Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018

1.3 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR

Disusun Oleh : Sevia Naldi Velangi (1807124709)


Praktikum : Sutopo (1407123229)
Ahmad Rilwanu Ribbiyuan (1807113285)
Endah Suci Pratika (1807111655)
Fatur Rahman (1807124899)
Jihan Dea Saputri (1807113589)
M. Zaki Rusydi (1807113406)
Redi Dogomo (1807195436)
Sevia Naldi Velangi (1807124709)
Yuni Meyliska (1807111429)

1.3.1 STANDAR REFERENSI


1. SNI 03-1971-1990 ; Metode Pengujian Kadar Air Agregat
2. ASTM C 566-97 ; Standard Test Method For Total
Evaporable Moisture Contact Of Aggregate By Drying

1.3.2 TUJUAN PERCOBAAN


Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan kadar air agregat
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan berat
agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air yang disesuaikan dengan kondisi
agregat di lapangan.

1.3.3 DASAR TEORI


Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang di kandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang tekandung didalam
agregat perlu diketahui karena mempengaruhi jumlah air yang diperlukan dalam
campuran beton.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
Agregat yang basah (banyak mengandung air) akan membuat
campuran juga lebih basah dan begitu juga sebaliknya.
Kadar air yang di kandung agregat mempengaruhi kuat tekan beton atau
dengan kata lain faktor air semen dapat mempengaruhi kuat tekan beton.
Dalam rancangan campuran beton kondisi agregat di anggap dalam
keadaan dalam keadaan kering permukaan atau jenuh (saturated surface dry
condition / SSD).
Oleh karena itu, kadar air agrgat perlu diperiksa sebelum digunakan. Jika
agregat tidak jenuh air. Maka agregat akan menyerap campuran beton yang
menyebabkan kurangnya air untuk proses pengerasan. Dengan mengetahui kadar
air dari suatu agregat dapat di taksir atau di perhitungkan untuk penambahan
maupun pengurangan air dalam suatu campuran beton.
Kadar air agregat dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Kadar air tungku, dimana keadaan yang benar-benar tidak berair.
2. Kadar air kering udara, dimana permukaannya kering tetapi
permukaan kering tetapi sedikit mengandung air dalam porinya.
3. Kadar air jenuh kering permukaan, dimana tidak ada air
dipermukaannya tapi masih bisa menyerap air.
4. Kadar air kondisi basah, dimana butir-butir air masih menyebabkan
penambahan kadar air campuran beton.
Hubungan antara berat jenis dengan daya serap adalah jika semakin
tinggi nilai berat jenis agregat, maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.

1.3.4 PERALATAN
a. Timbangan
Timbangan ini memiliki ketelitian 0,1% dari berat contoh.
Timbangan ini berfungsi untuk menimbang berat bahan uji dengan
maksimal beratnya 10 kg. Timbangan ini bermerek Excellent.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018

Gambar 1.3. 1
b. Talam
Talam ini berfungsi untuk meletakkan bahan uji agregat kasar.

Gambar 1.3. 2
c. Oven
Oven ini berfungsi untuk mengeringkan bahan uji agregat
kasar maupun halus. Oven ini bermerek Controls Milano-Italy.

Gambar 1.3. 3

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
1.3.5 BAHAN UJI
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum dengan
batasan menurut table berikut ini:
NO Ukuran Maksimum Berat Minimum
Agregat mm(") Agregat Yang Diuji(kg)

1. 6,30 mm (1/4”) 0,50


2. 9,50 mm (3/8”) 1,50
3. 12,70 mm (0,5”) 2,00
4. 19,10 mm (3/4”) 3,00
5. 25,40 mm (1,0”) 4,00
6. 38,10 mm (1,5”) 6,00
7. 50,80 mm (2,0”) 8,00
8. 63,50 mm (2,5”) 10,00
9. 70,20 mm (3,0”) 13,00
10. 88,90 mm (3,5”) 16,00

Tabel 1.3. 1 Berat Agregat Yang Di Uji Minimum Berdasarkan Ukuran Maximum
Agregat

1.3.6 PROSEDUR PRATIKUM


1. Menimbang dan mencatat berat talam (W1)
2. Memasukkan benda uji kedalam talam, dan kemudian berat talam dan
berat uji ditimbang. Catat beratnya (W2)
3. Menghitung berat uji : W3 = W2 – W1
4. Mengeringkan contoh benda uji bersama talam dalam keadaan oven
pada suhu (110 ±5) ºC sampai mendapatkan bobot tetap.
5. Setelah kering, contoh di timbang dan dicatat berat benda uji beserta
talam (W4).
6. Menghitung berat benda uji kering : W5 = W4 – W1

1.3.7 PENGHITUNGAN

Kadar Air Agregat =

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018

Keterangan : W3 = Berat Contoh Semula (gram)


W5 = Berat Contoh Kering (gram)

Percobaan I
Diketahui : W3 : 1000 gram
W5 : 989 gram

1000−989
Kadar Air Agregat = ×100 % = 1,112%
989
Percobaan II
Diketahui : W3 : 1000 gram
W5 : 990 gram

1000−990
Kadar Air Agregat = ×100 % =1,010 %
990
Kadar air rata-rata :
1,112+1,010
= 1,061 %
2

1.3.8 PENGAMATAN
Pemeriksaan kadar air agregat bertujuan untuk menghitung banyaknya air
dalam SNI 03-1971- 1971-1990. Perhitungan dilakukan untuk menghindari
kurangnya jumlah air pada agregat kadar ±1.73 %. Dari praktikum yang kami
dapatkan adalah sebagai berikut :
Pada praktikum ini kami mendata dan mengamati untuk menentukan kadar
air dari agregat kasar yang didapatkan setelah melakukan pengujian dengan
memasukkan agregat halus ke dalam talam.
Menimbang bahan uji agregat ditimbang sebesar 1000 gr dengan syarat
timbangan di-nolkan terhadap berat talam.
Menimbang agregat kasar, kemudian memasukan agregat kasar beserta
talamnya ke dalam oven dengan suhu (110±5)ºC dalam waktu 24 jam.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
Menimbang kembali agregat setelah di oven selama 24 jam, dan
menghitung persentase kadar air agregat halus dan dapatlah hasilnya.
Menentukan hasil dari agregat yang ada dan kita bisa untuk memilih
langsung agregat yang akan kita uji tersebut.
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di
dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang
diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung
air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.

1.3.9 KESIMPULAN
Kami telah melaksanakan praktikum bahan bangunan dan kami telah
mengamati sekaligus mendata, sehingga pada data yang telah dibuat, kami dapat
menyimpulkan bahwa kadar air pada agregat sangat di pengaruhi oleh jumlah air
yang terkandung dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat setelah
kering oven, maka semakin banyak pula air yang di kandung oleh agregat tersebut
dan sebaliknya semakin kecil selisih antara berat agregat setelah di kering oven,
maka semakin sedikit pula air yang dikandung oleh agregat tersebut.Karena besar
kecilnya kadar air pada agregat kasar berbanding dengan jumlah air.
Dari hasil praktikum yang telah kami laksanakan, maka didapatkan hasil
kadar air agregat kasar yaitu sebesar 0.402 %. hasil tersebut didapat dari rumus

W 3−W 5
yang kami gunakan yaitu x 100 %. Jadi, kadar air agregat adalah
W5
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan agregat
dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi agregat di
lapangan.
Dari praktikum pengujian kadar air agregat ini, maka dapat kita ketahui
bahwa pengujian kadar air agregat ini sangatlah penting karena akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas beton yang akan di buat.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR RATA-RATA
No.Contoh :     Sumber Contoh :      
Tgl. Terima : Jenis Contoh :  
Pelaksana :     Untuk :      
Ukuran agregat   =   mm
gra
Berat talam (W1) = 169,5
m
1169, gra
Berat talam + benda uji (W2) =
5 m
gra
Berat benda uji (W3) = W2 - W1 = 1000
m
Berat benda uji kering + gra
(W4) = 1159
talam m
gra
Berat benda uji kering (W5) = 989,5
m
Kadar air agregat (W3 - W5)x 100%/W5 = 1,061 %

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
BAGAN ALIR PENGUJIAN KADAR AIR PADA AGREGAT KASAR

Menimbang talam Menimbang talam


berisi agregat

Menimbang agregat Memasukkan talam


yang sudah di berisi agregat kedalam
panaskan dalam oven oven selama 24 jam

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
DAFTAR PUSTAKA

SNI 03-1971-1990 ; Metode Pengujian Kadar Air Agregat


ASTM C 566-97 ; Standard Test Method For Total Evaporable Moisture
Contact Of Aggregate By Drying

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018

2.6 PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA AGREGAT HALUS


Disusun Oleh : Sevia Naldi Velangi (1807124709)
Pratikum : Ahmad Riwalnu (1807113285)
Endah Suci Pratika (1807111655)
Fatur Rahman (1807124899)
Jihan Dea Saputri (1807113589)
M. Zaki Rusydi (1807113406)
Redi Dogomo (1807195436)
Sutopo (1407123297)
Yuni Meyliska (1807111429)

2.6.1 STANDAR REFERENSI


1. SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik dalam
Pasir untuk Campuran Mortar atau Beton.
2. ASTM C 40-41 ; Standard the method for organic impurities
in fine aggregate for concrete.

2.6.2 TUJUAN PERCOBAAN


Menentukan adanya kandungan bahan organik pada agregat halus.
Kandungan bahan organik pada beton dapat mempengaruhi kualitas beton.

2.6.3 DASAR TEORI


Zat organik yang terkandung dalam agregat halus umumnya berasal dari
penghancuran zat-zat tumbuhan terutama yang berbentuk humus dan lumpur
organik. Zat organik yang dapat merugikan diantaranya gula, minyak, dan lemak.
Zat organik yang tercampur juga dapat membuat asam-asam dan zat lain
bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya mutu beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses
pengerasan berlangsung lambat.
Selain itu, kotoran pada agregat (kadar organik) yang masuk pada
campuran beton dapat menyebabkan hal-hal seperti:

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
a. Gangguan pada hidrasi dan ketahanan
b. Gangguan pada pengikatan dan ketahanan
c. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan
d. Korosi pada tulangan maupun kehancuran beton
e. Bercak-bercak pada permukaan beton
Oleh karena itu, diperlukan pengujian pada agregat untuk menentukan baik
tidaknya agregat yang digunakan dalam campuran pembuatan beton.
Salah satu cara menguji adanya zat organik dalam agregat halus adalah dengan
menggunakan kalori meter. Pada pengukuran kalori meter, zat organik dinetralkan
dengan larutan NaOH 3% dan didiamkan selama ± 24 jam perubahan warna yang
terjadi pada larutan dibandingkan dengan warna standar.
Sesuaikan warna larutan yang terlihat dengan warna yang terdapat pada tebel
warna standar. Warna pada tabel tersebut yaitu:
a. 1-2 untuk kadar organik rendah
b. 3 untuk kadar organik normal
c. 4-5 untuk kadar organik tinggi

2.6.4 PERALATAN
a. Botol
Botol ini berfungsi sebagai wadah.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018

1. Corong Air

2. Kertas uji standar warna pada zat organik

2.6.5 BAHAN UJI AGREGAT


Bahan uji yang digunakan berupa agregat halus atau contoh pasir dengan
volume 115 ml atau 1/3 dari botol dan NaOH 3%.

2.6.6 PROSEDUR PRAKTIKUM


a. Contoh benda uji dimasukkan kedalam botol.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
b. Tambahkan senyawa NaOH 3%. Setelah dikocok, total volume menjadi
kira-kira ¾ volume botol.
c. Botol ditutup erat-erat dengan penutup, dan botol dikocok kembali.
Diamkan botol selama 24 jam.
d. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan warna
standar no. 2 (apakah lebih muda atau lebih tua).

2.6.7 HASIL PERCOBAAN


Dari percobaan analisis zat organik yang telah dilakukan diketahui zat
organik berada pada warna no. 3.

2.6.8 PENGAMATAN
1. Meletakkan agregat halus dan NaOH 3% pada wadah.
2. Membersihkan botolnya sampai tidak ada lagi cairan dialamnya.
3. Memasukkan agregat halus yang akan diuji dari botol.
4. Memasukkan NaOH 3% sebanyak dari botol.
5. Menguncang-guncang NaOH hingga menyatu dengan pasir.
6. Meletakkan dan mendiamkan selama 24 jam.
7. Kita dapat melihat warna kadar kadar kelayakan dari bahan uji kita.
8. Apabila terletak warnanya di no.1 maka berarti itu mutu tinggi.
9. Apabila terletak warnanya di no.2 maka berarti itu standar.
10. Apabila terletak warnanya di no. 3 maka berarti itu normal.
11. Apabila terletak warnanya di no. 4 dan 5 maka berarti itu mutu rendah.
Dalam percobaan pemeriksaan zat organik pada agregat halus telah
dilakukan pencocokan warna bahan uji dengan standar SNI dan dibiarkan untuk
menganalisis kotoran organik berdasarkan observasi yang yang telah di diamkan
selama 24 jam tersebut.
Dalam SNI 03-2016-1998 disyaratkan untuk warna cairan diatas agregat
halus dengan standar warna diatas no 2. Dengan adanya ini kita bisa mengamati
bagian manakah hasil dari kelompok kita.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
2.6.9 KESIMPULAN
Dalam pengujiannya larutan NaOH 3 % menetralkan zat organik yang
terdapat pada agregat. Setelah didiamkan selam 24 jam maka akan tampak
perubahan warna pada campuran. Warana tersebut dibandingkan dengan warna
standar no 3. Semakin terang warnanya atau semakin jernih maka semakain
sedikit kandungan oorganik pada agregat dan semakin bagus untuk digunakan
sebagai bahan campuran beton. Sebaliknya semakin pekat warna llarutan maka
kandungan organiknya semakin banyak dan agregat tidak cocok dijadikan sebagai
campuran beton karena akan merusak kualitas beton nantinya.
Dari pengujian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa warna larutan zat
organik cocok dengan nomor 3. Dalam SNI disebutkan bahwa larutan standar
adalah nomor 3 sehingga ini cocok digunakan sebagai bahan campuran beton
kualitas normal.

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
BAGAN ALIR PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA AGREGAT HALUS

Memasukkan larutan
Memasukkan agregat ke
NaOH 3 % kedalam
dalam botol

Setelah di diamkan lihat Kocok botol hingga


perbandingan warna campuran tercampur
larutan dengan standar merata, diamkan selama
warna no 3 24

KELOMPOK 14 C
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN 2018
DAFTAR PUSTAKA

SNI 03-2816-1992 ; Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir Untuk


Campuran Mortar Atau Beton,
ASTM C 40-04 ; Standard Test Method For Organic Impurities In Fine
Aggregates For Concrete

KELOMPOK 14 C

Anda mungkin juga menyukai