Anda di halaman 1dari 13

STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN

CAMPURAN ABU DAUN BAMBU DAN KAPUR

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi syarat


Guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh :
RESA RAMLAN
1430 111 029

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S-1


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2018
Lembar Pengesahan Proposal Penelitian
Judul Penelitian : Stabilitas Tanah Lempung Menggunakan Campuran Abu
Daun Bambu dan Kapur
Nama : Resa Ramlan
NIM : 1430111029
Dibuat untuk melengkapi prasyarat mata kuliah Proposal Penelitian di Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.

Sukabumi, ……………….

Dosen Pembimbing 1,

Haadi Kusumah. S.T., M.T.

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Ketua Program Studi,

Dr. Yuni Sri Wahyuni, S.T., M.T.


Daftar Isi
Lembar Pengesahan ..............................................................................................

Daftar Isi ................................................................................................................

Daftar Gambar .......................................................................................................

Daftar Tabel ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................
1.3 Batasan Masalah ..............................................................................................
1.4 Maksud dan Tujuan .........................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................
1.6 Kerangka Befikir .............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah ...............................................................................................................


2.2 Tanah Lempung ..............................................................................................
2.3 Klasifikasi Tanah ............................................................................................
2.4 Stabilisasi Tanah .............................................................................................
2.5 Kompaksi (Pemadatan) ...................................................................................
2.6 Abu Daun Bambu ............................................................................................
2.7 Kapur ...............................................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam Pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral, bahan


organic, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak diatas batuan
dasar (bedrock). Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh
karbonat, zat organic, atau oksida-oksida yang mengendap diantara partikel-
partikel yang dapat berupa air, udara, maupun keduanya. (Hardiyatmo 2002).
Didalam suatu lokasi kondtruksi tanah selalu mempunyai peranan penting karena
tanah adalah pondasi pendukung berdirinya suatu bangunan atau menjadi penyebab
kerusakan bangunan itu sendiri, seperti dinding yang retak (Nakazawa, 2000).
Banyak kasus kerusakan bangunan akibat tidak stabilnya kondisi tanah, kasus ini
tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di berbagai Negara lainnya.

Tidak dapat diketahui sejak kapan manusia mulai menggunakan tanah sebagai
bahan bangunan. Untuk beberapa lama pada mulanya, seni rekayasa tanah hanya
dilaksanakan berdasarkan pengalaman di masa lalu saja. Tetapi dengan
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, perancangan dan pelaksanaan
struktur yang lebih baik dan lebih ekonomis menjadi lebih diperlukan. lial ini
menyebabkan terj adinya studi yang lebih terinci terhadap sifat dan konfusi dasar
dari tanah dalam hubungannya dengan ilmu teknik pada awal abad kedua puluh.
Dengan diterbitkannya buku Erdbaumechanik oleh Karl Terzaghi pada tahun 1925,
lahirlah sudah ilmu mekanika tanah modern. Buku tersebut membahas prinsip-
prinsip dasar dari ilmu mekanika tanah yang selanjutnya buku itu juga menjadi
dasar bagi banyak studistudi lanjutan lainnya. (DAS, 1998)

Tahun ke tahun pertumbuhan penduduk semakin meningkat sehingga


meningkat pula kebutuhan pembangunan lebih banyak lagi. Daerah Kabupaten
Sukabumi sebagian besar tanahnya bertekstur sedang atau tanah lempung yang
memiliki daya dukung yang terbilang rendah. Pada jenis tanah lempung dengan
daya dukung yang terbilang rendah maka harus terlebih dahulu dilakukan perbaikan
atau stabilisasi terhadap tanah lempung untuk meminimalisir dampak yang dapat
diakibatkan oleh tanah tersebut.

Stabilisasi tanah adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan


kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah, dengan cara memberikan perlakuan
(Treatment) khusus terhadap lapisan tanah tersebut (Panguriseng, 2001). Ada
beberapa cara yang dilakukan untuk stabilisasi tanah agar biaya yang diperlukan
lebih murah, yaitu dengan memakai limbah-limbah yang masih dapat dimanfaatkan
(Yudistira, 2014). Salah satu metode yang digunakan adalah stabilisasi kimiawi
yaitu dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang memungkinkan terjadinya
reaksi kimia, dan menghasilkan senyawa baru yang bersifat stabil dari pada
senyawa yang terdapat pada massa tanah sebelum stabilisasi dilakukan. Salah satu
stanbilisasi yang akan di teliti menggunakan kapur dan abu daun bambu.
Kapur memiliki kemampuan cementasi apabila tereaksi dengan air, sama
halnya dengan kapur abu daun bambu juga memiliki kemampuan cementasi karena
didalam abu daun bambu terdapat kandungan senyawa Silika (Si) yang tinggi, pada
penelitian ini abu daun bambu menjadi subtitusi dari kapur guna memperkecil biaya
yang diperlukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana sifat fisik tanah lempung ?
2. Bagaimana pengaruh penambahan campuran abu daun bambu dan kapur
dengan perbandingan(20:80), (30:70), 40:60), sebagai bahan stabilisasi tanah
dengan persentase 6%, 9%, 12%?
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penyusunan penelitian tidak menyimpang dari
pokok masalah, maka peneliti memiliki batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu
:
1. Penelitian dilakukan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Sukabumi
2. Melihat pengaruh penambahan campuran abu daun bambu dan kapur dengan
perbandingan (20:80), (30:70), 40:60), sebagai bahan stabilisasi tanah dengan
persentase 6%, 9%, 12%
3. Pengujian yang dilakukan yaitu :
a. Pengujian sifat fisik tanah yang berupa: Analisa Butiran (ASTM D421-58),
Spesific Gravity (ASTM D8554-58), kadar air (ASTM D2216-71), batas-
batas Atterberg (ASTM D423-66,D424-59 dan D427-61).
b. Pengujian kepadatan tanah (Kompaksi) dengan Modified Proctor (ASTM
D698-70).
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sifat fisis tanah lempung
2. Mengetahui pengaruh penambahan campuran abu daun bambu dan kapur
dengan perbandingan (20:80), (30:70), 40:60), sebagai bahan stabilisasi tanah
dengan persentase 6%, 9%, 12%
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penilitian yaitu sebagai alternatif untuk memperbaiki tanah
lempung dengan metode stabilisasi kimiawi menggunakan bahan campuran
subtitusi abu daun bambu kedalam kapur
1.6 Kerangka Berfikir

Penurunan tanah dan tidak terpakainya


limbah pembakaran daun bambu

Penggunaan abu daun bambu


untuk stabilisasi tanah Lempung

Pembuatan Benda Uji

Pengujian Benda Uji

Analisis Data

Kesimpulan
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tanah
Menurut (Das, 1998) “Dalam pengertian teknik secara umum, tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-
bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair
dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel pada tersebut”.
Menurut (Widhiarto, Andriawan, & Matulessy, 2015) tanah merupakan
pondasi dari suatu bangunan yang berdiri diatasnya, tanah yang akan digunakan
untuk pondasi tersebut harus bisa memenuhi syarat daya dukung yang dimiliki
sehingga mampu mendukung beban yang ada di atasnya.
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang
relatif lepas, yang terletak di atas batuan dasar. Ruang antara partikel-partikel dapat
berisi udara, air ataupun keduanya. Pembentukan tanah dari batuan dapat secara
kimia maupun fisik. Proses pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, hal itu terjadi akibat pengaruh manusia,
cuaca, suhu, air, erosi, angin. Umumnya pelapukan akibat proses kimia dapat terjadi
oleh pengaruh okesigen, karbondioksida, air dan proses kimia lainnya (Hardiyatmo,
2002).
Tanah terbentuk dari akibat adanya perubahan cuaca, tumbuh-tumbuhan
selama waktu yang lama dan keadaan medan. Dibutuhkan pengetahuan tentang
sifat-sifat asli tanah, ukuran butiran warna, tekstur dan konsistensi dari tanah yang
bersangkutan agar bisa mendeskripsikan tanah, tanah secara sepintas dibagi
menjadi 2 bagian berdasarkan suatu hasil analisa mekanis yaitu berbutir kasar dan
halus (LH, 1987).

2.2 Tanah Lempung


Tanah lempung memiliki sifat yang khas yaitu jika dalam keadaan kering
tanah lempung akan bersifat keras tetapi jika basah maka akan bersifat plastis dan
kohesif, dapat mengembang dan menyusut dengan sangat cepat, sehingga
mempunyai perubahan volume yang besar karena pengaruh air. Ada beberapa
pendapat mengenai definisi dari tanah lempung diantaranya yaitu :
1. Menurut (Das, 1998) Lempung (Clays) sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopis dan submikroskopis yang berbentuk lempengan-lempengan pipih
2. Menurut (Panguriseng, 2001) tanah lempung adalah jenis tanah yang partikelnya
berdiameter 2 mikron (1 mikron= 10⁻³mm), tanpa membedakan susunan mineral
yang terdapat dalam tanah.
3. Menurut (Terzaghi, 1987)"tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel
berukuran mikroskopik dan sub mikrioskopik yang berasal dari pembusukan
kimiawi unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar
air sedang sampai luas. Dalam keadaan kering sangat keras dan tak mudah
tekelupas hanya dengan jari tangan. Selain itu permeabilitas lempung sangat
rendah".
2.2.1 Mineraral Umum Tanah Lempung
Menurut (Panguriseng, 2001) Ada 3 kelompok besar mineral yang terdapat
pada lempung, diantaranya :
1. Kaolinite, secara struktur kimia terbentuk dari sususan tetrahedral-oktahedral-
H2O, ikatan antara tetrahedral dan octahedral terbilang stabil sedangkan ikatan
yang berhubungan dengan H2O ikatan paling lemah. Kompisis kimia pada
senyawa mineral lempung jenis kaolinite secara umum adalah Si4, Al4,
O10(OH)8,
2. Illite, secara struktur kimia mineral illite terbentuk dari oktahedral-tetrahedral-
oktahedral-H2O, ikatan atara oktahedaral-tetrahedral-oktahedral terbilang stabil
sedangkan struktur yang terikat dengan H2O adalah ikatan yang paling lemah,
Komposisi kimia pada senyawa lempung jenis illite secara umum adalah
(K2H2O)2 SI8 (Al, Mg, Fe)4,6 O20(OH)4,
3. Montmorillonite, secara sturktur kimia jenis lempung ini mempunyai struktur
yang sama dengan illite, pada kedua jenis ini yang menjadi pembeda adalah
komposisi mineralnya, lempung montmorillonite memiliki komposisi kimia Si8
Al4 O20 (OH)4 nH2O.
2.3 Klasifikasi Tanah
Menurut (LH, 1987) klasifikasi tanah yaitu cara untuk menentukan jenis tanah
sehingga diperoleh sifat-sifat tanah.s Ada 2 cara untuk mengklasifikasi tanah yaitu
cara AASTHO dan cara USCS.
Mengelompokkan tanah-tanah sesuai dengan perilaku umum tanah pada
kondisi fisis tertentu merupakan tujuan dari sistem klasifikasi tanah. Perlu diketahui
sifat-sifat dan klasifikasi tanah untuk mengetahui perlakuan tanah dasar agar dapat
memenuhi persyaratan sesuai spesifikasi yang ada (Yudhistira, 2014).

2.4 Stabilisasi Tanah


Menurut (Panguriseng, 2001) "Stabilisasi tanah adalah metode yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah,
dengan cara memberikan perlakuan khusus terhadap lapisan tanah tersebut." Tujuan
stabilisasi tanah yaitu :
1. Memperbaiki atau meningkatkan daya dukung tanah.
2. Memperbaiki atau memperkecil penurunan lapisan tanah.
3. Memperbaiki atau menurunkan permeabilitas.
4. Menjaga atau mempertahankan potensi tanah yang ada.
Stabilisasi yaitu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dengan cara
menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar tdapat menaikan kekuatan tanah.
Tujuan dari stabilisasi tanah yaitu untuk mengikat dan menyatukan agregat material
yang ada. Sifat tanah yang bisa diperbaiki dengan stabilisasi meliputi : kekuatan
daya dukung tanah, permeabilitas, kestabilan volume, keawetan (Alfan, Afriani, &
Iswan, 2015). Ada beberapa jenis Stabilisasi Tanah yaitu Stabilisasi Kimia,
Stabilisasi Fisik, Stabilisasi Mekanis.

2.5 Pemadatan (Kompaksi)


Pemadatan tanah atau kompaksi adalah suatu kegiatan yang sangat penting
agar bisa mewujudkan bangunan dan proyek-proyek lainnya, pemadatan
mempunyai pengaruh yang bisa menentukan keamanan, kualitas dan umur rencana
dari suatu bangunan yang didirikan. Untuk memungkinkan peningkatan daya
dukung dan stabilitas dari tanah maka harus dilakukan pemadatan secara efisien
(Forssblad, 1989).
Menurut (Sukirman, 1992) Pemadatan adalah proses peningkatan kerapatan
tanah dengan mempergunakan energi mekanis (Stabilisasi mekanis). Masa tanag
terdiri dari udara, air , dan partikel-partikel. Proses pemadatan yaitu proses
keluarnya udara dari pori-pori dan meningkatnya kerapatan tanah akibat energy
mekanis. Drajat kepadatan tanah dinyatakan dengan satuan berat volume kering (
Dry Density). Semakin tinggi berat volume kering maka semakin padat pula tanah
tersebut.

Teori pemadatan ini dikembangkan oleh R.R Proctor (1933) ketika


membangun sebuah bendung di Amerika. Sampai saat ini percobaan kompaksi
standar laboratorium disebut proctor, karena untuk menghormati R.R Proctor,
Proctor menemukan bahwa pemadatan adalah fungsi dari :
1. Kepadatan kering (berat volume kering = dry density)
2. Kadar air (w)
3. Energi pemadatan
4. Jenis, gradasi dan mineral tanah

2.6 Abu Daun Bambu


Menurut (Amu & Adetuberu, 2010) abu daun bambu merupakan material
yang banyak mengandung unsur pozolan dan silica yang tinggi karena mengandung
unsur kapur bebas yang dapat mengeras dengan sendiri. Unsur unsur yang
terkandung dapat dilihat pada table 2.1.

Abu Daun Bambu

Unsur SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO K2O Na2O TiO3 SO3

Persentase 75.90 4.13 1.22 7.47 1.85 5.62 0.21 0.20 1.06

Table 2.1 Unsur-unsur dalam abu daun bambu


Sumber : Amu O. O. & Adetuberu A. A. (Internasional Journal of Engineering and
Technology Vol.2(4), 2010, 212-219)
2.7 Kapur
Kapur memiliki kemampuan untuk meningkatkan stabilitas tanah dan
menurunkan indeks plastisitas tanah menurut (SNI 03-4147-1996) kapur yang baik
digunakan untuk stabilitasi tanah adalah kapur tipe I dan II yang masing-masing
terdiri dari kelas A, B, dan C. adapun kadungan unsur yang ada dalam masing-
masing tipe dapat dilihat pada table 2.2 dan 2.3.

Senyawa Kelas Senyawa Kelas


A B C A B C
CA(OH)2 90% 85% 75% CA(OH)2 98% 96% 94%
CO 7% 8% 9% CO 7% 8% 9%
KAB 3% 3% 2% KAB 3% 3% 2%
Tabel 2.2 Unsur Kapur Tipe I Tabel 2.3 Unsur Kapur Tipe II
Sumber : SNI 03-4147-1996 (Kapur Untuk Stabilisasi Tanah)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Bahan
dan Alat

Tanah Asli Tanah Asli + Subtitusi ABD


dan Kapur 20%, 30%, 40%

Uji Sifat Fisik Tanah

1. Analisa Butiran
2. Berat Jenis Tanah
3. Kadar Air
4. Attenberg Limmit
5. Pemadatan

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

Amut O. O & Adetuberu A. A (2010). Characteristic of Bamboo Leaf Ahs Stabilization on


Lateritic Soil in Highway Construction. Internasional Jurnal Of Engineering and
Technology Vol.2(24) 212-219

Budi G. S (2011). Pengujian Tanah di Laboratorium (Penjelasan dan Panduannya).


Yogyakarta : Graha Ilmu

Budi G. S, Ariwibowo S. A & Jaya T. A (2002). Pengaruh Pencampuran Abu Sekam Padi
dan Kapur Untuk Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif. Dimensi Teknik Sipil Vol. 4 No.
2 94-99

Das, B. M. (1998). Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1. (N. Endah,
& I. B. Mochtar, Trans.) Surabaya: Erlangga.

Forssblad, L. (1989). Kompaksi (Pemampatan) Urukan Tanah dan Batuan Dengan


Getaran. (D. R. Kartasapoetra, Trans.) Jakarta: Bina Aksara.

Hardiyatmo, H. C. (2002). Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

LH, S. (1987). Geoteknik dan Mekanika Tanah (Penyelidikan Lapangan & Laboratorium.
Bandung: Nova.

Nakazawa, K. d. (2000). Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. (K. N. Suyono Sosrodarsono,
Ed., & d. Ir. Taulu, Trans.) Jakarta: Pt Pradnya Paramita.

Panguriseng, D. (2001). Stabilisasi Tanah. Makasar: Universitas ”45" Makasar.

SNI 03-4127-1996. Spesifikasi Kapur Untuk Stabilisasi Tanah

Sukirman, S. (1992). Mekanika Tanah II. Bandung: Institut Teknologi Nasional.

Terzaghi, K. (1987). Mekanikatanah Dalam Praktek Rekayasa Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Yudhistira. (2014). Analisis pengarung Substitusi Abu Tandan Sawit dan Gipsum Terhadap
NIlai CBR Pada Tanah Lempung Lunak. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan , 8.

Anda mungkin juga menyukai