Anda di halaman 1dari 7

2.1.

1 ILO (Internal Labour Organization) dan WHO (World Health Organization)


kesehatan kerja adalah promosi dan pemeliharaan fisik, mental dan sosial
tertinggi dari para pekerja di segala bidang dengan mencegah gangguan
kesehatan, mengontrol risiko, serta penyesuaian pekerjaan kepada setiap orang
dan setiap orang kepada pekerjaannya.

http://e-journal.uajy.ac.id 
2.1.2 OSAS 18001 : 2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor
yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja
maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
2.1.3 Mangkunegara
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan Makmur.
2.1.4 Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
2.1.5 Lalu Husni (2003:138)
Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
2.1.6 Suma’mur
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan
2.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan kerja
Perlindungan tenaga kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur
dalam perundangan berikut :

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003.

3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab XII : Kesehatan Kerja, Pasal 164.

2.3 Tenaga Kerja


Tenaga kerja memiliki hak dan kewajiban terkait dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja. Hak tenaga kerja terkait keselamatan dan kesehatan kerja
yaitu :
1. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang
diwajibkan.
2. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat K3 serta Alat
Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan diragukan olehnya.
Adapun kewajiban tenaga kerja terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau
AK3.
2. Memakai APD yang diwajibkan.
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan. Alat Pelindung
Diri (APD) adalah alat yang digunakan oleh tenaga kerja saat bekerja dan di
lingkungan kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya
potensi bahaya dan kecelakaan kerja. Termasuk ke dalam APD antara lain :

1. Helm

2. Kaca Mata Safety

3. Goggles

4. Pelindung Wajah

5. Masker pelindung pernapasan


6. Sumbat telinga

7. Sarung tangan

8. Sepatu pelindung kaki

9. Body Harness
Pekerja konstruksi adalah semua tenaga kerja yang terlibat dalam proyek
pembangunan fisik suatu lingkungan terbangun dan infrastruktur. Pekerja konstruksi
adalah salah satu kelompok pekerja yang paling rentan terhadap resiko bahaya di
lingkungan kerja mereka. Dalam industri konstruksi seringkali terjadi kecelakaan yang
mengakibatkan cedera, kerusakan tubuh sementara maupun permanen, bahkan kematian.
Hal ini disebabkan karena pekerjaan konstruksi pada dasarnya memiliki potensi bahaya
sehingga kemungkinan terjadinya insiden dan kecelakaan lebih besar (Hinze, 1997).
2.4 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat diartikan sebagai kejadian yang tak terduga. Definisi
sebagai kejadian „tak diinginkan‟ atau „tak diharapkan‟ juga digunakan untuk
mendeskripsikan kejadian serupa (DeReamer 1958; National Safety Council 1985).
Sebuah peristiwa kecelakaan dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan dan material
dan terutama yang menimbulkan cedera. Walaupun begitu, tidak semua kejadian tak
terduga dapat mengakibatkan kerusakan ataupun cedera. Ada jenis kejadian tidak terduga
yang tidak mengakibatkan cedera atau kerusakan properti. Kejadian tidak terduga atau
tidak diinginkan yang tidak sampai menyebabkan cedera atau kerusakan properti disebut
dengan near miss (Goetsch, 2003).
Bilamana pada saat terjadi near miss sedikit saja ada perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Peristiwa near miss tanpa disadari lebih sering
terjadi daripada kecelakaan, namun dapat menjadi aspek yang efektif untuk menandai
area spesifik yang membutuhkan peningkatan standar keselamatan. Menurut Teori
Domino dari Heinrich (1920) yang dikutip dalam dalam Goetsch (2003), terdapat lima
faktor berurutan yang menyebabkan terjadinya sebuah kecelakaan. Kelima faktor tersebut
yakni :
1. Lingkungan sosial. Karakter negatif dapat memperbesar kemungkinan seseorang
berperilaku tidak aman. Karakter seseorang sendiri merupakan hasil dari
lingkungan sosial dan faktor keturunan / ancestry.
2. Kesalahan manusia. Karakter negatif baik yang diturunkan maupun pengaruh
lingkungan, menjadi penyebab mengapa seseorang berperilaku tidak aman dan
mengapa kondisi tidak aman dapat tercipta.
3. Tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman. Tindakan tidak aman dilakukan oleh
manusia dan menimbulkan bahaya mekanikal maupun fisik yang merupakan
penyebab langsung kecelakaan.
4. Kecelakaan. Pada umumnya, kecelakaan yang mengakibatkan cedera disebabkan
oleh jatuh atau terbentur oleh benda yang bergerak.
5. Cedera.Termasuk dalam cedera antara lain terjatuh, terbentur benda bergerak,
terpotong, terbakar, terkena ledakan, terjebak dalam ruang terbatas, tertimbun, dan
tenggelam.
2.3 Jenis Bahaya Konstruksi
Menurut Wijanarko (2017), jenis bahaya K3 secara garis besar dikelompokkan
ke dalam dua kategori: bahaya keselamatan kerja (safety hazard) dan bahaya kesehatan
kerja (health hazard).

2.3.1 Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)


Bahaya keselamatan kerja adalah segala jenis bahaya yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan dan menyebabkan luka hingga kematian 
maupun kerusakan aset perusahaan.
Adapun hal-hal yang termasuk dalam bahaya keselamatan kerja antara lain
sebagai berikut.
1. Bahaya mekanik (bahaya yang ditimbulkan dari (penggunaan) mesin atau
alat kerja mekanik, seperti terpotong, terjepit, tersayat dan sebagainya.
2. Bahaya elektrik (bahaya yang ditimbulkan dan peralatan yang memiliki
arus listrik).
3. Bahaya kebakaran (bahaya yang ditimbulkan dari substansi kimia yang
mempunyai sifat mudah terbakar).
4. Bahaya kebakaran (bahaya yang ditimbulkan dari substansi kimia yang
mempunyai sifat mudah meledak).
2.3.2 Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Bahaya kesehatan kerja adalah segala jenis bahaya yang memberi dampak
buruk pada kesehatan seseorang dan menyebabkan munculnya gangguan
kesehatan maupun penyakit akibat kerja.

Adapun hal-hal yang termasuk dalam bahaya kesehatan kerja tidak


terbatas pada lingkup fisik, tetapi juga kondisi psikis seseorang seperti berikut.

1. Bahaya fisik (bahaya yang ditimbulkan dari kebisingan, radiasi,


pencahayaan, iklim, maupun getaran pada tempat kerja).
2. Bahaya kimia (bahaya yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia seperti
aerosol, insektisida, dan sebagainya).
3. Bahaya biologi (bahaya yang ditimbulkan dari hal-hal terkait makhluk
hidup (terutama patogen) di lingkungan kerja seperti jamur, bakteri, dan
virus).
4. Bahaya psikologi (bahaya yang ditimbulkan dari beban kerja yang
terlampau berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman, dan
sebagainya).
5. Bahaya ergonomi (bahaya yang ditimbulkan dari gerakan berulang-ulang,
seperti postur statis, manual handling, dan sebagainya).
2.3.3 Bahaya Menurut OSA
Beberapa tipe bahaya K3 yang disebut OSHA dalam publikasi berjudul
Job Hazard Analysis adalah sebagai berikut.
1. Bahaya kimia beracun.
2. Bahaya mudah terbakar.
3. Bahaya korosif.
4. Bahaya listrik statis.
5. Bahaya mudah meledak akibat reaksi kimia dan tekanan berlebih.
6. Bahaya tersengat listrik.
7. Bahaya terbakar akibat listrik.
8. Bahaya ergonomi berupa cedera dan kesalahan manusia.
9. Bahaya kebisingan.
10. Bahaya runtuhan galian.
11. Bahaya terjatuh (termasuk terpeleset dan tersandung).
12. Bahaya radiasi pengion dan bukan pengion.
13. Bahaya menabrak benda.
14. Bahaya ditabrak benda.
15. Bahaya cuaca (salju, hujan, angin, es).
16. Bahaya kekerasan di tempat kerja.
2.3.4 Bahaya Menurut ILO
Beberapa tipe bahaya K3 yang disebut ILO dalam Ensiklopedia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain sebagai berikut.
1. Bahaya biologi.
2. Bahaya kekerasan dan tampilan visual alat elektronik.
3. Bahaya tekanan (kenaikan dan penurunan).
4. Bahaya listrik.
5. Bahaya api.
6. Bahaya kebisingan.
7. Bahaya kualitas udara dalam ruangan.
8. Bahaya pengendalian lingkungan dalam ruangan.
9. Bahaya getaran.
10. Bahaya radiasi pengion dan bukan pengion.
2.3.5 Bahaya Menurut CCOHS
Beberapa tipe bahaya K3 menurut CCOHS antara lain sebagai berikut.
1. Bahaya kimia.
2. Bahaya ergonomi (manual handling,  pencahayaan, posisi duduk-berdiri,
terpeleset, terjatuh, pengaturan kantor, shift kerja, dan lain-lain).
3. Bahaya kesehatan (biologi, penyakit, wabah).
4. Bahaya fisik (kualitas udara ruangan, jamur, kebisingan, radiasi,
temperatur).
5. Bahaya psikososial (stress, bullying, kekerasan).
6. Bahaya keselamatan (listrik, tangga, mesin, perkakas kerja, dan lain-lain).
7. Bahaya tempat kerja (bekerja sendirian, ruang terbatas, ventilasi, dan
cuaca).

Anda mungkin juga menyukai