Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

1.3 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar


Disusun oleh : Rella Alfi Juanda 2107112404
Praktikan : Eistin Atika Haryadi 1907111443
Ahmad Fahrudin 2107112400
Alifah Hendri 2107111227
Cindi Fatika Sari 2107111614
Febri Ardiansyah 2107112790
Nurul Khaira 2107113450
Rayyan Fahreza 2107112794
Rella Alfi Juanda 2107112404
Septiadji Imami Putra 2107112797

1.3.1 Standar Referensi


1. SNI 03-1971-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Agregat.
2. ASTM C 566-97 : Standart Test Method for Total Evaporable
Moisture Content of Aggregate by Drying.
1.3.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air agregat melalui
pengeringan. Kadar air total adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam agregat dengan berat kering agregat. Nilai kadar air ini digunakan untuk
mengoreksi jumlah air dalam campuran beton sesuai dengan kondisi agregat
lapangan.

1.3.3 Dasar Teori


Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam agregat dengan berat agregat itu sendiri dalam keadaan kering,
yang dinyatakan dalam bentuk persen. Hasil pengujian kadar air agregat dapat
digunakan dalam pekerjaan :
1. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
2. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
Jumlah air dalam agregat harus diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air
yang dibutuhkan dalam campuran beton. Agregat yang basah (mengandung banyak

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

air), juga membuat campuran lebih basah dan sebaliknya. Dalam campuran beton,
air memiliki dua buah fungsi, yang pertama memungkinkan reaksi kimia yang
menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, yang kedua yaitu untuk
melumasi campuran kerikil, pasir dan semen agar dapat dituangkan ke dalam
cetakan yang sesuai dengan rencana. Air dalam campuran beton terdiri dari:
1. Air yang terserap di dalam agregat (wa)
2. Air yang berada pada permukaan agregat (ws)
3. Air yang ditambahkan disaat proses pencampuran (wm)
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Kadar air tungku, merupakan keadaan yang benar-benar tidak berair.
2. Kadar air kering udara, merupakan keadaan yang permukaannya kering tetapi
terdapat sedikit mengandung air di dalam porinya.
3. Kadar air jenuh kering permukaan, merupakan keadaan yang tidak ada air di
permukannya tetapi masih mampu untuk menyerap air.
4. Kadar air kondisi basah, merupakan keadaan yang dimana butir-butir air
menyebabkan bertambahnya kadar air pada campuran beton.
Jumlah air yang terkandung dalam agregat harus diketahui karena dapat
mempengaruhi jumlah air dalam campuran beton. Pada saat perancangan campuran
beton, keadaan agregat dianggap dalam kondisi kering permukaan jenuh (Saturated
Surface Dry condition/SSD), sehingga kadar air agregat harus diperiksa sebelum
digunakan. Jika agregat dalam kondisi tidak jenuh dengan air, maka agregat akan
menyerap air dari campuran beton, sehingga terjadi kekurangan air pada saat
pengerasan. Apabila agregat yang digunakan dalam keadaan basah (banyak air)
akan membuat campuran menjadi lebih encer dan cair, sedangkan pada kondisi
kering akan membuat campuran lebih kental karena akan menyerap air. Sehingga
agregat dengan kondisi saturated surface dry merupakan agregat dengan kondisi
terbaik, karena tidak menyerap air ataupun membuat campuran terlalu kebanyakan
air atau encer. Pada saat di lapangan sangat sulit untuk mencapai kondisi SSD,
sehingga perlu untuk mengkonversikan kondisi yang sebenarnya dari agregat di
lapangan menjadi kondisi SSD dengan mengetahui kadar air total dan penyerapan
dari agregat yang diukur.

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

1.3.4 Peralatan
1. Timbangan
Akurasi timbangan yang digunakan adalah 0,1 gram, merek timbangan ini
adalah Excellent. Untuk mengukur berat agregat, timbangan digital jenis ini lebih
mudah untuk digunakan karena berat angregat lansung ditampilkan sehingga dapat
langsung dibaca dalam bentuk angka.

Gambar 1.3.1 Timbangan


Sumber : Dokumentasi Praktikan
2. Oven
Oven yang suhunya dapat disesuaikan hingga (110±5) °C dengan merek
Control. Oven dapat mengeringkan agregat hingga seluruh air yang terkandung
didalam agregat hilang dan berat agregat menjadi konstan.

Gambar 1.3.2 Oven


Sumber : Dokumentasi Praktikan

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

3. Talam
Talam logam tahan karat yang berkapasitas cukup besar, digunakan sebagai
wadah untuk menampung agregat dan mencegah sampel tercampur dengan agregat
lainnya. Talam juga berfungsi sebagai wadah untuk menimbang agregat dan tempat
pada saat proses pengeringan agregat secara keseluruhan, sehingga agregat tidak
terbuang percuma dan tercampur dengan agregat lainnya.

Gambar 1.3.3 Talam


Sumber : Dokumentasi Praktikan

1.3.5 Bahan Uji

Gambar 1.3.4 Agregat Kasar


Sumber : Dokumentasi Praktikan

Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum dengan


batasan menurut tabel berikut ini:

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

Tabel 1.3.1 Berat Agregat Yang Diuji Minimum Berdasarkan Ukuran Maksimum
Ukuran Maksimum Berat Minimum Agregat yang Diuji
Agregat (kg)
6,30 mm (1/4”) 0.50

9,50 mm (3/8”) 1.50

12,70 mm (0,5”) 2.00

19,10 mm (3/4”) 3.00

25,40 mm (1,0”) 4.00

38,10 mm (1,5”) 6.00

50,80 mm (2,0”) 8.00

63,50 mm (2,5”) 10.00

76,20 mm (3,0”) 13.00

88,90 mm (3,5”) 16.00


Sumber: Buku pedoman pelaksanaan pratikum bahan bangunan

1.3.6 Prosedur Praktikum


1. Timbang dan catat berat talam (W1).
2. Masukkan benda uji ke dalam talam, kemudian berat talam dan berat benda
uji ditimbang. Catat beratnya (W2).
3. Catat berat benda uji: (W3 = W2 – W1).
4. Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)
°C sampai mendapat berat benda uji yang tetap.
5. Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam
(W4).
6. Hitunglah berat benda uji kering: W5 = (W4 – W1).

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

1.3.7 Perhitungan
W3-W5
Kadar air agregat = X 100%
W5

Keterangan:
W3 = Berat benda uji semula (gram)
W5 = Berat benda uji kering (gram)

Percobaan I
Berat benda uji semula (W3) = 1000 gram
Berat benda uji kering oven (W5) = 985 gram
1000 - 985
Kadar air = X 100% = 1.52 %
985

Percobaan II
Berat benda uji semula (W3) = 1000 gram
Berat benda uji kering oven (W5) = 980 gram
1000 - 980
Kadar air = X 100% = 2.04 %
980

Kadar air agregat rata-rata


Kadar Air Percobaan I + Kadar Air Percobaan II
=
2
1.52 % + 2.04 %
=
2
= 1.78 %

1.3.8 Pengamatan
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air dalam agregat dengan
berat agregat itu sendiri yang dinyatakan dalam persen (%). Kadar air mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap pencampuran beton, karena kadar air memiliki
peran untuk menentukan jumlah persentase air yang akan digunakan nantinya pada
saat proses campuran beton. Dalam melakukan pengujian kadar air, agregat kasar
yang digunakan sebaiknya adalah material yang sebelumnya tidak terpapar sinar
Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

matahari secara langsung dalam jangka waktu yang lama. Karena kualitas agregat
juga menentukan kadar air agregat tersebut, apabila agregat terpapar sinar matahari
dalam jangka waktu yang lama, maka agregat tersebut akan banyak menyerap air
pada saat pencampuran beton sehingga air yang dibutuhkan akan kurang dan perlu
ditambah.
Kadar air agregat kasar yang didapat yaitu sebesar 1.78%, nilai ini memenuhi
standar spesifikasi kadar air yaitu 0,5% - 2%. Kadar air pada agregat perlu diketahui
untuk menghitung jumlah air yang dibutuhkan dalam campuran beton sesuai
dengan nilai fas. Jika kadar air agregat melebihi atau kurang dari standar spesifikasi
maka perlu untuk memperhitungnya kembali. Sehingga jika kadar air agegat tidak
diperhatikan maka akan mempengaruhi beton yang dihasilkan. Jadi pada saat
menghitung campuran adukan beton perlu menambahkan jumlah air ke dalam
campuran.
Air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi hanya sekitar 30% dari berat semen,
kandungan air tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton yang dihasilakn
akan menjadi rendah. Selain itu, kelebihan akan air akan bersama-sama dengan
semen bergerak ke permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang
(bleeding). Lapisan tipis yang dihasilkan dari penuangan ini akan mengurangi daya
rekat antar lapisan beton dan merupakan bidang sambung yang lemah. Nilai slump
juga ditentukan oleh jumlah air yang ditambahkan pada campuran, semakin banyak
air yang ditambahkan pada pembuatan beton maka nilai slump akan semakin tinggi
dan kekuatan beton akan semakin rendah.

1.3.9 Kesimpulan
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan berat agregat itu sendiri dalam keadaan kering yang
dinyatakan dalam persen (%). Air yang terkandung di dalam agregat akan
mempengaruhi jumlah air yang digunakan dalam campuran. Agregat yang basah
akan membuat campuran lebih basah dan membuat Faktor Air Semen (FAS)
meningkat, dan sebaliknya agregat yang kering dapat menyerap air dan
menurunkan kelecakan campuran. Jadi, kadar air dalam agregat harus diketahui,

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

berdasarkan ASTM C556, kadar air yang baik untuk agregat kasar adalah 0,5%-
2%. Pada percobaan ini didapat nilai kadar air sebesar 1.78%, nilai ini sudah
memenuhi standar spesifikasi. Maka tidak perlu lagi melakukan perhitungan untuk
menentukan tambahan air yang diperlukan.
Koreksi air adukan dari kondisi agregat kasar yaitu sebesar 0.90%, didapat
dari nilai kadar air pada agregat kasar dan penyerapan air (absorsi). Karena nilai
penyerapan air dari agregat lebih kecil dari nilai kadar air yang dikandung agregat,
maka tidak perlu ditambahkan air pada saat proses pencampuran. Begitu juga
sebaliknya, apabila nilai penyerapan air lebih besar dari nilai kadar air pada agregat,
maka perlu ditambahkan air pada saat proses pencampuran agar agregat tidak
menyerap air pada adukan beton. Apabila agregat menyerap air pada adukan beton
maka adukan beton akan kekurangan air, sehingga menyebabkan terjadinya
segregation. Segregation atau segregasi adalah suatu keadaan yang cenderung
memisahkan komponen-komponen pembentuk beton. Agregat, air, dan bahan
pengisi dalam campuran beton tidak dapat menyatu membentuk campuran yang
homogen. Jika campuran terlalu cair dapat mengalami bleeding, bleeding adalah
keluarnya air dari campuran beton yang disebakan oleh pelepasan air dari pasta
semen oleh pengaruh gravitasi akibat beratnya sendiri. Dengan mengetahui kadar
air agregat dan koreksi air adukan diharapkan agregat dapat diasumsikan bahwa
agregat berada dalam keadan SSD dan beton yang akan dihasilkan adalah beton
dengan kadar air normal, sehingga kuat tekan beton akan sesuai dengan kuat tekan
yang telah direncanakan.

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

Tabel 1.3.2 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar


LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS
Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
No. Contoh :1 Sumber Contoh : Lab. Bahan Bangunan
Tgl. Terima : 6 Maret 2023 Jenis Contoh : Agregat Kasar
Pelaksana : Kelompok B2 Untuk : Praktikum
Pengujian 1
Berat Talam (W1) = 121 gram
Berat talam + benda uji (W2) = 1121 gram
Berat benda uji (W3) = 1000 gram
Berat benda uji kering + talam (W4) = 1106 gram
Berat benda uji kering (W5) = 985 gram
Kadar air agregat (W5)/(W3)×100% = 1.52 %
Pengujian 2
Berat Talam (W1) = 120 gram
Berat talam + benda uji (W2) = 1120 gram
Berat benda uji (W3) = 1000 gram
Berat benda uji kering + talam (W4) = 1100 gram
Berat benda uji kering (W5) = 980 gram
Kadar air agregat (W5)/(W3)×100% = 2.04 %
Rata-Rata = 1.78 %
Sumber : Data Hasil Praktikum Kelompok B2

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

FLOWCHART PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR

Menyiapkan sampel
Menimbang berat agregat
agregat kasar yang akan
kasar yang akan di uji
di uji

Mengeringkan agregat
kasar didalam oven pada
suhu (110 ± 5) °C

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

Menimbang berat agregat


kasar yang telah di oven

Kelompok 2 Kelas B
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN | 2023

DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-1971-1990. (1990). Metode pengujian kadar air agregat. Bandung: Badan
Standardisasi Indonesia.
ASTM International. (2004). ASTM C566-97: Standard Test Method for Total
Evaporable Moisture Content of Aggregate by Drying, ASTM C566-97.
Annual Book of ASTM Standards.
Tim Laboratorium Teknologi Bahan Universitas Riau. (2022). PEDOMAN
PELAKSANAAN PRAKTIKUM. Pekanbaru : Teknik Sipil Universitas Riau.

Sugiharto, H dan Kusuma, G.H.(2000). PENGUKURAN KADAR AIR


AGREGAT DAN BETON SEGAR DENGAN MENGGUNAKAN
MICROWAVE OVEN. Universitas Kristen Petra, Vol 2 (No. 1), 22 – 36.

Setiawan. A. (2011). STUDI PENGARUH PENGGUNAAN MATERIAL PASIR


PUTIH BARANTI TERHADAP KEKUATAN BETON. Universitas “45”
Makassar, Vol 12 (No. 1).

Ginting, A dan Gunawan, W.(2011). PENGARUH KADAR AIR AGREGAT


TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Universitas Janabadra, Vol 1 (No. 1).

Kelompok 2 Kelas B

Anda mungkin juga menyukai