(SNI 1971:2011)
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini kira – kira menempati sebanyak 70%
volume mortar atau beton. Agregat merupakan bahan pembentuk beton yang
mempunyai komposisi yang paling besar dalam struktur beton yang telah
mengeras. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat
Penggunaan agregat (halus dan kasar) dalam pembuatan beton dapat mencapai
sekitar 75% dari keseluruhan bahan yang diperlukan untuk membahas beton.
Dengan demikian tidak lepas perhatian terhadap pemilihan jenis maupun karakter
dari agregat mendapatkan porsi yang cukup tinggi pula dalam fabrikasi beton.
Umumnya, agregat yang digunakan dalam pembuatan beton dapat berasal dari
disebutkan bahwa beton yang dibuat dengan menggunakan agregat dari hasil
pemecahan batu memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan yang
dibuat dengan menggunakan agregat alami untuk kondisi lainnya konstan (Mehta,
1986; Neville dan Brooks, 1998). Hal ini biasanya dikaitkan dengan perbedaan
Campuran beton dengan agregat yang bertekstur kasar atau berupa batu pecah
akan menunjukkan kekuatan yang lebih besar. Kadar air agregat adalah
perbandingan antara berat air yang dikandung suatu agregat dengan bahan agregat
dalam keadaan kering. Kadar air dalam agregat ada dua macam yaitu kadar air
bebas dan kadar air terikat. Kadar air bebas adalah air pada permukaan agregat,
sedangkan kadar air terikat adalah air yang dikandung oleh agregat baik dalam
Kadar air merupakan perbandingan antara berat air seluruhnya yang terkandung
dalam agregat berat agregat kering oven yang dinyatakan dalam persen. Besar
kadar air agregat reaktif tergantung letak di mana agregat tersebut disimpan
(dipengaruhi oleh suhu dan cuaca). Pori dalam butiran agregat mempunyai ukuran
yang bervariasi, dari yang besar sehingga mampu dilihat dengan mata telanjang,
sampai yang dapat dilihat dengan mikroskop. Pori-pori tersebar di seluruh tubuh
yang lainnya terbuka terhadap permukaan butiran. Adanya udara yang terjebak
cuaca, maka terbentuklah rongga kecil atau pori di dalam butiran agregat.
Pori-pori dalam butir agregat terisi air. Berdasarkan banyaknya kandungan air di
airnya yaitu :
a. Kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar dalam keadaan kering
atau tidak mengandung air. Keadaan ini menyebabkan agregat dapat secara
b. Kadar air kering udara, yaitu agregat yang permukaan butir-butir dalam
keadaan kering tetapi dalam butiran masih mengandung air. Pasir atau kerikil
dalam keadaan kering udara ini masih dapat menyerap sedikit air.
c. Jenuh kering permukaan (Saturated and Surface-Dry, SSD). Pada keadaan ini
permukaan agregat kering (tidak ada air), tetapi butiran-butiran agregat jenuh
Kering Muka (JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah
d. Basah, pada keadaan ini butir-butir agregat mengandung banyak air baik dalam
butiran maupun pada permukaan agregat sehingga jika dipakai untuk campuran
aduk beton penggunaan air harus dikurangi. Kadar air biasanya dinyatakan
W1-W1
X 100% (3.1)
W2
Dari keempat keadaan yaitu agregat kering tungku atau oven, agregat kering
udara, agregat jenuh kering muka, dan agregat basah yang sering digunakan
dalam dasar hitungan ialah agregat dalam keadaan kering oven dan jenuh kering
muka atau SSD. Agregat dalam keadaan jenuh kering muka banyak disukai
a. Keadaan agregat yang hampir sama dengan keadaan agregat dalam beton,
sehingga agregat tidak akan menambah ataupun mengurangi air dari pastanya.
b. Kadar air di lapangan pekerjaan lebih banyak yang mendekati keadaan SSD
Benda uji yang digunakan pada percobaan ini adalah agregat kasar dan agregat
Hari pertama :
(W2);
Hari kedua :
Mendiamkan benda uji agar dingin, kemudian timbang dan catat berat benda uji
HARI KE -1
HARI KE -2
(Sumber : Kelompok 6)
Diketahui :
(W3)
Berat benda uji (A) = W2 – W1
= 1132 – 132
= 1000 gr
Berat pasir kering (B) = W3 – W1
= 1108 – 132
= 976 gr
A-B
Kadar air agregat kasar = x 100%
B
1000-976
= x 100% = 2,459%
976
Diketahui :
(W3)
Berat benda uji (A) = W2 – W1
= 712 – 212
= 500 gr
Berat pasir kering (B) = W3 – W1
= 662 – 212
= 450 gr
A-B
Kadar air agregat kasar = x 100%
B
500-450
= x 100% = 11,111%
450
3.8.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh kadar air agregat halus pasir dan agregat kasar
yaitu:
Dari hasil percobaan diperoleh kadar air agregat kasar yaitu : 2,459 %. Untuk
hasil percobaan kadar air agregat halus diperoleh kadar air nya yaitu : 11,111 %.
standar SNI
standar SNI
3.8.2 Saran
berpengaruh untuk perhitungan jika tidak teliti maka akan keluar dari ketentuan.
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
Mengetahui :
Asisten Laboratorium