Anda di halaman 1dari 30

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

3.1 Latar Belakang Proyek


Pada proyek Garuda Ceres Factory Expansion, yang menjadi topik
bahasan pada laporan ini adalah pekerjaan struktur bawah. Pada bab ini akan
dibahas pelaksanaan pekerjaan struktur bawah sesuai urutan pekerjaannya yaitu,
pekerjaan persiapan, pekerjaan galian tanah, pelaksanaan pondasi tiang
pancang, pemotongan tiang pancang, pemasangan tulangan, pembuatan
bekisting, dan pelaksanaan pile cap.
Sebelum pembahasan tentang pelaksanaan pekerjaan, terlebih dahulu
dibahas mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pekerjaan fabrikasi
besi tulangan, dan kendali mutu ready mix pada proyek Garuda Ceres Factory
Expansion.

3.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Sebelum melaksanakan pekerjaan, pengarahan mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) atau Safety Induction merupakan hal yang wajib
dilakukan. Ini merupakan kebijakan dari PT. Takenaka Indonesia yang harus

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

diikuti oleh semua pihak yang terlibat langsung dalam proyek, baik pekerja
ataupun pengawas. Adapun komponen K3 diproyek adalah
1. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Helm
Helm digunakan untuk melindungi kepala dari benturan, kejatuhan
alat maupun material.
b. Pakaian Kerja
Tujuan memakai pakaian kerja ialah melindungi badan dari pengaruh
yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
c. Sepatu Kerja
Sepatu kerja seperti safety shoes dan sepatu boot yang terbuat dari
bahan kulit dilapisi metal merupakan perlindungan terhadap kaki.
Setiap pekerja harus memakai sepatu kerja agar bisa bebas berjalan
tanpa terluka oleh benda tajam atau kemasukan oleh kotoran.
d. Masker
Masker berfungsi untuk menyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara buruk yang dapat mengganggu
pernapasan.
e. Kacamata Kerja
Kacamata digunakan untuk melindungi mata dari debu. Pekerja yang
membutuhkan perlindungan mata adalah pekerjaan las, dan bobok.
f. Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari benda keras
dan tajam selama menjalankan kegiatan konstruksi.
g. Sabuk pengaman
Pekerja yang melakukan pekerjaan pada ketinggian atau pada posisi
yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety
belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga pekerja dari

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection


baja, atau kegiatan lain yang harus dikerjakan di area ketinggian.
3.3 Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
Pelaksanaan pekerjaan struktur merupakan hal yang sangat penting dalam
pembangunan suatu konstruksi. Pada pelaksanaan pekerjaan struktur bawah
proyek Garuda Ceres Factory Expansion ini, pondasi yang digunakan adalah
pondasi jenis pile cap, dimana pada tinjauan yang kami lakukan dilapangan
dibagi menjadi 2 area, area untuk pekerjaan pemancangan di packaging
area,dimana jenis pancang yang digunakan adalah spun pile, spun pile adalah
jenis tiang beton prategang dengan diameter 450 mm dan panjang 10 meter, dan
untuk pekerjaan pemasangan pile cap ada di area Dragees Phase 2 Center line
D'.
Keuntungan dari tiang pancang ini adalah pemancangannya yang sangat
cepat, sehingga dapat dengan mudah melakukan pemancangan sampai ke
lapisan tanah dalam. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitasnya
ketat, maka hasilnyapun dapat diandalkan. Tiang ini juga sangat mudah
diperoleh karena persediaannya yang cukup banyak di pabrik.
Untuk lebih jelas tentang tahapan metoda pekerjaan struktur bawah ini,
dapat dilihat pada diagram alir dalam Gambar 3.3.

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.1 Diagram alir metoda pelaksanaan pekerjaan pondasi


3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan
Sebelum melakukan pekerjaan, persiapan yang matang akan membuat
pekerjaan berjalan dengan lancar. Begitupun pada pekerjaan pondasi pada
proyek Garuda Ceres Factory Expansion melakukan beberapa pekerjaan
persiapan.
3.4.1

Demolish (Menghancurkan) Bangunan Lama


Proyek ini merupakan perluasan bangunan sebelumnya, maka
bangunan yang lama harus dihancurkan terlebih dahulu. Proses
penghancuran bangunan lama tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab

Owner

bukan

pihak

PT.

Takenaka.

Proses

Demolish

(Menghancurkan) dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.2 Pekerjaan Demolish bangunan lama menggunakan Breker.

3.4.2

Galian dan Urugan Tanah

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Setelah pekerjaan demolition selesai, puing-puing lantai bangunan


yang dihancurkan dipisahkan dengan tanah. Pada proyek Garuda CeresFactory Expansion pekerjaan tanah dibantu dengan menggunakan alat
berat yaitu Excavator..

Boo
Cabi
m
Track
n
Frame

Gambar 3.3 Pekerjaan perataan tanah menggunakan Backoe.

Arm
Bucke
t

Adapun fungsi dari bagian-bagian Excavator diantaranya :


1. Bucket berfungsi untuk menggeruk tanah.
2. Arm berfungsi untuk mengayun bucket naik turun.
3. Boom berfungsi untuk menggerakan arm naik turun.
4. Kabin berfungsi untuk mengendalikan excavator.
5. Track Frame berfungsi sebagai roda excavator.
3.4.3

Pemadatan Tanah
Pemadatan merupakan usaha penyusunan kembali letak butir
tanah. Pekerjaan pemadatan dilakukan setelah tanah diratakan, tanah
harus dipadatkan agar kerapatan tanah naik dengan memperkecil jarak
antar partikel volume udara dan tidak terjadi perubahan volume air yang
cukup berarti pada tanah tersebut. Pada Area Packaging begitupun pada
semua area yang berada pada Ceres-Garuda Factory Expansion,
pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat berat Compactor

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

(Penggilas). Alat ini digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan
pemadatan. Karena akibat getaran ini tanah menjadi padat. Pemadatan
dengan menggunakan Compactor ditunjukkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pekerjaan perataan tanah menggunakan Compactor.

3.3.2

Persiapan Material Pancang


Pada saat material tiang pancang datang, penempatan tiang
pancang harus disimpan di tempat yang dekat dengan area yang akan
dipancang. Agar mudah dalam pelaksanaannya. Proses pemindahan
pancang ke tempat material dibantu menggunakan mobile crane.

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.5 Kedatangan material pancang

3.3.3

Cek Material
Pengecekan material dilakukan pada saat tiang pancang datang ke
lapangan. Hal yang harus diperhatikan dalam pengecekan material
adalah dimensi, panjang tiang pancang, retak, bengkok, dan keropos.
Apabila hasil pengecekan telah memenuhi spesifikasi, maka tiang
pancang sudah layak untuk digunakan.

a. Pancang dengan diameter 450 mm.

Gambar 3.6 Pengecekan diameter tiang pancang


b. Memiliki panjang 10 meter

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.7 Pengecekan panjang spun pile


c. Pile dalam kondisi tidak retak, lurus, dan tidak keropos.
d. Kondisi capping tidak berkarat, bersih, dan tidak bengkok.
3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
Dalam laporan ini, penulis melakukan

peninjauan

pelaksanaan

pemancangan pada area packaging center line O,P dan Q. Shop drawing denah
dapat dilihat pada lampiran.
3.4.1 Penentuan Titik Preboring
Sebelum dilakukan pemancangan, dilakukan preboring terlebih
dahulu. Titikpreboring ditentukan oleh tim surveyor. Titik preboring
yang kemudian akan dilanjutkan dengan pekerjaan pemancangan ini
mengacu

pada

shop

drawing

yang

telah

dibuat.

Penentuan

titikpreboring dapat dilaksanakan dengan menggunakan theodolit dan


meteran. Acuan untuk menentuakan titik adalah dengan menarik garis
center linepada production area dan center line A yang sudah ada.
Setelah mendapatkan titik yang ditentukan, kemudian benamkan
patok kayu atau besi minimal 20 cm ke dalam tanah untuk menghindari
adanya pergeseran akibat terkena oleh tiang atau kendaraan yang
mengirim tiang.
3.4.2

Pekerjaan Preboring

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.8 Mesin preboring


Pengeboran dilakukan menggunakan mesin tipe XX LS 78 LS,
dengan bor sepanjang 9 meter. Pengeboran dilakukan sampai kedalam 8
meter agar melewati tanah lensa.

3.4.3

Pekerjaan Pemancangan
Pada proyek Garuda-Ceres Factory Expansion jenis pondasi
yang digunakan adalah pondasi tiang pancang. Metode Jacking
Pile adalah metode pemancangan dengan menggunakan Mesin Pancang
Hydraulic

dimana

proses

pemancang

tiang

pancang

dengan

memberikan tekanan beban secara statis (beban tetap, baik besarnya


(intensitasnya), titik bekerjanya dan arah garis kerjanya) pada tiang
pancang, penekanan/pemancangan tiang akan berhenti bila tiang telah
mencapai tanah keras aktual (bisa sesuai data sondir report dan bisa
juga kurang atau lebih dalam dari kedalaman sondir).
Pondasi tiang pancang merupakan pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

lenturan. Pada area Dragees Fase 2 tiang pancang yang digunakan


adalah tiang dengan tipe square pile dengan ukuran 250 250.
Pemancangan dilakukan dengan menggunakan Jacking Pile.
Dalam operasionalnya, Jacking Pile menggunakan sistem jepit yang
kemudian akan menekan tiang pancang tersebut.
Penggunaan Jacking Pile sangat tepat digunakan pada daerah
perkotaan dan padat penduduk. Karena dengan teknologi Jacking Pile,
pemancangan dapat dilakukan tanpa suara, tanpa polusi udara dan tanpa
getaran sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Gambar 3.9 Jacking Pile HSPDZYJ 240 Ton


Proses pemancangan dengan menggunakan Jacking Pile dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Alat Jacking Pile diposisikan pada titik pancang yang telah
ditetukan sesuai dengan gambar rencana.
b. Tiang pancang diikat lalu diangkat. Setelah terikat dengan benar
dan tidak akan terlepas, tiang pancang diangkat dengan
menggunakan crane .

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar
3.10dimasukkan
Pengangkatan
tiang pancang.
c. Kemudian tiang
pancang
kedalam
lubang sentral yang
terdapat dalam clamping box.

Gambar 3.11 Clamping box pada HSPD


d. Setelah itu, operator mengatur pressing valve agar clamping
hydraulic cylinder menjepit spun pile yang berada ditengah lubang
clamping box, kemudian clamping box ditekan dengan pile
pressing hydraulic cylinder sehingga spun pile di dorong ke bawah
dan masuk kedalam tanah.Saat spun pile ditekan ke dalam tanah,
kita dapat membaca nilai tekanan (Ra) pada preassure gauge yang
menunjukkan kekuatan daya dukung tanah yang sedang dipancang.

Gambar 3.12 Preasure gauge

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

e. Setelah tiang pancang masuk ke tanah, pressing box diangkat


kembali pada posisi semula. Setelah pressing box berada diatas,
tiang dijepit kembali dengan clamping hydraulic cylinder,
kemudian clamping box ditekan kembali sehingga spun pile masuk
kedalam tanah lagi,urutan ini dilaksanakan berulang-ulang sampai
seluruh spun pile masuk kedalam tanah.

Gambar 3.13 Monitoring pekerjaan tiangpancang


f. Apabila spun pile yang sedang dipancang tinggal 2 meter lagi dari
permukaan tanah dan kedalaman pemancangan sudah hampir
mendekati kedalaman lapisan tanah serta nilai Ra pada pressure
gauge sudah mendekati nilai Mpa yang diinginkan, maka untuk
berikutnya masukkan spun pile yang lain ke dalam clamping box
untuk membantu mendorong spun pile yang berada dibawahnya
agar dapat terdorong sampai rata dengan tanah ataupun terdorong
lebih jauh lagi kedalam tanah.

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.14 Proses pendorongan spun pile


g. Selanjutnya urutan pekerjaan tersebut dilakukan berulang-ulang
secara terus menerus sampai dengan tekanan pile pressing
hydraulic cylindersesuai dengan daya dukung yang direncanakan.
h. Bila pemancangan sudah sampai ke permukaan tanah keras maka
proses pemancangan sudah selesai. Dan apabila dalam proses
pemancangan akhir spun pile tersebut tidak dapat masuk lagi
sehingga mengakibatkan sisa spun pile diatas permukaan tanah,
maka spun pile tersebut harus dipotong rata dengan tanah agar alat
HSPD dapat berpindah ke titik selanjutnya.

Gambar 3.15 Pemotongan sisa spun pile diatas permukaan tanah

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

i. Selanjutnya adalah dengan melakukan cheklist. Dalam form isian


inspection cheklist for pilling record, spesifikasi yang harus
diperhatikan adalah kedalaman penetrasi, pile bearing capacity
(Ra) akhir yang dicapai, serta kemiringan spun pile tersebut.
Untuk kedalaman penetrasi rencana, kedalaman spun pile
masuk ke dalam tanah adalah sepanjang 10 meter. Sedangkan
untuk pile bearing capacity (Ra) rencana, minimal harus 45 Ton.
Dan untuk kemiringan sebesar 100 mm. Format isian inspection
cheklist for pilling record dapat dilihat pada lampiran.

3.4.4

Tes PDA (Pile Driving Analyzer)


Setelah selesai pemancangan.

Tahap

selanjutnya

adalah

melakukan tes PDA (Pile Driving Analyzer). Tujuan dilakukannya tes


PDA ini adalah untuk mengetahui daya dukung aksial tiang, keutuhan
tiang, dan efisiensi energi yang ditransfer.
Persiapan dalam melakukan tes PDA antara lain adalah
penggalian tanah permukaan pada sekeliling kepala tiang, hal ini
dilakukan apabila kepala tiang sama rata dengan permukaan tanah.
Setelah itu dilakukan pengeboran lubang kecil pada tiang untuk
pemasangan strain transducer dan accelerometer. Kemudian dilakukan
pengumpulan informasi untuk gambar yang menunjukkan lokasi tiang,
tanggal pemancangan, panjang tiang dan luas penampang tiang, serta
panjang tiang terbenam.

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Regangan dan percepatan selama pemancangan diukur dengan


menggunakan strain tranducer dan accelerometer. Dua buah strain
tranducer dan dua buah accelerometer dipasangkan pada bagian atas
dari tiang yang diuji (minilal 1,5D dari kepala tiang). PDA mengukur
energi pemancangan aktual yang ditransfer selama pengujian. Karena
berat palu pancang dapat diketahui, maka efisiensi energi yang
ditransfer dapat dihitung.
Saat penulis melakukan peninjuan, penulis tidak menyaksikan
secara langsung dikarenakan tes PDA pada finished goodsarea belum
dilaksanakan. Namun dikarenakan tes PDA merupakan prosedur untuk
mengetahui memenuhi syarat atau tidaknya pancang dapat digunakan,
maka penulis mencantumkan prosedur ini dalam laporan.
Adapun tes PDA yang telah dilakukan yaitu berada di raw
material area. Tes PDA ini dilakukan pada saat jauh hari sebelum
penulis

melaksanakan

PKL

dan

dilakukan

oleh

PT

Master

Geotesfondasi.
Pada proyek ini, tes PDA dilakukan pada tiga titik pancang. Tes
PDA baru bisa dilakukan minimal setelah 14 hari pemancangan
dilakukan. Tes PDA dilakukan dengan cara penumbukan kembali tiang
pancang yang telah terpancang. Sumber energi tumbukan adalah dari
drop hammer dengan berat 2 Ton.
3.4.5

Pekerjaan Pemotongan Tiang Pancang

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Setelah penggalian menggunakan Backhoe, pancang dipotong


sesuai elevasi pada shop drawing. Untuk pemotongan tiang pancang
digunakan tenaga manual, dan hasil potongan dikumpulkan serta
dibuang ke area yang telah ditentukan. Untuk ikatan antara Tiang
pancang dengan lantai konstruksi ditambahkan besi pada tiang
pancang.

Gambar 3.16 Pemotongan tiang pancang setelah digali untuk pile cap

3.4.6

Pembuatan Lantai Kerja


Proses pembuatan lantai kerja dilakukan setelah proses
pemotongan tiang pancang, proses pembuatan lantai kerja ini berfungsi
sebagai lantai kerja untuk memudahkan pekerja

dalam proses

pemasangan tulangan, ketebelan dan ukuran pada lantai kerja ini sesuai
dengan ukuran pile cap dan ketinggian elevasi pada bagian bawah pile
cap biasanya setebal pipa scafolding dengan ukuran pipa sebesar 50
mm. Adapun fungsi dari pembuatan lantai kerja adalah sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

1. Memudahkan pekerja berdiri d atas lahan datar, lahan menjadi tidak


kotor dan becek.
2. Merupakan dudukan besi lapis bawah (untuk pondasi rakit atau pilecap).

Gambar 3.17 Pembuatan lantai kerja

3.4.7

Marking Garis Pile Cap


Gambar
3.18 Pembuatan
lantai kerja
Sebelum masuk
ke pembahasan
pekerjaan
pembesian pada
pilecap tahapan yang harus dilakukan adalah tahap markingpile cap
pada lantai kerja. Hal ini berfungsi untuk pekerjaan pembesian dan
pekerjaan konstruksi acuan dan perancah.
Marking pondasi ini disesuaikan dengan ukuran pondasi yang
digunakan. Contohnya untuk pile cap tipe PC9C pada Center line 3,
ukuran pile cap ini adalah sebesar 4400x2200 mm. Cara pada tahapan

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

marking ini adalah dengan menarik meteran untuk mengukur lebar


pondasi dan mengacu pada as pada center line yang ada, kemudian
tandai.

Gambar 3.19 Cek As pada pile cap

Gambar 3.20 Marking dan cek eksentrisitas.


3.4.8

Pemasangan Beton Decking


Beton deking merupakan penahan tulangan agar tidak menempel
ke bekisting sehingga tebal selimut beton merata sesuai dengan
perencanaan. Dalam pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada
bagian tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan.
Bentuk dari beton decking adalah silinder dengan tebal 70 mm untuk
yang menempel pada bekisting, dan 130 mm untuk beton decking yang
menempel pada bekisting.

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai


dengan posisi yang diinginkan. Dan membuat besi tulangan akan selalu
diselimuti beton yang cukup dan tidak berkarat, sehingga didapatkan
kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat.

Gambar 3.21 Beton decking diatas lantai kerja

Gambar 3.22 Beton decking diantara bekisting dan tulangan

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

3.4.9

Pemasangan Tulangan
Pada shop drawing telah diketahui dimensi pile cap dan ukuran
untuk penulangan pile cap. Tulangan yang akan digunakan harus dalam
keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dan tulangan, agar
menghasilkan mutu dan kualitas beton pada proses pengecoran dan
perkerasan beton sesuai yang diinginkan.
Barbending schedule digunakan oleh pekerja sebagai pedoman
untuk dapat melakukan pengukuran, pemotongan tulangan dan
pembengkokan tulangan sesuai dengan pile cap yang akan dikerjakan.
Pemotongan tulangan dilakukan dengan menggunakan alat bar cutter
dan untuk pembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan
bar bender.

Gambar 3.23 Bar bender

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.24 Bar cutter


a)

Material yang digunakan


Tulangan yang dipakai pada pekerjaan pondasi di area
Dragees ini adalah tulangan ulir dengan diameter D32, D29,
D25 , dan D16. Tulangan ulir diameter D32 dan D25
digunakan sebagai tulangan utama pile cap, sedangkan
tulangan ulir dengan diameter D16 digunakan sebagai
sengkang.
Tulangan D29 digunakan sebagai shear connector
untuk menghubungkan pile cap baru dengan struktur eksisting.
Pemasangan shear connector dilakukan dengan memasukkan
tulangan ulir D29 ke pile cap eksisting yang bertemu dengan
pile cap baru yang telah dilakukan pengeboran sebelumnya.
Kedalaman pengeboran atau kedalaman tulangan yang
dimasukkan ke dalam struktur eksisting adalah sepanjang 500
mm. Setelah dilakukan pengeboran, dilakukan pembersihan
lubang pengeboran dengan menggunakan kompresor. Setelah
keadaan lubang hasil pengeboran bersih, chemical hilty sebagai
perkuatan dari tulangan tersebut dimasukkan ke dalam lubang

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

hasil

pengeboran.

Kemudian

tulangan

D29

tersebut

dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran yang telah diisi


dengan chemical hilty.
Pemasangan shear connector harus dilakukan oleh
pekerja yang benar-benar teliti tentang kebersihan area yang
akan dipasang shear connector tersebut. Karena apabila masih
ada debu yang tertinggal pada lubang hasil pengeboran, akan
mengakibatkan chemical hilty dengan struktur eksisting tidak
akan menyatu. Kedalaman pengeboran atau kedalaman
tulangan yang akan dimasukkan ke dalam struktur eksisting
tersebut tidak boleh lebih kecil dari 500 mm.

Gambar 3.25 Pemasangan chemical hilty

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.26 Pemasangan chemical hilty

b) Pemotongan dan pembengkokan tulangan


Pekerjaan ini dilakukan karena panjang tulangan yang
ada di pasaran tidak sesuai dengan ukuran yang diinginkan,
maka tulangan perlu dipotong dan dibengkokan sesuai dengan
gambar kerja.
Tulangan

yang

akan

digunakan

di

potong

dan

dibengkokan sesuai dengan ukuran dimensi pile cap yang


sudah

dilakukan

pengukuran

sebelumnya

dengan

menggunakan bar cutter dan bar bender. Pemotongan dan


pembengkokan tulangan dilakukan di tempat penyimpanan
material.
c) Perakitan tulangan
Setelah pekerjaan pemotongan dan pembengkokan
selesai, tulangan dibawa ke area pile cap oleh pekerja,
kemudian dirakit sesuai dengan gambar rencana. Perakitan

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

dimulai dari pemasangan tulangan utama D32 yang dipasang


pada bagian bawah pile cap. Lalu tulangan D32 diikat dengan
menggunakan kawat bendrat. Tulangan dipasang dengan jarak
antar tulangan adalah sebesar 10 cm.
3.4.10 Pemasangan Bekisting
Setelah pekerjaan pembesian dan pemasangan beton decking
selesai, maka dilakukan pembersihan puing-puing di sekitar kolom
yang akan dicor tersebut. Apabila sudah bersih, dapat dilakukan
pekerjaan bekisting yang menggunakan triplex 15 mm yang telah
dioleskan fosroc agar beton tidak menempel ke bekisting.

Komponen
bekisting
digunakan
antara lain adalah hollow
Gambar
3.27 yang
Pemasangan
Bekisting
(rangka) yang didalamnya dilapisi dengan playwood, formtie, pastikon,
klem, dan sabuk bekisting.
3.4.11 Pekerjaan Pengecoran Pile Cap
Pile cap merupakan struktur bawah pada suatu bangunan yang
berfungsi untuk mengikat atau menghimpun pondasi tiang pancang
yang sudah terpasang. Konstruksi yang digunakan adalah beton
bertulang.

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Pada struktur bangunan gedung bertingkat pile cap merupakan


bagian terpenting dari pondasi bangunan. Struktur ini terbuat dari beton
bertulang dengan ukuran dan jumlah besi tulangan menyesuikan hasil
perhitungan. Pile cap di gunakan sebagai pondasi untuk mengikat tiang
pancang yang sudah terpasang dengan struktur di atasnya.

Fungsi

dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian
akan terus disebarkan ke tiang pancang.
a) Persiapan
Sebelum dilaksanakan pengecoran, area pile cap yang akan
dicor dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran atau debu dengan
cara disiram oleh pekerja. Apabila area pile cap yang akan dicor
masih kotor, maka tidak akan dapat dilakukan pengecoran.

Gambar
Pembersihan
pile cap
yangdilakukan
akan dicor
Setelah 3.28
pile cap
tersebut sudah
dapat
pengecoran,
maka volume pengecoran ditentukan terlebih dahulu agar
pemesanan beton sesuai dengan volume yang akan dicor. Setelah
volume

ditentukan,

maka

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

pemesanan

beton

ready

mix

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

dilaksanakan. Pengiriman beton dilakukan secara berkala setiap


kali datang tidak langsung sekaligus. Hal ini dilakukan agar beton
yang akan dipakai tidak terlalu lama didiamkan. Kapasitas truk
yang membawa beton tersebut 7 m3 pada setiap truk ready mix.

Gambar 3.29 Mobil beton ready mix

Setelah truk ready mix datang terlebih dahulu diuji slump dari
beton yang akan dipakai. Pengujian ini dilakukan pada setiap truk
yang datang. Sampel beton dikeluarkan dari truk untuk keperluan
pegujian. Setelah pengujian slump dilakukan dan dinyatakan
memenuhi persyaratan yang tertera pada spesifikasi teknis yaitu 12
2 cm, maka diambil sampel beton.

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

b) Pengecoran Gambar 3.30 Slump test beton segar


Pengecoran dilakukan menggunakan concrete

pump,

sehingga sebelum ready mix datang dilakukan penyetelan pipa


concrete pump dan pipa ke area pile cap yang akan di cor.

Gambar
3.31
Mobil
concrete
Setelah concrete
pump
siap,
ketika
readypump
mix datang dapat
langsung dihubungkan ke concrete pump dan langsung dilakukan
pengecoran pile cap.

c) Pemadatan Gambar 3.32 Pengecoran pile cap


Pemadatan beton dilakukan menggunakan alat concrete
vibrator fungsinya untuk memadatkan beton yang masuk ke
bekisting

sehingga

semua

bagian

kolom

terisi

padat.

Penggunaannya concrete vibrator tidak dilakukan hanya disatu sisi

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

saja tetapi pemadatan ini dilakukan mengelilingi setiap bagian dari


pile cap tersebut.

Gambar 3.33 Pemadatan menggunakan vibrator


3.4.12 Perawatan beton
Perawatan beton dilakukan untuk menjaga air yang terkandung
di dalam beton tidak terlalu cepat menguap. Apabila air yang
terkandung di dalam beton lebih cepat menguap sebelum terjadinya
setlemen (pengerasan semen) akan mengakibatkan keretakan pada
beton. Untuk itu, setelah beton mengeras dilakukan curring atau
perawatan beton dengan cara menyiram beton menggunakan air.

Gambar 3.34 Perawatan beton segar


3.4.13 Pembongkaran Bekisting

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Pembongkaran bekisting dilakukan bila beton dianggap telah


mengeras, dalam hal ini yaitu sekitar 12-24 jam setelah pengecoran.
Pada pekerjaan ini dilakukan secara hati-hati agar beton yang sudah
jadi tidak rusak.

Gambar 3.35 Pembongkaran bekisting

3.5 Pengendalian Mutu


Tujuan pada metode Trial Mix ini adalah untuk menunjukan beberapa
perbandingan dari bahan-bahan untuk menghasilkan mutu beton yang baik dan
berkualitas. Poses pengujian Trial mix ini dilakukan di PT Adhimix Precast
Indonesia. Pada proses pengujian ini mutu beton yang dicari adalah K-350.

Gambar 3.36 Nilai Kalibrasi kumulatif agregat untuk beton K-350,


Slump 122 cm
JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 3.37 Nilai Kalibrasi kumulatif Air untuk beton K-350,Slump 122 cm

Gambar 3.38 Nilai Kalibrasi kumulatif semen portland untuk beton K-350,
Slump 122 cm

JURUSAN TEKNIK SPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai