Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Bahan Jalan

BAB 2
PENGUJIAN ASPAL

2.1 PENDAHULUAN
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Bitumen atau
aspal merupakan campuran hidrokarbon yang tinggi berat molekul. Rasio
persentase antara komponen bervariasi, sehubungan dengan asal-usul minyak
mentah dan metode distilasi. Aspal sudah dikenal sebelum awal eksploitasi ladang
minyak sebagai produk asal alam, yang disebut dalam hal ini adalah aspal asli.
Didalam kebutuhan rekayasa (enginnering), karakterisitik aspal tidak
diperhatikan dari ragam komposisi unsur penyusun bahannya, tetapi didasarkan
oleh beberapa parameter seperti nilai penetrasi (PEN), titik lembek (softening
point), viskositas, titik nyala dan bakar daktilitas, kehilangan berat akibat
pemanasan, berat jenis dan kelarutan. Parameter - parameter tersebut digunakan
untuk mengetahui karakteristik dari aspal yang dimana didalam setiap
perencanaan campuran beraspal digunakan karakteristik aspal yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan aplikasinya dilapangan dan target perkerasan yang akan
dicapai.
Ruang lingkup pengujian aspal pada Praktikum Bahan Jalan memiliki
beberapa percobaan yaitu Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan
Cleveland Open Cup, Pengujian Titik Lembek Aspal, Pengujian Penetrasi,
Analisis Pencampuran dan Joint Mix Formula beserta Pencetakan Benda Uji.
Percobaan-percobaan tersebut memiliki pedoman, maksud, peralatan, prosedur,
perhitungan dan output yang berbeda. Tujuan pengujian aspal adalah untuk
mengetahui sifat-sifat agregat dan sifat-sifat aspal yang dapat digunakan dalam
proses perkerasan jalan dan mengetahui aspal dapat memenuhi spesifikasi yang
dipersyaratkan.

4
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.2 PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN


CLEVELAND OPEN CUP

2.2.1 Maksud
Maksud pengujian ini adalah mengetahui suhu dimana aspal mulai dapat
mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan menggunakan Cleveland
Open Cup. Metode yang digunakan adalah memanaskan bahan uji secara bertahap
sampai mencapai titik nyala dan titik bakar. Indikator titik nyala ketika benda uji
mengeluarkan percikan api pertama kali, sedangkan indikator titik bakar ketika
benda uji terbakar selama ± 5 detik.

2.2.2 Landasan Teori


Aspal adalah material hasil penyaringan minyak mentah dan merupakan
hasil dari industri perminyakan. Aspal merupakan material untuk perekat, yang
berwarna coklat gelap hingga hitam, dengan unsur pokok yang dominan adalah
bitumen. Standar acuan SNI 03-1737-1989, aspal keras didefinisikan sebagai
suatu jenis aspal minyak yang merupakan residu hasil destilasi minyak bumi pada
keadaan hampa udara, yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk
padat, sedang aspal cair adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan
atmosfir berbentuk cair. Aspal ini terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan
bahan pelarut.
Aspal memiliki titik nyala dan titik bakar pada suhu tertentu. Titik nyala
adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik pada suatu titik di
atas permukaan aspal, sedangkan titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala
sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik pada permukaan aspal (SNI 06-2433-
1991). Titik nyala dapat digunakan untuk mengukur kecenderungan aspal dapat
terbakar akibat panas dan api pada kondisi terkontrol di laboratorium.
Hasil tersebut dapat digunakan sebagai informasi bahaya kebakaran yang
sesungguhnya di lapangan (SNI 2433-2011).

5
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal berguna untuk


mengetahui temperatur dimana aspal mulai mengeluarkan nyala api, dan
temperatur dimana aspal mulai terbakar. Data ini dibutuhkan sebagai informasi
penting dalam proses pencampuran demi keselamatan dalam bekerja. Pengujian
dilakukan dengan mencetak contoh semen aspal di dalam cawan cleveland yang
terbuat dari kuningan. Cawan diletakkan di atas pelat pemanas dan dimasukkan
termometer pengukur temperatur. Temperatur di mana aspal terlihat menyala
singkat merupakan temperatur titik nyala dan temperatur dimana aspal mulai
menyala selama minimal 5 detik dinamakan titik bakar

2.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada Pengujian Titik Nyala dan Titik bakar
dengan cleveland open cup adalah sebagai berikut:
1. Cawan kuningan (Cleveland cup).
2. Termometer.
3. Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan nyala
dengan diameter 3,2 mm – 4,8 mm dengan panjang 7,5 cm.
4. Pemanas terdiri dari logam untuk meletakkan cawan Cleveland.
5. Pembakaran gas atau tungku.
6. Stopwatch.
7. Barometer, untuk mengukur tekanan udara.

2.2.4 Prosedur Percobaan


Prosedur pada pengujian titik nyala dan titik bakar pada cleveland open
cup adalah sebagai berikut.
1. Meletakan cawan di atas kompor pemanas tetap di bawah titik tengah cawan.
2. Meletakan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah
cawan.
3. Memasang termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di
atas dasar dan terletak satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan

6
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

titik poros penguji. Kemudian atur titik poros termometer sehingga terletak
pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi.
4. Menyalakan api penguji dan atur diameter api penguji antara 3,2 – 4,8 mm,
atau nyala api penguji seukuran dengan ujung pipa api penguji.
5. Melakukan pemanasan awal dengan kenaikan temperatur antara 14 - 17˚C/
menit sampai benda uji mencapai temperatur 56˚C di bawah titik nyala
perkiraan.
6. Mengurangi pemanasan hingga kecepatan kenaikan temperatur antara 5 – 6˚C/
menit sampai benda uji mencapai temperatur 28˚C di bawah titik nyala
perkiraan.
7. Menggunakan nyala penguji pada waktu temperatur benda uji mencapai lebih
kurang 28˚C di bawah titik nyala perkiraan dan lintaskan api penguji setiap
kenaikan temperatur 2˚C. Lintasan api penguji mengikuti garis lengkung yang
mempunyai jari-jari minimum 150 mm ± 1mm. Api penguji harus bergerak
horizontal dan jarak dengan tepi atas cawan tidak lebih dari 2 mm.
8. Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam satu detik. Ulangi setiap kenaikan 2˚C.
9. Melanjutkan pengujian di atas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di
atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
10. Melanjutkan pembacaan suhu sampai terlihat nyala sekurang-sekurangnya 5
(lima) detik di atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan
catat.

2.2.5 Perhitungan
Faktor koreksi:
Titik nyala/ titik bakar terkoreksi = Suhu terbaca + 0,03 (760 − tekanan
barometri terukut).
Bulatkan titik nyala dan titik bakar terkoreksi ke nilai 1°C terdekat.

7
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.2.6 Data Percobaan


Berikut data percobaan dari Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
dengan Cleveland Open Cup adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2.1 Data Waktu Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
Open Cup
Keterangan
No Parameter
Waktu Suhu
Contoh dicairkan
1 Pembukaan contoh Mulai jam : 09:58 110 °C
Selesai jam : 10:30
Contoh dipanaskan
Pemanasan sampai 56°C di
2 Mulai jam : 10:30 110°C
bawah titik nyala perkiraan
Selesai jam : 10:55
Contoh dipanaskan
56°C - 28°C di bawah titik
3 Mulai jam :  10:55  225°C
nyala perkiraan
Selesai jam :  11:02
Contoh dipanaskan
4 28°C - titik nyala Mulai jam :  11:02 239
Selesai jam :  11:04

Tabel 2.2.2 Data Waktu Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
Open Cup
Titik
°C Di Bawah Titik
No Waktu °C Nyala/Titik
Nyala Perkiraan
Bakar
1 56 0'0'' 200
2 51 30'0" 205
3 46 57'61" 210
4 41 112'0" 215
5 36 144'0" 220
6 31 174'0" 225
7 26 206'0" 230
8 21 6'22" 235 235°C
9 16 7'32" 240
10 11 8'44" 245  245°C
11 6 9'30" 250
12 1 10'30" 255

8
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.3 PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER

2.3.1 Maksud
Maksud dari pengujian titik leleh adalah menentukan angka titik leleh
aspal menggunakan alat ring and ball test. Hasil yang didapatkan dari pengujian
ini dijadikan acuan di lapangan atas kemampuan aspal menahan suhu agar tidak
lembek sehingga dapat mengurangi daya lekat aspal dan ter.

2.3.2 Landasan Teori

9
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Percobaan ini titik lembek ditujukan dengan suhu pada bola baja dengan
berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam
cincin dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut menyentuh plat dasar yang
terletak pada tinggi tertentu sebagai kecepatan pemanasan. Titik lembek menjadi
suatu batasan dalam penggolongan aspal dan ter. Titik lembek haruslah
diperhatikan dalam membangun kontruksi jalan. Titik lembek hendaknya lebih
tinggi dari suhu permukaaan jalan. Titik lembek aspal dan ter adalah 30°C -
200°C yang artinya masih ada nilai titik lembek yang hampir sama dengan suhu
permukaan jalan. Pada umumnya cara ini diatasi dengan mengunakan filler
terhadap campuran aspal.
Aspal merupakan material termoplastik yang secara bertahap dapat
mencair sesuai dengan pertambahan suhu, hal sebaliknya juga berlaku jika terjadi
pengurangan suhu. Namun demikian, respon aspal terhadap perubahan suhu
sangat bergantung pada komposisi unsur-unsur pembentuk aspal itu sendiri.
Pelembekan (softening) bahan-bahan aspal dan ter tidak terjadi dengan sekejap
pada suhu tertentu, tapi lebih merupakan perubahan gradual seiring pertambahan
suhu. Filler merupakan material pengisi dalam lapisan aspal. Macam-macam
bahan pengisi yang dapat digunakan ialah abu batu, kapur padam, portland
cement (PC), debu dolomit, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau
bahan mineral tidak plastis lainnya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengujian titik lembek antara lain


adalah:
1. Kualitas dan jenis cairan penghantar.
2. Berat bola besi.
3. Jarak antara Ring dengan aspal plat besi.
4. Besarnya suhu pemanasan.

2.3.3 Peralatan

10
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Berikut ini merupakan beberapa peralatan yang digunakan pada


pengujian titik leleh adalah sebagai berikut:
1. Termometer.
2. Cawan kuningan beserta tabungnya.
3. Tabung plat kuning.
4. Alat pemanas.
5. Gas elpiji.
6. Stopwatch.

2.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada pengujian titik leleh adalah
sebagai berikut:
1. Masukkan air ke dalam pinometer sebanyak 800 ml.
2. Masukkan aspal dengan bulatan kecil yang telah diletakkan di tabung yang di
dalamnya terdapat plat kuning.
3. Menghitung suhu setiap menitnya untuk mengetahui titik leleh pada suhu dan
menit berapa.

2.3.5 Perhitungan
Hitung dan catat suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar. Catat
suhu titik lembek bahan bersangkutan dari hasil pengamatan rata-rata dan
bulatkan sampai 0,5°C terdekat untuk tiap percobaan ganda.
Spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek untuk aspal keras pen 40
(ring and ball test) adalah minum 51°C dan maksimum 63°C, sedangkan untuk
pen 60 adalah minimum 48°C dan maksimum 58°C.

11
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.3.6 Data Percobaan


Berikut data percobaan dari Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3.1 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
Keterangan
No Parameter
Waktu Suhu
Contoh dipanaskan
1 Pembukaan contoh Mulai jam : 09:00  110°C
Selesai jam : 09:00
Diamkan suhu ruangan
2 Mendinginkan contoh Mulai jam : 09:01 25°C
Selesai jam : 09:10
Direndam suhu 25°C
3 Merendam contoh Mulai jam : 09:10  5°C
Selesai jam : 09:18
Direndam suhu 25°C
4 Mencapai suhu pemeriksaan Mulai jam : 09:18 52°C
Selesai jam : 09:29

Nomor Contoh
Suhu Titik
No Suhu Yang Diamati Waktu
Lembek
1 2 1 2
1 5°C-6°C 0
2 10°C-11°C 01'21"
3 15°C-16°C 02'43"
4 20°C-21°C 04'37"
5 25°C-26°C 06'39"
6 30°C-31°C 08'49"
7 35°C-36°C 11'06"
8 40°C-41°C 13'34"
12
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

9 45°C-46°C 15'25"
10 50°C-51°C 17'28" 51°C
11 55°C-56°C
12 60°C-61°C
Tabel 2.3.2 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter

2.4 PENGUJIAN PENETRASI

2.4.1 Maksud
Pengujian penetrasi dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen
keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi
ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu.
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu
aspal atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan
jalan.

13
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.4.2 Landasan Teori


Menurut ASTM D-8-31 aspal adalah bahan berwarna hitam atau coklat
tua, bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau
dari   proses   pembuatan   minyak   bumi, sedangkan   bitumen   adalah   bahan
berwarna hitam, dapat bersifat padat atau keras (asphaltine) dapat juga bersifat
lembek (malthine). Pengujian penetrasi aspal adalah suatu pengujian yang
digunakan untuk menentukan nilai penetrasi pada aspal sehingga dapat diketahui
mutunya. Pengujian penetrasi aspal ini menggunakan alat yang bernama penetrasi
tes, alat inilah yang akan membantu untuk menentukan seberapa besar penetrasi
aspal yang diuji.
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya
sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan
jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah
penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan. Indonesia
umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/ 70 dan 85/ 100. Aspal
dengan penetrasi 60/ 70 biasanya diaplikasikan untuk kasus jalan dengan volume
lalu lintas, sedang atau tinggi dan cocok untuk daerah dengan cuaca iklim panas.

14
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian penetrasi adalah sebagai
berikut:
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik-turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2. Pemegang jarum seberat (47,50 ± 0,05) gram yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
3. Pemberat dari (50 ± 0,05) gram atau (100 ± 0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrası dengan beban 100 gram dan 200
gram.
4. Jarum penetrası dibuat dari stainless steel HRC 54 – 60. Ujung jarum harus
berbentuk kerucut terpancung dengan berat jarum 2.5 ± 0,05 gram.
5. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata berukuran sebagai berikut :
6. Bak perendam (water bath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
liter dan dapat menahan suhu 25C dengan ketelinan lebih kurang 0,1°C.
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terketak 50 m di atas
dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm dibawah permukaan air dalam
bejana.
7. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa bergerak.
8. Pengatur waktu, untuk pengukuran penetrasi dengan tangan (manual)
diperlukan stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang
dan kesalahan tertinggi per 60 detik, untuk pengukuran penetrasi dengan alat
otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
9. Termometer bak perendam harus ditera.

15
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam pengujian penetrasi adalah sebagai
berikut:
1. Meletakan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air
tersebut ke dalam bak perendam yang bersuhu 25°C. Diamkan dalam bak
tersebut selama 1 - 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 -2 jam untuk benda
uji besar.
2. Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dengan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian
keringkan jarum tersebut denga lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
3. Meletakan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar
(100 ± 0,1 gram).
4. Memindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
5. Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji, kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
6. Melepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama (5 ±
0,1) detik bila pembacaan stopwatch lebih dari (5 ± 1) detik, maka hasil
tersebut tidak berlaku.
7. Memutar arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum peunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
8. Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
9. Melakukan pekerjaan 1 - 8 di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji
yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain
dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

16
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.4.5 Data Percobaan


Data percobaan yang didapatkan dalam pengujian penetrasi adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.4.1 Data Percobaan Pengujian Penetrasi Sesi 2 pagi
Penetrasi pada suhu 24°
Pengamatan 1 (mm) 46
Pengamatan 2 (mm) 45
Pengamatan 3 (mm) 12
Jumlah 103
Rata-rata 34,33

Tabel 2.4.2 Data Percobaan Pengujian Penetrasi Sesi 2 siang


Penetrasi pada suhu 24°
Pengamatan 1 (mm) 40
Pengamatan 2 (mm) 40
Pengamatan 3 (mm) 42
Jumlah 131
Rata-rata 43,67

2.4.6 Perhitungan
Perhitungan angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-
kurangnya 3 (tiga) pembacaan dengan ketentuan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4.3 Batas Toleransi
Hasil Penetrasi 0-49 50-149 150-249 > 250
Toleransi 2 4 12 20

Apabila perbedaan antara masing-masing pembaca melebihi toleransi,


pemeriksaan harus diulang. Aspal dengan penetrasi kurang dari 350 dapat diuji
dengan alat-alat dan cara pemeriksaan ini, sedangkan aspal dengan penetrasi
antara 350 − 500 perlu dilakukan dengan alat-alat lain (modul praktikum bahan
jalan 2020).

17
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

18
4TA05 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai