 812, berat volume agregat
yang baik untuk material beton mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m. berat
volume agregat dapat di hitung dengan menggunakan rumus :
Berat Volume Agregat =
kg / m
Keterangan :
D =
Berat benda
A
=
Volume wadah
Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik untuk material
beton mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m.
2.4. Kadar Air
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen. Kadar air dalam
agregat ada dua macam yaitu kadar air bebas dan kadar air terikat. Kadar air bebas adalah
air pada permukaan agregat, sedangkan kadar air terikat adalah air yang dikandung oleh
agregat baik dalam keadaan basah atau SSD. Kadar air merupakan perbandingan antara
berat air seluruhnya yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat kering oven
yang dinyatakan dalam porsen. Besar kadar air agregat relatif tergantung letak dimana
agregat tersebut disimpan (dipengaruhi oleh suhu dan cuaca). Ada peraturan yang
mengatur tentang kadar air dari agregat yaiitu pada peraturan SNI-1970-2008.
Menurut( ASTM C 556-71 )Untuk standar kelembaban batu
pecah diharapkan tidak lebih dari 65 % . Kadar air normal agregat
halus adalah 6,5%, sedangkan agregat kasar adalah 1,06%.
agregat sehingga dapat mengurangi kekuatan dan ketahanan beton. Lumpur dan debu halus
hasil pemecahan batu adalah pertikel berukuran 0,0075. Adanya lumpur dan tanah liat
menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang diperlukan dalam pembuatan beton,
disamping itu pula akan menyebabkan berkurangnya ikatan antara pasta semen dengan
agregat sehingga akan menyebabkan turunnya kekuatan beton yang bersangkutan serta
menambah penyusutan dan creep.
Karena pengaruh buruknya ini, maka kadar lumpur yang dikandung oleh suatu
agregat penting untuk diuji (diketahui) dan jumlahnya didalam agregat dibatasi, yaitu tidak
boleh lebih dari 5% untuk agregat halus dan 1% untuk agregat kasar (PBI 71 hal 23 point
3). Jika memang kadar lumpur melebihi dari standard yang telah ditentukan maka agregat
harus dicuci kembali sampai kadar lumpurnya rendah atau dengan dengan cara mengganti
agregatnya.
Kadar lumpur untuk agregat halus ialah sebesar 3% berat kering (untuk beton
yang mengalami abrasi) dan 5% berat kering (untuk beton yang tidak mengalami
abrasi). Sedangkan untuk agregat kasar ialah sebesar 1% berat kering.
2.6 Mix Desain
Mix Design dapat didefinisikan sebagai proses merancang dan memilih bahan
yang cocok dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton
dengan kekuatan tertentu, daya tahan tertentu dan se ekonomis mungkin.
Rancangan campuran beton bukanlah tugas sederhana karena sifat yang sangat
beragam dari material penyusunnya, kondisi yang ada di tempat kerja, khususnya
kondisi eksposur, dan kondisi yang dituntut untuk pekerjaan tertentu.
Desain Campuran Beton membutuhkan pengetahuan lengkap dari berbagai
properti bahan bahan penyusunnya, Ini membuat tugas perencanaan campuran yang
lebih kompleks dan sulit. Desain campuran beton tidak hanya membutuhkan
pengetahuan tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisi plastik tetapi juga
membutuhkan pengetahuan yang lebih luas dan pengalaman dari perkerasan. Bahkan
proporsi bahan beton di laboratorium memerlukan penyesuaian modifikasi dan
kembali disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Dengan pemahaman yang lebih baik dari sifat, beton ini menjadi bahan yang
lebih tepat daripada di masa lalu. Perancang Struktur menentukan kekuatan minimum
tertentu dari desain campuran beton dengan pengetahuan bahan, kondisi lokasi dan
10
standar pengawasan yang tersedia pada tempat kerja untuk mencapai kekuatan
minimum dan daya tahan yang baik.
Selanjutnya, site engineer diharuskan membuat beton di lokasi, mengikuti
parameter yang disarankan oleh desainer campuran untuk mencapai kekuatan yang
ditentukan oleh insinyur struktur. Dalam beberapa kasus, site engineer mungkin
diperlukan untuk sedikit memodifikasi proporsi campuran yang diberikan oleh
perancang campuran. Dia juga membuat kubus atau silinder dalam jumlah yang cukup
dan menguji mereka untuk mengkonfirmasikan pencapaian kekuatan minimum
spesifikasi. Perancang campuran sebelumnya mungkin telah membuat kubus
percobaan dengan bahan yang representatif untuk sampai pada nilai standar atau
koevisien variasi untuk digunakan dalam perencanaan campuran.
American Concrete Institute Method of Mix Design 11.3 (ACI Concrete Mix Desain)
Medode proporsi pertama kali diterbitkan pada 1944 oleh komite ACI 613. Pada tahun
1954 metode ini direvisi, antara modivikasi lainnya, penggunaan udara. Pada tahun
1970, metode perencanaan campuran ACI menjadi tanggung jawab komite ACI 211.
Sekarang kita akan berurusan dengan metode Komite terbaru ACI 211,1.
Ini memiliki keuntungan dari kesederhanaan dalam hal itu:
1.
2.
Dengan prosedur yang kurang lebih identik dengan agregat halus dan kasar
3.
4.
kuat tekan (compressive streght) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang
dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium maupun di lapangan.
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar.
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji
beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
12
b. Langkah-langkah
1. Sediakan 2 sample uji tes agregat halus seberat 1000gr masing-masing.
2. Masukan pasir ke dalam ayakan dengan cara manual
3. Untuk mempermudah, taruh ayakan pada mesin penggetar set ayakan,
biarkan alat bekerja selama 3 menit.
4. Hitung berat tertinggal dari agregat kasar pada tiap-tiap nomor ayakan dan
catat pada hasil timbangan pada kertas laporan.
13
5. Timbang juga berat dari cawan yang digunakan untuk mencari berat
bersihnya
3.2. Berat Jenis dan Penyerapan
3.2.1. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
b. Langkah-langkah
1. Sediakan dua picnometer lalu isi hingga batas
2. Hitung berat picnometer saat berisi air (W3)
3. Buang separuh air dari picnometer setelah itu isikan pasir kedalam tiap
tabung picnometer
4. Putar-balikan picnometer hingga pasir SSD terendam penuh dan tidak ada
gelembung udara
5. Timbang berat picnometer + air + pasir (W2)
6. Ambil lagi pasir dengan berat masing-masing 100gr, lalu masukan ke oven
selama 24 jam
7. Setelah 24 jam hitung berat kering pasir setelah di oven (W4)
3.3. Berat Volume
3.3.1. Berat Volume Agregat Kasar
a. Alat Yang Digunakan
1. Silinder + pukulan (perojok)
2. Timbangan analitis
3. Agregat kasar
b.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
Langkah-langkah
Tanpa Rojokan
Hitung berat silinder (W1)
Masukan kerikil tanpa dirojok, lalu hitung beratnya (W2 tanpa rojokan)
Dengan Rujukan
Hitung berat silinder saat kosong (W1)
Masukan kerikil kedalam silinder selama 3 tahap yaitu tiap 1/3 bagian
Tiap 1/3 bagian lakukan rojokan
Hitung berat silinder + kerikil dengan rojokan (W2 dengan rojokan) setelah
penuh
Dengan Rojokan
Hitung berat silinder saat kosong (W1)
Masukan pasir kedalam silinder selama 3 tahap yaitu tiap 1/3 bagian
Tiap 1/3 bagian lakukan rojokan
Hitung berat silinder + pasir dengan rojokan (W2 dengan rojokan) setelah
penuh
15
Langkah-langkah
Timbang kerikil sebanyak 500gr (W1)
Masukan ke dalam oven selama 24 jam
Setelah 24 jam timbang berat kering setelah keluar dari oven (W2)
b. Langkah-langkah
1.
Timbang berat pasir sebanyak 250gr (W1)
2.
Masukan ke dalam oven selama 24 jam
3.
Setelah 24 jam keluarkan dari oven dan timbang berat keringnya (W2)
3.5.
Kadar Lumpur
3.5.1. Kadar Lumpur Agregat Kasar
3.6.2
n(f 'crfcr)2
s=
n 1
Dengan :
fc = kuat tekan masing masing hasil uji, Mpa fcr =
kuat tekan beton rata rata, Mpa
N = Jumlah hasil Uji Kuat Tekan ( minimum 30 benda uji )
Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah maka dilakukan koreksi terhadap
nilai deviasi standar dengan suatu faktor pengali, seperti pada tabel berikut :
FAKTOR PENGALI DEVIASI STANDAR
TABEL .1
17
JUMLAH DATA
FAKTOR PENGALI
30
1,00
25
1,03
20
1,08
15
1,16
< 15
Tidak boleh
3.6.3
Baik
4,2
Cukup
5,0
Jelek
7,0
Tanpa kendali
8.4
18
= fc + m
dimana:
fcr
fc
Lihat tabel 2.3, dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur beton
yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang akan
diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. Jenis kerikil maupun umur beton
yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan beton seandainya
dipakai faktor air semen 0,50.
Lihat Gambar 2.1, buatlah titik A Gambar 2.1, dengan nilai faktor air semen
0,50 ( sebagai Absis ) dan kuat tekan beton yang diperoleh dari tabel 1
( sebagai ordinat ). Pada titik A tersebut kemudian dibuat grafik baru yang
bentuknya sama dengan 2 grafik yang berdekatan. Selanjutnya ditarik garis
mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut. Dari titik potong itu
kemudian ditarik garis ke bawah sampai memotong sumbu mendatar
sehingga diperoleh nilai faktor air semen.
19
JENIS
AGREGAT
KASAR
Alami
Batu Pecah
Alami
Batu Pecah
UMUR
3
17
19
21
25
7
23
27
28
33
28
33
37
38
44
91
40
45
44
48
TABEL 2.4
PERSYARATAN FAKTOR AIR SEMEN MAKSIMUM UNTUK
BERBAGAI PEMBETONAN DAN LINGKUNGAN KHUSUS.
Jenis Pembetonan
0,60
0,52
0,55
0,60
20
Langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah :
a. Mengalami keadaan basah dan kering
0,55
berganti ganti.
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
Tanah
TABEL 2.5
FAKTOR AIR SEMEN MAKSIMUM UNTUK BETON YANG
BERHUBUNGAN DENGAN AIR TANAH YANG MENGANDUNG SULFAT
Konsentrasi Sulfat
( SO3 )
Dalam tanah
Total
( SO3 )
dalam
( SO3 ) campuran air : tanah
= 2: 1 ( gr/ft )
< 0,2
< 1,0
0,2
0,5
1,0 1,9
( SO3 )
Jenis semen
Dalam air
tanah ( gr/ft
)
< 0,3
0,3 1,2
0,5
1,0
1,9 3,1
1,2 2,5
1,0
2,0
> 2,0
3,1 5,6
2,5 5,0
> 5,6
> 5,0
fas
Maksimum
Tipe II atau V
dan pelindung
0,50
0,50
0,55
0,55
0,45
0,50
0,45
0,45
TABEL 2.6
FAKTOR AIR SEMEN UNTUK BETON BERTULANG DALAM AIR
Berhubungan
Tipe semen
Faktor air
21
dengan
semen
Air tawar
Semua tipe I V
0,50
Air payau
0,45
Atau
Semen Portland Pozolan
0,50
Tipe II atau V
Air laut
Tipe II atau V
0,45
Maks
Min
12,5
5,0
9,0
2,5
15,0
7,5
Pengerasan jalan
7,5
5,0
Pembetonan masal
7,5
2,5
Tanah
Saringan
Gradasi Agregat
( mm )
75,00
40 mm
100
30 mm
_
20 mm
14 mm
_
22
37,50
90 100
100
26,50
90 100
100
19,00
30 70
90 100
100
13,20
25 60
09,50
10 35
25 55
40 85
04,75
0 5
0 10
0 10
0 10
02,36
0 2
0 5
0 5
0 5
90 100
Jenis
Slump ( mm )
ukuran maks.
batuan
0 10
10 30
30 60
60 180
Alami
150
180
205
225
Batu pecah
180
205
230
250
Alami
135
160
180
195
Batu pecah
170
190
210
225
Alami
115
140
160
175
Batu pecah
155
175
190
205
Kerikil
10 mm
20 mm
40 mm
Dalam tabel 2.9 apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai
dari jenis yang berbeda ( alami dan pecahan ), maka jumlah air yang
diperkirakan diperbaiki dengan rumus :
A
= 0,67 Ah + 0,33 Ak
(2.4 )
Dimana :
A
Ah
Ak
TABEL 2.10
KEBUTUHAN SEMEN MINIMUM UNTUK BERBAGAI PEMBETONAN
DANLINGKUNGAN KHUSUS
Semen minimum ( kg/m
Jenis pembetonan
beton )
Beton di dalam ruang bangunan :
Keadaan keliling non korosif
275
325
325
Langsung
275
Langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah :
Mengalami keadaan basah dan kering
325
berganti ganti.
24
tanah.
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar /
payau / laut.
n. Penyesuaian kebutuhan semen.
Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari ( 12 ) ternyata lebih sedikit dari
kebutuhan semen minimum ( 13 ) maka kebutuhan semen minimum dipakai
yang nilainya lebih besar.
TABEL 2.11
KANDUNGAN SEMEN MINIMUM UNTUK BETON YANG
BERHUBUNGAN DENGAN AIR TANAH YANG MENGANDUNG SULFAT
( SO3 )
Konsentrasi Sulfat
Jenis semen
Kandungan semen
( SO3 )
dalam air
min. ( kg/m beton
Dalam tanah
tanah ( gr/ft
)
)
Total
( SO3 ) dalam
( SO3 ) campuran air :
Ukuran
tanah = 2: 1 (
maksimum agregat
gr/ft )
( mm )
40
20
10
< 0,2
< 1,0 1,9
< 0,3
Tipe I dengan atau
280
300 280
tanpa Pozolan ( 15
40 %
0,2 0,5
1,0 1,9
1,0 2,0
3,1 5,6
0,3 1,2
1,2 2,5
2,5 5,0
Tipe
I
tanpa 290
Pozolan
dengan
Tipe I
Pozolan
15% - 270
40%(
Semen
Portland Pozolan )
Tipe II atau V
250
330
380
310
360
290
340
330
380
370
370
420
420
TipeI
dengan 340
Pozolan
15% 40%
(Semen
Portland Pozolan )
Tipe II atau V
290
Tipe II atau V
330
25
> 0,2
> 5,6
< 5,0
330
370
420
TABEL 2.12
KANDUNGAN SEMEN MINIMUM UNTUK BETON BERTULANG
DALAMAIR ( KG/M )
Berhubungan dengan
Kandungan semen
minimum
Tipe semen
20
Air tawar
Semua tipe I V
280
300
Air payau
Tipe I + Pozolan
Tipe II atau V
340
290
280
330
Air laut
Tipe II atau V
330
370
Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagijumlah
air dengan jumlah semen minimum.
Daerah I
Daerah II
Daerah III
10
100
100
100
4,8
90 100
90 100
90 100
95 100
2,4
60 95
75 100
85 100
95 100
1,2
30 70
55 90
75 100
90 100
0,6
15 34
35 59
60 79
80 100
0,3
5 20
8 30
12 40
15 50
0,15
0 10
0 10
0 10
0 15
Daerah IV
100
( 2.5 )
Bjah
Bjak
Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari hasil pengujian laboratorium.
s. Penentuan berat jenis beton.
Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah ( 18 ) dan kebutuhan air
tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada Gambar 2.4 dapat
diperkirakan berat jenis betonnya.
27
Cetok
Casing silinder
Tongkat Rojokan
Timbangan ketelitian 0,01
Timbangan
c. Cara kerja:
1. Siap Mix Design yang telah di rencanakan
2. Timbang agregat kasar, agregat halus dan semen sesuai dengan mix desain
3. Setelah itu masukan satu resep mix desain ke lengser besar agregat halus,
agregat kasar dan semen. Kemudian campur hingga merata.
4. Kemudian siapkan penambanhan air yang sesuai pada mix desain yang telah di
buat.
5. Setelah semua tercampur lakukan test slump, tes slump ini yang disesuaikan
dengan nilai slumpnya yaitu slump 60-180. Setelah memenuhi slump yang
diinginkan maka campuran beton bisa di cetak di casing silinder.
6. Sebelum di tuangkan ke casing silinder, harus dilakukan pelumasan casing dan
di cek kembali pemasangan silinder, karena apabila pemasangan silinder tidak
rapat akan berpengaruh pada bentuk beton.
7. Dan jangan lupa lumasi bagian dalam silinder agar mudah saat dilepas.
8. Pada saat penuangan campuran beton pada silinder lakukan pengisian sepertiga
silinder lalu lakukan rojokan sebanyak 25 kali. Setlah itu isi kembali setengah
silinder dan lakukan rojokan kembali dan yang terakhir isikan full silinder dan
lakukan rojokan kembali.
9. Setelah melakukan rojokan, kemudian ratakan bagian atas beton.
10. Lakukan berulang hingga mencapai 3 sampel silinder.
11. Diamkan sehari atau 24 jam setelah itu lakukan pelepasan casing, setelah
pelepasan casing rendam silinder beton setengah tinggi beton di bak
perendaman.
12. Tunggu hingga 28 hari umur beton lalu bisa dilakukan test kuat tekan beton.
3.15. Uji Kuat Tekan Beton
Tanggal
: 22 Januari 2016
Tempat
Tujuan
material
khusus
untuk
perawatan
beton
(curing
compound)
30