Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.6 ANALISIS PERCAMPURAN DAN JOINT MIX FORMULA


2.6.1 Maksud
Mengetahui kadar aspal optimum dalam campuran dengan berbagai
perbedaan kadar aspal yang digunakan.

2.6.2 Landasan Teori


Joint mix formula merupakan suatu pekerjaan pencampuran antara
agregat dan aspal dalam proposisi atau kadar yang telah ditentukan. Stabilitas
pada lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan menerima beban lalu
lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti bergelombang, alur atau
bleeding. Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban
kendaraan yang melewati jalan tersebut (M Iqbal Ilhami, 2019).
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama
dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan
(Sukirman,S., 2003).
Campuran aspal porus menggunakan gradasi yang dominan oleh gradasi
agregat kasar paling sedikit 85% terhadap berat total campuran, untuk dapat
menghasilkan struktur yang lebih terbuka (open), sehingga dapat dialiri air
(permeable). Fraksi agregat halus yang ditambahkan hanya untuk mendapatkan
rongga agregat kering yang cukup untuk mempertahankan suatu komposisi
agregat yang paling stabil. Gradasi yang dipilih adalah gradasi yang menghasilkan
suatu kompisisi agregat yang paling stabil. Gradasi yang yang digunakan adalag
gradasi yang menghasilkan stabilitas dan permeabilitas tertinggi (Yahya
Abdurrohim, 2021).

32
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan analisis pencampuran dan
joint mix formula adalah sebagai berikut:
1. Cawan
2. Timbangan
3. Wajan
4. Cetakan silinder
5. Penumbuk

2.6.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan analisis
pencampuran dan joint mix formula adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisa gradasi dari masing-masing fraksi agregat yang akan di
blending.
2. Menghitung batas atas dan bawah dari gradasi campuran dari spesifikasi yang
ada, lalu memplot hasil analisis saringan ke dalam grafik dan menentukan
persen agregat halus, medium dan kasar.
3. Membuat lima sampel campuran aspal dengan kadar aspal 5%, 5,5%, 6%,
6,5%, 7%.
4. Menimbang masing-masing agregat yang dibutuhkan untuk tiap sampel.
5. Memanaskan aspal dan agregat dengan temperature 150º - 200ºC.
6. Meletakkan wajan yang akan digunakan untuk mencampur agregat dengan
aspal.
7. Melapisi cetakan silinder dengan oli dan memberi kertas dibagian bawah agar
cetakan tidak lengket dengan aspal, lalu menuangkan agregat yang telah
dipanaskan ke dalam aspal 5% yang telah ditimbang dengan wajan dan
mencampur hingga merata ke seluruh bagian.
8. Menuangkan campuran agregat dan aspal ke dalam cetakan silinder,
kemudian menusuk-nusuk sebanyak 25 kali dan menutup kertas kembali.

33
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

9. Menumbuh sebanyak 2 × 75 kali, kemudian mendinginkan campuran tersebut


dan melepaskan dari cetakannya.
10. Melakukan pengujian kembali dengan kadar aspal yang berbeda.

2.6.5 Data Percobaan


Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan data-data untuk
analisis pencampuran dan joint mix formula adalah sebagai berikut:

Tabel 2.11 Presentasi Lolos Gradasi Agregat

Nomor Ukuran Kumulatif Batas Kumulatif Batas


Saringan Butiran Bawah Atas

1" 25,400 100,000 100,000


¾" 19,100 100,000 100,000
½" 12,700 90,000 100,000
3
/8" 9,500 77,000 90,000
No. 4" 4,760 53,000 69,000
No. 8 2,380 33,000 53,000
No. 16 1,190 21,000 40,000
No. 30 0,590 14,000 30,000
No. 50 0,279 9,000 22,000
No. 100 0,149 6,000 15,000
No. 200 0,074 4,000 9,000
Pan   0,000 0,000

34
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Tabel 2.12 Presentasi Lolos Gradasi Agregat (Lanjutan)

Nomor Nilai Tengah


% Lolos Kasar % Lolos Sedang % Lolos Halus
Saringan Spec AC

1" 100,000 100,000 100,000 100,000


3
/4" 100,000 92,281 100,000 100,000
1
/2" 95,000 4,054 100,000 100,000
3
/8" 83,500 1,001 100,000 100,000
No. 4" 61,000 0,192 4,063 100,000
No. 8 43,000 0,067 1,521 88,171
No. 16 30,500 0,000 1,089 66,727
No. 30 22,000 0,000 0,812 41,088
No. 50 15,500 0,000 0,577 16,365
No. 100 10,500 0,000 0,376 0,777
No. 200 6,500 0,000 0,193 0,043
Pan 0,000 0,000 0,000 0,000

2.6.6 Perhitungan
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk data perobaan analisis
pencampuran joint mix dan formula adalah sebagai berikut:
Kadar Aspal 5%
Berat Kadar Aspal = Kadar Aspal × Berat Total
= 5% × 2500,000
= 125,000 gram
Berat Agregat = Berat Total – Berat Kadar aspal
= 2500,000 – 125,000
= 2375,000 gram
Berat Agregat kasar = Berat Agregat × Persen Agregat Kasar
= 2375,000 × 32%
= 760,000 gram
Berat Agregat Medium = Berat Agregat × Persen Agregat Medium
= 2375,000 × 48%
= 1140,000 gram

35
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Berat Agregat Halus = Berat Agregat × Persen Agregat Halus


= 2375,000 × 20%
= 475,000 gram
Berat Total = Berat Agregat +¿ Berat Aspal
= 2375,000 +¿ 125,000
= 2500,000 gram

36
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

LABORATORIUM
78 BAHAN JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Gambar 2.2 Grafik Pengujian Joint Mix Formula

Tabel 2.13 Presentasi Lolos Agregat


Persentasi Lolos Agregat
Kasar 32%
Sedang 45%
Halus 23%

37
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

LABORATORIUM
78 BAHAN JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.14 Data Analisis Joint Mix Formula


Berat total = 2500 gram
Berat Berat Berat Berat
Kadar Berat Berat
Kadar Agregat Agregat Agregat
Aspal Agregat Total
Aspal Kasar Sedang Halus
A B C D E F G
5% 125,000 2375,000 760,000 1068,750 546,250 2500,000
5,5% 137,500 2362,500 756,000 1063,125 543,375 2500,000
6% 150,000 2350,000 752,000 1057,500 540,500 2500,000
6,5% 162,500 2337,000 748,000 1051,875 537,625 2500,000
7% 175,000 2325,000 744,000 1046,250 534,750 2500,000

38
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.6.7 Kesimpulan
Hasil data percobaan campuran dan joint mix formula dilakukan untuk
mendapatkan kadar aspal optimum dalam campuran dengan berbagai kadar aspal
yang berbeda agar dapat ditentukan kadar campurannya sesuai dengan kondisi
wilayah.
Berdasarkan hasil analisis joint mix formula untuk lima campuran dengan
kadar aspal yang berbeda, yaitu 5%, 6%, 6,5%, 7% dan 7,5% dapat diketahui
bahwa semakin kecil persentase kadar aspal maka semakin besar berat total, yaitu
berat agregat kasar, agregat medium dan agregat halus. Kemudian akan
dilanjutkan melalui Marshall Test untuk mengetahui kadar aspal paling optimum.

39
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.4 PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT ASPAL


3.4.1 Maksud
Mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan berulang
dan mengukur perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat.

3.4.2 Landasan Teori


Kehilangan berat adalah selisih berat sebelum dan sesudah
pemanasan pada suhu dan waktu tertentu. Pemeriksaan penurunan berat
aspal bertujuan untuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat
pemanasan dan untuk mengukur perubahan kinerja aspal akibat kehilangan
berat. Untuk mengevaluasi hanya pada beberapa karakteristik aspal seperti
kehilangan berat, penetrasi daktilitas dan titik lembek setelah kehilangan
berat dimana cara tersebut dinamakan Thin Film Over Test (TFOT)
(Aztaurrivai, 2015).
Pengujian kehilangan berat ini umumnya tidak terpisah dengan evaluasi
karakteristik aspal setelah kehilangan berat. Untuk itu sangat dianjurkan dalam
penyiapan sampel dilakukan dibuat dua jenis sampel yaitu kehilangan berat dan
satu kelompok lainnya yang diuji Thin Film Over Test (TFOT) sebagai yang telah
kehilangan berat (Aztaurrivai, 2015).
Kharakteristik campuran khususnya durabilitas aspal sangat tergantung
pada karakteristik lapis tipis aspal. Besarnya nilai penurunan berat, selisih nilai
penetrasi sebelum dan sesudah pemanasan menunjukan bahwa aspal tersebut peka
terhadap cuaca dan suhu. Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah
dengan evaluasi karhakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat yang dilihat
adalah nilai penetrasi titik lembek dan daktalitas. Untuk itu sangat dianjurkan saat
penyiapan sampel dibuat 2 buah sampel (M Ridho, 2012).

58
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

58
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan pengujian kehilangan berat
aspal adalah sebagai berikut:
1. Cawan
2. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu memanasi aspal
3. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram

3.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan pengujian
kehilangan berat aspal adalah sebagai berikut:
1. Memanaskan aspal sampai cair untuk campuran yang merata.
2. Menuang ke dalam cawan lalu mendinginkan benda uji pada suhu ruang.
Memeriksa sampel harus bebas air.
3. Setelah dingin, lalu menimbang benda uji (X.).
4. Meletakkan benda uji ke dalam oven pada suhu 190ºC selama 5 jam.
5. Mendinginkan benda uji kemudian menimbang berat benda uji (Y).
6. Menentukan nilai kehilangan berat aspal setelah dipanaskan.

3.4.1 Perhitungan
Rumus yang digunakan untuk perhitungan kehilangan berat aspal
adalah sebagai berikut:
X−Y
×100
Kehilangan berat = X
Dimana:
X : berat aspal (gram)
Y : berat aspal setelah di oven (gram)

59
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.7 PENGUJIAN BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER


3.7.1 Maksud
Mengukur berat jenis aspal dengan menggunakan piknometer dan
mengetahui sifat berat jenis aspal.

3.7.2 Landasan Teori


Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen dan
mineral. Bitumennya sendiri adalah bahan yang berwarna cokelat
hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik,
larut dalam CCL4 (karbon tetraklorida) dengan sempurna dan tidak larut
dalam air. Fungsi aspal yaitu untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari
permukaan jalan akibat lalu lintas, sebagai bahan pelapis agregat, sebagai
pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan
filler dan sebagai lapis resap pengikat (prime coat) (AASHTO T-228-79,
2016).
Berat  jenis bitumen keras dan ter adalah perbandingan berat jenis
bitumen atau ter terhadap berat jenis air dengan isi yang sama pada suhu
tertentu yaitu dilakukan dengan cara menggantikan berat air dengan berat
bitumen dalam udara yang sama. Berat jenis dari bitumen sangat
tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari bitumen itu sendiri. Mencari
berat jenis dapat dilakukan dengan perbandingan penentuan berat jenis
suatu material sebenarnya bisa dilakukan secara kualitatif dan visualisasi
yaitu dengan cara membandingkan berat jenis air (M.Ridho, 2012).
Bitumen adalah jenis batubara yang bersinar atau berkilau dengan
warna hitam atau gelap. Juga disebut batubara hitam yang memiliki kilau
atau resin yang bersinar. Batubara Bitumen membuat pembakaran yang
lama, dan menghasilkan asap yang berbau tidak mengenakkan ketika
dibakar. Kelas batu bara Bitumen yang paling banyak berada di tambang
Australia. Bitumen diproses sebagai sisa dari penyulingan minyak mentah.

69
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Digunakan terutama sebagai konstruksi jalan raya. Aspal alam tidak


termasuk di sini. (Pebi Adyanto Turnip, 2019).

69
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan pengujian berat jenis bitumen
keras dan ter adalah sebagai berikut:
1. Termometer
2. Bak perendam yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan ketelitian
(25±0,1ºC)
3. Piknometer dengan kapasitas 30 ml
4. Bejana 1000 ml
5. Timbangan

3.7.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan pengujian berat
jenis bitumen keras dan ter.adalah sebagai berikut:
1. Mengisi bejana dengan air suling dan memperkirakan bagian atas piknometer
yang terendam adalah 40 mm. Kemudian merendam dan menjepit bejana
tersebut dalam bak perendam dan merendam sekurang-kurangnya 100 mm.
2. Mengatur suhu bak perendam pada suhu 25ºC.
3. Mengangkat bejana dari bak perendam dan mengisi piknometer dengan air
suling kemudian menutup tanpa menekan.
4. Meletakkan piknometer ke dalam bejana dan menekan penutup hingga rapat,
megembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam.
Mendiamkan bejana tersebut di dalam bak perendam sekurang-kurangnya 30
menit, kemudian mengangkat piknometer dan mengeringkan dengan lap.
Menimbang dengan ketelitian 1 mg (B)
5. Menuang benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi ¾ bagian
6. Membiarkan piknometer sampai dingin, selama <40 menit dan menimbang
dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C)
7. Mengisi piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan menutup
tanpa menekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.

70
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

8. Mengangkat bejana dari bak perendam dan meletakkan piknometer di


dalamnya kemudian menekan penutup hingga rapat. Masukkan dan
mendiamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30
menit.
9. Kemudian mengangkat, mengeringkan dan menimbang piknometer (D).

3.7.5 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan dalam pengujian berat jenis bitumen keras
dan ter sebagai berikut:
C− A
Berat jenis= (B− A )−( D−C )
Dimana:
A : Berat piknometer dengan penutup (gram)
B : Berat piknometer berisi air (gram)
C : Berat piknometer berisi bitumen (gram)
D : Berat piknometer berisi bitumen dan air (gram)

71
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

BAB 4
PEMBUATAN CAMPURAN ASPAL

4.1 PENDAHULUAN
Aspal pada perkerasan jalan meripakan bahan pengikat agregat yang
mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal.
Salah satu jenis pengujian yang terdapat dalam persyaratan mutu aspal adalah
berat jenis. Selain untuk memenuhi persyaratan aspal, berat jenis juga diperlukan
pada saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke volume atau sebaliknya (Fredy
Sitorus, 2020).
Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan
aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai media pengikat atau lem
antar partikel agregat. Agregat itu sendiri berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat
mekanis aspal dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari
bahan-bahan pembentuknya (SNI 03-6752, 2002).
Pada saat ini, Indonesia sudah menggunakan lapis perkerasan campuran
beraspal panas (hotmix) baik untuk kegiatan peningkatan maupun pembangunan
jalan baru. Campuran beraspal panas adalah campuran yang terdiri atas kombinasi
agregat yang dicampur dengan aspal pada suhu tinggi. Pencampuran dilakukan di
Unit Pencampur Aspal (UPA) sedemikian rupa sehingga permukaan agregat
terselimuti aspal dengan seragam. Salah satu jenis campuran beraspal panas yang
sering digunakan adalah Laston (Lapis Aspal Beton/ AC/ Asphalt Concrete) (L
Fatmawati, 2013).
Laston memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi sehingga penempatan
langsung di atas lapisan seperti lapisan aus (AC-Wearing Course). Jenis kerusakan
yang sering terjadi pada Laston adalah pelepasan butiran dan retak. Di samping
hal tersebut, kerusakan jalan juga karena terlalu tingginya viskositas aspal keras
saat pencampuran dengan agregat akibat tidak berjalannya pengendalian mutu di
AMP sehingga temperatur aspal tidak terkontrol (L Fatmawati, 2013).
91
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4.2 MIX DESIGN


4.2.1 Maksud
Perencanaan campuran aspal beton berdasarkan metode Marshall
bertujuan untuk menentukan jumlah pemakaian aspal yang tepat sehingga dapat
menghasilkan komposisi yang baik antara agregat dan aspal sesuai dengan
persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.

4.2.2 Landasan Teori


Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal
dengan AC atau LASTON dan campuran  Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan
mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat
pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus
(continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat
bergradasi senjang (gapgraded) (Adhipratama, 2011).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat yaitu stabilitas, flekstabilitas dan durabilitas. Stabilitas adalah campuran
yang harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang disebabkan
oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh dari adanya sifat
interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan menggunakan aspal
berpenetrasi rendah. Flekstabilitas adalah campuran yang harus dapat menahan
defleksi dan momen tanpa timbul retak pada campuran tersebut yang diakibatkan
oleh perubahan jangka panjang pada daya. Durabilitas berkaitan dengan keawetan
suatu campuran terhadap beban lalu lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus
tahan terhadap air dan perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi.
Durabilitas dapat ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat dan
kedap air, yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense
graded) dan kadar aspal yang tinggi (Adhipratama, 2011).

92
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4.2.3 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan pembuatan
campuran aspal adalah sebagai berikut:
Penentuan Komposisi Agregat Dalam Campuran di lakukan pada
percampuran aspal sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pemeriksaan gradasi/analisa saringan agregat dibuat
grafik yang didasarkan pada persen lolos untuk masing-masing nomor saringan
yang digunakan. Selanjutnya untuk mendapatkan persentase masing-masing fraksi
agregat (chipping, pasir dan abu batu) dalam campuran dipakai Metode Grafis
Diagonal, dimana prosedurnya sebagai berikut:
1. Menggunakan gradasi ideal yang akan dari persyaratan gradasi yang
ditentukan dan digambar empat persegi panjang dengan ukuran (10 × 20) cm
2. Membuat garis diagonal dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
3. Sisi vertikal menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0 di bawah dan
100 di atas.
4. Dengan melihat spefikasi ideal, tiap-tiap nilai ideal tersebut diletakkan pada
garis diagonal berupa titik.
5. Menempatkan nomor-nomor saringan dari tiap titik pada diagonal ditarik
garis vertikal.
6. Menggambar gambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan
dicampur.
7. Untuk menentukan persentase agregat kasar, melihat dari jarak antara grafik
gradasi kasar terhadap tepi bawah dan jarak grafik sedang terhadap tepi atas
yang harus sama, pada suatu garis lurus.
8. Pada garis tersebut, ditarik garis vertikal yang memotong garis diagonal.
Kemudian dari titik potong ini ditarik garis horizontal yang memotong garis
tepi, sehingga mendapat persentase agregat kasar yang diperlukan.
9. Mengulangi langkah 7 dan 8 untuk mendapatkan persentase agregat halus dan
bahan pengisi. Setelah memperoleh komposisi dari setiap jenis fraksi agregat,
membuat suatu tabel hasil analisa gabungan agregat, di mana persentase

93
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

10. masing masing fraksi yang akan digunakan diperoleh dari hasil perkalian
dengan persentase lolos untuk masing-masing nomor saringannya. Kemudian
menjumlahkannya untuk masing-masing nomor saringan lalu melihat apakah
gradasi tersebut sudah memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan sesuai jenis
campuran yang akan dibuat.
11. Hasil penggabungan agregat diusahakan mendekati “ideal spec”, jika melalui
grafik diagonal belum bagus maka menggunakan metode coba-coba (Trial
and Error) yaitu menentukan terlebih dahulu persentase dari masing-masing
agregat (tanpa mengubah persen lolos) kemudian hasil penggabungan agregat
diperoleh melalui perkalian persentase dengan persen lolos dari agregat.
Selanjutnya hasil perkalian tersebut masing-masing dijumlahkan dan dilihat
apakah hasilnya mendekati nilai “ideal spec”. Selanjutnya membuat grafik
penggabungan agregat dan grafik spesifikasinya, setelah itu menghitung berat
masing-masing fraksi yaitu persentase fraksi dikali dengan kapasitas mould.

95
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4.3 PENCETAKAN BENDA UJI


4.3.1 Maksud
Pembuatan dan pengetasan benda uji dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) terhadap kelelahan dari campuran aspal yang telah
dibuat/ditentukan komposisinya. Benda uji (briket) yang dibuat untuk masing-
masing kadar aspal berkisar antara 5,5 % - 7,0 % adalah sebanyak 3 (tiga) buah.

4.3.2 Landasan Teori


Rancangan campuran aspal adalah nama lain dari aspal yaitu campuran
yang terdiri dari komponen-komponen agregat yang merupakan agregat
komponen terbesar yang dalam pencampurannya melalui proses pemanasan untuk
mendapatkan campuran aspal beton yang baik. Untuk mendapatkan aspal
betonyang baik, perlu dilakukan perencanaan campuran dimana data-data yang
diperlukan untuk membuat aspal beton yaitu jenis agregat, gradasi agregat, mutu
agregat, jenis aspal keras, jenis bahan pengisi. Aspal terdiri dari campuran
agregat dari bagian diameter dan aspal, agregat sendiri terdiri dari agregat
kasar (split) dan agregat halus (pasir) (Bustamin Abd. Razak, 2019).
Lapisan perkerasan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar
yang telah dipersiapkan dengan pemadatan dan berfungsi sebagai pemikul beban
di atasnya dan kemudian disebarkan ke badan jalan (tanah dasar). Tujuan utama
pembuatan struktur perkerasan jalan adalah untuk mengurangi tegangan atau
tekanan akibat beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat diterima
oleh tanah untuk menyokong beban tersebut. Ketika kendaraan bergerak, timbul
tegangan dinamis akibat pergerakan kendaran ke atas dan ke bawah karena
ketidakrataan perkerasan, beban angin, dan lain sebagainya, intensitas tegangan
statis dan dinamis terbesar terjadi dipermukaan perkerasan dan terdistribusi dalam
bentuk pyramid dalam arah vertical pada seluruh ketebalan struktur perkerasan
( W Pradipta, 2010).

95
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4.3.3 Peralatan
Peralatan yang di gunakan pada percobaan pencetakan benda uji adalah
sebagai berikut:
1. Cetakan benda uji yang berdiamater 10,16 cm (4”) dengan tinggi 7,62 mm
(3”) yang dilengkapi dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk silinder,
dengan tinggi jatuh bebas 45,75 cm (18”) dan berat 4,536 kg.
3. Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah alat ejector.
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran kira
kira 20 × 20 × 45 cm (8” × 8” × 8”) yang dilapisi pelat baja berukuran 30 ×
30 × 2,5 cm3 (12” × 12” × 1”) dan diikat pada lantai beton dengan empat
bagian siku.
5. Silinder cetakan benda uji.
6. Peralatan Marshall test yang dilengkapi dengan kepala penekan berbentuk
lengkung, cincin penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji tekan
dengan perlengkapannya, arloji kelelahan dengan perlengkapan.
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (200 ±
3) °C
8. Bak perendam dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°C
9. Perlengkapan lainnya, antara lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
b. Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C dengan
ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas
c. Kompor
d. Sendok pengaduk
e. Sarung asbes dan karet
f. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram
g. Corong yang terbuat dari aluminium

96
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

h. Spatula
i. Satu set saringan terdiri dari ukuran : 3/4 , 1/2, 3/8, No.4, No.8, No.30,
No.50, No.100 dan No.200, serta Pan.

4.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan pencetakan
benda uji adalah sebagai berikut:
1. Mengeringkan agregat sampai beratnya tetap pada suhu (110 ± 50) °C.
Setelah dingin agregat memisahkannya dengan cara penyaringan kering
kedalam fraksi - fraksi yang dikehendaki, lalu menimbang sesuai dengan
besarnya persentase perbandingan komposisi agregat.
2. Mencampurkan agregat tersebut, lalu memanaskannya sampai mencapai suhu
pencampuran (170 ± 20)°C dalam panci pencampuran. Sementara itu
memanaskan aspal secara terpisah sampai mencapai suhu pencampuran.
3. Menuangkan aspal ke dalam panci pencampuran/agregat yang sudah
dipanaskan tersebut, sesuai dengan beratnya yang telah ditetapkan. Kemudian
mengaduk sampai homogen dan terlihat seluruh permukaan agregat tertutup
oleh aspal. Suhu selama pengadukan campuran aspal diusahakan tetap
dipertahankan (150°C), dimana hal ini dikontrol dengan thermometer.
4. Memindahkan campuran aspal yang telah homogen, memindahkan ke dalam
cetakan benda uji (mould) yang telah dibersihkan dan diletakkan pada
dasarnya kertas saring/penghisap lebih dahulu. Pemindahan campuran
kedalam cetakan dilakukan dengan bantuan corong aluminium yang
diletakkan di atas cetakan.
5. Menusuk-nusuk dengan spatula (sendok semen) campuran yang ada didalam
cetakan sebanyak 15 kali pada bagian pinggir cetakan secara keliling dan 10
kali pada bagian dalamnya/tengahnya. Lalu meratakan permukaan campuran
menjadi bentuk yang sedikit cembung dan menaruh kertas saring di atasnya.
6. Melakukan pemadatan dengan penumbukan sebanyak 75 kali pada masing-
masing bagian / sisi atas dan bawah cetakan.

97
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

97
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

7. Mengeluarkan benda uji dengan memakai alat ejector, lalu meletakkan diatas
permukaan rata yang halus, membiarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang.
8. Memberikan tanda pengenal pada benda uji yang telah dingin sesuai dengan
persentase kadar aspal, lalu menimbang dan mengukur tinggi benda uji
dengan ketelitian 0,1 mm. Kemudian direndam benda uji dalam air kira-kira
24 jam pada suhu ruang.
9. Setelah perendaman 24 jam, menimbang benda uji dalam air dan beratnya
ditetapkan untuk mendapatkan.
10. Mengangkat dan mengelap benda uji dengan kain sampai mencapai keadaan
kering permukaan jenuh (SSD = Saturated Surface Dry), kemudian
ditimbang.
11. Merendam benda uji dalam bak perendaman yang dapat diatur suhunya,
dengan suhu 60 °C selama 30 – 40 menit.

98
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

98
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4.3.5 Kesimpulan
Berdasarkan proses pencetakan benda uji akan didapatkan
ketahanan (stabilitas) terhadap kelelahan dari campuran aspal yang telah
dibuat/ ditentukan komposisinya. Benda uji yang telah direndam dapat
langsung dilakukan pengujian marshall untuk mendapatkan nilai
ketahanan campuran aspalnya.

99
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

99
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4.4 PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL


4.4.1 Maksud
Pembuatan dan pengetasan benda uji dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) terhadap kelelahan dari campuran aspal yang telah
dibuat/ditentukan komposisinya. Benda uji (briket) yang dibuat untuk masing-
masing kadar aspal berkisar antara 5,5 % - 7,0 % adalah sebanyak 3 (tiga) buah.

4.4.2 Landasan Teori


Aspal adalah bahan yang bersifat melekat, berwarna hitam dan tahan
terhadap air, aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada
campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan pada lapis
perkerasan. Aspal juga digunakan sebagai bahan pengikat antar agregat, agregat
yang dimaksud terdiri dari agregat kasar dan agregat halus. Aspal merupakan
material yang termoplastis. Termoplastis adalah material yang lunak jika
dipanaskan (Arif, 2017).
Produksi campuran beraspal dilakukan di instalasi pencampur atau
disebut AMP (Asphalt Mixing Plant) dengan menggunakan spesifikasi yang telah
disyaratkan. Kemudian campuran tersebut diangkut oleh kendaraan yang bersih,
dengan dinding bak tertutup agar panasnya tidak hilang. Bagian atas campuran
harus ditutup ketika diangkut, atau ketika saat menunggu penuangan. Lapisan
perkerasan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang telah
dipersiapkan dengan pemadatan dan berfungsi sebagai pemikul beban di atasnya
dan kemudian disebarkan ke badan jalan (tanah dasar) (MR Mahadie, 2015).
Tanah saja tidak cukup kuat dan tahan, tanpa adanya deformasi yang
berarti, terhadap beban roda berulang. Untuk itu perlu lapis tambahan yang
terletak antara tanah dan roda, atau lapis paling atas dari badan jalan. Lapis
tambahan ini disebut dengan lapis keras/ perkerasan/ pavement. Berdasarkan
bahan pengikatnya, lapisan perkerasan jalan di bagi menjadi dua kategori, antara
lain perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement)

100
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

(DNA Arrum, 2018).

100
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan pengujian campuran aspal
adalah sebagai berikut:
1. Cetakan benda uji yang berdiamater 10,16 cm (4”) dengan tinggi 7,62 mm
(3”) yang dilengkapi dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk silinder,
dengan tinggi jatuh bebas 45,75 cm (18”) dan berat 4,536 kg.
3. Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah alat ejector.
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran kira
kira 20 × 20 × 45 cm3 (8” × 8” × 8”) yang dilapisi pelat baja berukuran 30 ×
30 × 2,5 cm3 (12” × 12” × 1”) dan diikat pada lantai beton dengan empat
bagian siku.
5. Silinder cetakan benda uji.
6. Peralatan Marshall test yang dilengkapi dengan kepala penekan berbentuk
lengkung, cincin penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji tekan
dengan perlengkapannya, arloji kelelahan dengan perlengkapan .
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (200 ±
3)°C.
8. Bak perendam dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°C.
9. Perlengkapan lainnya, antara lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
b. Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C dengan
ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas
c. Kompor
d. Sendok pengaduk
e. Sarung asbes dan karet
f. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 graM
g. Corong yang terbuat dari aluminium Spatula.

101
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3
h. Satu set saringan terdiri dari ukuran: ¾, ½, 8 , No.4, No.8, No.30,
No.50, No.100 dan No.200, serta Pan.

4.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan campuran
aspal adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan benda uji pada bak perendam, lalu memasukan kedalam cincin
penjepit dan meletakkan di atas piston penekan.
2. Menaikan kepala penekan beserta benda uji hingga menyentuh alat cincin
penjepit. Sebelum melakukan pembebanan memasang cincin penjepit pada
dial (arloji) pembacaan kelelahan (flow).
3. Menyetel dial stabilitas yang terpasang pada proving ring yang telah
ditentukan pada angka nol.
4. Benda uji pada kondisi dial stabilitas yang terpasang pada proving ring dan
ditentukan pada angka nol telah siap untuk ditekan. Kemudian menjalankan
mesin dengan membuka aliran listrik pada motor penggerak.
5. Mematikan mesin setelah jarum stabilitas tidak bergerak lagi (telah mencapai
stabilitas maksimum). Kemudian membaca atau mencatat nilai stabilitas dan
flow yang diperoleh. Perlu pula diketahui bahwa waktu benda uji dari bak
perendaman sampai mencapai beban maksimum adalah tidak boleh lebih dari
30 detik.

102
Kelompok 2 Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai