Cepu
I. Tujuan
Prosedur A
Prosedur B
Mencakup sisa bahan bakar minyak, cutback residua, minyak pelumas bekas,
campuran cairan minyak bumi dengan padatan, cairan minyak bumi yang
cenderung membentuk film permukaan dalam kondisi uji dan cairan minyak bumi
seperti viskositas kinematik bahwa mereka tidak merata dipanaskan di bawah
pengadukan dan kondisi pemanasan dari Prosedur A. Dengan aparatus manual,
perangkat pengaduk harus diputar pada 250 ± 10 rpm. Kecepatan panas harus
diterapkan sehingga suhu seperti yang ditunjukkan oleh alat pengukur meningkat
1 hingga 1,6°C (2 hingga 3°F) / menit.
Prosedur C
Adalah deteksi titik nyala elektronik dan mencakup biodiesel (B100). Dengan
peralatan otomatis dengan deteksi elektronik, perangkat pengaduk harus diputar
pada 90 hingga 120 rpm. Sumber pengapian harus diterapkan pada pembacaan
suhu yang merupakan kelipatan 2 ° C. [7]
1. Solar 48
B. Peralatan
3. Cawan (Cup).
4. Penutup (Cover)
6. Pemanas (Heater)
14. Printer
V. Langkah Kerja
1. Cuci mangkok uji dengan larutan yang cocok untuk menghilangkan sisa-sisa
karbon yang tertinggal pada pengujian terdahulu.
2. Isi mangkok uji sampai tepat pada tanda batas garis melingkar.
4. Hubungkan kabel alat uji PMCC ke terminal listrik, begitu juga dengan printernya.
6. Pastikan sistem sirkulasi air pendingin (cooling water) telah terpasang dengan baik.
7. Pasang Regulator LPG ke tabung LPG, pastikan tertutup rapat dan aman dari
kebocoran.
9. Atur regulator pemanas (heater) dibagian pojok kiri pada skala 2,5 -3,0 atau 4,0.
11. Input nama sampel dimenu pilihan + Enter, kemudian Input perkiraan
suhu flash point sampel + Enter. Selanjutnya Input methode A, B atau
lainnya, yang akan digunakan + Enter.
12. Pilih menu “go” maka nyala api dari listrik (electrical spark) akan muncul.
13. Jika api belum muncul selama 30 detik, putar regulator untuk bahan bakar
(LPG) diperalatan uji PMCC perlahan-lahan sampai muncul dua (2) nyala api.
14. Atur besarnya api sesuai dengan standar pengujian flash point.
15. Tunggu beberapa saat dan jika flash point telah tercapai, tekan menu STOP
dilayar monitor.
VII. Analisa
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan uji Flash Point atau Titik Nyala
pada sampel Solar 48. Flash Point sendiri merupakan analisa yang penting dalam
pengujian bahan bakar karena erat kaitannya dengan kebutuhan transportasi,
penanganan hingga penyimpanan/penimbunan suatu bahan bakar. Dengan hasil yang
kecil maka menunjukan bahwa suatu bahan bakar akan mudah terbakar. Percobaan
dilakukan dengan menggunakan alat Flash Point Pensky-Martens Closed Cup dengan
metode ASTM D 93. Solar yang telah disiapkan mula mula dituangkan ke dalam gelas
beaker untuk memudahkan proses penuangan. Selanjutnya tuang sampel ke dalam
cawan Flash Point yang telah disediakan. Sebelumnya telah dipastikan cawan tersebut
bersih untuk menghindari terjadinya kesalahan hasil karena kontaminasi. Tuang
sampel kurang lebih 75 ml atau sampai batas yang tertera pada cawan. Selanjutnya
cawan berisi sampel diletakkan pada alat Flash Point untuk proses analisa. Untuk
proses pemanasan, alat dinyalakan dengan menghubungkan nya ke aliran listrik.
Sedangkan untuk api yang akan digunakan sebagai penguji menggunakan api dari gas
tabung LPG. Api tersebut terletak tepat diatas lubang analisa cawan dan diatur hingga
berdiameter sekitar 3,2 – 4,8 mm. terdapat dua api dimana api pertama sebagai api
penguji dan api kedua tepat di sebelahnya sebagai api cadangan jika api utama mati.
Karena termasuk kedalam diesel fuel, maka metode putaran yang digunakan ialah
metode A dengan kecepetan penganduk/stirrer 90-120 rpm.
Berlanjut pada proses analisa, sampel solar diaduk sambil dipanaskan dengan
kecepatan yang telah ditentukan yaitu 5-6˚C/menit. Setelah mendekati 18˚C dibawah
hasil perkiraan, api mulai dikontakkan dengan uap sampel yang terbentuk setiap
kenaikan 1˚C sambil diamati temperaturenya. Prinsip kerja dari alat ini adalah
menganalisa pada temperature berapa suatu sampel akan memliki cukup uap untuk
menumbulkan api kejut ketika dipertemukan dengan sumber api dan udara. Ketika
proses pemanasan berlangsung, dapat diamati bahwa semakin tinggi temperature
sampel tersebut akan membuat diameter api semakin besar/mengembang. Hal ini
menunjukan bahwa kondisi sampel semakin mendekati Flash Point nya. Ketika
temperature telah tercapai, api tersebut akan terhisap ke dalam cawan dan biasanya
menyebabkan api utama mati. Pada saat itulah telah terjadi apa yang disebut Flash
Point. Dari hasil percobaan didapatkan Flash Point Solar sebesar 77˚C. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sampel Solar tersebut pada kondisi On Spec sesuai dengan batas
minimalnya yaitu 52˚C..
Setelah didapatkan hasil yang diinginkan, dilanjutkan dengan mematikan api
dan tutup saluran dari gas. Mesin juga dimatikan dan dibiarkan sejenak agar
temperature dari alat dan sampel segera turun sebelum akhirnya dibuang. Pada alat
Flash Point juga disediakan air instrument yang bertujuan untuk mempercepat proses
pendinginan.
Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil telah sesuai dengan
apa yang diharapkan. Jalannya percobaan juga aman dan telah sesuai dengan prosedur
percobaan. Adapun beberapa kekurangan dari percobaan ini ialah kebersihan alat
dimana cawan yang akan digunakan masih dalam keadaan basah karena sisa dari uji
sebelumnya. Meskipun sampel yang digunakan sebelumnya sama yaitu Solar, namun
hal tersebut kurang tepat karena kontaminasi sekecil apapun akan sangat berpengaruh
dari hasil uji.
VIII. Penutup
a. Simpulan
Dari percobaan Flash Point PMCC yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa Flash Point merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui
temperature yang diperlukan suatu sampel untuk menghasilkan cukup uap hingga
dapat menghasilkan api kejut/seketika ketika dikontakkan dengan udara api.
Berdasarkan uji sampel Solar yang dilakukan memiliki hasil Flash Point “On
Spec” yaitu 77˚C sesuai dengan batas minimalnya 52˚C. Praktikan telah
mengetahui bagaimana cara melakukan uji Flash Point PMCC dengan baik dan
aman sesuai dengan prosedur dimulai dari persiapan hingga penanganan alat dan
sampel setelah praktikum dilakukan.
b. Saran
a. Untuk cawan yang digunakan sebaiknya agar selalu dalam keadaan kering
dan bersih agar hasil lebih meyakinkan.
b. Disediakan alat lebih dari satu agar semua praktikan bisa melakukan
pengujian karena uji Flash Point memakan waktu yang cukup lama dan
perlu diawasi.