Anda di halaman 1dari 7

21

MODUL 3
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA AGREGAT HALUS

3.1. Tujuan praktikum

Menentukan kandungan bahan organik dalam agregat halus berdasarkan


ASTM C-40 standar warna Hellige Tester No 3. Kandungan bahan organik
yang berlebihan pada unsur bahan beton dapat mempengaruhi kualitas beton

3.2. Teori Dasar

Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2 mm – 5 mm.


Menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir
maksimum 4,75 mm. Agregat halus memiliki berbagai jenis yaitu pasir, serbuk
kaca, zeolite ,dll. Namun, pada praktikum kali ini agregat halus yang
digunakan yaitu pasir.
Agregat halus yang digunakan harus memenuhi syarat- syarat yang sesuai
dengan SNI 02-6820-2002. Pasir yang digunakan merupakan pasir sungai
bukan pasir pantai dan tidak boleh mengandung banyak bahan organik. Bahan-
bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya banyak
tercampur pada pasir alam.
Salah satu cara untuk menguji adanya zat organik di dalam agregat halus dapat
dilakukan dengan mengekstrak atau memisahkannya dengan menggunakan
larutan NaOH 3% dan warna yang terjadi dibandingkan dengan pembanding
warna standar setelah didiamkan selama ± 24 jam. Jika ternyata warna yang
dihasilkan mendekati No.1 atau No.2, maka kadar zat organik dalam agregat
halus tersebut bernilai rendah sehingga dapat digunakan sebagai bahan adukan
untuk beton mutu tinggi maupun beton normal. Jika warna yang dihasilkan
melebihi No.3 maka agregat halus tersebut tidak disarankan untuk digunakan
sebagai bahan adukan dalam pembuatan beton. Jika warna larutan persis seperti
No.3 berarti beton tersebut masih dapat digunakan dalam campuran beton.
22

3.3. Peralatan

a. Botol Kaca

Gambar 3.3.1.Botol Kaca


b. Corong

Gambar 3.3.2.Corong
c. Hellige Tester

Gambar 3.3.3. Hellige Tester


23

3.4 Bahan

a. Pasir dengan massa volume 150 ml (1/3 volume botol)

Gambar 3.4.1. Pasir


b. Larutan NaOH 3%

Gambar 3.4.2. Larutan NaOH 3 %


24

3.5. Prosedur Percobaan

a. Benda uji dimasukan kedalam botol

Gambar 3.5.1. Sampel Dimasukkan Kedalam Botol


b. Tambahkan senyawa NaOH 3%. Setelah dguncang, total volume kira-kira
¾ volume botol.

Gambar 3.5.2 Menambahkan Senyawa NaOH 3%


c. Botol ditutup erat – erat dengan penutup dan diguncangkan kembali.

Gambar 3.5.3. Botol Digucangkan


25

d. Diamkan botol selama 24 jam.

Gambar 3.5.4. Mendiamkan Benda Uji Selama 24 Jam


e. Setelah 24 jam , bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar
warna Hellige Tester No. 3 (apakah lebih gelap atau lebih terang)

Gambar 3.5.5. Membandingkan Warna Dengan Hellige Tester


26

3.6. Data Hasil Percobaan

Tabel 3.6.1. Data Hasil Percobaan


Lebih Gelap Sama LebihTerang

Sumber: Data Hasil Percobaan

3.7. Analisis

Menurut hasil percobaan yang kami lakukan pada praktikum kali ini, kami
mendapati bahwa warna pada cairan dalam botol bening sama dengan warna
nomor 3 pada Hellige Tester. Menurut SNI – 03- 2461-1999, hasil ini
menunjukkan bahwa agregat halus ini dapat digunakan dalam pembuatan
beton.
27

3.8. Kesimpulan dan Saran

3.8.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan


bahwa;
a. Warna cairan NaOH 3% yang didapat sama dengan nomor 3 pada
kode warna sehingga dapat digunakan dalam proses pembuatan
beton.
b. Kandungan bahan organik yang berlebihan pada agregat halus
menyebabkan agregat tersebut tidak disarankan untuk menjadi
bahan adukan beton.
c. Semakin sedikit kandungan bahan organik pada agregat halus,
semakin baik agregat tersebut menjadi bahan adukan beton

3.8.2 Saran

Dari praktikum yang kami lakukan, kami sarankan kepada para


pembaca yaitu;
a. Peserta praktikum diharapkan membersikan peralatan setelah
praktikum.
b. Peserta praktikum diharapkan mengembalikan alat yang dipinjam
ketempat semula.
c. Peserta praktikum diharapkan menggunakan alat – alat
laboratorium dengan hati – hati karena alat – alat yang digunakan
mudah pecah.

Anda mungkin juga menyukai