Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN


CLEVELANDOPEN CUP

5.1 Maksud
Maksud dari pengujian ini adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
semua jenis aspal hasil minyak bumi, kecuali minyak bakar dan bahan lainnya
yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°C.
2. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan aspal.
3. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangya 5 detik pada
suatu permukaan aspal.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui temperature maksimum
pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar.

5.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut.
1. Termometer.
2. Cleveland open cup adalah cawan kuningan dalam bentuk dan ukuran seperti
gambar nomor 2.
3. Pelat pemanas
Terdiri dari logam, untuk melekatkan dan cawan Cleveland, gambar no.3. Dan
bagian di atas di lapis seluruhnya oleh asbes setebal 0,6 cm (1/4 “).
4. Sumber pemanasan
Sumber pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakaran alkohol yang
tidak menimbulkan aspal atau nyala di sekitar bagian atas cawan.
5. Penahan angin
Alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan.
6. Pemanas sampel yang dapat diatur dan dapat memberikan nyala dengan
diameter 3,2 -4,8 mm, dengan panjang tabung 7 ½ cm seperti gambar nomor
4.

5.3 Benda Uji


Benda uji yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut.
1. Contoh aspal dipanaskan antara 148,9°C dan 176°C sampai cukup cair.
2. Cawan Cleveland diisi sampel sampai garis batas dan gelembung udara yang
ada pada permukaan cairan dihilangkan.

5.4 Prosedur Pengujian


Prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut.
1. Cawan diletakkan di atas pelat pemanas dan sumber pemanas diatur terletak di
bawah titik tengah cawan.
2. Cawan penguji diletakkan dengan poros pada jarak 7,5 dari titik tengah cawan.
3. Termometer diletakkan tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di
atas dasar cawan, dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik
tengah cawan dan titik poros pemanas sampel. Kemudian poros thermometer
1
diatur sehingga terletak pada jarak 4 diameter cawan dari tepi.

4. Penahan angin diletakkan di depan nyala penguji.


5. Sumber pemanas dinyalakan dan pemanasan diatur sehingga kenaikan suhu
menjadi (15±1)°C permenit sampai benda uji mencapai 56°C di bawah titik
nyala perkiraan.
6. Langkah selanjutnya adalah kecepatan pemanasan diatur 5°C-6°C permenit
pada suhu antara 56°C dan 28°C di bawah titik nyala perkiraan.Pemanas
sampel dinyalakan dan diatur agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3,2-
4,8 mm.
7. Nyalakan pemanas sampel sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke
tepi cawan) dalam waktu satu detik. Langkah tersebut dilakukan berulang
setiap kenaikan 2°C.
8. Langkah 7 dilakukan secara berulang sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik di atas permukaan benda uji. Kemudian suhu pada thermometer dibaca
dan dicatat.
9. Langkah 7 dilakukan secara berulang sampai terlihat nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji. Kemudian suhu pada
thermometer dibaca dan dicatat.

5.5 Hasil Pengujian


Hasil dari pengujian titik nyala dan titik bakar dapat dilihat pada Tabel 5.1
dan Tabel 5.2 sebagai berikut.

Tabel 5.1 Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal

Pembacaan Pembacaan
Pemanasan Sampel
Suhu Waktu
Mulai Pemanasan 27 ºC 8.40 wib
Selesai Pemanasan 140 ºC 8.55 wib
Didiamkan Pada Suhu Ruang
Mulai 140 ºC 8.55 wib
Selesai 60 ºC 9.55 wib
Diperiksa
Mulai 60 ºC 9.55 wib
Selesai 315 ºC 10.25 wib

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Titik nyala dan Titik Bakar Pada Aspal

Keterangan Titik Nyala Titik Bakar


Benda uji 1 275 °C 302 °C
Benda uji 2 276 °C 303 °C
Rata-rata 275,5 °C 302,5 °C
5.6 Analisis Pengujian
Dari hasil pengujian didapat bahwa titik nyala sampel 1 dan sampel 2 berada
pada suhu 275 ºC dan 276 ºC. Sedangkan titik bakar sampel 1 dan sampel 2 berada
pada suhu 302 ºC dan 303 ºC. Rata-rata titik nyala yaitu 275,5 ºC dan titik bakar
yaitu 302,5 ºC.

5.7 Pembahasan
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar untuk aspal keras mengikuti prosedur
AASHTO T48-74 atau PA 0303-76, berguna untuk menentukan suhu dimana
aspal terlihat menyala singkat dipermukaan aspal (titik nyala) dan suhu saat
terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik (titik bakar).
Pemeriksaan ini dengan cleveland open cup. Pemeriksaan harus dilakukan
dalam ruang gelap sehingga dapat segera diketahui timbulnya nyala pertama.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan temperatur
maksimum pemanasan aspal, sehingga dalam pemanasan aspal tidak boleh
melampaui titik nyalanya. Pemanasan yang melampaui titik nyalanya atau titik
bakarnya akan menyebabkan aspal terbakar sehingga akan mengakibatkan aspal
menjadi keras dan getas dan apabila digunakan dalam campuran perkerasan,
perkerasan akan mudah retak, kurang fleksibel dan mudah pecah.
Dari hasil pengujian didapat bahwa titik nyala sampel 1 dan sampel 2 berada
pada suhu 275 ºC dan 276 ºC sedangkan titik bakar sampel 1 dan 2 berada pada
suhu 302 ºC dan 303 ºC. Rata-rata titik nyala yaitu 275,5 ºC dan titik bakar yaitu
302,5 ºC.

5.8 Kesimpulan
Pada pemeriksaan ini, didapatkan hasil titik nyala rata-rata dari sampel 1 dan
sampel 2 didapatkan 275,5°C dan titik bakar 302,5°C. Menurut spesifikasi Bina
Marga aspal dengan penetrasi antara 60-70 harus mempunyai titik nyala minimum
200°C. Sedangkan titik bakar harus berada pada rentang 200°C-350°C. Sehingga
dapat disimpulkan benda uji aspal memenuhi spesifikasi Bina Marga dengan titik
nyala 275,5°C > 200°C.

Anda mungkin juga menyukai