Anda di halaman 1dari 50

Responsi Kontruksi Beton Bertulang

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam konteks pelaksanaan pembangunan daerah, sesuai dengan peran

pemerintah daerah dalam era otonomi luas, perencanaan pembangunan daerah

diperlukan karena pelaksanaan pembangunan didesentralisasikan dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah. Sebelum menjelaskan tentang perencanaan

pembangunan daerah, perlu dipahami terlebih dahulu perencanaan pembangunan.

Perencanaan pembangunan merupakan suatu tahapan awal dalam proses

pembangunan (Riyadi Deddy Supriady, 2004). Sebagai tahapan awal,

perencanaan pembangunan akan menjadi bahan/pedoman/acuan dasar bagi

pelaksanaan kegiatan pembangunan (action plan).

Kegiatan perencanaan pembangunan pada dasarnya merupakan kegiatan

riset/ penelitian, karena proses pelaksanaannya akan banyak menggunakan

metode-metode riset, mulai dari teknik pengumpulan data, analisis data, hingga

studi lapangan/kelayakan dalam rangka mendapatkan data-data yang akurat, baik

yang dilakukan secara konseptual/dokumentasi maupun eksperimental.

Perencanaan pembangunan tidak mungkin hanya dilakukan diatas meja, tanpa

melihat realita dilapangan. Data-data real lapangan sebagai data primer

merupakan ornamen-ornamen penting yang harus ada dan digunakan menjadi

bahan dalam kegiatan perencanaan pembangunan.

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Dengan demikian perancanaan pembangunan dapat diartikan sebagai

suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang

didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan

untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik

yang bersifat fisik (material) maupun non fisik (mental dan spiritual), dalam

rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

BAB 2

PRELIMINARY DESIGN

2.1 DATA PERENCANAAN TEKNIS JENIS BANGUNAN

 Bangunan Ruko Bertingkat 3 Lantai.

Letak Bangunan

 Dekat dari pantai

Spesifikasi Bahan / Materian

 Mutu bahan beton (f’c) = 30 Mpa ( 10 kg/cm2)

 Mutu bahan baja (fy) = 320 Mpa

Beban-beban yang diperhitungkan

 Berat sendiri beton bertulang dan elemen-elemen strukturnya yang

lain (beban mati).

 Beban hidup atap : 100 kg/m2

 Beban hidup lantai : 250 kg /m2

 Beban gempa untuk zone 4 sesuai buku pedoman

Peraturan yang dipakai

 SK SNI 03 – 2847 – 2002

 PPPURG 1987

 PPKGURG 1987

 PPIUG

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

 PPTGIUG

Ringkasan Struktural

 Sistem struktur dalam arah x terdiri dari portal bertingkat 3,4

bentang dengan ke 5 kaki kolomnya terjepit pada pondasi.

 Sistem struktur dalam arah y terdiri dari portal bertingkat 3,2

bentang dengan ke 3 kaki kolomnya terjepit pada pondasi.

2.2 UJI TATA LETAK STRUKTUR ( PASAL 6.3 )

Berikut adalah gambar ukuran penampang denah rumah took yang

terlampir pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Ukuran Penampang Denah Rumah Toko

Sumber : Gambar Kerja

Keterangan

a. A ≤ 10 bentang : A = 10 m, 4 bentang

≤ 50 m

B ≤ 10 bentang : B = 16 m, 2 bentang

≤ 50 m

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

b. 0,2 B ≤ A ≤ 5 B : 3,2 ≤ 10 ≤ 80

c. H/A : 12/10 = 1,2 ≤ 5


≤5
H/B 12/16 = 0,75 ≤ 5

d. H ≤ 10 tingkat : H = 12 m dan 3 tingkat

H ≤ 35 m

e. K1 ≤ 0,25 A ; Luivel: 1,75 m

1,75 ≤ 0,25 x 10

K2 ≤ 0,25 B 1,75 ≤ 0,25 x 16

f. Pada setiap taraf, paling sedikit 10 % jumlah total momen inersia unsur-

unsur penahan beban lateral dalam arah y terletak dalam daerah 1 dan 10

% lainnya terletak dalam daerah 2.

Idaerah1 6 I
  66, 667%
Itotal 9I > 10%

g. Tinggi tingkat tidak boleh berselisih lebih dari 40 % terhadap tinggi

tingkat lainnya. Tinggi semua tingkat sama, yaitu 4 m.

Berikut adalah gambar rencana pembangian bentang pada denah rumah

toko yang terlampir pada Gambar 1.2.

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Gambar 1.2 Rencana Pembangian Bentang Pada Denah Rumah Toko

Sumber: Gambar Kerja

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

2.3 PENDEFINISIAN PORTAL

Berikut adalah gambar perhitungan perencanaan balok yang terlampir

pada Gambar 1.3

Gambar 1.3 Perhitungan Perencanaan Balok

Sumber: Gambar Kerja

Untuk preliminary design ini anggapan yang digunakan untuk

balok adalah satu ujung menerus diujung –ujung balok dan dua ujung

menerus di tengah balok.

Perkiraan dimensi balok induk :

I. Balok Induk B1 = B3 Melintang (satu ujung menerus)

 Mencari nilai h (asumsi satu menerus)

L = 4000 mm

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

1 fy
h   L  ( 0,4  )
18,5 700
1 320
  4000  (0,4  )
18,5 700
 185,328 mm
 200 mm
 20 cm

 Mencari nilai b

2
b  h
3
2
  20
3
13,33 cm
15 cm

■ Ukuran balok = 15/20 cm

II. Balok Induk B2 = B4 Melintang (kedua ujung menerus)

 Mencari nilai h ( asumsi balok dua menerus )

L = 4000 mm

1 fy
h  L  ( 0,4  )
21 700
1 320
  4000  (0,4  )
21 700
 163,265 mm
 200 mm
 20 cm

 Mencari nilai b

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

2
b  h
3
2
  20
3
 13,333 cm
 15 cm

■ Ukuran balok = 15/20 cm.

III. Balok Induk B5 Memanjang (satu ujung menerus)

 Mencari nilai h (asumsi satu menerus)

L = 5000 mm

1 fy
h   L  ( 0,4  )
18,5 700
1 320
  5000  (0,4  )
18,5 700
 231,660 mm
 250 mm
 25 cm

 Mencari nilai b

2
b  h
3
2
  20
3
13,333 cm
15 cm

■ Ukuran balok = 15/25 cm.

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Berikut adalah tabel rencana ukuran dimensi balok yang terlampir pada

Tabel 1.1

Tabel 1.1 Rencana Ukuran Dimensi Balok

BALOK DIMENSI (cm)

B1 = B3 15/20

B2 = B4 15/20

B5 15/25

Gambar: Perhitungan

Sehingga untuk mempermudahkan dalam perhitungan dimensi yang

digunakan dibuat sama dan diambil yang paling besar yaitu 15/25 cm.

IV.

10

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Dimensi Kolom yang Direncanakan 40/40

Berikut adalah gambar portal balok dan kolom arah x dan arah y yang

terlampir pada gambar 1.4 dan 1.5.

Gambar 1.4 Portal Arah X

Sumber : Gambar Kerja

Gambar 1.5 Portal Arah Y

Sumber : Gambar Kerja

11

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

2.4 PERENCANAAN KONSTRUKSI BETON BERTULANG JENIS D

Pada tugas konstruksi beton ini dipakai perhitungsn struktur jenis D

yang cara perencanaannya untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur

tembok bertulang untuk gedung 1981.

Struktur jenis D yang dimaksud adalah portal-portal beton bertulang,

dimana tembok-tembok dan panel-panel pengisi kaku lainnya dipisahkan secara

nyata dari strukturnya. Dengan demikian baik beban gravitasi maupun beban

gempa seluruhnya akan ditahan oleh portal.

Apabila terjadi beban gempa yang melampaui taraf beban gempa

rencana menurut peraturan, pelelehan akan terjadi sebagian besar dalam balok-

balok. Karena perilaku demikian, menjamin terjadinya pemencaran energi gempa

yang paling memuaskan.

Tahapan-tahapan perencanaan dalam tugas ini adalah sebagai berikut:

a. Memeriksa tata letak struktur, apakah memenuhi syarat pembatasan tata

letak struktur. (pasal 6.3 buku pedoman)

b. Menghitung gaya geser dasar horizontal total akibat gempa. (pasal 6.4

buku pedoman)

c. Membagi gaya geser dasar horizontal total akibat gempa sepanjang tinggi

gedung. (pasal 6.5 buku pedoman)

d. Membagi gaya geser tingkat akibat gempa kepada masing-masing unsure

penahan beban lateral di tingkat itu. (pasal 6.6 buku pedoman)

e. Merencanakan unsure-unsur berikut pendetailannya, meliputi:

i. Portal (pasal 6.8)

12

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

ii. Pondasi (pasal 6.9)

iii.Tembok (pasal 6.10)

iv. Lantai (pasal 6.11)

v. Atap (pasal 6.12)

f. Memastikan bahwa pemisahan-pemisahan yang disyaratkan telah

dipenuhi secukupnya. (pasal 6.13 dan pasal 6.14)

g. Merencanakan unsure-unsur struktur sekunder

13

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

BAB 3

PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN PELAT

3.1 DATA PERENCANAAN PELAT

a. Mutu Bahan : Baja, fy = 320 MPa ( 10 kg/cm2)

Beton, f’c = 30 MPa

b. Tebal Pelat Rencana : Atap = 15 cm

Lantai = 15 cm

c. Selimut Beton : 20 mm (tidak berhubungan langsung dengan

cuaca/tanah)

(Menurut SKSNI ’02 butir 9.7 point 1)

“Juga tergantung dari jenis/ukuran tulangan”

d. Tulangan Rencana : diameter 10 mm (Diameter tulangan

deform/berprofil polos)

3.2 PERHITUNGAN LUIFEL

Terdapat luifel sepanjang 1,75 m. Tebal pelat luifel yang direncanakan

dapat dihitung sebagai berikut.

14

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

1
L
h = 10

1
175
= 10

= 17,5 cm

 320 
17,5   0,4  
karena fy = 320 Mpa maka : h =  700 
= 15 cm

3.3 PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN PELAT LANTAI

Berikut adalah ukuran per segmen yang terlampir pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Ukuran Per Segmen


Sumber: Gambar Kerja

Ly = 500
3.3.1 Tipe Pelat

 15 15 
500      485 cm
Ln = Ly = 2 2

 15 15 
400   Lx = 400
  385 cm
Sn = Lx = 2 2

L n

485
 1,260  2
= Sn
385 (tulangan 2 arah)

= Perbandingan antara tepi yang menerus dengan keliling total

dari panel pelat

385  485  385  485


1
= 385  485  585  485

15

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.3.2 Balok Tepi Melintang 15/25

Berikut adalah rencana ukuran balok tepi melintang yang terlampir pada

Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Rencana Ukuran Balok Tepi Melintang


t = 15
Sumber: Gambar Kerja
h = 25

be  bw  ( h  t )
1
 15  ( 25  15 )
 25 cm b = 15

be  bw  4t
2
 15  (4 15)
 75 cm
Maka ambil nilai dari be = 25 cm (terkecil)

 be   t    t   t   be   t  
2 3

1   1     4  6    4      1    
 bw   h    h   h   bw   h  
K 
 be   t 
1   1   
 bw   h 
 25   15    15   15   25   15  
2 3

1    1     4  6    4      1    
 15   25    25   25   15   25  

 25   15 
1    1   
 15   25 
 1,280

K  bw  h 3
I balok 
12
1,280 15  25 3

12
 25000 cm 4

16

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

bs  t 3
I slab 
12
400  153

12
 112500 cm 4

I balok
α1 
I slab
25000

112500
 0,222

17

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.3.3 Balok Tengah Melintang 15/25

Berikut adalah rencana ukuran balok tengah melintang yang terlampir

pada Gambar 3.3.

be
Gambar 3.3. Rencana Ukuran Balok Tengah Melintang
t =15
Sumber: Gambar Kerja
h = 25

be  bw  2 ( h  t )
1
 15  2 ( 25  15 )
 35 cm bw = 15

be  bw  8t
2
 15  (8 15 )
 135 cm

Maka ambil nilai dari be = 35 cm (terkecil)

 be   t    t   t   be   t  
2 3

1   1     4  6    4      1    
 bw   h    h   h   bw   h  
K 
 be   t 
1   1   
 bw   h 
 35   15    15   15   35   15  
2 3

1    1     4  6    4      1    
 15   25    25   25   15   25  

 35   15 
1    1   
 15   25 
 1,587

18

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

K  bw  h 3
I balok 
12
1,587 15  25 3

12
 30996,094 cm 4

bs  t 3
I slab 
12
400  15 3

12
 112500 cm 4

I balok
α2 
I slab
30996,094

112500
 0,276

19

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.3.4 Balok Tepi Memanjang 15/25

Berikut adalah rencana ukuran balok tengah memanjang yang terlampir

pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Rencana Ukuran Balok Tepi Memanjang


t = 15
Sumber: Gambar Kerja
h = 25

be  bw  ( h  t )
1
 15  ( 25  15 )
 25 cm b = 15

be  bw  4t
2
 15  (4 15 )
 75 cm

Maka ambil nilai dari be = 25 cm (terkecil)

 be   t    t   t   be   t  
2 3

1   1     4  6    4      1    
 bw   h    h   h   bw   h  
K 
 be   t 
1   1   
 bw   h 
 25   15    15   15   25   15  
2 3

1    1     4  6    4      1    
 15   25    25   25   15   25  

 25   15 
1    1   
 15   25 
 1,280

K  bw  h 3
I balok 
12
1,280 15  25 3

12
 25000 cm 4

20

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

bs  t 3
I slab 
12
400  153

12
 112500 cm 4

I balok
α3 
I slab
25000

112500
 0,222

Berikut adalah rencana per panel yang terlampir pada Gambar 3.5.

21

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Gambar 3.5. Rencana Per Panel


Sumber: Gambar Kerja

22

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Panel 1 = Panel 5 = Panel 4 = Panel 8


1
m   1   3   1   3 
4
1
 0,222  0,222  0,222  0,222
4
 0,222

Panel 2 = Panel 3 = Panel 6 = Panel 7


1
m   2   3   2   3 
4
1
 0,276  0,222  0,276  0,222 
4
 0,249

Untuk lebih kecil dari atau sama dengan 0,2 harus menggunakan

11.5(3(2)) dan harus memenuhi tabel 10 serta tidak boleh kurang dari nilai

berikut:

(a) Pelat tanpa penebalan seperti didefinisikan dalam 15.3(7(1)) dan

15.3(7(2)) sama dengan 120 mm

(b) Pelat dengan penebalan seperti yang didefinisikan dalam 15.3(7(1))

dan 15.3(7(2)) sama dengan 100 mm.

Berdasarkan perhitungan interpolasi linier didapatkan nilai untuk

tegangan leleh 240 Mpa adalah ln/37,8. Sehingga untuk tebal minimum pelat

lantai dapat dihitung sebagai berikut:

Tebal pelat = ln/37,8

= 485/37,8

= 12,831 cm.

23

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Dengan demikian, tebal pelat yang ada (= 15 cm) sudah memenuhi

syarat untuk lendutan, sehingga lendutan tidak perlu dikontrol. Hal ini terjadi

apabila tebal pelat yang ada lebih besar atau sama dengan tebal minimum yang

disyaratkan di SK SNI ’02 – 11.5.3.3.

24

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.4 PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN PELAT ATAP

Berikut adalah ukuran per segmen yang terlampir pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Ukuran Per Segmen
Sumber: Gambar Kerja

3.4.1 Tipe Pelat Ly = 500


 15 15 
500      485 cm
Ln = Ly = 2 2

 15 15 
400      385 cm
Sn = Lx = 2 2

L 485 Lx = 400
n
  1,260  2
= Sn
385 (tulangan 2 arah)
= Perbandingan antara tepi yang menerus dengan keliling total

dari panel pelat

385  485  385  485


1
= 385  485  585  485

25

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.4.2 Balok Tepi Melintang 15/25

Berikut adalah rencana ukuran balok tepi melintang yang terlampir pada

Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Rencana Ukuran Balok Tepi Melintang


Sumber: Gambar Kerja t = 15
h = 25

be  bw  ( h  t )
1
 15  ( 25  15 )
 25 cm b = 15

be  bw  4t
2
 15  (4 15)
 75 cm
Maka ambil nilai dari be = 25 cm (terkecil)

 be   t    t   t   be   t  
2 3

1   1     4  6    4      1    
 bw   h    h   h   bw   h  
K 
 be   t 
1   1   
 bw   h 
 25   15    15   15   25   15  
2 3

1    1     4  6    4      1    
 15   25    25   25   15   25  

 25   15 
1    1   
 15   25 
 1,280

K  bw  h 3
I balok 
12
1,280 15  25 3

12
 25000 cm 4

26

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

bs  t 3
I slab 
12
400  153

12
 112500 cm 4

I balok
α1 
I slab
25000

112500
 0,222

27

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.4.3 Balok Tengah Melintang 15/25

Berikut adalah rencana ukuran balok tengah melintang yang terlampir

pada Gambar 3.8.

be
Gambar 3.8. Rencana Ukuran Balok Tengah Melintang
t =15
Sumber: Gambar Kerja
h = 25

be  bw  2 ( h  t )
1
 15  2 ( 25  15 )
 35 cm bw = 15

be  bw  8t
2
 15  (8 15 )
 135 cm

Maka ambil nilai dari be = 35 cm (terkecil)

 be   t    t   t   be   t  
2 3

1   1     4  6    4      1    
 bw   h    h   h   bw   h  
K 
 be   t 
1   1   
 bw   h 
 35   15    15   15   35   15  
2 3

1    1     4  6    4      1    
 15   25    25   25   15   25  

 35   15 
1    1   
 15   25 
 1,587

28

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

K  bw  h 3
I balok 
12
1,587 15  25 3

12
 30996,094 cm 4

bs  t 3
I slab 
12
400  15 3

12
 112500 cm 4

I balok
α2 
I slab
30996,094

112500
 0,276

29

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.4.4 Balok Tepi Memanjang 15/25

Berikut adalah rencana ukuran balok tengah memanjang yang terlampir

pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9. Rencana Ukuran Balok Tepi Memanjang


t = 15
Sumber: Gambar Kerja
h = 25

be  bw  ( h  t )
1
 15  ( 25  15 )
 25 cm b = 15

be  bw  4t
2
 15  (4 15 )
 75 cm

Maka ambil nilai dari be = 25 cm (terkecil)

 be   t    t   t   be   t  
2 3

1   1     4  6    4      1    
 bw   h    h   h   bw   h  
K 
 be   t 
1   1   
 bw   h 
 25   15    15   15   25   15  
2 3

1    1     4  6    4      1    
 15   25    25   25   15   25  

 25   15 
1    1   
 15   25 
 1,280

30

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

K  bw  h 3
I balok 
12
1,280 15  25 3

12
 25000 cm 4

bs  t 3
I slab 
12
400  153

12
 112500 cm 4

I balok
α3 
I slab
25000

112500
 0,222

Berikut adalah rencana per panel yang terlampir pada Gambar 3.10.

31

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Gambar 3.10. Rencana Per Panel


Sumber: Gambar Kerja

32

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Panel 1 = Panel 5 = Panel 4 = Panel 8


1
m   1   3   1   3 
4
1
 0,222  0,222  0,222  0,222
4
 0,222

Panel 2 = Panel 3 = Panel 6 = Panel 7


1
m   2   3   2   3 
4
1
 0,276  0,222  0,276  0,222 
4
 0,249

Untuk lebih kecil dari atau sama dengan 0,2 harus menggunakan

11.5(3(2)) dan harus memenuhi tabel 10 serta tidak boleh kurang dari nilai

berikut:

(a) Pelat tanpa penebalan seperti didefinisikan dalam 15.3(7(1)) dan 15.3(7(2))

sama dengan 120 mm

(b) Pelat dengan penebalan seperti yang didefinisikan dalam 15.3(7(1)) dan

15.3(7(2)) sama dengan 100 mm.

Berdasarkan perhitungan interpolasi linier didapatkan nilai untuk

tegangan leleh 240 Mpa adalah ln/37,8. Sehingga untuk tebal minimum pelat

untuk lantai dapat dihitung sebagai berikut:

Tebal pelat = ln/37,8

= 485/37,8

= 12,831 cm

33

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Dengan demikian, tebal pelat yang ada (= 12 cm) sudah memenuhi

syarat untuk lendutan, sehingga lendutan tidak perlu dikontrol. Hal ini terjadi

apabila tebal pelat yang ada lebih besar atau sama dengan tebal minimum yang

disyaratkan di SK SNI ’02 – 11.5.3.3.

34

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.5 PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN PELAT KANTILEVER

Syarat tebal minimum plat kantilever:

t min = l/10 x (0,4 + fy/700)

= 1750/10 x (0,4 + 320/700)

= 150 mm

= 15 cm

Maka plat kantilever direncanakan sesuai dengan yang diminta yaitu

150 mm = t min. ketebalan plat yang direncanakan adalah 150 mm dan tebal

minimum plat adalah 150 mm. maka plat yang diambil untuk perencanaan adalah

150 mm.

35

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.6 PERHITUNGAN PENULANGAN PLAT

3.6.1 Data Perhitungan

Mutu Bahan : f’c = 30 MPa

fy = 320 MPa

Besar muatan diambil dari PMI untuk gedung 1983

3.6.2 Pelat Atap

1. Beban-beban mati pada mess (D)

a. Berat sendiri (t = 15 cm) = 0,15 x 2400 = 360 kg/m2

b. Penggantung langit-langit (kayu) = 7 kg/ m2

c. Plafon eternit (4 mm) = 11 kg/ m2

d. Aspal (t = 1 cm) = 0,01 x 1400 = 14 kg/ m2

e. Pasir (t = 1 cm) = 0,01 x 1600 = 16 kg/ m2

f. Finishing pada atap (t = 1 cm) = 0,01 x 2200 = 22 kg/m2

TOTAL = 430 kg/ m2

2. Beban-beban hidup untuk atap (L) = 100 kg/ m2

3.6.3 Pelat Lantai

1. Beban-beban mati pada mess (D)

g. Berat sendiri (t = 15 cm) = 0,15 x 2400 = 360 kg/m2

h. Penggantung langit-langit (kayu) = 7 kg/ m2

i. Plafon eternit (4 mm) = 11 kg/ m2

j. Tegel (3 mm) = 0,03 x 2400 = 72 kg/ m2


36

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

k. Spesi (3 mm) = 0,03 x 2100 = 63 kg/ m2

TOTAL = 513 kg/m2

2. Beban-beban hidup untuk lantai (L) = 250 kg/m2

3.7 PERHITUNGAN PENULANGAN PLAT

Untuk menganalisa perhitungan momen pada plat, baik momen tumpuan

maupun momen lapangan, digunakan metode koefisien momen sesuai yang ada

dalam PB ’71 untuk pelat persegi. Asumsi yang dipakai pada tumpuan plat yang

terjadi adalah jepit elastis pada balok.

Sistem penulangan plat yang terjadi ada 2 macam, yaitu sistem plat 1

arah (one way slab), hal ini terdapat bila perbandingan bentang panjang terhadap

bentang pendek lebih besar dari 2. Sedangkan sistem pelat 2 arah (two ways slab)

bila kurang dari 2.

Pada perencanaan ini, dipakai penulangan sistem 2 arah (Two Ways

Slab).

3.7.1 Asumsi Model Plat Atap dan Lantai

qu = 1,2D + 1,6L = 1,2(430) + 1,6(100) = 676 kg/m2

Ly = 450 – 15 = 485 cm

Ly=500 Lx = 400 – 15 = 385 cm

L n

485
 1,260  2 ( Tulangan 2 arah )
S n
385
Lx=400
37

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

3.7.2 Momen Lapangan


Ly

Lx 1,260  Cx = 48,4 ; Cy = 38

maka MLx = 0,001 qu.Lx2.Cx

= 0,001.(676).(3,85 2). (48,4) = 484,968 kgm

MLy = 0,001 qu.Ly2.Cy

= 0,001.(676).(4,852). (48,4) = 769,619 kgm

Perhitungan

Fc’ = 30 Mpa → berdasarkan SKSNI 03 – 12.2.(7(3)). Faktor β1 harus diambil

0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil

daripada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk beton dengan nilai

kuat tekan di atas 30 Mpa, β1 harus direduksi sebesar 0,05

untuk setiap kelebihan 7 Mpa di atas 30 Mpa, tetapi β1 tidak

boleh diambil kurang dari 0,65.

→ sehingga nilai β1 yang diambil adalah sebesar β1 = 0,85.

Diambil δ = 0

0,85   1  f c  600
 balance 
f y  ( 600  f y )
0,85  0,85  30  600

320  ( 600  320)
 0,044 (SKSNI 03-2842-2002 rumus (3))

Sesuai pasal 12.3 (3) SK SNI 03-2842-2002


ρ max = (0,75)ρ balance = (0,75) 0,044 = 0,033

untuk kontrol lendutan diisyaratkan: ρ ada 0,5 ρ max

ρ ada = 0,5 (0,033) = 0,0165

38

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

1,4 1,4
  0,004375
ρ min = f y 320

sehingga ρ min < ρ ada < ρ max

Decking diambil 2 cm dan diameter tulangan yang direncanakan #3 ASTM 615,

dengan diameter 12 mm.

a. Penulangan arah x

b = 1000 mm
d = 150 – 20 – 0,5 x 12 = 124 mm
Mu = 484,968 kgm = 4849680 Nmm
Mu 4849680
  0,394
Rn = φbd 2
0,80 1000 124 2
fy 320
  12,549
m = 0,85  fc' 0,85  30

1  2  m  Rn 
ρ =  1  1  
m  fy 
1  2 12,549  0,394 
 1  1  
12,549  320 
0,00124

Berdasarkan PB’89 butir 10.5.2 sebagai alternatif dapat dipakai


ρ = ρ analisis x 4/3 = 0,00124 x 4/3 = 0,00165
0,00165 < 0,004375 (ρ min)

Chek luas penampang tulangan:

As perlu =ρxbxd
= 0,004375 x 100 x 12,4
= 5,425 cm2 (tiap 1 meter)

39

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Luas tulangan φ 12 = 0,25 π .D2

= 0,25 x 3,14 x 1,22

= 1,1304 cm2

As perlu 5,425
Jumlah tulangan (n)    4,780 buah
Luas tulangan 1,1304

Sehingga diambil tulangan sebanyak 5 buah tulangan.

1000 1000
Spasi tulangan (n)    250 mm
n -1 5 -1

Sehingga diambil spasi antar tulangan 200 mm.

As = Luas tulangan x n

= 1,1304 x 5

= 5,652 cm2 > 5,425 cm2 → OK

Kontrol Spasi Maximum (PB ’89 butir 13.4.2)

“syarat jarak tulangan tidak boleh melebihi 2x tebal pelat pada penampang kritis”

Smax = 2 x t = 2 x 150 = 300 mm

Sterpasang = 200 < Smax  OK

Gambar 3.11 Penulangan arah X


Sumber: Gambar Kerja

40

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

b. Penulangan arah y
b = 1000 mm
d = 150 – 20 – 0,5 x 12 = 124 mm
Mu = 769,619 kgm = 7696190 Nmm
Mu 7696190
  0,626
Rn = φbd 2
0,80 1000 124 2
fy 320
  12,550
m = 0,85  fc' 0,85  30

1  2  m  Rn 
ρ   1  1  
m  fy 
1  2 12,550  0,626 
 1  1  
12,550  320 
0,00198
Berdasarkan PB’89 butir 10.5.2 sebagai alternatif dapat dipakai
ρ = ρ analisis x 4/3 = 0,00198 x 4/3 = 0,00264
0,00264 < 0,004375 (ρ min)

Chek luas penampang tulangan:

As perlu =ρxbxd
= 0,004375 x 100 x 12,4
= 5,425 cm2 (tiap 1 meter)

Luas tulangan φ 12 = 0,25 π .D2

= 0,25 x 3,14 x 1,22

= 1,1304 cm2

As perlu 5,425
Jumlah tulangan (n)    4,780 buah
Luas tulangan 1,1304

Sehingga diambil tulangan sebanyak 5 buah tulangan.

41

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

1000 1000
Spasi tulangan (n)    250 mm
n -1 5 -1

Sehingga diambil spasi antar tulangan 200 mm.

As = Luas tulangan x n

= 1,1304 x 5

= 5,652 cm2 > 5,425 cm2 → OK

Kontrol Spasi Maximum (PB ’89 butir 13.4.2)

“syarat jarak tulangan tidak boleh melebihi 2x tebal pelat pada penampang kritis”

Smax = 2 x t = 2 x 150 = 300 mm

Sterpasang = 200 < Smax  OK

Gambar 3.12 Penulangan arah Y

Sumber: Gambar Kerja

3.7.3 Momen Tumpuan

Ly

Lx 1,260  Cx = 48,4 ; Cy = 38

maka MLx = 0,001 qu.Lx2.Cx

= 0,001.(676).(3,85 2). (48,4) = 484,968 kgm

MLy = 0,001 qu.Ly2.Cy

42

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

= 0,001.(676).(4,852). (48,4) = 769,619 kgm

Perhitungan

Fc’ = 30 Mpa → berdasarkan SKSNI 03 – 12.2.(7(3)). Faktor β1 harus diambil

0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan f’c lebih kecil

daripada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk beton dengan nilai

kuat tekan di atas 30 Mpa, β1 harus direduksi sebesar 0,05

untuk setiap kelebihan 7 Mpa di atas 30 Mpa, tetapi β1 tidak

boleh diambil kurang dari 0,65.

→ sehingga nilai β1 yang diambil adalah sebesar β1 = 0,85.

0,85   1  f c  600
 balance 
f y  ( 600  f y )
0,85  0,85  30  600

320  ( 600  320 )
 0,044 (SKSNI 03-2842-2002 rumus (3))

Sesuai pasal 12.3 (3) SK SNI 03-2842-2002


ρ max = (0,75)ρ balance = (0,75) 0,044 = 0,033
untuk kontrol lendutan diisyaratkan: ρ ada 0,5 ρ max
ρ ada = 0,5 (0,033) = 0,0165
1,4 1,4
  0,004375
ρ min = f y 320
sehingga ρ min < ρ ada < ρ max
Decking diambil 2 cm dan diameter tulangan yang direncanakan #3 ASTM 615,
dengan diameter 12 mm.

43

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

a. Penulangan arah x

b = 1000 mm
d = 150 – 20 – 0,5 x 12 = 124 mm
Mu = 484,968 kgm = 4849680 Nmm
Mu 4849680
  0,394
Rn = φbd 2
0,80 1000 124 2
fy 320
  12,549
m = 0,85  fc' 0,85  30

1  2  m  Rn 
ρ =  1  1  
m  fy 
1  2 12,549  0,394 
 1  1  
12,549  320 
0,00124

Berdasarkan PB’89 butir 10.5.2 sebagai alternatif dapat dipakai


ρ = ρ analisis x 1/3 = 0,00124 x /3 = 0,000413
0,000413 < 0,004375 (ρ min)

Chek luas penampang tulangan:

As perlu =ρxbxd
= 0,004375 x 100 x 12,4
= 5,425 cm2 (tiap 1 meter)

Luas tulangan φ 12 = 0,25 π .D2

= 0,25 x 3,14 x 1,22

= 1,1304 cm2

As perlu 5,425
Jumlah tulangan (n)    4,780 buah
Luas tulangan 1,1304

44

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Sehingga diambil tulangan sebanyak 5 buah tulangan.

1000 1000
Spasi tulangan (n)    250 mm
n -1 5 -1

Sehingga diambil spasi antar tulangan 200 mm.

As = Luas tulangan x n

= 1,1304 x 5

= 5,652 cm2 > 5,425 cm2 → OK

Kontrol Spasi Maximum (PB ’89 butir 13.4.2)

“syarat jarak tulangan tidak boleh melebihi 2x tebal pelat pada penampang kritis”

Smax = 2 x t = 2 x 150 = 300 mm

Sterpasang = 200 < Smax  OK

b. Penulangan arah y
b = 1000 mm
d = 150 – 20 – 0,5 x 12 = 124 mm
Mu = 769,619 kgm = 7696190 Nmm
Mu 7696190
  0,626
Rn = φbd 2
0,80 1000 124 2
fy 320
  12,550
m = 0,85  fc' 0,85  30

1  2  m  Rn 
ρ   1  1  
m  fy 
1  2 12,550  0,626 
 1  1  
12,550  320 
0,00198
Berdasarkan PB’89 butir 10.5.2 sebagai alternatif dapat dipakai
ρ = ρ analisis x 1/3 = 0,00198 x 1/3 = 0,00066
0,00066 < 0,004375 (ρ min)
45

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Chek luas penampang tulangan:

As perlu =ρxbxd
= 0,004375 x 100 x 12,4
= 5,425 cm2 (tiap 1 meter)

Luas tulangan φ 12 = 0,25 π .D2

= 0,25 x 3,14 x 1,22

= 1,1304 cm2

As perlu 5,425
Jumlah tulangan (n)    4,780 buah
Luas tulangan 1,1304

Sehingga diambil tulangan sebanyak 5 buah tulangan.

1000 1000
Spasi tulangan (n)    250 mm
n -1 5 -1

Sehingga diambil spasi antar tulangan 200 mm.

As = Luas tulangan x n

= 1,1304 x 5

= 5,652 cm2 > 5,425 cm2 → OK

Kontrol Spasi Maximum (PB ’89 butir 13.4.2)

“syarat jarak tulangan tidak boleh melebihi 2x tebal pelat pada penampang kritis”

Smax = 2 x t = 2 x 150 = 300 mm

Sterpasang = 200 < Smax  OK

46
109 mm 124 mm
Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

tulangan tulangan
arah x arah y

68,75 mm 75 mm

Gambar 3.13 Rencana Penulangan Plat pada Bangunan

Sumber: Gambar Kerja

3.8 KANTILEVER ATAP DAN LANTAI

k 8/50 P = 0,08 x 0,5 x 2400 = 96 kg

P Pu = (L)(P) = 1,75 x 96 = 168 kg

qu = 1,2 D + 1,6 L

= 1,2 (430) + 1,6 (100)

= 676 kg/m2
1,751 mm

Mu = 0,5 Qu L2 + Pu L = 0,5 (676) (1,75)2 + 168 (1,75) = 1329,125 kgm

Perhitungan

f’c = 30 Mpa  β1 = 0,85

diambil δ = 0

47

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Sesuai (SKSNI 03 rumus (3))

0,85   1  f c  600
 balance 
f y  ( 600  f y )
0,85  0,85  30  600

320  ( 600  320 )
 0,044

Sesuai PB ’89 Pasal 10.3.3

ρ max = (0,75)ρ balance = (0,75) 0,044= 0,033

Sesuai PB’ 89 Pasal 10.5.1

1,4 1,4
  0,004375
ρ min = f y 320

Untuk kontrol lendutan disyaratkan

ρ ada = 0,5 (0,033) = 0,0165

Sehingga,  min   ada   max

Decking diambil 2 cm (PB ’89 – 7.7.1.C) dan diameter tulangan yang

direncanakan 12 mm.

3.8.1 Asumsi Model Pelat Kantilever Atap dan Lantai Sama

Ly = 500 – 15 = 485 cm

Lx = 175 – 0,5 x 15 = 167,5 cm

Ly = 500
L y

485
 2,896  2 (Tulangan 1 arah)
L x
167,5

3.8.2 Tulangan pada tumpuan


a. Penulangan
Lx = 175 arah y
48

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

b = 1000 mm
d = 150 – 20 – 0,5 x 12 = 124 mm
Mu = 769,619 kgm = 7696190 Nmm
Mu 7696190
  0,626
Rn = φbd
2
0,80 1000 124 2
fy 320
  12,550
m = 0,85  fc' 0,85  30

1  2  m  Rn 
ρ   1  1  
m  fy 
1  2 12,550  0,626 
 1  1  
12,550  320 
0,00198
Berdasarkan PB’89 butir 10.5.2 sebagai alternatif dapat dipakai
ρ = ρ analisis x 1/3 = 0,00198 x 1/3 = 0,00066
0,00066 < 0,004375 (ρ min)

Chek luas penampang tulangan:

As perlu =ρxbxd
= 0,004375 x 100 x 12,4
= 5,425 cm2 (tiap 1 meter)

Luas tulangan φ 12 = 0,25 π .D2

= 0,25 x 3,14 x 1,22

= 1,1304 cm2

As perlu 5,425
Jumlah tulangan (n)    4,780 buah
Luas tulangan 1,1304

Sehingga diambil tulangan sebanyak 5 buah tulangan.

1000 1000
Spasi tulangan (n)    250 mm
n -1 5 -1
49

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma
Responsi Kontruksi Beton Bertulang

Sehingga diambil spasi antar tulangan 200 mm.

As = Luas tulangan x n

= 1,1304 x 5

= 5,652 cm2 > 5,425 cm2 → OK

Kontrol Spasi Maximum (PB ’89 butir 13.4.2)

“syarat jarak tulangan tidak boleh melebihi 2x tebal pelat pada penampang kritis”

Smax = 2 x t = 2 x 150 = 300 mm

Sterpasang = 200 < Smax  OK

tulangan
arah y

124 mm
75 mm

200 mm

Gambar 3.14 Rencana Penulangan dan Plat pada Bangunan

Sumber: Gambar Kerja

50

Nurina Yasin (19310903) Jurusan Teknik Sipil


Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai