Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.8 PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR CLEVELAND


OPEN CUP
3.8.1 Maksud
Metode ini bermaksud sebagai penentu titik nyala dan titik bakar dalam
pelaksanaan pengujian titik nyala dan titik bakar cleaveland open cup supaya
mengetahui suhu dimana aspal mulai mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat
pemanasan.

3.8.2 Landasan Teori


Pengujian titik nyala dan titik bakar berguna untuk mengetahui
temperatur dimana aspal mulai menyala. Data ini nantinya dibutuhkan sebagai
informasi penting dalam proses pencampuran demi keselamatan dalam bekerja.
Selain itu pemeriksaan ini perlu untuk dilakukan agar mengetahui temperatur
maksimum yang di perbolehkan pada aspal, sehingga aspal tidak terbakar. Jika
terjadi kelebihan suhu pemanasan akan menyebabkan terbakarnya aspal, hal ini
akan mempengaruhi struktur dan sifat kimia dari aspal itu sendiri. Sifat kimia
yang berubah akan berpengaruh pada kualitas dan sifat aspal yang diakai, maka
suhu pencampuran harus di bawah titik nyala (Larasari, 2017).
Pengujian titik nyala dan titik bakar bisa dilakukan untuk semua jenis
hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan ada beberapa bahan lainnya yang
ο
memiliki titik nyala open cup kurang dari 79 C . Pengujian titik nyala dan titik
bakar mengikuti prosedur SNI 2433:2011 ASTM D 92-02b. Titik nyala adalah
suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal.
Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal. Pengujian ini bertujuan untuk memperkirakan
maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar. Temperatur yang
didapatkkan adalah sebagai simulasi terhadap temperatur maksimum yang biasa
terjadi pada aspal sampai aspal mengalami kerusakan permanen (Adhitya Dwiki,
2013).

72
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Pada pengujian ini, suhu dari material aspal ditingkatkan secara bertahap
pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api kecil dilewatkan di atas
permukaan benda uji yang dipanaskan. Titik nyala ditentukan sebagai suhu
terendah dimana percikan api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar
ditentukan sebagai suhu dimana benda uji terbakar. Syarat minimum temperatur
ο
titik nyala oleh Bina Marga untuk aspal PEN 40-60 ( 200 C ). Titik nyala dan
titik bakar aspal perlu diketahui karena:
1. Sebagai indikasi temperatur, pemanasan maksimum dimana masih dalam
batas-batas aman pengerjaan.
2. Agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi
temperatur titik bakar.
Untuk mendapatkan temperatur titik nyala dan titik bakar yang akurat,
perlu diperhatikan dalam pengujiannya sebagai berikut:
1. Tersedianya pelindung angin yang menjaga nyala api dari hembusan angin.
2. Mengatur besar kecilnya api
3. Pemberian api pemancing (pilot) dilakukan menjelang temperatur mendekati
titik nyala perkiraan dengan memperhatikan:
a) Jarak as apip pilot terhadap benda uji ±10 mm
b) Kecepatan lewat api pilot di atas muka benda uji ±1 detik perjurusan.
c) Diameter api pilot berkisar 3,2 mm sampai 4,8 mm
4. Cahaya ruangan diatur sedemikian rupa sehingga nyala api pilot dan nyala api
pertama (pijaran api pertama terputus-putus dalam kurun waktu 5 detik) dapat
dilihat jelas (dapat juga dilakukan di ruangan gelap).
5. Thermometer harus bersih dan skalanya terbaca jelas, diupayakan memakai
bantuan kaca pembesar dalam pembacaannya (M.Ridho, 2012).

73
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian titik nyala dan titik bakar
dengan Cleveland open cup adalah sebagai berikut.
1. Cawan kuningan (Cleveland cup) adalah cawan kuningan dengan bentuk dan
ukuran tertenu
2. Thermometer adalah alat untuk mengukur suhu
3. Nyala penguji adalah nyala api yang dapat diatur dan memberikan nyala
dengan diameter 3,2- 4,8 mm dengan panjang 7,5 cm
4. Pemanas terdiri dari logam untuk meletakkan cawan Cleaveland
5. Pembakaran gas atau tungku
6. Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara

3.8.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam pengujian titik nyala dan titik bakar
adalah sebagai berikut.
1. Meletakkan cawan di atas kompor pemanas tetap di bawah titik tengah
cawan.
2. Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah
cawan.
3. Memasang termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di
atas dasar dan terletak satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan
titik poros penguji. Kemudian mengatur titik poros termometer sehingga

1
terletak pada jarak 4 diameter cawan dari tepi.
4. Menempatkan penahan angin di depan nyala penguji.
5. Menyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu
ο ο
menjadi (15 ± 1) C per menit sampai benda uji mencapai suhu 56 C
di bawah titik nyala perkiraan.
74
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

ο ο
6. Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5 C per menit sampai 28 C
di bawah titik nyala perkiraan
7. Menyalakan nyala penguji dan mengatur agar diameter nyala penguji tersebut
menjadi 3,2 - 4,8 mm.
8. Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam waktu satu detik. Mengulang pekerjaan tersebut setiap
ο
kenaikan 2 C .
9. Melanjutkan pekerjaan No.6 dan No.8 sampai terlihat menyala singkat pada
suatu titik di atas permukaan benda uji. Baca suhu yang ada pada termometer
dan catat.
10. Lanjutkan pekerjaan No.9 sampai terlihat menyala yang agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji (aspal). Baca suhu pada
termometer dan catat.

3.8.5 Perhitungan
Perhitungan titik nyala dan titik bakar terkoreksi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
Titik nyala/ titik bakar terkoreksi = Suhu terbaca + 0,03 (760 – tekanan
barometrik terukur )

Tabel 3.4 Koreksi Titik Nyala dan Titik Bakar


Ulangan oleh satu
Titik Nyala dan Titik Ulangan oleh beberapa
orang dengan satu
Bakar orang dengan satu alat
alat
Titik nyala 79 ºC – 400 ºC < 8ºC < 18 ºC

Titik bakar < 8ºC < 14 ºC

75
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

LABORATORIUM BAHAN JALAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
3 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 3.5 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar


°C dibawah titik Titik nyala/
No Waktu °C
nyala perkiraan Titik Bakar
1 56 00:00 200  
2 51 00:22 205  
3 46 01:10 210  
4 41 02:10 215  
5 36 03:12 220  
6 31 04:12 225  
7 26 05:06 230  
8 21 06:05 235 236/6:05
9 16 06:32 240  
10 11 07:35 245 242/7:14
11 6 08:35 250  
12 1 09:35 255  

Titik nyala = 236°


Suhu awal =   60°

76
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.8.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari pengujian titik nyala dan
titik bakar Cleaveland Open Cup didapatkan kesimpulan bahwa, titik nyala
ο
terjadi pada suhu 236 C dengan waktu 6 menit 5 detik, sedangkan titik bakar
ο
terjadi pada suhu 242 C dengan waktu 7 menit 14 detik. Menurut perincian
Bina Marga syarat minimum untuk titik nyala aspal PEN 40 – 60 (200 ºC). Jadi,
aspal memenuhi persyaratan spesifikasi.

77
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

78
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.6 PENGUJIAN TITIK LELEH


3.6.1 Maksud
Pengujian Titik leleh bermaksud untuk menentukan angka titik leleh
aspal.

3.6.2 Landasan Teori


Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair
sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada
pengurangan suhu. Namun sikap material aspal tersebut terhadap suhu
atau prinsipnya membentuk suatu spectrum atau beragam. Tergantung dari
komposisi unsur-unsur penyusunannya. Percobaan ini dilakukan karena
pelembekan bahan aspal tidak terjadi secara langsung dan tiba-tiba pada
suhu tertentu, artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya
berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Dalam percobaan ini titik leleh di tujukan dengan suhu pada bola
baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang
tertahan dalam cincin dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai kecepatan
pemanasan.Titik leleh menjadi suatu batasan dalam penggolongan aspal.
Titik leleh harus diperhatikan dalam membangun konstruksi jalan. Titik
leleh hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaan jalan sehingga tidak
terjadi pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan, untuk itu
dilakukan usaha untuk mempertinggi titik lembbek antara lain dengan
menggunakan filler terhadap campuran beraspal (Endah, 2015)
Titik leleh suatu zat adalah temperatur pada fase padat dan cair ada
dalam kesetimbangan. Jika kesetimbangan itu diganggu dengan menambahkan
atau menarik energi panas, sistem akan berubah membentuk lebih banyak zat cair
atau lebih banyak zat padat. Namun temperatur akan tetap pada titik leleh selama
kedua fase itu masih ada (Petrucci, 2010).

67
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah


menjadi zat cair. Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami perubahan yang
berarti dengan adanya perubahan tekanan. Idealnya titik leleh ini berada dalam
satu titik, namun kenyataanya berada dalam satu rentang tertentu (melting range).
Hal ini dikarenakan pada zat padat yang akan dilelehkan tersebut, terdapat zat
pengotor, atau pada saat terjadi pelelehan zat padat mengurai karena tidak stabil
(Kukuh, 2016).

3.6.3 Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengujian titik leleh adalah sebagai
berikut.
1. Thermometer
2. Cawan kuninggan beserta tabungnya
3. Tabung plat kuning
4. Alat pemanas
5. Gas elpiji
6. Stopwatch

3.6.4 Prosedur Percobaan


Pengujian titik leleh memiliki beberapa langkah prosedur adalah sebagai
berikut.
1. Memasukkan air ke dalam piknometer sebanyak 800 ml.
2. Memasukkan aspal dengan bulatan kecil yang telah diletakkan di tabung yg di
dalamnya terdapat plat kuning.
3. Menghitung suhu setiap menitnya untuk mengetahui titik leleh pada suhu dan
menit berapa.

3.6.5 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam pengujian titik leleh adalah sebagai
berikut.
68
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Titik lembek 1+Titik lembek 2


Titik lembek rata-rata = 2

69
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

5.3 EXTRACTOR
5.3.1 Maksud
Mengetahui kadar aspal dalam campuran (mix design)atau dalam aspal
buton dengan cara penguraian centrifuge.

5.3.2 Landasan Teori


Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel,
waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut (Bagus, 2018).
Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk mengujikan dengan
kadar aspal dalam campuran (Mix Design) adalah dengan menggunakan metode
ekstraksi menurut prosedur pemeriksaan AASHTO (T – 164 – 80). Pengujian
Ekstraksi menunjukkan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih halus dari
gradasi semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran, beberaa
partikel agregat ini menaikan volume rongga udara dalam campuran yang
menghasilkan penurunan kepadatan serta peningkatan VIM dan VMA.
Agregat yang hancur, tidak terlapisi aspal, hal ini mengakibatkan
penurunan stabilitas dan indeks perendaman dan memasukkan kelelehan sehingga
menurunkan marshall quotient dari benda uji. Immersion, proses ekstraksi
merupakan proses pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara
menambahkan pelarut yang bisa melarutkan salah satu bahan yang ada dalam
campuran tersebut dapat dipisahkan. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses
ekstraksi antara lain spiritus, bensin minyak tanah, trichlor ethylene teknis, dan
lain-lain (Yogi, 2014).

5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian extractor adalah sebagai
berikut.
108
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

1. Centrifuge Extracto
2. Gelas ukur 500 ml
3. Saringan ekstraksi atau kertas filter
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Talam atau baskom

5.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam pengujian extractor adalah
sebagai berikut
1. Menimbang sampel dan saringan ekstraksi sebelum melakukan ekstraksi
aspal.
2. Meletakkan mesin centrifuge extractor pada lantai dasar yang keras.
3. Melepaskan pengunci penutup centrifuge extractor lalu memasukkan sampel
dan bensin sebanyak 500 ml kemudian memasang saringan ekstraksi dan
memasang penutup centrifuge Ekstractor, serta menguncinya.
4. Menyalakan mesin centrifuge ekstractor dan mengulanginya 3 – 4 kalihingga
bersih atau jenuh.
5. Mengeluarkan bensin terakhir yang sudahh bersih atau jenuh ditadah di gelas
ukur untuk digunakan pada sampel berikutnya.
6. Mengeluarkan sampel hingga bensinnya melayang atau habis.
7. Mendiamkan sampai dingin, lalu ditimbang beserta dengan wadahnya.
8. Menghitung nilai kadar aspal.
9. Mengulangi prosedur tersebut untuk sampel berikutnya.

5.3.5 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam pengujian extractor adalah sebagai
berikut.
Kadar aspal = (A – (D + E)) / A × 100%
Dimana:
A : Berat awal sampel sebelum ekstraksi
109
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

B : Berat kertas filter


C : Berat kertas filter setelah ekstraksi
D : Berat masa dari kertas filter (C – B)

110
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

111
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Guunadarma

Anda mungkin juga menyukai