Anda di halaman 1dari 53

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4 PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR


2.4.1 Percobaan Analisis Saringan Agregat Kasar
2.4.1.1 Maksud
Mengetahui ukuran butiran dan gradasi agregat dari yang kasar hingga
yang halus serta untuk keperluan desain campuran beton serta tingkat kehalusannya
yang dinyatakan dalam modulus kehalusan.

2.4.1.2 Landasan Teori


Analisis saringan agregat merupakan analisa yang bertujuan menentukan
pembagian gradasi atau ukuran distribusi butiran agregat dalam campuran beton.
Analisis dilakukan terhadap agregat halus dan agregat kasar yang akan dipakai
untuk campuran beton. Dalam melakukan percobaan analisis saringan agregat,
diperlukan beberapa ukuran saringan yang memenuhi standar tertentu.
Tujuan memakai saringan dengan berbagai ukuran adalah untuk
menentukan ukuran agregat yang akan di pakai untuk campuran beton. Untuk
melakukan pengujian agregat kasar harus mengikuti standar yang telah ditentukan
dalam SNI ASTM C136-2012 mengenai analisis saringan agregat. Untuk
mendapatkan hasil pencampuran beton dengan jumlah yang sesuai, maka
diperlukan agregat dengan ukuran yang berbeda-beda, oleh sebab itu gradasi
agregat mempengaruhi besar rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas
dan kemudahan dalam proses pelaksanaan, dan dilakukan pengujian analisis
saringan.
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya
mendekati bulat dengan ukuran butiran antara 0,063 mm - 150,000 mm. Dalam hal
ini, agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa kerikil, pasir kasar,
pasir halus. Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat (strengthen)
dan pengisi (filler), dan menempati 60% - 75% dari volume total beton. Modulus
kehalusan atau kekasaran butiran agregat yang disyaratkan untuk agregat kasar
yaitu 5,50 - 8,50 dengan yang telah ditentukan dalam cara metode pengujian
analisis saringan (Sanjaya, 2015).

34
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan analisis saringan agregat kasar
adalah sebagai berikut.
1. Sieve shaker
2. Saringan 3", 2½", 2", 1½", 1", ¾", ½", 3/₈", No. 4
3. Pan dan Cover
4. Timbangan
5. Oven

2.4.1.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan pada percobaan analisis saringan agregat kasar
adalah sebagai berikut.
1. Mengambil contoh agregat halus dan kasar masing-masing sebanyak
± 1000,000 gram. Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
menggunakan Sample splitter atau menggunakan quartering method.
2. Memasukkan contoh agregat ke dalam oven pada suhu 110℃ ± 5℃ selama 24
jam atau sampai berat agregatnya tetap.
3. Menimbang berat masing-masing saringan.
4. Menyusun saringan pada sieve shaker dengan susunan saringan yang terbesar
hingga yang terkecil lalu yang paling bawah adalah pan.
5. Memasukkan agregat ke dalam saringan yang paling atas kemudian ditutup dan
diguncangkan selama 15 menit.
6. Membiarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan supaya debu-debu
mengendap.
7. Membuka saringan lalu menimbang berat masing-masing saringan beserta
isinya.
8. Menghitung berat masing-masing agregat yang tertahan dalam saringan.

35
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.1.5 Data Percobaan


Data percobaan yang telah dilakukan pada analisis saringan agregat kasar
dapat dilihat pada tabel 2.10 sebagai berikut.
Tabel 2.10 Data Percobaan Analisis Saringan Agregat Kasar
Berat Berat Saringan+
Nomor
Saringan Tertahan
Saringan
(gram) (gram)
3"
580,900 580,900
(76,20 mm)
2½"
574,300 574,300
(63,50 mm)
2"
584,300 584,300
(50,80 mm)
1 ½"
635,700 635,700
(38,10 mm)
1"
607,900 622,600
(25,40 mm)
¾"
540,000 785,900
(19,05 mm)
½"
562,500 1144,300
(12,50 mm)
⅜"
521,400 815,700
(9,53 mm)
No. 4
425,400 693,400
(4,75 mm)
Pan 449,700 474,700

36
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.1.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan analisis saringan agregat
kasar pada saringan ¾" adalah sebagai berikut.
Berat tertahan = (Berat Saringan Tertahan) – Berat Saringan
= 815,700 – 521,400
= 294,300 gram
Jumlah berat tertahan = Jumlah Berat Kumulatif tertahan di Saringan 1" +
Berat tertahan saringan ¾"
= 14,700 + 245,900
= 260,600 gram
jumlah berat tertahan
Persentase Kumulatif tertahan =  100%
berat contoh kering
260,600
=  100%
1429,700
= 18,228%
Persentase kumulatif lolos = 100,000% − persentase tertahan
= 100,000% − 18,228%
= 81,772%
jumlah persentase kumulatif tertahan tanpa pan
Modulus kehalusan =
100
676,344
=
100
= 6,763 gram

37
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.11 Hasil Pemeriksaan Percobaan Analisis Saringan Agregat Kasar


Berat Contoh Kering = 1429,700
Berat Jumlah Persentase
Berat Saringan Berat Berat Kumulatif
Nomor
Saringan + Tertahan Tertahan
Saringan
Tertahan Tertahan Lolos
(gram) (gram) (gram) (gram) (%) (%)

3"
580,900 580,900 0,000 0,000 0,000 100,000
(76,20 mm)

2½"
574,300 574,300 0,000 0,000 0,000 100,000
(63,50 mm)

2"
584,300 584,300 0,000 0,000 0,000 100,000
(50,80 mm)

1 ½"
635,700 635,700 0,000 0,000 0,000 100,000
(38,10 mm)

1"
607,900 622,600 14,700 14,700 1,028 98,972
(25,40 mm)

¾"
540,000 785,900 245,900 260,600 18,228 81,772
(19,05 mm)

½"
562,500 1144,300 581,800 842,400 58,921 41,079
(12,50 mm)

⅜"
521,400 815,700 294,300 1136,700 79,506 20,494
(9,53 mm)

No. 4
425,400 693,400 268,000 1404,700 98,251 1,749
(4,75 mm)

Pan 449,700 474,700 25,000 1429,700 100,000 0,000

38
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.12 Hasil Pemeriksaan Modulus Kehalusan Agregat Kasar


Berat Kumulatif Persentase
Tertahan Berat Kumulatif
Nomor Saringan
Tertahan Tertahan
(gram) (gram) (%)
1 ½"
0,000 0,000 0,000
(38,10 mm)
¾"
245,900 245,900 29,513
(19,05 mm)
⅜"
294,300 540,200 64,834
(9,53 mm)
No. 4
268,000 808,200 97,000
(4,75 mm)
No. 8
0,000 808,200 97,000
(2,36 mm)
No. 16
0,000 808,200 97,000
(1,18 mm)
No. 30
0,000 808,200 97,000
(0,60 mm)
No. 50
0,000 808,200 97,000
(0.30 mm)
No. 100
0,000 808,200 97,000
(0.15 mm)
Pan 25,000 833,200 100,000
Jumlah 676,344
Modulus Kehalusan 6,763

39
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.13 Hasil Persebaran Butiran Agregat Kasar


Berat Berat Per Presentasi
Nomor
Fraksi (cm) Tertahan Fraksi Persebaran
Saringan
(gram) (gram) (%)
3"
0,000
(76,20 mm)
2½"
0,000
(63,50 mm)
≥4 0,000 0,000
2"
0,000
(50,80 mm)
1 ½"
0,000
(38,10 mm)
1"
14,700
(25,40 mm)
2 -- 3 260,600 18,228
¾"
245,900
(19,05 mm)
½"
581,800
(12,50 mm)
1 -- 1,5 876,100 61,279
⅜"
294,300
(9,53 mm)
No. 4
≤0,4 268,000 268,000 18,745
(4,75 mm)
Pan 25,000 25,000 1,749
Jumlah 1429,700 100,000

40
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

120,000
100,000
Persentase Lolos (%)

80,000
60,000
40,000
20,000
0,000
1,000 10,000 100,000
Ukuran Bukaan Saringan (mm)

Gradasi Butiran Minimum Maksimum

Gambar 2.1 Kurva Gradasi Agregat Kasar

41
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.1.7 Kesimpulan
Hasil data percobaan analisis saringan agregat kasar kita dapat
menentukan persentase agregat yang lolos. Pada saringan No. 3" 1½" persentase
kumulatif yang lolos adalah 100,000%, sedangkan untuk saringan 1" persentase
yang lolos sebesar 98,972%, saringan ¾" persentase yang lolos sebesar 81,772%,
saringan ½" persentase yang lolos sebesar 41,079%, saringan ⅜" persentase yang
lolos sebesar 20,494%, saringan No. 4 persentase yang lolos sebesar 1,749%.
Dengan melakukan percobaan analisis saringan agregat kita juga dapat menentukan
persentase kumulatif agregat yang lolos modulus kehalusan agregat kasar. Pada
saringan 1½" persentase kumulatif yang tertahan adalah 0,000%, sedangkan untuk
saringan ¾" persentase kumulatif tertahan sebesar 29,513%, saringan ⅜" persentase
kumulaitf tertahan sebesar 64,834%, saringan No. 4 No. 100 persentase kumulatif
tertahan sebesar 97,000%, didapat juga persentase kumulatif agregat yang lolos
modulus kehalusan sebesar 6,763%, dan percobaan tersebut memenuhi syarat
agregat kasar.

42
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.2 Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar


2.4.2.1 Maksud
Percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dilakukan untuk
mengetahui berat jenis agregat kasar serta kemampuannya menyerap air.

2.4.2.2 Landasan Teori


Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan adalah kemampuan agregat
untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh kering
permukaan (SSD). Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar
dari 4,750 mm (Saringan No. 4). Berat jenis dapat dinyatakan dengan berat jenis
curah kering, berat jenis curah pada kondisi jenuh kering permukaan atau berat jenis
semu. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) dan penyerapan air berdasarkan
pada kondisi setelah (24 ± 4) jam direndam di dalam air.
Penyerapan air adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang
meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada
permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya.
Agregat dikatakan kering ketika telah dijaga pada temperatur 110℃ ± 10℃ dalam
rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan kandungan air yang ada (sampai
beratnya tetap).
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah adonan beton
yang lebih banyak karena banyak kadar air yang terserap. Kadar pori yang besar
akan mengakibatkan usia beton menjadi tidak tahan lama, beberapa jenis agregat
mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
yang pada kondisi terendam selama 15 jam. Nilai penyerapan adalah perubahan
berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi
kering (Mayasari, 2010).

43
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan percobaan berat jenis dan
penyerapan agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Dunagan test set
2. Saringan No. 4
3. Oven
4. Cawan

2.4.2.4 Prosedur Percobaan


Proses yang dilakukan dalam percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan agregat yang tertahan saringan No. 4 (± 5000,000 gram).
2. Mencuci agregat lalu mengeringkan dalam oven pada suhu 110℃ ± 10℃
selama 24 jam.
3. Mendinginkan dalam ruang terbuka hingga suhunya sama dengan suhu
ruangan, lalu merendam dalam air selama 24 jam.
4. Membuang air rendamannya lalu letakkan agregat di atas kain yang menyerap
air. Mengerikan masing-masing agregat hingga diperoleh keadaan SSD.
5. Menimbang agregat yang telah jenuh kering permukaan.
6. Memasukkan ke dalam keranjang peti kemas kemudian menyelupkan ke dalam
peti kemas berisi air. Menggoyang-goyangkan keranjang tersebut di dalam air
untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap.
7. Menimbang berat agregat dalam air.
8. Mengeringkan agregat dalam oven 24 jam pada suhu 110°C ± 10°C.

44
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.2.5 Data Percobaan


Data hasil percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.14 Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Nilai
Parameter Rata-rata
I II
Berat contoh jenuh kering permukaan (gram) 4564,000 2313,100 3438,550

Berat contoh dalam air (gram) 3286,000 1343,000 2314,500


Berat contoh kering (gram) 4296,000 2172,000 3234,000

45
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar menggunakan sampel I adalah sebagai berikut.
C
Bulk specific gravity =
A−B
4296,000
=
4564,000 − 3286,000
= 3,362
A
Bulk specific gravity (SSD) =
A−B
4564,000
=
4564,000 − 3286,000
= 3,571
C
Apparent specific gravity =
C−B
4296,000
=
4294,000 − 3286,000
= 4,253
A−C
Absorption =  100,000%
C
4564,000 − 4296,000
=  100,000%
4296,000
= 6,238%

Keterangan :
A : Berat contoh kering permukaan (SSD) (gram)
B : Berat contoh dalam air (gram)
C : Berat contoh kering (setelah di oven) (gram)

46
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.15 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat kasar
Nilai
Parameter Rata-rata
I II
Berat contoh jenuh kering permukaan (gram) 4564,000 2313,100 3438,550
Berat contoh dalam air (gram) 3286,000 1343,500 2314,500
Berat contoh kering (gram) 4296,000 2172,000 3234,000
Bulk spesific gravity 3,362 2,239 2,800
Bulk spesific gravity ( SDD ) 3,571 2,384 2,978
Apparent spesific gravity 4,253 2,620 3,437
Absorption / penyerapan (%) 6,238 6,496 6,367

47
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.2.7 Kesimpulan
Hasil perhitungan dari percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
didapatkan nilai berat contoh jenuh kering permukaan sebesar 3438,550 gram, berat
contoh dalam air 2314,500 gram, berat contoh kering sebesar 3232,000 gram, bulk
specific gravity sebesar 2,800, bulk spesific gravity (SSD) sebesar 2,978, apparent
specific gravity sebesar 3,437, dan absorption/Penyerapan sebesar 6,367%.

48
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.3 Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Kasar


2.4.3.1 Maksud
Percobaan bobot isi dan rongga udara agregat dilakukan untuk
menentukan bobot isi serta rongga udara agregat kasar dalam kondisi lepas juga
kondisi padat.

2.4.3.2 Landasan Teori


Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume
benda tersebut. Bobot isi terdiri dari bobot isi padat dan lepas. Bobot isi padat
adalah agregat dalam keadaan padat pada suatu volume pada campuran beton.
Bobot isi lepas adalah keadaan agregat pada saat awal sebelum dilakukan
pemadatan.
Bobot isi agregat pada beton berguna untuk klasifikasi perhitungan
perencanaan campuran beton. Berat isi agregat isi agregat adalah berat agregat
adalah berat agregat per satuan isi. Berat adalah gaya gravitasi yang mendesak
agregat berupa pasir, batu pecah dan kerak tungku besi yang dipakai bersama-sama
dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu adukan. Rongga udara dalam
satuan volume agregat adalah ruang diantara butir-butir agregat yang tidak diisi
oleh partikel yang padat
Berat isi agregat adalah agregat persatuan isi dari rongga udara dalam
pemeriksaan satuan volume agregat yang ruang di antara butir-butirnya tidak diisi
oleh partikel yang padat. Pemeriksaan volume erat hubungannya dengan rencana
biaya yang tersedia dalam membuat suatu konstruksi yang dikehendaki (SNI 03-
4804-1998). Bobot isi agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat
jenis, gradasi agregat dan diameter maksimum agregat (Waode, 2014).

49
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan percobaan bobot isi dan
rongga udara agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Oven
2. Timbangan
3. Batang pemadat Ø16 mm
4. Container (mold 6")
5. Meja getar
6. Mistar perata
7. Jangka Sorong
8. Sekop

2.4.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan pada percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat kasar kondisi lepas adalah sebagai berikut.
1. Menimbang berat container (B) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Mengambil sampel agregat dan keringkan agregat di dalam oven hingga
beratnya tetap. Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
menggunakan sample splitter atau menggunakan quartering method.
3. Memasukkan dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir dari
ketinggian 5 cm di atas container dengan menggunakan sendok/sekop sampai
penuh.
4. Meratakan permukaan container dengan mister perata.
5. Menimbang berat container + isi.
Prosedur yang dilakukan pada percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat kasar kondisi padat adalah sebagai berikut.
1. Menimbang berat container yang telah diketahui volumenya.
2. Mengambil sampel agregat dan keringkan agregat di dalam oven hingga
beratnya tetap. Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
menggunakan sample splitter atau quartering method.

50
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

3. Memasukkan agregat ke dalam container kurang lebih sepertiga bagian lalu


tumbuk dengan batang pemadat sebanyak 25 kali.
4. Mengulangi hal yang sama untuk lapisan kedua.
5. Memasukkan campuran agregat kasar hingga melebihi permukaan atas
container lalu tumbuk sebanyak 25 kali untuk lapis terakhir.
6. Meletakkan di atas meja penggetar lalu pasang penjepitnya.
7. Menghidupkan motor penggerak selama 5 menit sampai mencapai kepadatan.
8. Mengisi kembali bagian permukaan yang berlubang dengan agregat lalu
meratakan permukaannya dengan mistar perata.
9. Menimbang container beserta isinya.

2.4.3.5 Data Percobaan


Percobaan berat isi dan rongga udara agregat kasar yang telah dilakukan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Berat jenis (kering) = 2,978
Absorpsi = 6,367%

Tabel 2.16 Data Percobaan Bobot Isi Lepas Agregat Kasar


Parameter Nilai
Berat container (gram) 74,650
Berat container + agregat (gram) 115,040
Berat agregat (gram) 40,390
Volume container (cm³) 846,888

Tabel 2.17 Data Percobaan Bobot Isi Padat Isi Agregat Kasar
Parameter Nilai
Berat container (gram) 74,650
Berat container + agregat (gram) 119,380
Berat agregat (gram) 44,730
Volume container (cm³) 846,888

51
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.3.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan berat isi agregat kasar adalah sebagai berikut.
Contoh perhitungan untuk mencari berat isi lepas dan isi padat adalah sebagai
berikut.
C−B
Berat isi (kering) =
V
115,000 − 74,650
=
846,888
= 0,048
C−B  A 
Berat isi (SSD) =  1 + 
V  100,000 

 6,367 
= 0,048  1 + 
 100,000 
= 0,048
berat isi (kering)
Kadar rongga udara = 1−  100,000%
SG
0,048
= 1−  100,000%
2,978
= 98,398

Keterangan :
A : Absorpsi agregat (%)
B : Berat container (gram)
C : Berat container berikut isinya (gram)
V : Volume container (cm³)
SG : Berat jenis agregat kering (gram)

52
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.18 Hasil Pemeriksaan Bobot Isi Lepas Agregat Kasar


Parameter Nilai
Berat container (gram) 74,650
Berat container + agregat (gram) 115,040
Berat agregat (gram) 40,390
Volume container (cm³) 846,888
Berat isi agregat (kering) (gram/cm³) 0,048
Berat isi agregat (SSD) (gram/cm³) 0,048
Kadar rongga udara (%) 98,398

Tabel 2.19 Hasil Pemeriksaan Bobot Isi Padat Agregat Kasar


Parameter Nilai
Berat container (gram) 74,650
Berat container + agregat (gram) 119,380
Berat agregat (gram) 44,730
Volume container (cm³) 846,888
Berat isi agregat (kering) (gram/cm³) 0,053
Berat isi agregat (SSD) (gram/cm³) 0,056
Kadar rongga udara (%) 98,226

53
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan bobot isi dan rongga udara
dalam kondisi lepas didapatkan nilai berat isi kering sebesar 0,048 gram/cm³, berat
isi (SSD) sebesar 0,048 gram/cm³, kadar rongga udara sebesar 98,398%, sedangkan
untuk percobaan bobot isi dan kadar rongga udara dalam kondisi padat didapatkan
nilai berat isi kering sebesar 0,053 gram/cm³, berat isi (SSD) sebesar 0,056
gram/cm³, kadar rongga udara sebesar 98,226%.

54
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.4 Percobaan Kadar Air Agregat Kasar


2.4.4.1 Maksud
Percobaan kadar air agregat kasar dilakukan untuk memperoleh angka
persentase dari kadar air yang dikandung oleh agregat kasar.

2.4.4.2 Landasan Teori


Percobaan kadar air dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang
terkandung dalam agregat kasar. Kadar air agregat kasar merupakan perbandingan
antara banyaknya air yang terkandung dalam agregat kasar dengan berat agregat
kasar kering dari oven. Pemeriksaan kadar air dilakukan pada saat agregat kasar
dalam keadaan kering permukaan (SSD).
Kadar air dapat mempengaruhi jumlah FAS (Faktor Air Semen) yang
digunakan dalam campuran beton, dengan kata lain kadar air juga mempengaruhi
kuat tekan beton. Dalam rancangan campuran beton, kondisi agregat dianggap
kering permukaan atau SSD. Oleh karena itu, kadar air agregat harus diperiksa
sebelum digunakan.
Agregat dapat menyerap kebutuhan air semen (FAS) saat agregat dalam
keadaan tidak jenuh air, hal ini dapat berpengaruh pada pengerasan beton. Dengan
mengetahui kadar air agregat kita dapat memperkirakan jumlah air yang harus
digunakan apakah air harus ditambah atau dikurangi. Sedangkan, berat isi ialah
perbandingan antara berat agregat dengan volumenya. (Satrio, 2016)

2.4.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan kadar air agregat kasar adalah
sebagai berikut.
1. Cawan
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator

55
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan untuk percobaan kadar air agregat kasar adalah
sebagai berikut.
1. Menyiapkan contoh agregat kasar dengan cara sampling menggunakan sample
splitter atau quartering method sebanyak minimum 500,000 gram untuk
masing-masing sesuai tabel lalu mencatat beratnya (A).
Tabel 2.20 Data Ukuran Butiran Kadar Air Agregat Kasar
Ukuran Butir Maksimum Berat Agregat
(mm) (inci) Minimum (kg)
6,300 ¼ 0,500
9,500 ⅜ 1,500
12,700 ½ 2,000
19,100 ¾ 3,000
25,400 1 4,000
38,100 1½ 6,000
50,800 2 8,000
63,500 2½ 10,000
76,200 3 13,000
88,900 3½ 16,000
101,600 4 25,000
152,400 6 50,000

2. Memasukkan agregat yang telah diambil ke dalam cawan.


3. Memasukkan cawan beserta agregat ke dalam oven dengan suhu 100°C ± 10°C
selama kurang lebih 24 jam.
4. Mengeringkan agregat di dalam oven, kemudian mendinginkan agregat beserta
cawan di dalam desikator.
5. Menimbang kembali sampel agregat (B).

56
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.4.5 Data Percobaan


Data yang diperoleh dari percobaan kadar air agregat kasar adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.21 Data Percobaan Kadar Air Agregat Kasar
Sampel Agregat
Parameter
Kasar
Berat contoh awal (gram) 2000,000
Berat contoh kering (gram) 1897,800

2.4.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan pada percobaan kadar air agregat kasar
adalah sebagai berikut.
Berat air =A–B
= 2000,000−1897,000
=102,200 gram
A−B
Kadar air =  100%
B
2000,000 − 1897,800
=  100%
1897,800
= 5,385%

Keterangan :
A : Berat contoh awal (gram)
B : Berat contoh kering (gram)
A B : Berat Air (gram)

57
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.22 Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Kasar


Parameter Sampel Agregat Kasar
Berat contoh awal (gram) 2000,000
Berat contoh kering (gram) 1897,800
Berat air (gram) 102,200
Kadar air (%) 5,385

58
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada
percobaan kadar air agregat kasar, maka diperoleh nilai berat air sebesar
102,200 gram dan kadar air sebesar 5,385%. Kadar air agregat syarat acuan standar
dalam SNI 03-1971-1990, yaitu sebesar 3,000% - 5,000%. Hasil percobaan yang
didapatkan dari percobaan kadar air agregat kasar adalah tidak memenuhi standar.

59
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.5 Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar


2.4.5.1 Maksud
Percobaan kadar lumpur dan lempung agregat kasar ini dilakukan untuk
mengetahui kandungan lumpur dan lempung dalam agregat kasar.

2.4.5.2 Landasan Teori


Kadar lumpur yang terdapat pada agregat kasar menurut PBI 1971, agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1,000% (ditentukan terhadap berat
kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian yang dapat melalui ayakan
0,063 mm, apabila kadar lumpur melampaui 1,000% maka agregat harus dicuci,
karena lumpur dapat menjadi variabel pengganggu pada proses pengikatan adukan
semen dengan agregat.
Dalam campuran beton kadar lumpur pada agregat sangat mempengaruhi
kuat tekan beton dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kadar lumpur maka kuat
tekan beton semakin tinggi. Kadar lumpur yang berlebih pada agregat juga dapat
membuat kekuatan beton menjadi rendah, sehingga mutu beton yang ditargetkan
tidak tercapai, untuk itu diperlukan pemeriksaan mutu agregat (split maupun pasir)
agar mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga
beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan.
Lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang
diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula akan menyebabkan
turunnya kekuatan beton yang bersangkutan serta menambah penyusutan dan
creep. Kuat tekan yang tinggi dapat dilakukan dengan cara meminimalkan
kandungan lumpur yang terkandung dalam agregat halus atau pun kasar (Mulyono,
2017).

60
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan percobaan kadar lumpur dan
lempung pada agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Saringan No. 4, No. 16, dan No. 200
2. Timbangan
3. Oven
4. Cawan

2.4.5.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam percobaan kadar lumpur dan lempung
pada agregat adalah sebagai berikut.
1. Mengambil benda uji dengan cara sampling menggunakan sample splitter atau
quartering method, lalu memasukkan ke dalam cawan (tertahan saringan No.
4) sebanyak 5000,000 gram kemudian memasukkan masing-masing sampel ke
dalam cawan yang berbeda.
2. Memasukkan cawan beserta isinya ke dalam oven pada suhu 100°C ± 10°C
selama 24 jam.
3. Mendinginkan benda uji dalam desikator lalu menimbang berat masing-masing
sampel kering.
4. Memasukkan air pencuci ke dalam cawan lalu mengaduk hingga terjadi
pemisahan sempurna antara butir-butir kasar dan halus. Mengusahakan bahan
halus melayang sehingga mempermudah pemisahannya.
5. Menuangkan air pencuci segera di atas saringan No. 16 yang di bawahnya di
pasang saringan No. 200.
6. Mengulangi pencucian dan penyaringan hingga air pencuci terlihat jernih.
7. Mengembalikan benda uji yang tertahan saringan No. 16 dan No. 200 ke dalam
cawan lalu mengeringkan dalam oven pada suhu 100°C ± 10°C selama 24 jam.
8. Mendinginkan dalam desikator lalu menimbang berat kering benda uji.

61
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.5.5 Data Percobaan


Data hasil percobaan kadar lumpur dan lempung agregat kasar dapat
dilihat di Tabel sebagai berikut.
Tabel 2.23 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar
Parameter Sampel Agregat Kasar
Berat agregat kering awal (gram) 5000,000
Berat agregat setelah pencucian (gram) 4526,000

2.4.5.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan kadar lumpur dan lempung yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut.
A−B
Kadar lumpur dan lempung =  100%
A
5000,000 − 4526,000
=  100%
5000,000
= 9,480%
Keterangan :
A : Berat contoh kering awal (gram)
B : Berat contoh kering setelah pencucian (gram)

62
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.24 Hasil Perhitungan dari Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar
Parameter Sampel Agregat Kasar
Berat agregat kering awal (gram) 5000,000
Berat agregat setelah pencucian (gram) 4526,000
Kadar lumpur dan lempung (%) 9,480

63
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.5.7 Kesimpulan
Hasil pengujian kadar lumpur lempung dalam agregat kasar yang telah
dilaksanakan didapatkan persentase hasil sebesar 9,480%. Berdasarkan SNI 03-
4142-1996 tentang metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan No. 200. Sehingga agregat kasar tersebut tidak baik untuk digunakan
dalam pembuatan beton dikarenakan persentase melebihi syarat 1,000%.

64
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.6 Abrasion Test


2.4.6.1 Maksud
Abrasion test dilakukan untuk mengetahui keausan agregat yang
diakibatkan oleh faktor-faktor mekanis.

2.4.6.2 Landasan Teori


Abrasion test keausan agregat adalah perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan No. 12 (1,180 mm) terhadap berat semula dalam persen. Untuk
menguji kekuatan agregat kasar dapat menggunakan bejana Rudolf ataupun dengan
alat uji los angeles test. Mesin yang digunakan untuk pengujian keausan ini adalah
mesin los angeles. Mesin ini berbentuk slinder dengan diameter 170,000 cm yang
terbuat dari baja (Ridho, 2012).
Dalam pengujian ini menggunakan bola-bola baja yang berukuran 4,000 -
- 6,000 cm sebagai nilai bantu untuk menghancurkan agregat. Jumlah bola yang
digunakan tergantung dari tipe gradasi dan agregat yang diuji. Di dalam mesin los
angeles terdapat sirip yang berfungsi sebagai pembalik material yang diuji dan lama
pengujian tergantung dari jumlah berat material (Ridho. 2012).
Pada umunya ikatan butir partikel bisa kuat dan lemah, namun secara
berulang menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses perendaman air seperti
akibat cuaca, pembekuan dan lain-lain. Durabilitas atau ketahanan terhadap
kerusakan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan jumlah agregat. Ikatan
antar butir partikel bisa kuat dan lemah, karena sebagai akibat dari proses
perendaman air seperti akibat cuaca, pembekuan dan lain-lain. Aspek yang menguji
durabilitas agregat, yaitu kerusakan mekanis dan kerusakan diakibatkan reaksi
physico-chemical, seperti pelapukan (Ridho, 2012).

65
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan abrasion test adalah sebagai
berikut.
1. Los angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Oven
4. Talam
5. Saringan 1½", 1", ¾", ½", ⅜", ¼", No. 4 dan No. 12
6. Timbangan
7. Pan

2.4.6.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan pada percobaan abrasi/abrasion test adalah
sebagai berikut.
1. Mengambil agregat yang akan diperiksa lalu cuci sampai bersih.
2. Mengeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 100°C ± 10°C sampai
beratnya tetap.
3. Memisahkan agregat tersebut sesuai dengan kelompoknya, lalu mencampurkan
sesuai dengan kombinasi yang diinginkan (A/B/C/D) dengan berat total
5000,000 gram.
4. Menghidupkan lampu power.
5. Memutar drum abrasi dengan menekan tombol inching sehingga tutupnya
mengarah ke atas.
6. Membuka tutup mesin abrasi lalu memasukkan agregat yang telah disiapkan.
7. Memasukkan bola baja sebanyak yang disyaratkan (lihat tabel ketentuan
kriteria benda uji abrasi).
8. Menutup kembali mesin abrasi.
9. Membuka tutup counter lalu mengatur angkanya menjadi 500 kemudian
ditutup kembali.

66
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

10. Menekan tombol start sehingga mesin abrasi berputar. Jumlah putaran akan
terbaca pada counter dan mesin abrasi akan berhenti berputar secara otomatis
pada jumlah putaran 500.
11. Memasang talam di bawah mesin abrasi.
12. Membuka tutup mesin lalu menekan tombol inching sehingga mesin abrasi
berputar dan agregat serta bola baja tertampung pada talam tersebut.
13. Menyaring agregat tersebut dengan saringan No. 12 lalu agregat tertahan dicuci
sampai bersih.
14. Mengeringkan lagi dalam oven selama 24 jam pada suhu 100ºC ± 10ºC.
15. Menimbang berat keringnya.

Tabel 2.25 Data Kriteria Benda Uji Abrasi


Ukuran Saringan Berat Agregat
Lolos Tertahan A B C D
1½″ 1″ 1250 ± 25
1″ ¾″ 1250 ± 25
¾″ ½″ 1250 ± 10 2500 ± 10
½″ ⅜″ 1250 ± 10 2500 ± 10
⅜″ ¼″ 2500 ± 10
¼″ No. 4 2500 ± 10 2500 ± 10
No. 4 No. 8 2500 ± 10
Total 5000 ± 10 5000 ± 10 5000 ± 10 5000 ± 10
Jumlah bola baja 12 11 8 6
Berat bola (gram) 5000 ± 25 4584 ± 25 3330 ± 20 2500 ± 15

67
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.6.5 Data Percobaan


Data abrasion test yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.26 Data Abrasion Test
Parameter Nilai
Berat sebelum (gram) 5006,700
Berat sesudah diayak saringan No. 12 (gram) 3099,000

2.4.6.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan untuk abrasion test agar mendapatkan nilai
keausan adalah sebagai berikut.
A−B
Keausan =  100%
A
5006,700 − 3099,000
=  100%
5006,000
= 38,103%

Keterangan :
A : Berat total benda uji semula (gram)
B : Berat benda uji yang tertahan saringan No. 12 (gram)

68
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.27 Hasil Pemeriksaan Abrasion Test


Parameter Nilai
Berat sebelum (gram) 5006,700
Berat sesudah diayak saringan No. 12 (gram) 3099,000
Keausan (%) 38,103

69
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.6.7 Kesimpulan
Hasil dari abrasion test kita bisa menentukan keausan dari sebuah agregat
kasar yang diakibatkan oleh faktor-faktor mekanis dan diperoleh nilai keausannya
adalah 38,103%. Berdasarkan SNI 2417:2008 tentang uji keausan agregat dengan
mesin abrasi los angeles. Sehingga agregat kasar tersebut baik untuk digunakan
dalam pembuatan beton dikarenakan syarat keausannya ≤ 40,000%.

70
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.7 Soundness Test Agregat Kasar


2.4.7.1 Maksud
Percobaan dilakukan untuk mengetahui keausan/ pelapukan agregat kasar
yang diakibatkan pengaruh iklim/ cuaca.

2.4.7.2 Landasan Teori


Soundness Test adalah Pengujian untuk menentukan ketahanan agregat
terhadap desintegrasi dengan larutan jenuh natrium sulfat atau magnesium sulfat.
Soundness adalah suatu tingkat kekekalan atau keausan pada agregat yang dapat
menentukan kualitas dari pembuatan beton. Sifat ini merupakan petunjuk
kemampuan agregat untuk menahan perubahan volume yang berlebihan yang
diakibatkan oleh perubahan–perubahan pada kondisi lingkungan, misalnya:
pembekuan dan pencairan (pada daerah cuaca dingin), perubahan suhu, terik
matahari, musim kering dan hujan yang berganti-ganti (PBI 89. 1990).
Suatu agregat dikatakan tidak bersifat kekal apabila terjadi perubahan
volume yang cukup berarti. Ini mungkin muncul dalam bentuk perubahan setempat-
setempat hingga terjadi retakan permukaan atau disintegrasi pada suatu kedalaman
yang cukup besar. Kekekalan atau keausan agregat dapat diuji dengan
menggunakan larutan kimia untuk memeriksa reaksinya pada agregat (PBI 89.
1990).
Agregat harus memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-
80, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton untuk beton normal atau memenuhi syarat
ASTM C.33-86 Standard Agregat Specification for Concrete Aggregates. Syarat
mutu untuk agregat normal adalah sebagai berikut :
1. Halus jika diuji dengan larutan garam sulfat (Natrium Sulfat, NaSO4),
bagiannya yang hancur maksimal 10,000% dan jika diuji dengan Magnesium
Sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15,000%.
2. Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (Natrium Sulfat, NaSO4),
bagiannya yang hancur maksimal 12,000% dan jika diuji dengan Magnesium
Sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 18,000% (Rastono, 2018)

71
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada soundness test agregat kasar adalah
sebagai berikut.
1. Beaker glass
2. Timbangan dengan ketelitian minimal 0,100% dari berat benda uji
3. Natrium sulfat/ magnesium sulfat
4. Oven
5. Desikator
6. Termometer dengan ketelitian 0,1℃
7. Hidrometer
8. Wadah untuk agregat halus, kawat kasa berbentuk tabung yang bagian atasnya
terbuka yang mempunyai ukuran bukaan saringan No. 8.
9. Saringan dengan ukuran sebagai berikut:
Tabel 2.28 Ukuran Saringan
Ukuran Saringan
2½" (63,000 mm)
2" (50,00 mm)
1½" (37,500 mm)
1" (31,500 mm)
¾" (25,000 mm)
⅝" (16,000 mm)
½" (12,500 mm)
⅜" (9,500 mm)
5
/16" (8,000 mm)

72
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.7.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada soundness test agregat kasar
adalah sebagai berikut.
1. Menyiapan larutan garam sulfat.
a. Menyiapkan larutan jenuh garam natrium sulfat/ magnesium sulfat dengan
cara melarutkan kristal murni garam natrium sulfat/ magnesium sulfat
dalam air panas lalu disaring.
b. Larutan harus betul-betul jenuh sehingga tidak terlihat adanya kelebihan
garam yang tidak larut.
c. Mengaduk dengan baik-baik, kemudian menyimpan dalam desikator
selama 48 jam sebelum dipergunakan.
d. Pada larutan yang akan digunakan, menghancurkan terlebih dahulu garam
yang mungkin terjadi dengan cara mengaduk, kemudian menentukan berat
jenisnya.
1) Jika menggunakan natrium sulfat, berat jenisnya antara 1,151 - 1,174.
2) Jika menggunakan magnesium sulfat, berat jenisnya antara 1,295 -
1,308.
2. Mengambil agregat kasar di atas saringan No. 50, kemudian keringkan dalam
Oven sampai beratnya kemudian tetap kemudian pisahkan setiap fraksinya.
3. Menimbang berat masing-masing fraksi dan mengkombinasikan seluruhnya.
Mencatat berat total agregat kasar dan berat masing-masing fraksi. Untuk
ukuran yang lebih besar dari 19,000 mm (¾") mencatat banyaknya partikel
yang terkandung dalam agregat kasar.
4. Memasukkan contoh ke dalam breaker glass, kemudian menuangkan larutan
garam natrium/magnesium yang telah disediakan sehingga larutan tersebut
dapat merendam seluruh permukaan agregat kasar dengan ketinggian ± 12,500
mm (½").
5. Menutup breaker glass dengan rapat untuk mengurangi penguapan dan
memasukkan substansi lain. Mengatur temperatur perendam pada suhu 20,3℃
- 21,9℃.

73
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

6. Memasukkan breaker glass dalam desikator dan diamkan selama minumum 16


jam dan maksimum 18 jam.
7. Mengeluarkan agregat kasar dari dalam larutan, membiarkan tiris selama 15 ±
5 menit. Mengeringkan dalam oven pada temperature 110 ± 5℃ sampai
beratnya tetap, kemudian mendinginkan agregat kasar sebelum direndam
kembali dalam larutan.
8. Mengulangi proses perendam dan pengeringan agregat kasar minimum 5 kali.
Apabila pengujian terpaksa dihentikan sementara, menyimpan agregat kasar di
dalam oven pada temperatur 110 ± 5℃ sampai pengujian dilanjutkan kembali.
9. Setelah proses perendaman dan pengeringan selesai, kemudian mencuci
agregat kasar dengan menggunakan air panas (43 ± 6℃) ke dalam cawan
sampai meluap keluar untuk memastikan agregat kasar telah bersih dari larutan
natrium sulfat/ magnesium sulfat. Selama proses pencucian, menjaga agregat
kasar dari guncangan atau tumbukan yang dapat membuat pecah atau retaknya
agregat kasar.
10. Mengeringkan masing-masing fraksi agregat kasar dalam oven sampai
diperoleh beratnya tetap.
11. Menyaring agregat kasar dengan ukuran saringan sebagai berikut:

Tabel 2.29 Ukuran Saringan Untuk Agregat Kasar Setelah Pengujian


Untuk Fraksi Saringan yang Digunakan
63,000 mm – 37,500 mm 31,500 mm
37,500 mm – 19,000 mm 16,000 mm
19,000 mm – 9,500 mm 8,000 mm
9,500 mm – 4,750 mm 4,000 mm

Untuk agregat kasar, penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan


tangan, Jangan melakukan paksaan agar butiran dapat menembus lubang saringan.
Menimbang dan mencatat berat agregat kasar yang tertahan pada masing-masing
saringan.

74
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.7.5 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan Soundness agregat kasar menggunakan rumus
sebagai berikut.
A−B
Persentase agregat yang lapuk =  100%
B

Keterangan :
A : Berat agregat sebelum pengujian
B : Berat agregat setelah pengujian

75
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.8 Percobaan Flakiness and Elongation Index Test


2.4.8.1 Maksud
Percobaan flakiness and elongation index test bertujuan untuk mengetahui
bentuk/kepipihan agregat yang akan dipakai sebagai campuran beton.

2.4.8.2 Landasan Teori


Agregat yang pipih adalah agregat yang lolos atau lewat dari uji kepipihan,
sedangkan agregat yang lonjong adalah agregat yang tertahan pada alat uji
kelonjongan agregat. Nilai indeks menunjukkan persentase jumlah agregat yang
pipih atau lonjong dari sampel yang ada. Semakin besar nilai indeks, maka semakin
banyak jumlah agregat pipih atau lonjong.
Agregat adalah bahan keras yang apabila dipadatkan sehingga akan
membentuk struktur pokok bangunan, menurut RSNI T 01-2005 mengatakan
agregat berbentuk lonjong adalah butiran agregat yang memiliki rasio panjang
terhadap lebar lebih basar dari nilai yang ditentukan dalam speseifikasi. Sedangkan
agregat berbentuk pipih adalah butiran agregat yang mempunyai rasio lebar
terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
Agregat berbentuk pipih jika agregat tersebut lebih tipis minimal 60% dari
diameter rata-rata. Agregat lonjong jika ukuran terpanjangnya lebih panjang
minimal 180% diameter rata-rata. Diameter rata-rata dihitung berdasarkan ukuran
saringan. Misalnya untuk agregat yang lolos saringan dengan diameter 140 mm dan
tertahan disaringan dengan diameter 10,000 mm (14,000-10,000 mm) maka
diameter rata-ratanya adalah 11,125 mm. Praktikum ini pada dasarnya adalah
menentukan persentase jumlah agregat yang pipih dan lonjong dari suatu sampel
agregat. (Syahda, 2020)

76
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan flakiness and elongation index
test adalah sebagai berikut.
1. Flakiness gauge
2. Elongation gauge

2.4.8.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang digunakan untuk melakukan flakiness index
adalah sebagai berikut.
1. Saring sampel dengan ukuran saringan 63,000 mm, 50,000 mm, 40,000 mm,
31,500 mm, 25,000 mm, 20,000 mm, 16,000 mm, 10,000 mm, 6,300 mm.
2. Mengambil minimum 200 buah sampel setiap fraksi lalu ditimbang (Xn).
3. Mengukur ketebalan masing-masing sampel menggunakan alat pengukur
ketebalan.
4. Jumlah sampel yang melewati alat ukur ditimbang dengan ketelitian.
Prosedur percobaan yang digunakan untuk melakukan elongation index
adalah sebagai berikut.
1. Saring sampel dengan ukuran saringan 50,000 mm, 40,000 mm, 31,500 mm,
25,000 mm, 20,000 mm, 16,000 mm, 12,500 mm, 10,000 mm, 6,300 mm.
2. Mengambil minimum 200 sebuah sampel setiap fraksi lalu ditimbang (Yn)
3. Mengukur panjang sampel masing-masing menggunakan alat pengukur
panjang.
4. Sampel dari masing-masing fraksi yang tidak dapat melewati panjang
pengukur yang ditentukan dengan sisi panjangnya adalah partikel memanjang
dan dikumpulkan secara terpisah untuk menentukan berat total dari masing-
masing fraksi.
5. Jumlah total sampel memanjang ditimbang dengan ketelitian 0,1 gram (Yn).

77
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.8.5 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan flakiness and elongation index test
menggunakan rumus sebagai berikut.
(x1 + x2 + x3 + ...)
Flakiness Index = + 100
(X1 + X2 + X3 + ...)

% Flakiness Index =
(Total berat agregat  Berat agregat yang tertahan pada Flakiness Gauge)
100
Berat agregat yang lolos pada Flakiness Gauge

(y1 + y2 + y3 + ...)
Elongation Gauge = 100
(Y1 + Y2 + Y3 + ...)

% Elongation Gauge =
(Total berat agregat  Beban agregat yang tertahan pada Elongation Gauge)
100
Berat agregat yang lolos pada Elongation Gauge
Limits :
1. Flakinees index for bituminous and non bituminous mixes = max 15%
2. Elongation index for bituminous and non bituminous mixes = max 15%
3. Combined flakiness and elongation index for bituminous and non bituminous
mixes = max 30%
4. Flakiness index for concrete mixes = max 35%

78
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.9 Percobaan Analisis Bentuk Agregat Kasar


2.4.9.1 Maksud
Percobaan analisis bentuk agregat kasar untuk mengetahui bentuk agregat
dan juga untuk mengetahui kepipihan agregat kasar dan yang lonjong dari suatu
sampel agregat.

2.4.9.2 Landasan Teori


Agregat kasar merupakan batuan pada umumnya didapat dari hasil
pemecahan batu-batu berukuran besar oleh alat pemecah batuan (stone crusher).
Bentuk butir yang paling banyak ditemukan yaitu berbentuk baik, pipih (flaky) dan
panjang (elongated). Berdasarkan SNI 03-4137-1996 untuk agregat pipih dan
lonjong maksimal dalam penggunaannya dibatasi, yaitu 20,000%.
Agregat yang terbaik digunakan sebagai material beton adalah agregat
yang berbentuk baik. Hal ini dikarenakan agregat tersebut mempunyai bidang
kontak yang lebih luas, sehingga dapat saling mengunci dengan baik. Pada
umumnya agregat pipih dan agregat panjang juga dihasilkan oleh stone crusher,
sehingga dilapangan tidak dapat dihindari pemakaian kedua bentuk agregat tersebut
Dengan ini dilakukan penelitian pengaruh bentuk butiran pipih (indeks
kepipihan) dan bentuk butiran panjang (indeks kepanjangan) terhadap kekerasan
beton. Metode penentuan indeks kepipihan didasarkan kepada klasifikasi partikel
agregat sebagai benda pipih (flaky) dengan ketebalan kurang dari 0,600 ukuran
nominalnya. Sedangkan metode penentuan indekskelonjongan didasarkan pada
klasifikasi partikel agregat sebagai benda lonjong (elongated) (Santo, 2017).

79
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.9.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan percobaan analisis agregat
bentuk agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Jangka sorong
2. Cawan
3. Timbangan
4. Oven

2.4.9.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan untuk percobaan analisis bentuk agregat kasar
adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan agregat kasar sebagai benda uji dengan cara sampling
menggunakan sample splitter atau quartering method lalu keringkan dalam
oven (±1 jam) dan mengambil sebanyak ±1000,000 gram yang telah
dikeringkan.
2. Mengukur panjang (P), lebar (L), dan tebal (T) dari masing-masing agregat
kasar, lalu memasukkan dalam klasifikasinya.
P > 3L : Panjang
L > 3T : pipih
P < 3L dan L < 3T : baik
3. Menimbang agregat kasar yang berbentuk panjang (B), berbentuk pipih (C)
dan menimbang total agregat yang digunakana (A).
4. Menghitung persentase butiran agregat kasar yang tergolong panjang dan
pipih.

80
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.9.5 Data Percobaan


Data hasil percobaan analisis saringan agregat kasar dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.30 Data Berat Agregat Total, Panjang dan Pipih
Panjang Lebar Tebal
(cm) (cm) (cm)
3,335 2,270 1,915
2,875 2,290 1,345
4,170 2,000 1,365
5,100 1,850 0,940
3,450 1,600 1,100
2,420 1,835 0,460
3,300 2,635 1,700
3,025 2,445 0,570
3,715 2,575 0,860
3,700 1,900 1,575
3,880 2,100 1,550
3,365 2,300 1,500
2,500 1,000 0,500
3,200 2,245 0,700
2,900 2,000 2,000
2,745 2,525 1,250
3,500 2,475 2,000
3,575 2,270 1,935
2,450 1,900 0,935
3,400 2,365 1,865

81
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Tabel 2.31 Data Berat Agregat Total, Panjang dan Pipih (Lanjutan)
Panjang Lebar Tebal
(cm) (cm) (cm)
2,295 1,625 1,350
3,500 2,440 1,845
3,155 2,500 1,200
3,500 2,335 1,575
3,775 2,355 0,830
3,150 2,350 0,525
3,500 2,000 1,635
4,070 2,200 1,225
3,260 2,000 1,085
3,600 1,500 1,290
2,650 1,235 0,675
3,510 1,815 1,215
2,625 1,220 0,380
2,810 1,660 0,760
3,075 2,250 1,195
2,950 2,450 1,720
2,950 2,315 1,125
2,620 2,110 1,780
2,675 1,985 0,750
2,185 1,230 0,325

2.4.9.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan analisis bentuk agregat kasar adalah sebagai
berikut.
B+C
Persentase agregat panjang dan pipih =  100%
A
7,180 + 31,530
=  100%
345,000
= 11,220%
Keterangan :
A : Berat total agregat yang telah dikeringkan (gram)
B : Berat agregat untuk P > 3L (Panjang) (gram)
C : Berat agregat untuk L > 3T (Pipih) (gram)

82
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.32 Data Pemeriksaan Analisis Bentuk Agregat Kasar


Panjang Lebar Tebal Klasifikasi
(cm) (cm) (cm) (Panjang/Pipih/Baik)
3,335 2,270 1,915 Baik
2,875 2,290 1,345 Baik
4,170 2,000 1,365 Baik
5,100 1,850 0,940 Panjang
3,450 1,600 1,100 Baik
2,420 1,835 0,460 Baik
3,300 2,635 1,700 Baik
3,025 2,445 0,570 Baik
3,715 2,575 0,860 Baik
3,700 1,900 1,575 Baik
3,880 2,100 1,550 Baik
3,365 2,300 1,500 Baik
2,500 1,000 0,500 Baik
3,200 2,245 0,700 Pipih
2,900 2,000 2,000 Baik
2,745 2,525 1,250 Baik
3,500 2,475 2,000 Baik
3,575 2,270 1,935 Baik
2,450 1,900 0,935 Baik
3,400 2,365 1,865 Baik

83
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.33 Data Pemeriksaan Analisis Bentuk Agregat Kasar (Lanjutan)


Panjang Lebar Tebal Klasifikasi
(cm) (cm) (cm) (Panjang/Pipih/Baik)
2,295 1,625 1,350 Baik
3,500 2,440 1,845 Baik
3,155 2,500 1,200 Baik
3,500 2,335 1,575 Baik
3,775 2,355 0,830 Baik
3,150 2,350 0,525 Pipih
3,500 2,000 1,635 Baik
4,070 2,200 1,225 Baik
3,260 2,000 1,085 Baik
3,600 1,500 1,290 Baik
2,650 1,235 0,675 Baik
3,510 1,815 1,215 Baik
2,625 1,220 0,380 Pipih
2,810 1,660 0,760 Baik
3,075 2,25 1,195 Baik
2,950 2,450 1,720 Baik
2,950 2,315 1,125 Baik
2,620 2,110 1,780 Baik
2,675 1,985 0,750 Baik
2,185 1,230 0,325 Pipih

84
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.34 Data Hasil Perhitungan Percobaan Analisis Bentuk Agregat Kasar

Parameter Nilai

Berat agregat total (gram) 345,000


Berat agregat panjang (gram) 7,180
Berat agregat pipih (gram) 31,530
Persentase butiran agregat panjang dan pipih (%) 11,200

85
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.4.9.7 Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan berdasarkan SNI 8287:2016 tentang
uji kuantitas butiran pipih, lonjong dan pipih lonjong terhadap agregat kasar dengan
syarat persentase panjang dan pipih ≤ 20,000%, maka diperoleh indeks dengan
bentuk agregat panjang sebesar 7,180 gram dan berat dari agregat dengan bentuk
pipih sebesar 31,530 gram sehingga persentase butiran agregat bentuk pipih dan
panjang adalah sebesar 11,220%

86
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai