Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK 17 :

Imelda Meyvita 1706025453

Kamilah Azzahra 1706025472

Ade Ambya Piliang 1706026443

Marsella Khairunnisa 1706026765

Dyah Ayu Aurellia Yasmiin 1706027080

Hari/Tanggal Praktikum : Minggu, 11 November 2018


Asisten : Glenaldi Naufal Adhiputranto
Tanggal Disetujui :
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM HIDROLIKA, HIDROLOGI DAN SUNGAI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2018
Judul

MODUL H.06

ALIRAN MELALUI LUBANG

I. Tujuan
a. Mendapatkan besaran koefisien kecepatan aliran melalui lubang kecil
.
II. Alat dan Bahan
1. Meja Hidrolika
2. Kertas grafik
3. Perangkat alat percobaan malalui lubang

III. Teori

TEORI TAMBAHAN

Partikel zat cair yang mengalir melalui lubang berasal dari segala arah.
Karena zat cair mempunyai kekentalan maka beberapa partikel yang
mempunyai lintasan membelok akan mengalami kehilangan tenaga.
Setelah melewati lubang pancaran air mengalami kontraksi, yang
ditunjukkan oleh penguncupan aliran. Kontraksi maksimum terjadi pada
suatu tampang sedikit disebelah hilir lubang, dimana pancaran kurang
lebih horisontal. Tampang dengan kontraksi maksimum tersebut dikenal
dengan vena kontrakta.

|2
Gambar 1. Vena kontraka
Rumus tersebut menunjukkan kecepatan aliran teoritis pada zat cair ideal.
Pada zat cair riil, terjadi kehilangan tenaga yang disebabkan oleh
kekentalan (adanya vena kontrakta). Untuk itu perlu dimasukkan koefisien
kecepatan (Cv), sehingga :

Gambar 2 lubang kecil

V Cv. 2.g.h
Sehingga secara umum kecepatan aliran melalui lubang (orifice) dapat
dinyatakan sebagai berikut: Sedangkan dari percobaan ini harga Cv
diperoleh dari hubungan : 2 hY X Cv  dimana:
V = Kecepatan aliran yang melewati lubang.
Cv = Koefisien Kecepatan.
g = Gravitasi.
h = Tinggi air terhadap lubang.

|3
X = Jarak horizontal pancaran air dari bidang vena contracta.
Y = Jarak vertical pancaran air

IV. Cara Kerja

1. Menempatkan alat pada saluran tepi hidrolika. Pipa aliran masuk dihubungkan
dengan suplai hidrolika pipa lentur dari pipa pelimpah diarahkan ke tangki air
meja hidrolika
2. Mengatur kaki penyangga sehingga alat terletak horizontal dan arah aliran
diatur juga sedemikian rupa sehingga menjadi sebidang dengan jajaran jarum
penguku
3. Menyelipkan selembar kertas pada papan dibelakang jajaran jarum dan semua
jarum dinaikkan untuk membebaskan lintasan air yang menyembur. Digunakan
lempeng berlubang yang pertama, yaitu berdiameter 3 mm.
4. Menaikkan pipa pelimpah dan katup pengatup aliran dibuka air dialirkan masuk
kedalam tangki utama. Tinggi air pada tangki utama dimulai dari 400 mm, 380
mm, 360 mm, 340 mm, dan 320 mm.
5. Mengatur katup pengatur aliran sedemikian rupa, hingga air persis melimpah
lewat pipa pelimpah dan tidak ada gelombang pada permukaan tangki utama.
6. Mencatat tinggi tekanan tangki utama.
7. Mengatur posisi 8 jarum sampai tidak menyentuh air yang melintas untuk
mendapatkan bentuk lintasan aliran yang menyembur. Dan memberi tanda posisi
ujung atas jarum pada kertas grafik.
8. Mengulangi percobaan untuk setiap perbedaan tinggi tekanan pada tangki
utama. Dimulai dari 400 mm, 380 mm, 360 mm, 340 mm, 320 mm, dan 320
mm.
9. Mengganti lempeng berlubang dengan diameter yang lain yaitu D = 6 mm,
kemudian ulangi langkah sebelumnya.
10. Menentukan letak X dan Y dari setiap titik percobaan baik saat D = 3 mm dan D
= 6 mm

|4
.
V. Data Praktikum

6A
Head Coordinate
Diameter 1 2 3 4 5 6 7 8
(mm) (mm)
x 0 50 100 150 200 250 300 350
400
y 0 4 13 25 39 55 77 102
x 0 50 100 150 200 250 300 350
380
y 0 4 13 22 34 52 71 98
x 0 50 100 150 200 250 300 350
3 mm 360
y 0 4 13 26 41 61 85 114
x 0 50 100 150 200 250 300 350
340
y 0 6 16 27 47 65 93 124
x 0 50 100 150 200 250 300 350
320
y 0 6 17 30 53 73 94 124
x 0 50 100 150 200 250 300 350
400
y 0 8 17 26 42 59 78 104
x 0 50 100 150 200 250 300 350
380
y 0 8 18 27 41 57 80 110
x 0 50 100 150 200 250 300 350
6 mm 360
y 0 9 18 30 48 67 98 130
x 0 50 100 150 200 250 300 350
340
y 0 8 18 31 53 69 104 133
x 0 50 100 150 200 250 300 350
320
y 0 9 19 37 58 81 116 151

Head 400 mm (3 mm diameter)


6A 120
Diameter 3 mm 100 R² = 0,9961
Head = 400 mm 80
X = x^2/h Y=y y = 0,3261x + 3,7028
60
Y

0 0
40
6,25 4
20
25 13
56,25 25 0
0 50 100 150 200 250 300 350
100 39
X

|5
156,25 55
225 77
306,25 102

b 0,3261
Cv 0,8756

Head = 380 mm Head 380 mm (3 mm diameter)


X= 120
Y=y
x^2/h 100 R² = 0,9975
0 0 80
6,25 4 60
Y

y = 0,3099x + 2,8585
25 13
40
56,25 22
20
100 34
0
156,25 52 0 50 100 150 200 250 300 350
225 71 X
306,25 98

b 0,3099
Cv 0,8982

Head 360 mm (3 mm diameter)


Head = 360 mm
X= 140
Y=y 120 y = 0,3664x + 2,9292
x^2/h
100 R² = 0,9982
0 0
6,25 4 80
Y

60
25 13
40
56,25 26
20
100 41
0
0 50 100 150 200 250 300 350
X
|6
156,25 61
225 85
306,25 114

b 0,3664
Cv 0,826

Head = 340 mm
X= Head 340 mm (3 mm diameter)
Y=y
x^2/h
140
0 0 R² = 0,9974
120
6,25 6 100
25 16 80
y = 0,3953x + 4,0189
Y

56,25 27 60
100 47 40
156,25 65 20
225 93 0
306,25 124 0 50 100 150 200 250 300 350
X

b 0,3953
Cv 0,7953

Head = 320 mm
Head 320 mm (3 mm diameter)
X= 140
Y=y y = 0,3974x + 6,1541
x^2/h 120
100 R² = 0,99
0 0
6,25 6 80
Y

60
25 17
40
56,25 30
20
100 53
0
156,25 73 0 50 100 150 200 250 300 350
225 94 X
306,25 124

|7
b 0,3994
Cv 0,7912

Cvp 0,8372
Cvt 0,98
Kesalahan Relatif 14,57%

Diameter 6 mm
Head = 400 mm
X = x^2/h Y=y
0 0 Head 400 mm (6 mm diameter)
6,25 8 120
25 17 100 R² = 0,9927
56,25 26 80
100 42 y = 0,3246x + 6,2469
60
Y

156,25 59 40
225 78
20
306,25 104
0
0 50 100 150 200 250 300
b 0,3412 X
Cv 0,856

Head = 380 mm Head 380 mm (6 mm diameter)


X= 120
Y=y
x^2/h 100 R² = 0,9939
0 0 80
y = 0,3383x + 5,6242
6,25 8 60
Y

25 18 40
56,25 27 20
100 41 0
0 50 100 150 200 250 300 350
156,25 57
X
225 80
306,25 110

|8
b 0,3383
Cv 0,8596

Head = 360 mm
Head 360 mm (6 mm diameter)
X= 140
Y=y y = 0,4091x + 5,2516
x^2/h 120
R² = 0,9968
0 0 100
6,25 9 Y 80

25 18 60
40
56,25 30
20
100 48
0
156,25 67 0 50 100 150 200 250 300 350
225 98 X
306,25 130

b 0,4091
Cv 0,7817

Head = 340 mm
Head 340 mm (6 mm diameter)
X= 160
Y=y 140 y = 0,425x + 5,5142
x^2/h
120 R² = 0,9946
0 0
100
6,25 8 80
Y

25 18 60
56,25 31 40
100 53 20
0
156,25 69 0 50 100 150 200 250 300 350
225 104 X
306,25 133

b 0,425
Cv 0,767

Head = 320 mm Head 320 mm (6 mm diameter)


200

y = 0,4818x + 6,1745
150 R² = 0,9963 | 9

100
Y

50
X=
Y=y
x^2/h
0 0
6,25 9
25 19
56,25 37
100 58
156,25 81
225 116
306,25 151

b 0,4818
Cv 0,7203

6B
Constant Head

Diameter Head Volume Water Time Q


Q^2
(mm) (mm) (ml) (sec) (ml/s)
400 150 10 15 225
380 145 10 14,5 210,25
3 360 140 10 14 196
340 139 10 13,9 193,21
320 130 10 13 169
400 550 10 55 3025
380 505 10 50,5 2550,3
6 360 500 10 50 2500
340 480 10 48 2304
320 460 10 46 2116

Diameter = 3 mm Constant Head (3 mm diameter)


X = Q^2 Y=h 500
225 400 400
y = 1,4793x + 66,075
R² = 0,9544
210,25 380
300
196 360
Y

193,21 340 200

100

0
0 50 100 |150
10 200 25
X
169 320

b 1,4793
A 7,065
Cd 0,02627

Diameter = 6
mm
Constant Head (6 mm diameter)
X= 450
Y=h 400 y = 0,089x + 137,65
Q^2
350 R² = 0,9183
3025 400 300
2550,3 380 250
Y
2500 360 200
150
2304 340 100
2116 320 50
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
b 0,089
X
A 28,26
Cd 0,0268

6B
Variable Head
Head 1 Head 2 Time ΔT
Diameter (mm)
(mm) (mm) (sec) (sec)
400 380 5 8,91
380 360 5 26,99
3 360 340 5 35,63
340 320 5 25,44
320 300 5 28,49
400 380 5 3,06
380 360 5 7,37
6 360 340 5 7,09
340 320 5 7,7
320 300 5 7,29

| 11
Variable Head
Variable Head (3 mm diamet
Diameter = 3 mm 40
X = h1^(1/2) - 35 y = 230,52x - 9
Y = ΔT 30 R² = 0,325
h2^(1/2)
25
0,50641131 8,91 20

Y
0,519922729 26,99 15
0,534577046 35,63 10
0,550545095 25,44 5
0
0,568035744 28,49 0,5 0,51 0,52 0,53 0,54 0,55 0
X
b 250,52
A 7,065
At 14733,65
Cd 0,3758688

Variable Head (6 mm diameter)


Diameter = 6 mm
X = h1^(1/2) - 10
Y = ΔT y = 54,647x - 22,783
h2^(1/2) 8
R² = 0,4725
0,50641131 3,06
6
0,519922729 7,37
Y

0,534577046 7,09 4
0,550545095 7,7 2
0,568035744 7,29
0
0,5 0,51 0,52 0,53 0,54 0,55 0,56 0
b 54,647 X
A 28,26
At 14733,7
Cd 0,43078

Cdp 0,5731
Cdt 0,69
KR 16,70%

| 12
VI. Analisis
 Analisis Percobaan 6A

Percobaan Modul H 06 A adalah percobaan yang dilakukan untuk


mencari besaran koefisien kecepatan aliran melalui lubang kecil.Untuk
mendapatkan variasi data maka digunakan dua macam diamter air yaitu 3
mm dan 6 mm.
Untuk memulai percobaan maka semua keperluan disiapkan
terlebih dahulu, seperti menyalakan pompa meja hidrolika unutk mengisi air
pada tabung utama, dan pemasangan kertas milimter block atau kertas
grafik pada penjepit kertas.Setelah semua persiapan percobaan telah selesai,
kemudian percobaan mulai dilakukan yang pertama yaitu menggunakan
ubang air dengan diameter 3 mm, kemudian dengan cara prosedur yang
sama dilakukan pula dengan lubang air dengan diameter 6 mm.

Pada percobaan H 06 A , dilakukan dalam keadaan tekanan aliran


yang kondisi selalu tetap.Dibutuhkan hasil berupa data titik kooordinat
lintasan air dengan variasi ketinggian air pada tabung utama, yaitu mulai
dari 400 mm, 380 mm, 360 mm, 340 mm dan 320 mm.Percobaan dilakukan
dengan mengatur ketinggian air 400 mm pada tabung utama, maka akan
diperoleh air yang keluar dari tabung utama yang membentuk lintasan air.
Kemudian litasan air yang terbentuk dibuat penanda garis di koordinatnya
pada kertas grafik yang sudah dipasang pada penjepit kertas.Dengan cara
mengatur jarum vertical yang tepat berada dijalur atas air tanpa menggangu
jalannya aliran air. Terdapat delapan jarum vertical maka diperoleh delapan

| 13
ketinggian air yang membentuk lintasan keluarnya aliran air dari
lubang.Kemudian percobaan dilakukan dengan variasi ketinggian air pada
tabung utama yang sudah ditentukan dan juga dilakukan dengan lubang air
yang berdiameter 6 mm serta juga digunakan juga variasi ketinggan air pada
tabung utama yang sama.Maka diperoleh delapan titik koordinat lintasan air
untuk tiap lintasan air.Data ini yang digunakan untuk mencari nilai Cv
percobaan

 Analisis Hasil

Pada akhir percobaan didapatkan delapan titik – titik koordinat lintasan


tiap diameter lubang air dan ketinggian pada tabung utama pada kertas grafik.
Untuk membuat pengolahan data dan mendapatkan hasil percobaan titik – titik
tersebut dibuat dalam tabel koordinat percobaan.

Dari hasil tabel tersebut maka dapat dihitung koefisien aliran (Cv )
dengan membuat pengolahan data dalam tabel regresi linear. Data yang digunakan
sebagai varible x adalah perbandingan titik koordinat x lintasan air kuadrat
dengan tinggi air dalam tabung utama ( h ).Sedangkan data yang digunakan
sebagai variable y adalah titik koordinat y lintasan air.Dri variable x dan y
tersebut kita dapat mengetahui nilai masing – masing kemiringan ( b ) grafik
setiap data yang muncul langsung pada grafik maupun melalui rumus
percobaan.Kemudian data kemiringan ini didapat digunakan unutk menghitung
Cv percobaan tiap datanya.

Dari nilai 10 Cv yang diperoleh maka kita hitung nilai Cv rata rata dari
kesepuluh nilai Cv tersebut, yaitu sebesar 0,83. Kemudian membandingkan 𝐶𝑉
dengan Cv literatur sudah diketahui besar Cv literatur adalah 0,98.Dengan
membandingkan antara selisih Cv literatur dan 𝐶𝑉 dengan Cv literaturnya
dinyatakan dalam persen, maka diperoleh persentase besar kesalahan relative
percobaan terhadap data literatur yang diketahui yaitu sebesar 14,57 %.

| 14
Kesalahan relatif ini menunjukkan adanya selisih perbedaan antara Cv
hasil percobaan dengan nilai literature yang sudah ada atau nilai keakuratan data
atau hasil percobaan.
Pada saat percobaan dilakukan dengan dengan dua variasi diameter
lubang air dan ketinggian air pada tabung utama menghasilkan panjang lintasan
air ( titik koordinat y ) yang berbeda.Pada diameter lubang 3 mm dan ketinggian
air padatabung utama 400 mm menghasilkan air yang keluar lebih cepat dan
panjang lintasan lebih panjang.Hal itu terjadi karena adanya tekanan yang
diberikan oleh air dari atas lubang air dan diameter lubang air yang kecil membuat
air keluar lebih cepat dan panjang lintasan yang lebih panjang,Jika dibandingkan
dengan hasil pengamatan dengan diameter lubang air 6 mm dan ketinggian air 340
mm, karena diameter lubang air yang lebih besar dan tekanan yang diberikan air
dari atas lubang kecil maka keluarnya air dari lubang semakin kecil dan panjang
lintasan yang memendek atau landai.Maka luas lubang air dan ketinggian air
terhadap lubang sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan jarak vertical air
yang keluar.

 Analisis Grafik

 Analisis Kesalahan

Beberapa hal yang pada percobaan kali ini yang dapat menjadi faktor
kesalahan percobaan, diantaranya :
1. Kesalahan pengukuran pada titik koordinat x dan y pada lintasan air,
karena titik koordinat tersebut digunakan sebagai data variable untuk
menentukan nilai gradient pengolahan data Cv yang juga digunakan
untuk menghitung nilai Cv tiap percobaan sehingga sangat
berpengaruh pada ketepatan dan besar kecil nya nilai KR nya.

VII. Aplikasi

| 15
Dari modul kehilangan energy dalam perpipaan ini, banyak aplikasi yang
dapat diterapkan pada bidang rekayasa infrastruktur lingkungan antara lain yaitu
untuk mengukur aliran air yang mengalir pada sistem perpipaan air bersih maupun
air limbah dari kawasan pemukiman dan juga dapat digunakan untuk
menghitung energi yang dapat hilang akibat adanya pergesekan antara fluida
dengan pipa.
Perhitungan hilangnya energi ini memiliki tujuan agar desain perpipaan
yang dirancang lebih effisien dan akurat sehingga kehilangan energi dapat
berkurang. Sistem yang baik akan menguntungkan tidak hanya satu pihak. Selain
itu aplikasi yang dapat diterapkan dari modul ini adalah
perhitungan daya yang dibutuhkan pompa dalam mengalirkan air dari satu daerah
ke daerah lainnya. Kemudian dapat juga digunakan dalam mempermudah
perancangan saluran
drainase pada suatu daerah dalam mengairkan air genangan hujan.

VIII. Kesimpulan
IX. Referensi
Steerter, Victor L. & E. Benjamin Wylie. 1999. Mekanika Fluida Edisi
Delapan Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga

Merle C. Potter, David C. Wiggert, Bassem H. Ramadan.


Mechanics of Fluids

X. Dokumentasi

| 16
Gambar 1. Pengukuran Volume Air menggunakan Tabung Ukur

Gambar 2. Pembacaan Ketinggian Air di Manometer

| 17
Gambar 3. Pencatatan Hasil Pengukuran

| 18

Anda mungkin juga menyukai