MODUL - 5
MATA KULIAH : TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
POKOK BAHASAN :
AGREGAT
5.1 Peranan Agregat Pada Beton
Mengingat
Pengaruh Pada
Beton Cair
Sifat Beton
Kelecakan, Pengikatan dan
Beton Keras
Pengerasan
Kekuatan, kekerasan, ketahanan
kimia, mineral
(durability)
b. Kepadatan
Tidak ada batasan yang jelas antara agregat biasa dengan agregat ringan atau
agregat berat. Pengelompokan umum dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 7.2 Jenis Agregat berdasarkan kepadatannya.
Jenis Agregat
Kepadatan
Ringan
Sedang
Berat
(Kg/m3)
300-1800
2400-3000
>4000
c. Peterologi
Klasifikasi menurut BS 812 yang membaginya kedalam kelompok artifisial,
basalt, flint, gabbro, granit, batu kapur.
d. Minerologi
Menurut ASTM C294, klasifikasi komposisi mineral semen portland adalah
demikian : felspars, mineral silika, karbon, sulfat, besi sulfida, besi magnesia,
oksida besi dan mineral tanah liat.
mengandung pasir dan lempung. Pasir pantai terdiri atas partikel yang agak
seragam, sementara pasir sungai sering mengandung koral, lempung dan lanau
dalam jumlah yang lebih banyak.
Batuan Sedimen
Silika
Batuan Foliasi / berurat
Batuan
Metamorpik
Batuan Nonfoliasi atau
tidak berurat
Nama Batu
Batu Gamping
Dolomit
Pasir kelempungan
Batu Pasir
Kert / Rijang
Konglomerat
Breksi
Gneiss
Skista / Sekis
Ampibolit
Batu Tulis / Slit
Kwarsa
Pualam
Serpentinit
Granit
Sienit
Diorit
Gabro
Peridotit
Pirokenit
Hormoblende
Obsidian
Pumis
Tuffa
Riolit
Trakit
Andesit
Diabas
Basal
tekstur permukaan partikel dari licin ke kasar, untuk merubah bentuk partikel dari
bulat ke angular, dan untuk mengurangi serta meningkatkan distribusi dan rentang
ukuran partikel. Untuk batuan krakal yang besar, tujuan pemecahan batuan krakal ini
adalah untuk mendapatkan ukuran batu yang dapat dipakai, selain itu juga untuk
merubah bentuk dan teksturnya.
Penyaringan
yang
dilakukan
pada
agregat
yang
telah
dipecahkan
akan
ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa material
perkerasan
jalan
dengan
mutu
sebaik
lapisan
permukaan
yang
semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut. Ada dua istilah yang
biasanya digunakan berkenaan dengan ukuran butir agregat, yaitu :
yaitu :
-
Mineral pengisi: Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200
(2,36
Mineral abu : Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no. 200 (0,075
mm)
Mineral pengisi dan mineral abu dapat terjadi secara alamiah atau dapat juga
dihasilkan dari proses pemecahan batuan atau dari proses buatan. Mineral ini
penting artinya untuk mendapatkan campuran yang padat, berdaya tahan dan kedap
air. Walaupun begitu, kelebihan atau kekurangan sedikit saja dari mineral ini akan
menyebabkan campuran terlalu kering atau terlalu basah. Perubahan sifat campuran
ini bisa terjadi hanya karena sedikit perubahan dalam jumlah atau sifat dari bahan
pengisi atau mineral debu yang digunakan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah mineral
pengisi atau debu yang digunakan dalam campuran haruslah dikontrol dengan
seksama.
7.6 Gradasi
Seluruh spesifikasi campuran beton mensyaratkan bahwa partikel agregat harus
berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel
harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini
disebut gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam
campuran dan menentukan workabilitas (sifat mudah dikerjakan) dan stabilitas
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
memenuhi
persamaan
berikut:
P = 100 (
d n
)
D
(6)
Dengan pengertian :
d = Ukuran saringan yang ditinjau
D= Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut
n = 0,35 0,45
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Campuran dengan gradasi ini memiliki kuat tekan yang tinggi, agak kedap
terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.
7.7
Kebersihan Agregat
kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara aspal dengan agregat yang
disebabkan karena banyaknya kandungan lempung pada agregat tersebut.
Di lapangan, kebersihan agregat sering ditentukan secara visual.
Kebersihan
agregat dapat diuji di laboratorium dengan analisa saringan basah, yaitu dengan
menimbang agregat
Sehingga akan memberikan persentase agregat yang lebih halus dari 0,075 mm (No.
200). Pengujian setara pasir (Sand Equivalent Test) adalah satu metoda lainnya
yang biasanya digunakan untuk mengetahui proporsi relatif dari material lempung
yang terdapat dalam agregat yang lolos saringan No. 4,75 mm (No. 4).
100
80
60
40
20
0
0,01
0,1
10
100
Gradasi Senjang
Gradasi Seragam
7.8
Kekerasan (toughness)
Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi
selama proses produksi dan operasionalnya dilapangan.
digunakan harus lebih keras (lebih tahan). Untuk itu, kekuatan agregat terhadap
dapat diketahui.
7.9
Agregat memiliki bentuk butir dari bulat (rounded) sampai bersudut (angular), seperti
yang diilustrasikan pada gambar 2. Bentuk butir agregat ini dapat mempengaruhi
workabilitas campuran beton selama pencampuran yaitu dalam hal energi
pemadatan yang dibutuhkan untuk memadatkan campuran, dan kekuatan struktur
beton selama umur pelayanannya.
Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat (agregat
interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan atau displasemen agregat
yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat
yang memiliki lebih dari satu bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat
yang paling baik.
Dalam campuran beton penggunaan agregat yang bersudut saja atau bulat saja
tidak akan menghasilkan campuran beton yang baik. Kombinasi penggunaan kedua
bentuk partikel agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk menjamin kekuatan pada
struktur beton dan workabilitas yang baik dari campuran tersebut.
7.10
pergereran atau
perpindahan.
dari
juga akan
7.11
Keporusan agregat menentukan banyaknya zat cair yang dapat diserap agregat.
Kemampuan agregat untuk menyerap air. Jika daya serap agregat sangat tinggi,
agregat ini akan terus menyerap semen lebih baik pada saat maupun setelah proses
pencampuran agregat dengan aspal di unit pencampur beton (Batching plant. Oleh
karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus
memerlukan aspal yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.
Agregat dengan keporusan atau daya serap yang tinggi biasanya tidak digunakan,
tetapi untuk tujuan tertentu pemakaian agregat ini masih dapat dibenarkan asalkan
sifat lainnya dapat terpenuhi. Contoh-contoh material seperti batu apung yang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
7.12
Sumber Pustaka