Anda di halaman 1dari 13

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA EMERA ABADI (MRA)

Masalah Khusus : Metode Pelaksanaan Mass Concretepada Pile Cap P43C



GRAHA EMERA ABADI (MRA) BUI LDI NG DEVELOPMENT PROJ ECT
Special Problem : Mass Concrete Construction Method of Pile Cap P43C

Mareta Diandra Rachmadani
18311912

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma
Jln. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424
Telp : (021) 78881112
Email : mareta_diandra@yahoo.com


ABSTRAK

Proyek pembangunan gedung Graha Emera Abadi (MRA) merupakan salah satu proyek
pembangunan oleh PT. Nusa Raya Cipta, dengan owner PT. Graha Emera Abadi. Gedung
Graha Emera Abadi (MRA) berada di jalan TB. Simatupang No. 19, Kelurahan Cilandak
Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Gedung ini memiliki luas tanah 3970 m
2

dengan luas bangunan keseluruhan 56309 m
2
, yang terdiri dari 18 lantai, 1 semi basement
dan 2 basement. Gedung ini selanjutnya akan difungsikan sebagai gedung perkantoran.
Pondasi yang digunakan pada proyek ini ialah pondasi bore pile dengan kedalaman 17
meter. Jumlah titik bore pile pada pondasi gedung ini sebanyak 176 titik bore pile, yang
dikelompokkan menjadi beberapa macam pile cap. Pile cap terbesar pada proyek
pembangunan ini adalah pile cap P43C. Pile cap P43C terdiri dari 43 bore pile dengan
ketebalan pile cap yang berbeda-beda. Banyaknya titik bore pile yang tergabung menjadi
pile cap P43C berkaitan dengan fungsi pile cap tersebut terhadap beban yang akan
dipikulnya. Pile cap P43C merupakan pondasi tiang kelompok yang akan memikul beban
lift di atasnya. Metode pelaksanaan pile cap P43C ini menggunakan mass concrete. Mass
concrete merupakan beton yang dituang dengan volume besar dan dilakukan secara terus-
menerus. Selain volumenya yang jauh lebih besar, dalam pelaksanaan mass concrete ada
beberapa perlakuan khusus yang dilakukan terhadap beton massa tersebut, seperti
pengawasan suhu beton untuk mencegah terjadinya keretakan pada beton. Maka dari itu,
pelaksanaan pekerjaan mass concrete harus diperhatikan dan direncanakan sebaik mungkin.

Kata Kunci : Bore Pile, Pile Cap, Mass Concrete

ABSTRACT

Graha Emera Abadi (MRA) Building Development Project is one of development project by
PT. Nusa Raya Cipta, with PT. Graha Emera Abadi as the owner. Located on TB.
Simatupang street 19th, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.
It has 3970 m
2
ground area and 56309 m
2
totally building area, which consisting by 18
floor, 1 semi basement and 2 basement. It will be function for office building. Foundation
that used in this project is bore pile foundation with 17 meters depth. The number of bore
pile in the foundation is 176 point, which organized in some kind of pile cap. The biggest
pile cap in this development project is P43C. Consisting by 43 bore pile with some different
thickness of pile cap. The number of bore pile in pile cap P43C related to function of the
pile cap concerning the strength of load at these pile cap. Pile cap P43C is group pile
foundation which will defend the load of lift. Construction method of pile cap P43C is using
mass concrete. Mass concrete is poured concrete with hudge volume and execute
continuously. Beside of it, in these construction method also can be found some special
treatment for the mass concrete, such as controlling the temperature of concrete for
prevent crack. Then, the construction method of mass concrete must be planned carefully.

Keywords : Bore Pile, Pile Cap, Mass Concrete

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia konstruksi sangatlah berpengaruh bagi kemajuan
pembangunan bangsa. Hal-hal inilah yang menuntut hadirnya ahli-ahli konstruksi yang
dapat diandalkan. Seorang mahasiswa teknik sipil diharapkan mampu menjadi ahli dalam
bidangnya sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman tersebut. Tidak hanya mengerti ilmu
yang diajarkan dalam perkuliahan, seorang mahasiswa teknik sipil juga harus mampu
mengaplikasikan ilmu tersebut di lapangan, sehingga saat mahasiswa tersebut sampai pada
dunia kerja yang sesungguhnya, ia diharapkan memiliki kepekaan dalam menemukan dan
menangani berbagai kasus yang mungkin terjadi di lapangan. Kerja praktek merupakan
suatu kegiatan observasi lapangan yang dilakukan setiap mahasiswa di suatu proyek yang
telah ditentukan sebelumnya. Observasi lapangan tersebut tidak hanya meliputi pengenalan
kepada mahasiswa tentang kondisi lapangan di bidang teknik sipil, namun juga dapat
menjadi media tempat mahasiswa mencari ilmu di lapangan dan membandingkannya
dengan teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan. Kerja praktek juga merupakan
sarana melatih mahasiswa untuk memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan proyek yang terjadi di lapangan. Pengalaman yang diperoleh saat
menjalani kerja praktek tersebut juga dapat menjadi modal yang baik untuk setiap
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya di kemudian hari.
Adapun tujuan kerja praktek pada proyek pembangunan gedung Graha Graha
Emera Abadi (MRA), antara lain meliputi :
1. Melihat dan mengamati secara langsung pekerjaan, situasi dan berbagai masalah yang
terjadi di lapangan selama pelaksanaan proyek.
2. Mengetahui tahapan kegiatan, metode pelaksanaan, maupun manajemen pelaksanaan
kerja di suatu proyek teknik sipil.
3. Mengenal dan mengetahui berbagai jenis alat kerja, beserta cara kerja dan fungsi tiap-
tiap alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek.
4. Memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk lebih memahami materi perkuliahan
bidang teknik sipil yang telah diperoleh di bangku perkuliahan untuk diaplikasikan di
lapangan.
5. Melatih dan mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan dan
mempelajari penanganan setiap masalah yang mungkin terjadi di lapangan selama
proyek.
6. Memperoleh pengalaman berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan di
dalam proyek, yang mampu menjadi modal bagi mahasiswa dalam menghadapi dunia
kerja yang sebenarnya.
7. Mampu menyusun laporan kerja praktek sebagai syarat dalam menyelesaikan program
studi bidang teknik sipil pada tahap Sarjana Muda untuk melanjutkan ke tahap Strata
Satu (S1).

PEMBAHASAN
1. Uraian Umum
Gedung Graha Emera Abadi (MRA) memiliki 21 lantai yang terdiri dari 2
basement, 1 semi basement, dan 18 lantai yang akan difungsikan sebagai perkantoran. Pile
cap yang terdapat pada gedung Graha Emera Abadi (MRA) memiliki dimensi dan bentuk
yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah tiang bor atau bore pile yang menyanggahnya.
Pondasi gedung ini terdiri dari 176 titik bore pile. Pile cap yang dibuat terdiri dari pile cap
dengan 2 sampai 6 titik bore pile. Pile cap P43C merupakan pile cap yang mengikat 43
bore pile di bawahnya. Pile cap P43C merupakan pile cap terbesar yang terdapat pada
pondasi gedung Graha Emera Abadi (MRA). Pengecoran pile cap P43C termasuk dalam
pekerjaan mass concrete. Mass concrete atau yang dikenal sebagai beton massa, merupakan
beton yang dituang dengan volume besar dan dilakukan secara terus-menerus. Selain
volumenya yang jauh lebih besar, dalam pelaksanaan mass concrete ada beberapa
perlakuan khusus yang dilakukan terhadap beton massa tersebut, seperti pengawasan suhu
beton untuk mencegah terjadinya keretakan pada beton. Maka dari itu, pelaksanaan
pekerjaan mass concrete harus diperhatikan dan direncanakan sebaik mungkin.

2. Landasan Teori
Sebelum memasuki pembahasan secara khusus mengenai metode pelaksanaan mass
concrete pada pile cap P43C, terlebih dahulu ada beberapa tinjauan umum yang perlu untuk
dibahas. Berikut ini adalah beberapa tinjauan secara umum mengenai inti dari masalah
khusus yang penulis akan bahas, yaitu mengenai pile cap dan mass concrete.

Pile Cap
Pile cap digunakan sebagai pondasi untuk mengikat tiang pancang atau bore pile
yang sudah terpasang dengan struktur di atasnya yaitu tie beam dan slab. Fungsi dari pile
cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan disebarkan ke masing-
masing pile yang menerima. Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi
sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap bertujuan agar lokasi kolom benar-
benar berada di titik pusat pondasi, sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat
menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Seperti halnya kolom, pile cap juga berfungsi
untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada.
Untuk keperluan tertentu, jumlah tiang pancang atau bore pile yang diikat oleh
suatu pile cap dapat jauh lebih banyak. Seperti halnya pada proyek pembangunan gedung
Graha Emera Abadi (MRA), yaitu pile cap P43C. Pile cap P43C merupakan pile cap yang
mengikat 43 bore pile di bawahnya. Pile cap P43C merupakan pile cap terbesar yang
terdapat pada pondasi gedung Graha Emera Abadi (MRA). Pile cap P43C merupakan pile
cap yang akan menahan beban lift dan core wall, sehingga ada bagian pile cap yang tidak
dicor untuk kepentingan pit lift tersebut. Pile cap P43C memiliki kedalaman dan elevasi
dasar pile cap yang berbeda-beda sesuai dengan letak pit lift dan titik bore pile di
bawahnya.

Mass Concrete
Menurut ACI 207 (1996), mass concrete adalah proses pengecoran volume beton
dengan dimensi yang cukup besar sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas
yang ditimbulkan oleh proses hidrasi semen. Selain itu, mass concrete atau beton massa
juga didefinisikan sebagai beton yang dituangkan dalam volume besar, yaitu perbandingan
antara volume dan luas permukaan besar. (Tjokrodimulyo, 2007)
Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan mass concrete adalah
perbedaan suhu beton bagian dalam dan bagian luar (permukaan) yang terjadi akibat
adanya panas hidrasi. Bagian luar atau permukaan beton akan lebih cepat mendingin oleh
pelepasan panas di udara dan menyusut volumenya, sedangkan bagian dalam masih panas
dan belum menyusut, sehingga terjadi perbedaan volume dan cenderung memicu terjadinya
keretakan. Keretakan yang terjadi akibat pengaruh suhu ini dikenal dengan retak thermal.
Menurut ACI pada 1997 (Jurnal Vol. 94 No. 2), adanya perbedaan suhu dalam beton
dengan suhu lingkungan tidak lebih dari 20C. Pada proyek pembangunan gedung Graha
Emera Abadi (MRA), ditetapkan selisih suhu yang diperbolehkan antara 20-30C, atau
selama retak thermal tidak terjadi. Pengendalian retak thermal dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain precooling of concrete, postcooling of concrete, dan surface
insulation.
Selain pengendalian suhu, dalam pelaksanaan pekerjaan mass concrete juga harus
diperhatikan beberapa hal, seperti kesiapan lokasi mass concrete, kesiapan penyediaan
beton ready mix, penyediaan alat, pengaturan alur pengecoran, hingga pengaturan jadwal
pekerja. Mengingat pengecoran mass concrete harus dilakukan terus menerus tanpa
berhenti, hal-hal tersebut di atas harus diperhatikan dan dipersiapkan sebaik mungkin agar
tidak mengganggu jalannya proses mass concrete.

3. Persiapan Pekerjaan Mass Concretepada Pile Cap P43C
Persiapan pekerjaan mass concrete meliputi perhitungan jumlah kebutuhan mixer
truck dan lamanya pengecoran, pengaturan lalu lintas selama pengecoran, perkiraan suhu
beton ready mix yang diijinkan, pengaturan alur pengecoran, serta alat dan material yang
dibutuhkan selama pekerjaan mass concrete berlangsung. Hal-hal tersebut harus
direncanakan dan diperhatikan pelaksanaannya sebaik mungkin, agar tidak menghambat
jalannya proses pelaksanaan mass concrete di lapangan.

Perhitungan Jumlah Kebutuhan Mixer Truck dan Lamanya Pengecoran
Perhitungan kebutuhan mixer truck dan lamanya pengecoran pile cap P43C
membutuhkan beberapa data, seperti concrete pump capacity, mixer truck capacity, dan
volume beton ready mix yang dibutuhkan. Volume beton ready mix yang dibutuhkan untuk
pengecoran pile cap P43C dapat diketahui dengan menghitung volume pile cap P43C itu
sendiri. Diperoleh hasil perhitungan, jumlah mixer truck yang dibutuhkan untuk pekerjaan
mass concrete pile cap P43C ialah 171 mixer truck, waktu pengecoran kurang lebih 20 jam
dengan 2 buah concrete pump truck. Gambar 1 menunjukkan denah dan detail pile cap
P43C beserta dimensinya yang digunakan untuk menghitung volume pile cap P43.


Gambar 1. Denah dan Detail Pile Cap P43C
Sumber : PT. Nusa Raya Cipta, 2013

Pengaturan Lalu Lintas (Cycle Time)
Cycle time adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan 1 siklus pekerjaan
dengan urutan standar kerja yang telah ditentukan. Pengaturan lalu lintas atau cycle time
harus direncanakan sebaik mungkin, mengingat untuk mendapatkan hasil beton yang baik,
pengecoran harus dilakukan terus-menerus tanpa henti untuk menghindari terjadinya
sambungan dingin (cold joint). Perhitungan cycle time untuk pekerjaan mass concrete pile
cap P43C membutuhkan beberapa data, seperti concrete pump capacity, dan mixer truck
capacity. Dari perhitungan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa mixer truck harus
datang setidaknya setiap 7,5 menit sekali ke lokasi pengecoran, agar pengecoran mass
concrete pile cap P43C tidak terhambat dan dapat berlangsung secara terus menerus. Hal
ini harus tercapai guna menghindari terjadinya sambungan dingin (cold joint) pada beton
yang telah dicor.

Perkiraan Suhu Beton Ready Mix
Salah satu pengendalian suhu untuk menghindari terjadinya retak thermal ialah
dengan memperhatikan besar suhu pada agregat maupun campuran beton segar yang akan
digunakan untuk pengecoran. Dengan memperhatikan suhu masing-masing agregat yang
digunakan pada campuran beton segar, diharapkan campuran yang dihasilkan memiliki
besar suhu yang sesuai rencana atau tidak melebihi batas suhu yang ditetapkan. Pengecekan
suhu campuran beton ready mix tersebut dilakukan setiap mixer truck pembawa campuran
beton tiba di lokasi pengecoran. Pengecekan suhu tersebut diawasi langsung oleh pihak MK
maupun QC.

Pengaturan Alur Pengecoran
Alur pengecoran harus direncanakan dengan baik. Mengingat daerah cakupan
pengecoran yang cukup luas, ditambah dengan pelaksanaan mass concrete yang harus
dilaksanakan tanpa henti, alur pengecoran merupakan hal yang sangat membantu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan mass concrete. Alur pengecoran mass concrete pile cap
P43C dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.


Gambar 2. Alur Pengecoran Mass Concrete pada Pile Cap P43C
Sumber : PT. Nusa Raya Cipta, 2013

Terlihat bahwa terdapat dua jalur pengecoran, yaitu jalur pertama aliran dari pompa
1 dan jalur kedua aliran dari pompa 2. Sedangkan, berdasarkan kedalaman pile cap P43C,
terbagi 4 cakupan kedalaman. Keempat cakupan kedalaman tersebut menandakan urutan
dituangkannya campuran beton ready mix ke dalam pile cap P43C. Pembuatan alur
pengecoran tersebut dengan tujuan memudahkan pada saat penuangan campuran beton
segar pada pelaksanaan pengecoran mass concrete pile cap P43C.

Persiapan Pekerja yang Terlibat
Mengingat lamanya proses pelaksanaan mass concrete, dan pelaksanaannya yang
harus terus-menerus tanpa henti, kesiapan pekerja menjadi hal penting yang juga harus
dipersiapkan dengan matang. Pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan mass concrete
harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin, baik dalam hal jumlah pekerja yang terlibat
maupun pembagian tugas yang jelas. Pada pekerjaan mass concrete di proyek
pembangunan gedung Graha Emera Abadi (MRA) ini, pekerja yang dilibatkan sekitar 80
90 orang. Setiap pekerja yang terlibat mendapatkan shift bekerja setiap harinya. Pergantian
shift kerja dilakukan antara pukul 08.00 20.00 WIB dan pukul 20.00 08.00 WIB.

4. Pelaksanaan Pekerjaan Mass Concrete
Mengingat pekerjaan mass concrete ini dilaksanakan untuk pengecoran pile cap
P43C, tahap awal pelaksanaan pekerjaan tentunya diawali dengan tahap pelaksanaan
pekerjaan pile cap. Pekerjaan mass concrete dimulai ketika tahapan pekerjaan pile cap
selesai dilakukan, hingga menyisakan pekerjaan pengecoran saja.
Pengecekan Pile Cap P43C
Seperti pada tahap pelaksanaan pembuatan pile cap, hal yang harus dilakukan
sebelum memulai pengecoran ialah pengecekan pile cap. Pengecekan ini dilakukan baik
oleh pihak MK, maupun oleh pihak QC dari kontraktor itu sendiri. Pengecekan dilakukan
berdasarkan gambar shop drawing yang telah direncanakan sebelumnya. Jika dalam
pengecekan ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan gambar shop drawing, maka
perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke tahap pengecoran.

Pembersihan Pile Cap P43C
Setelah pile cap P43C dinyatakan lolos pengecekan oleh pihak MK maupun QC,
dilakukan tahap pembersihan pile cap sebelum pengecoran dimulai. Pembersihan
dimaksudkan untuk membersihkan pile cap dari debu maupun sampah yang mungkin
mengotorinya. Keberadaan debu dan sampah di permukaan pile cap yang akan dicor dapat
menggangu jalannya proses pengecoran. Jika pile cap tidak dibersihkan dari debu dan
sampah, beton segar yang akan mengisinya tidak dapat membentuk beton yang kuat karena
adanya kotoran yang menggangu proses pengikatan beton. Ketika proses pengikatan beton
terganggu, hal yang paling dikhawatirkan terjadi ialah melemahnya kekuatan beton
tersebut. Maka dari itu, tahapan pembersihan merupakan tahapan yang penting untuk
dilakukan sebelum dimulainya pengecoran.

Kesiapan Peralatan dan Material
Setelah melalui tahap pengecekan dan pembersihan, keperluan peralatan dan
material yang akan digunakan harus dipersiapkan dengan baik. Dalam pelaksanaan
pekerjaan mass concrete, peralatan dan material yang digunakan tidak jauh berbeda dengan
peralatan dan material yang digunakan pada pengecoran pada umumnya. Namun ada
beberapa peralatan dan material tambahan yang digunakan, mengingat pada pekerjaan mass
concrete terdapat beberapa perlakuan khusus yang harus dilakukan terhadap beton massa
yang dicor. Peralatan dan material yang harus disiapkan untuk pekerjaan mass concrete,
antara lain :
a. Thermmocouple
Thermocouple dibutuhkan pada pekerjaan mass concrete dalam proses pengawasan
dan pengendalian suhu beton segar selama proses berlangsung. Thermocouple
memiliki 3 titik sensor pembacaan suhu, yaitu titik atas, titik tengah dan titik bawah.
Melalui pembacaan suhu pada thermocouple tersebut, suhu beton pada pile cap P43C
dapat diketahui dan dikendalikan. Pada pekerjaan mass concrete pile cap P43C,
digunakan 9 thermocouple yang diletakkan di titik-titik yang telah ditentukan
sebelumnya. Titik-titik tersebut ditentukan secara acak dengan memperhitungkan
kedalaman pile cap P43C. Penentuan titik-titik thermocouple tersebut diatur merata
sedemikian rupa, sehingga pengendalian suhu pile cap dapat dipantau secara rata.
b. Kawat Ayam (Stop Cor)
Kawat ayam digunakan sebagai stop cor, yaitu tanda yang membagi pile cap ke dalam
beberapa bagian pengecoran. Seperti yang telah diketahui, alur pengecoran pada pile
cap P43C telah dipersiapkan sebelumnya. Kawat ayam ini membagi bagian-bagian
tersebut guna memudahkan pelaksanaan pengecoran mass concrete pada pile cap
P43C. Selain itu, pemasangan kawat ayam juga berfungsi sebagai penahan kecepatan
pengecoran, agar berlangsungnya pengecoran dapat dikendalikan.
c. Concrete Pump Truck
Concrete pump truck merupakan salah satu alat berat pembetonan. Alat pemompa
campuran beton dari mixer truck ke lokasi pengecoran ini memiliki kapasitas yang
berbeda-beda tergantung pada jenis pompa yang digunakan. Kapasitas pompa pada
concrete pump truck dikenal dengan concrete pump capacity (CPC). Pada proyek
pembangunan gedung Graha Emera Abadi (MRA), digunakan 2 buah concrete pump
truck untuk pelaksanaan pekerjaan mass concrete pada pile cap P43C, dan 1 buah
concrete pump truck yang stand by di lokasi sebagai pompa cadangan jika ditemukan
kendala di antara kedua concrete pump truck yang digunakan. Masing-masing concrete
pump truck yang digunakan memiliki kapasitas pompa 30 m
3
/jam.
d. Instalasi Pipa Cor
Setelah menentukan concrete pump truck yang akan digunakan, maka langkah
selanjutnya ialah mempersiapkan instalasi pipa cor dari concrete pump truck ke lokasi
pengecoran mass concrete pada pile cap P43C. Pipa cor merupakan pipa-pipa besi
yang digunakan untuk mengalirkan campuran beton segar dari concrete pump truck ke
tempat yang akan dicor. Instalasi pipa-pipa cor tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga membentuk alur pengecoran yang telah ditentukan.
e. Pagar
Pagar dipasang mengelilingi area pile cap P43C yang akan dicor. Pemasangan pagar
ini dilakukan untuk mempermudah jalannya pekerjaan mass concrete. Dengan adanya
pagar, pekerja yang akan lalu lalang selama proses pelaksanaan mass concrete akan
dapat dengan mudah mengakses area pengecoran. Dengan begitu pula, pekerjaan lain
yang berada di luar area pengecoran pile cap P43C dapat tetap berjalan tanpa
menggangu proses pelaksanaan mass concrete.
f. Tenda
Pada pelaksanaan pekerjaan mass concrete untuk pile cap P43C, dibutuhkan tenda
yang dipasang di atas pile cap yang dicor. Pemasangan tenda tersebut sebagai
penunjang pekerjaan mass concrete. Tenda tersebut berfungsi sebagai pelindung dari
hujan dan panas matahari selama pekerjaan mass concrete berlangsung. Mengingat
jalannya proses pelaksanaan pekerjaan mass concrete yang memakan cukup banyak
waktu dan dilakukan terus-menerus tanpa henti, maka diperlukan pelindung yang akan
melindungi jalannya pelaksanaan pekerjaan baik dari hujan maupun panas matahari.
g. Termometer
Termometer digunakan pada proses pemeriksaan suhu campuran beton awal.
Termometer digunakan untuk mengetahui suhu campuran beton yang tiba di lokasi
pengecoran, dan menentukan apakah campuran tersebut memenuhi syarat suhu yang
diijinkan atau tidak.
h. Vibrator
Seperti pada pekerjaan pengecoran umumnya, penggunaan vibrator bertujuan untuk
menghilangkan udara yang terjebak dalam campuran beton setelah dituang. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengeroposan beton.
i. Trowel
Trowel berfungsi untuk membantu meratakan dan menghaluskan permukaan beton
setelah dicor agar permukaannya tidak bergelombang. Pada pekerjaan mass concrete
pada pile cap P43C, trowel digunakan setelah campuran beton memenuhi bekisting,
sebelum pemberian floor hardener dilakukan.
j. Plastik dan Styrofoam
Plastik dan styrofoam digunakan pada pekerjaan mass concrete pada tahap perawatan
(curing), setelah pelaksanaan berlangsung. Plastik dan styrofoam berfungsi untuk
menurunkan suhu pada beton setelah pengecoran berlangsung. Plastik dan styrofoam
tersebut diletakkan menyebar menutupi permukaan pile cap P43C yang telah dicor.
Tujuannya ialah untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi di seluas permukaan
beton pile cap P43C yang mungkin terjadi setelah pengecoran berlangsung.

Pemeriksaan Suhu Beton Segar
Setelah semua persiapan selesai dilakukan, pengiriman beton segar dari pihak
penyuplai beton ready mix, PT. Pionirbeton Industri, mulai berjalan. Sebelum beton segar
dituang ke dalam bekisting pile cap P43C, beton segar tersebut harus melalui beberapa
pemeriksaan. Salah satunya ialah pemeriksaan suhu. Suhu beton segar yang diijinkan ialah
tidak lebih dari 34C. Suhu tersebut ditetapkan oleh pihak PT. Pionirbeton Industri sendiri,
dengan memperhitungkan suhu masing-masing agregat, mutu beton yang digunakan, dan
juga dimensi pile cap yang akan dicor. Pemeriksaan suhu beton segar tersebut dilakukan
untuk setiap mixer truck yang tiba di lokasi.
Jika terdapat suhu beton segar yang melebihi suhu ijin, maka perlu dilakukan
perlakuan khusus guna menurunkan suhu beton segar tersebut. Perlakuan yang dapat
dilakukan misalnya dengan menambahkan pecahan es batu ke dalam campuran beton.
Pecahan es batu tersebut digunakan sebagai pengganti sebagian air pencampur, yang pada
dasarnya bertujuan untuk mengurangi suhu awal campuran. Penambahan pecahan es batu
tersebut dilakukan di plant mixer truck yang bersangkutan.

Pengujian Nilai Slump (Slump Test) Beton Segar
Pemeriksaan selanjutnya ialah pemeriksaan nilai slump (slump test) dari campuran
beton tersebut. Menurut SNI 03-1972-1990, slump beton ialah besaran kekentalan
(viscocity) atau plastisitas dan kohesif dari beton segar. Atau dengan kata lain, slump adalah
penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang diukur setelah cetakan uji
slump diangkat. Pengujian nilai slump ini merupakan faktor yang terkait dengan
kemudahan pengerjaan beton segar (workability) tersebut dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Besaran nilai slump bervariatif sesuai dengan kegunaan beton segar tersebut untuk berbagai
jenis konstruksi. Nilai slump yang dihasilkan dari pengujian tersebut juga berkaitan dengan
kekuatan rencana beton yang akan dikerjakan. Beton yang digunakan dalam pengecoran
pile cap P43C ialah mutu beton (fc) 33 MPa. Nilai slump yang diijinkan ialah 12 cm atau
dengan kata lain antara 10 14 cm.

Pengambilan Sampel Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium
Jika campuran beton segar yang diuji memenuhi syarat nilai slump yang diijinkan,
maka tahap selanjutnya ialah pengambilan sampel untuk pengujian di laboratorium.
Pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan campuran beton yang lolos
pemeriksaan suhu dan nilai slump, ke dalam cetakan beton silinder. Penuangan beton ke
dalam cetakan dilakukan sesuai standar yang telah ditetapkan. Cetakan-cetakan sampel
beton silinder tersebut kemudian dibawa ke laboratorium pengujian untuk selanjutnya
dilakukan tahap pengujian kuat tekan beton. Pengujian kuat tekan beton tersebut dilakukan
oleh pihak penyuplai beton ready mix itu sendiri yaitu PT. Pionirbeton Industri.

Pendataan dan Pengawasan Mixer Truck
Pendataan dan pengawasan ini berguna untuk menghindari kesalahan pada
pekerjaan mass concrete, seperti kesalahan pengiriman beton ready mix, atau kesalahan
antara jumlah beton ready mix yang dipesan dengan beton ready mix yang tiba di lokasi.
Selain itu, pendataan mixer truck juga berguna untuk kepentingan laporan pengecoran.

Penuangan Beton Segar
Setelah beton segar yang tiba di lokasi pengecoran melalui beberapa tahap
pemeriksaan dan dinyatakan layak untuk melanjutkan proses pelaksanaan pekerjaan mass
concrete, maka campuran beton segar tersebut siap untuk dituangkan ke dalam pile cap
P43C. Penuangan beton segar ke dalam pile cap menggunakan instalasi pipa cor yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Penuangan beton segar tersebut juga mengikuti alur pengecoran
yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Perawatan (Curing) Mass Concrete
Sama halnya seperti pekerjaan konstruksi pada umumnya, setelah melewati tahap
pelaksanaan, maka selanjutnya tahap yang harus dilalui ialah perawatan atau curing. Dalam
pekerjaan mass concrete ada beberapa hal yang termasuk dalam perawatan (curing) mass
concrete. Hal-hal yang dikerjakan pada tahap ini berkaitan dengan perawatan beton setelah
pengecoran.

Pemberian Floor Hardener
Floor hardener adalah bahan tambahan sebagai pengeras dan pelicin permukaan
beton. Fungsi floor hardener adalah untuk memperkuat permukaan beton terhadap gesekan,
khusunya beban berat dan sedikit terhadap benturan. Floor hardener terbuat dari beberapa
campuran bahan, seperti pasir, grading, semen, silika, pigmen, dan lain-lain. Floor
hardener berbentuk bubuk, ditaburkan di atas permukaan beton ketika beton setengah
mengering, yang kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan trowel, sehingga akan dihasilkan
permukaan beton yang lebih keras, rata dan halus. Floor hardener biasa digunakan pada
lantai garasi, area parkir, area pergudangan, area pabrik atau industri, dan area-area yang
membutuhkan lalu lintas. Standar penggunaan floor hardener disesuaikan dengan kondisi
lalu lintas yang akan dipikul beton di atasnya.
Permukaan pile cap P43C yang akan ditaburi floor hardener merupakan lantai akan
berfungsi sebagai lantai basement 2. Sehingga kebutuhan penggunaan floor hardener yang
digunakan termasuk dalam kebutuhan lalu lintas menengah yaitu sebanyak 5 kg/m
2
.
Kebutuhan floor hardener yang digunakan menyesuaikan dengan luas permukaan pile cap
P43C itu sendiri.

Pelapisan Permukaan Beton dengan Plastik dan Styrofoam
Setelah pemberian floor hardener pada permukaan beton pile cap P43C, maka tahap
perawatan selanjutnya ialah dengan menutupi permukaan beton dengan plastik dan
styrofoam. Penggunaan lapisan plastik dan styrofoam ini sangat membantu dalam proses
perawatan (curing). Lapisan pertama atau lapisan terbawah (bersentuhan langsung dengan
permukaan beton) ialah lapisan plastik. Kemudian di atas lapisan plastik tersebut,
diletakkan lapisan kedua yaitu lapisan styrofoam. Pemberian lapisan styrofoam pada
seluruh permukaan beton massa ini merupakan upaya isolasi antar suhu dalam beton massa
tersebut yang diharapkan merata dengan suhu lingkungan. Pelapisan permukaan beton
dengan plastik dan styrofoam ini dilakukan selama masa perawatan yaitu 7 hari setelah
pengecoran berlangsung.

Pembacaan Suhu pada Thermocouple
Hal penting lainnya yang termasuk ke dalam tahap perawatan (curing) pada
pekerjaan mass concrete ialah pembacaan suhu pada thermocouple. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, thermocouple memiliki fungsi yang penting dalam pelaksanaan
pekerjaan mass concrete, yaitu untuk mengetahui suhu pada beton yang dicor, serta
berfungsi dalam pengendalian suhu beton massa untuk menghindari terjadinya retak
thermal. Thermocouple memiliki 3 titik sensor pembacaan suhu, yaitu titik sensor atas, titik
sensor tengah, dan titik sensor bawah. Ketinggian ketiga titik sensor tersebut sesuai dengan
ketinggian thermocouple yang diletakkan dalam pile cap P43C. Ketiga titik sensor tersebut
mengukur suhu beton di sekitar titik sensor di dalam pile cap. Ketiga titik sensor tersebut
tentu memiliki besar suhu yang berbeda-beda. ACI (1997) telah menetapkan bahwa selisih
besar suhu antara ketiga titik sensor pada thermocouple tidak lebih dari 20C.
Pembacaan suhu pada thermocouple dilakukan setiap 2 jam sekali pada hari pertama
perawatan (satu hari setelah pengecoran berlangsung), setiap 3 jam sekali pada hari kedua
perawatan, dan setiap 24 jam sekali pada 3 hari berikutnya, hingga hari perawatan ke 6.
Terdapat perbedaan yang signifikan pada pembacaan grafik thermocouple 5 (TC-5).
Thermocouple 5 memiliki besaran suhu maksimum pada pembacaan suhu titik sensor
bawah, sedangkan idealnya suhu maksimum terdapat pada pembacaan titik sensor tengah,
seperti yang terjadi pada 8 titik thermocouple lainnya. Thermocouple 5 merupakan
thermocouple yang diletakkan tepat di tengah bagian pile cap P43C. Letak dipasangnya
thermocouple tersebut merupakan salah satu penyebab mengapa thermocouple 5 memiliki
suhu yang lebih besar dibandingkan dengan suhu pada thermocouple lainnya.
Thermocouple yang terletak di sisi tepi pile cap akan mendapat pengaruh lingkungan lebih
besar daripada thermocouple yang diletakkan di bagian tengah pile cap. Pengaruh
lingkungan tersebut seperti pengaruh kelembaban udara.
Thermocouple 5 merupakan thermocouple yang dipasang pada kedalaman
maksimum pile cap P43C, yaitu 4,6 meter. Kedalaman thermocouple tersebut
mempengaruhi mengapa thermocouple 5 memiliki suhu maksimum pada pembacaan titik
sensor bawah. Ketika berlangsungnya proses penuangan beton segar, beton yang dituang
tentunya akan mengalir ke bagian paling bawah pile cap. Dengan begitu, dapat dikatakan
bahwa pile cap dimana thermocouple 5 dipasang merupakan bagian yang paling banyak
menerima aliran beton dari bagian-bagian yang lebih tinggi dalam pile cap tersebut.
Semakin banyak beton yang mengalir ke bagian dalam tersebut, semakin banyak panas
yang diterima di bagian bawah thermocouple 5, maka semakin besar pula pembacaan suhu
pada titik sensor bawah thermocouple 5.

KESIMPULAN
Pada pelaksanaan kerja praktek yang penulis lakukan, penulis mendapatkan banyak
pengalaman dan pengetahuan berharga dari PT. Nusa Raya Cipta dalam proyek
pembangunan gedung Graha Emera Abadi (MRA) yang berlokasi di jalan TB. Simatupang
No. 19, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Selama kegiatan
kerja praktek berlangsung, penulis melakukan pengamatan mengenai hal apa saja yang
dapat dipelajari dalam proyek tersebut. Sehingga, diperoleh kesimpulan sebegai berikut :
1. Penulis dapat mengetahui tahapan kegiatan, metode pelaksanaan, maupun manajemen
pelaksanaan kerja di suatu proyek teknik sipil.
2. Penulis dapat mengetahui berbagai jenis alat kerja, beserta cara kerja dan fungsi tiap-
tiap alat yang digunakan selama proyek berlangsung.
3. Penulis mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan materi perkuliahan di
lapangan, seperti kesempatan membantu pekerjaan drafter untuk memperbaiki soft
drawing, maupun kesempatan membantu QC melakukan check list pekerjaan di
lapangan.
4. Penulis mendapatkan pengetahuan mengenai beberapa masalah yang mungkin terjadi
di suatu proyek konstruksi, beserta bimbingan dari pihak kontraktor tentang bagaimana
cara penanganannya.
5. Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam hal melakukan interaksi
sosial di dalam lingkungan proyek, serta saran dan ilmu yang bermanfaat bagi
kemajuan penulis dalam bidang teknik sipil.
6. Berdasarkan pembahasan masalah khusus mengenai Metode Pelaksanaan Mass
Concrete pada Pile Cap P43C, penulis memperoleh pengetahuan lebih mendalam
mengenai tahapan-tahapan pekerjaan mass concrete, mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan, hingga perawatan mass concrete. Penulis dapat menghitung beberapa
parameter yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan mass concrete, antara lain :
a. Menghitung jumlah kebutuhan mixer truck beserta lamanya pengecoran mass
concrete berlangsung, berdasarkan volume pile cap P43C, concrete pump capacity
(CPC) dan mixer truck capacity (MTC) yang digunakan. Diperoleh hasil
perhitungan jumlah mixer truck yang dibutuhkan untuk pekerjaan mass concrete
pile cap P43C ialah 171 mixer truck, dan waktu pengecoran kurang lebih 20 jam
dengan 2 buah concrete pump truck.
b. Menghitung cycle time untuk pekerjaan mass concrete pada pile cap P43C yang
digunakan untuk kepentingan pengaturan lalu lintas pekerjaan tersebut. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa mixer truck harus datang setidaknya setiap 7,5
menit sekali ke lokasi pengecoran, agar pengecoran mass concrete pada pile cap
P43C tidak terhambat dan dapat berlangsung secara terus menerus. Hal ini harus
tercapai guna menghindari terjadinya sambungan dingin (cold joint) pada beton
yang telah dicor.
7. Penulis dapat mengetahui penentuan hal-hal penting berkaitan dengan persiapan
pekerjaan mass concrete pada pile cap P43C, seperti perkiraan suhu beton ready mix
yang akan digunakan dalam pengecoran, pengaturan alur pengecoran, serta persiapan
pekerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
8. Penulis dapat mengetahui dan menjabarkan runtutan pelaksanaan pekerjaan mass
concrete pada pile cap P43C, mulai dari pengecekan pile cap, pembersihan pile cap,
kesiapan peralatan dan material yang digunakan, pemeriksaan suhu beton segar,
pengujian nilai slump (slump test) beton segar, pengambilan sampel beton segar untuk
pengujian laboratorium, pendataan dan pengawasan mixer truck yang keluar dan
masuk lokasi proyek, hingga proses penuangan beton segar.
9. Penulis dapat mengetahui hal-hal apa yang termasuk ke dalam tahap perawatan
(curing) mass concrete, mulai dari pemberian floor hardener, pelapisan permukaan
beton dengan plastik dan styrofoam, serta pembacaan suhu pada thermocouple yang
dipasang pada pile cap P43C.

DAFTAR PUSTAKA
Fissabil, Erlangga Jihadul. 2012. Metode Pelaksanaan Mass Concrete pada Ruang
Radiologi. Universitas Gunadarma, Depok.
Gandini, Nova Dwi. 2013. Metode Pelaksanaan Raft Foundation. Universitas Gunadarma,
Depok.
Hutagalung, Jefri. Pembuatan Pile Cap.
http://jefrihutagalung.wordpress.com/2009/04/27/pembuatan-pile-cap. Diakses pada
tanggal 25 Agustus 2013.
Imran, Iswandi dkk. 2007. Tinjauan Prinsip Sustainabilitas dalam Konstruksi pada
Perencanaan Mass Concrete: Studi Kasus pada Proyek Gandaria Main Street.
Seminar Nasional Sustainability dalam bidang Material, Rekayasa dan Konstruksi
Beton. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Mandasari, Febry. 2013. Analisis Daya Dukung Pondasi Spun Pile Pile Cap 4 (PC4) Zona
5. Universitas Gunadarma, Depok.
Marsiano. Studi Pembuatan Beton Massa dan Pengaruhnya Terhadap Temperatur (Studi
Kasus : Project Senopati Suites). ISTN, Jakarta.
Nainggolan, Beny. Pelaksanaan Pekerjaan Apartemen Pakubuwono View Jakarta.
http://magnesiumkarbonat.wordpress.com/2011/11/24/metode-pelaksanaan-gedung-
tinggi. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai