Anda di halaman 1dari 28

BAHAN BUTIRAN (AGREGAT)

DALAM CAMPURAN BETON


II. AGREGAT (BAHAN BUTIRAN)

Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau


mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang
berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil
atau fragmen-fragmen.

Pada beton, agregat mengisi ± 75 % massa beton.

Agregat Sebagai bahan


( halus dan kasar ) pengisi

Beton
Pasta Semen Sebagai bahan
( Semen + Air ) pengikat
FUNGSI AGREGAT
Fungsi Utama
Sebagai bahan utama pengisi
beton, yaitu menyusun massa beton
sepadat mungkin untuk
membangun kekuatan beton

Fungsi Tambahan
1. Menghemat penggunaan Semen Portland
2. Mengurangi susut pengerasan beton
3. Ikut mengontrol /membentuk kekentalan adukan
beton agar diperoleh campuran beton yang mudah
untuk dikerjakan.
KLASIFIKASI AGREGAT

Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu:

1. Agregat halus (fine aggregate)


yaitu agregat dengan ukuran
butiran ≤ 4,75 mm (saringan
Halus
ASTM No. 4).

Agregat Sebagai agregat halus biasanya


digunakan pasir
(ASTM C-33)
2. Agregat kasar (coarse
Kasar aggregate)
yaitu agregat dengan ukuran
butiran > 4,75 mm (saringan
ASTM No. 4).
Sebagai agregat kasar biasanya
digunakan kerikil (gravel) atau
batu pecah (crushed stone)
JENIS AGREGAT

A. Berdasarkan Sumber

1. Agregat Alam

Menggunakan bahan baku batu alam atau penghancurannya.


Jenis yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Misalnya
pasir alam, batu pecah, kerikil.

2. Agregat Buatan

Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan tertentu, atau


karena kekurangan agregat batuan alam. Misalnya slag, tailing.
Agregat Alam

Kerikil dan Pasir alam


merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan
induknya. Biasanya berbentuk bulat
Agregat Batu Pecah
dibuat dengan memecah batuan alam. Bentuk agregat
pecah biasanya tidak bulat. Supaya tidak pipih
dilakukan pemecahan dua kali. Permukaan kasar
sehingga baik untuk membuat mutu beton lebih tinggi
B. Berdasarkan Berat

Agregat Ringan :
memiliki berat jenis kurang dari 2 dan biasanya digunakan untuk
beton non struktural
Agregat Normal :
memiliki berat jenis 2,5 sampai dengan 2,7
Agregat Berat :
memiliki berat jenis lebih dari 2,8. Digunakan sebagi bahan
pembuatan dinding pelindung radiasi sinar X
C. Berdasarkan Bentuk

Menurut BS 812 : Part 1, bentuk butiran agregat dapat dibedakan


atas:
•Bulat (rounded)
Biasanya agregat alam
•Bersudut (angular)
Biasanya batu pecah
•Pipih (flaky)
Apabila rasio terlebar dengan tertebal lebih dari 3
•Memanjang (elongated)
Apabila rasio panjang terhadap lebar lebih dari 3
•Pipih dan memanjang (flaky & elongated)
Tidak boleh digunakan dalam membuat beton
•Tidak beraturan (irregular)
Biasanya batu pecah
Bentuk-bentuk Agregat (BS 812 : Part 1)
Flaky
and
Elongated
Rounded Irregular Angular Flaky Elongated
SIFAT-SIFAT AGREGAT DALAM CAMPURAN BETON

Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material bahan campuran


beton :
a. Kadar air
Kadar air merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya air yang
terkandung dalam agregat. Nilai kadar air diperlukan untuk menentukan
jumlah air pencampur yang dibutuhkan dalam campuran beton.
b. Absorpsi
Absorpsi merupakan parameter yang menunjukkan kemampuan agregat
menyerap air dari lingkungannya. Nilai absorpsi diperlukan untuk
menentukan jumlah air pencampur yang dibutuhkan dalam campuran beton.
c. Berat Jenis
Berat jenis merupakan parameter yang menunjukkan kepadatan butiran agregat
dibandingkan dengan kepadatan air. Atau massa agregat diabndingkan
dengan massa air pada volume dan temperatur yang sama. Nilai berat jenis
akan diperlukan untuk menentukan jumlah agregat yang dibutuhkan dalam
campuran beton.
d. Gradasi
Gradasi adalah susunan berbagai ukuran butiran yang terdistribusi dalam massa
agregat.
e. Modulus kehalusan butiran (fineness modulus)
Suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir–
butir agregat. Didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat
yang tertahan di atas satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan
0.15 mm) kemudian nilainya dibagi seratus .
f. Kekerasan
Ketahanan agregat untuk tidak hancur akibat benturan dan tekanan.
g. Bentuk butiran
Agregat dengan bentuk butiran bersudut dan tidak beraturan akan menghasilkan
beton dengan kekuatan yang lebih tinggi.
h. Tekstur Permukaan
Agregat dengan permukaan yang kasar akan menghasilkan beton dengan
kekuatan yang lebih tinggi.
i. Kadar lumpur
Kandungan lumpur dalam agregat akan mengurangi kekuatan beton
AGREGAT KASAR (COARSE AGGREGATE)
Diperoleh secara alami dari sungai seperti kerikil (gravel) atau dengan
memecah dari batuan besar menjadi ukuran yang dikehendaki (batu pecah),
atau menggunakan agregat buatan seperti slag.

Sifat Fisik Agregat Kasar yang Baik untuk Pembuatan Beton

1. Memiliki butiran yang keras (tidak hancur jika bertumbukan)


2. Kompak/padat (tidak mengandung pori-pori yang banyak)
3. Tidak pipih (mudah patah)
4. Kekal/tidak mudah berubah volume karena perubahan cuaca (tidak
mengalami pelapukan)
Persyaratan agregat kasar

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
natrium dan magnesium SNI 03-3407-1994 Maks 12 %
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks 40 %
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10
cm ) 95/90
DoT’s Pennsylvania Test
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 Method, PTM No. 621
cm ) 80/75
Partikel pipih (flaky) ASTM D-4791 Maks 25 %
Partikel lonjong (elongated) ASTM D-4791 Maks 10 %
Material lolos saringan no. 200 SNI 03-4142-1996 Maks 1 %
Aggregate Impact Value (AIV) BS 812:part 3:1975 Maks 30%
Berat Jenis dan Penyerapan SNI 03-1969-1990 Maks 3%
AGREGAT HALUS (FINE AGGREGATE)

Dapat berupa :
Pasir Galian :
bebas dari kandungan garam, biasanya memiliki kandungan lumpur yang
lebih tinggi
Pasir Sungai :
berbutir halus dan berbentuk bulat serta relatif lebih bersih
Pasir Laut :
berbutir halus dan bulat, mengandung garam sehingga perlu treatment
sebelum digunakan dalam beton
Agregat buatan :
Umumnya berasal dari material limbah misalnya slag dan pecahan kaca
Persyaratan Agregat Halus

a. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 4 % berat.


b. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak.
c. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras
d. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam ukuran butiran, dengan
modulus kehalusan berkisar antara 1,5 sampai dengan 3,5.
e. Apabila menggunakan pasir laut, maka diperlukan treatment khusus untuk
mengurangi kandungan garamnya
Berbagai Macam Kondisi Pori-Pori Agregat
1. Kondisi basah (moist), yaitu seluruh pori Air dalam pori
berisi air dan permukaan agregat juga basah
Moist

Air di permukaan
2. Kondisi jenuh dan kering permukaan
(saturated surface dry / SSD), yaitu seluruh
pori berisi air dan permukaan agregat kering SSD

Air dalam pori


kering
3. Kondisi kering udara (air dry), yaitu
sebagian pori berisi air Air Dry

Air dalam pori

kering
4. Kondisi kering oven (oven dry), yaitu
seluruh pori kering / tidak berisi air Oven Dry
Gradasi Agregat
Susunan berbagai ukuran butiran yang terdistribusi dalam suatu
massa agregat disebut gradasi

1. Gradasi kontinu (well graded)


Ukuran butiran terdistribusi kontinu dari
paling kecil sampai paling besar.

2. Gradasi seragam (uniform graded)


Ukuran butiran seragam (uniform)

3. Gradasi diskontinu / bercelah (gap graded)

Ada suatu ukuran butiran yang hilang


Pengaruh Gradasi Agregat
• Gradasi Agregat dan Ukuran butir maksimum menentukan banyaknya air
dan jumlah semen yang dibutuhkan dalam beton untuk mendapatkan
kekentalan adukan yang direncanakan
• Gradasi yang baik akan memberikan tingkat optimal untuk
mendapatkan kepadatan dan kekuatan beton maksimum
• Berbagai standar menyarankan dan menetapkan batas-batas susunan
besar butir yang baik untuk beton

Cara Menginformasikan Gradasi Pasir

• Gradasi dapat diketahui dari percobaan Analisa Ayakan


• Hasil analisa ayakan diinformasikan /dinyatakan dalam bentuk grafik dan
dalam suatu angka yang dinamakan Modulus Kehalusan (fineness
modulus, FM)
Contoh 1 Hasil Analisis Ayakan

Berat Contoh Pasir 1000 gram

%
Berat %
Berat kumulatif Batas Batas
Ukuran kumulatif lewat
No tertahan tertingga atas bawah
Ayakan tertahan ayakan
(gram) l (%) (%)
(gram) (%)
(%)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (f) (f)


1 9.5 mm 0 0 0 100 100 100
2 4.75 mm 20 20 2 98 100 95
3 2.36 mm 27 47 4.7 95.3 100 80
4 1.18 mm 58 105 10.5 89.5 85 50
5 0.6 mm 179 284 28.4 71.6 60 25
6 0.3 mm 529 813 81.3 18.7 30 10
7 0.15 mm 172 985 98.5 1.5 0 15
8 Pan 15 1000 0 0 0

9 Jumlah 1000 225.4


19
Modulus Kehalusan
Modulus Kehalusan / Fineness Modulus / FM =
Jumlah % kumulatif yang tertinggal di setiap ayakan / 100

Untuk contoh di atas

0  2  4.7  10.5  28.4  81.3  98.5


FM   2.254
100

Artinya adalah ukuran rata-rata butir pasir terletak diantara ayakan 2 dan 3
dari bawah (dari pan)

Pasir yang boleh dipakai dalam membuat beton adalah pasir


yang mempunyai FM 1,50 – 3,50
Contoh 2 Hasil Analisis Ayakan

Persen Lolos
Contoh Grafik Hasil Analisis Ayakan
Gradasi Agregat Halus Menurut BS dan SK.SNI T-15-1990-03

Kekasaran Pasir dikelompokkan menjadi 4 Zona


• Zone/Daerah 1 : Pasir Kasar (FM 3,00 – 3,50)
• Zone/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar (FM 2,50 – 3,00)
• Zone/Daerah 3 : Pasir Agak Halus (FM 2,00 – 2,50)
• Zone/Daerah 4 : Pasir Halus (FM 1,50 – 2,00)

23
Persyaratan Gradasi Agregat Halus Menurut BS dan SK.SNI T-
15-1990-03

Persen Berat Lolos Kumulatif

FM 3,00 – 3,50 2,50– 3,00 2,00 – 2,50 1,5 – 2,00


Agregat Halus – Zone 1
Persen lolos kumulatif
Agregat Halus – Zone 2
Persen lolos kumulatif
Agregat Halus – Zone 3
Persen lolos kumulatif
Agregat Halus – Zone 4

Anda mungkin juga menyukai