Segala puji serta syukur kami sampaikan atas kehadiran Allah SWT atas limpahan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Pembuatan Laporan
Praktikum Produk Migas. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan perkuliahan
semester II di Politeknik Energi dan Mineral pola berjenjang Tahun Akademik 2017 / 2018
Program Studi Refinery I C.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan keikhlasan kami menyampaikan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada :
1. Kampus PEM Akamigas yang telah menyediakan fasilitas – fasilitas yang dapat
menunjang kegiatan praktikum produk migas kami.
2. Bapak Zami Furqon, M.T. dan seluruh instruktur yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam praktikum produk migas yang kami lakukan.
3. Semua pihak yang telah membantu jalannya kegiatan praktikum produk migas ini.
Tanpa dukungan dari yang penulis sebutkan di atas, mustahil penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini. Oleh karena itu, terima kasih yang sebanyak-
banyaknya penulis sampaikan kepada yang disebutkan di atas tadi.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih sangat jauh dari sempurna.
Maka dari itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
untuk memperbaiki ketidaksempurnaan pada laporan praktikum ini supaya menjadi lebih
baik.
Kami berharap semoga laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi mahasiswa
khususnya bagi proses belajar dan mengajar. Tak lupa kami juga meminta saran dan kritik
dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
CONDUCTIVITY.....................................................................................................83
2
DENSITY / SPECIFIC GRAVITY ASTM D 1298
I. TUJUAN
memakai alat hydrometer gelas dari contoh crude oil atau produk – produknya.
Sedangkan volume spesifik (specific volume) adalah volume dibagi satuan massa.
m
ρ= kg/m3
v
Secara umum, rapat massa (density) bergantung pada suhu dan tekanan. Rapat massa
dari kebanyakan gas adalah sebanding dengan tekanan dan berbanding dengan suhu.
Terkadang rapat massa suatu zat harus dibandingkan dengan rapat massa benda lain,
perbandingan ini disebut gravitasi spesifik (specific gravity) atau rapat massa relatif
(relative density). Definisi lebih jelas dari gravitasi spesifik adalah rasio dari rapat
massa suatu substansi terhadap rapat massa substansi standar pada suhu tertentu
fluida standar (reference). Di dalam proses pengolahan migas, istilah ini banyak
3
dan produk. SG suatu fluida dinyatakan dalam angka dengan 4 digit di belakang
Fluida standar untuk zat cair adalah air dengan densitas 1 g/cm3 atau 1000
k g/m 3 (densitas terbesar pada suhu 3,98 degC). Sedangkan untuk gas, fluida
fluida saat diukur. Hal ini sangat penting karena SG berubah seiring perubahan
merupakan perbandingan massa zat dengan volume zat. Volume zat sangat
dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu akan mengakibatkan pemuaian zat sehingga
volumenya bertambah. Dengan demikian densitas zat yang sama pada temperatur
yang lebih tinggi akan lebih rendah. Oleh karenanya besarnya SG zat tersebut pun
berubah.
4
Guna kepentingan transaksi jual beli, khususnya di bidang migas supaya
pembeli dan penjual tidak ada yang dirugikan maka ditetapkan standar SG 60/60
densitas zat pada suhu 60 degF dengan densitas zat standar pada suhu yang sama.
degF. Oleh karena itu pengukuran dilakukan pada suhu ruangan (berapapun) yang
suhu. Untuk memperoleh besaran faktor koreksi suhu dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut.
−3 −6 3
C=1.313454−0.132674 ×T +2.057793 e −2.627634 e ×T
berikut.
menggunakan rumus sebagai berikut. Untuk nilai koreksi pada rentang di luar yang
5
141,5
API Gravity = = 131,5
SG 60/60 ° F
a. Bahan
1. Minyak Solar
b. Peralatan
1. Hydrometer standar
Skala Density
Skala SG atau
3. Gelas silinder
V. LANGKAH KERJA
1. Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji.
3. Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang
6
4. Lakukan pengukuran temperature menggunakan Thermometer skala oC,
contoh uji.
dan catat suhu contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan
(Observed Temperature).
o
8. Untuk mengubah Density pengamtan ke Density 15 C dikoreksi
1. Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji.
3. Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang
contoh uji.
7
7. Keluarksn hydrometer, kemudian lakukan pengukuran temperatur, baca dan
catat suhu contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan tidak
o
melampaui 0,5 C hasil rerata dicatat sebagai “Suhu Pengamatan”
(Observed Temperature).
Pengukuran Density 15 oC
Suhu1 = 28 oC
Density = 0,84
Suhu2 = 28,1 oC
Karena nilai ∆ t < 0,5 oC, maka Suhu Pengamatan – nya adalah 28,1 oC.
Pengukuran SG 60/60 oF
Suhu1 = 83 oF
Density = 36,8
Suhu2 = 83,5 oC
Lalu data tersebut dikonversikan ke tabel 53 A atau 53 B dan tabel 23. Data yang di
peroleh berdasarkan tabel 53, density – nya sebesar 0,8486. Sedangkan berdasarkan
8
tabel 53 B density – nya sebesar 0,850. Lalu berdasarkan tabel 23 solar yang density
– nya 0,8486 memiliki SG 60/60 sebesar 0,8444 sedangkan solar yang density – nya
VII. ANALISIS
mengapung. Kemudian hasil yang terbaca dicatat. Hasil yang ada dikonversikan
23 B untuk SG 60/60 oF. Dari tabel 53 A, density – nya adalah 0,8486. Dari tabel B,
density – nya sebesar 0.850 untuk density 15 oC. Sedangkan untuk SG 60/60 oF –
nya sebesar 0,8444 untuk density 0,8486 sedangkan density 0,850 memiliki SG
0,8504.
a. Kesimpulan
1298” ini, dapat diambil kesimpulan bahwa contoh uji memiliki SG sebesar
0,8444 dan 0,8504 yang berarti contoh ujia merupakan jenis minyak bumi
b. Saran
sebaiknya praktikan yang selanjutnya dapat lebih teliti dan berhati – hati dalam
9
IX. DAFTAR PUSTAKA
10
DISTILASI ASTM D 86
I. TUJUAN
produk minyak bumi (Mogas, Avgas, Avtur, Kerosine, Gas Oil, dan produk lain
sejenis).
3. Mahasiswa dapat menentukan End Point (EP) atau Final Boiling Point (FBP).
yang mempunyai titik didih berbeda sehingga dapat dihasilkan senyawa yang
satunya adalah destilasi sederhana. Set alat destilasi sederhana (Gambar 1) adalah
pemanas. Peralatan lainnya sebagai penunjang adalah statif dan klem, adaptor
11
(penghubung), selang yang dihubungkan pada kondensor tempat air masuk dan air
Keterangan Gambar:
1. Kran air
2. Pipa penghubung
3. Erlenmeyer
4. Termometer
9. Pemanas
10. Kondensor
Adapun fungsi masing-masing alat yaitu labu alas bulat sebagai wadah untuk
penyimpanan sampel yang akan didestilasi. Kondensor atau pendingin yang berguna
12
untuk mendinginkan uap destilat yang melewati kondensor sehingga menjadi cair.
Kondensor atau pendingin yang digunakan menggunakan pendingin air dimana air
yang masuk berasal dari bawah dan keluar di atas, karena jika airnya berasal (masuk)
dari atas maka air dalam pendingin atau kondensor tidak akan memenuhi isi
pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk mendinginkan uap yang mengalir
lewat kondensor tersebut. Oleh karena itu pendingin atau kondensor air masuknya
harus dari bawah sehingga pendingin atau kondensor akan terisi dengan air maka
sehingga suhu dapat dikontrol sesuai dengan suhu yang diinginkan untuk
sehingga cairan destilat yang mudah menguap akan tertampung dalam erlenmeyer
dan tidak akan menguap keluar selama proses destilasi berlangsung. Pemanas
berguna untuk memanaskan sampel yang terdapat pada labu alas bulat. Penggunaan
batu didih pada proses destilasi dimaksudkan untuk mempercepat proses pendidihan
sampel dengan menahan tekanan atau menekan gelembung panas pada sampel serta
menyebarkan panas yang ada ke seluruh bagian sampel. Sedangkan statif dan klem
Selanjutnya merangkai alat destilasi merupakan salah satu hal yang penting
karena dengan pemahaman dan keterampilan yang baik dan benar maka dapat
13
sederhana adalah menyiapkan statif dan klem serta pemanas, kemudian memasang
labu alas bulat, selanjutnya memasang kondensor, setelah itu memasang adaptor
(jika menggunakan adaptor untuk destilasi senyawa yang mudah menguap), dan
thermometer.
Setelah semua alat telah terpasang dengan baik, maka dapat dilakukan proses
detilasi. Sebagaimana prinsip dasar dari destilasi adalah memisahkan zat berdasarkan
perbedaan titik didihnya, maka komponen zat yang memiliki titik didih yang rendah
akan lebih dulu menguap sedangkan yang lebih tinggi titik didihnya akan tetap
tertampung pada labu destilasi. Proses penguapan komponen zat ini dilakukan
dengan pemanasan pada labu destilasi sehingga komponen zat yang memiliki titik
didih yang lebih rendah akan menguap dan uap tersebut melewati kondensor atau
atau berubah dari berwujud uap menjadi berwujud cair sehingga dapat ditampung di
labu destilat atau labu Erlenmeyer. Pada proses destilasi ini, destilat ditampung pada
suhu tetap (konstan). Hal ini dilakukan karena diharapkan akan diperoleh destilat
yang murni pada kondisi suhu tersebut. Setelah sampel pada labu alas bulat
berkurang, suhu akan naik karena jumlah sampel yang didestilasi telah berkurang.
Pada kondisi naiknya suhu ini, proses destilasi sudah dapat dihentikan sehingga yang
diperoleh adalah destilat murni. Pada destilasi, untuk memperoleh ketelitian yang
termometer harus tepat berada di persimpangan yang menuju ke pendingin agar suhu
yang teramati adalah benar-benar suhu uap senyawa yang diamati. Pada proses
14
berlebihan (superheating) serta kesalahan dalam penempatan pengukur suhu
Teori dasar destilasi yaitu perpindahan panas ke cairan yang sedang mendidih
memegang peranan yang penting pada proses evaporasi dan destilasi atau juga pada
proses biologi dan proses kimia lain seperti proses petroleum, pengendalian
temperatur suatu reaksi kimia, evaporasi suatu bahan pangan dan sebagainya. Cairan
yang sedang dididihkan biasanya ditampung dalam bejana dengan panas yang
berasal dari pipa-pipa pemanas yang horizontal atau vertikal. Pipa dan plat-plat
tersebut dipanaskan dengan listrik, dengan cairan panas atau uap panas pada sisi
yang lain.
Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat
dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan mendidih.
Sebagai contoh adalah cairan murni didalam suatu tempat yang tertutup. Pada suhu
bebas secara tetap dan dengan kecepatan tertentu. Tetapi setiap molekul dalam cairan
hanya bergerak pada jarak pendek sebelum dipengaruhi oleh molekul-molekul lain,
sehingga arah geraknya diubah. Namun setiap molekul pada lapisan permukaan yang
bergerak ke arah atas akan meninggalkan permukaan cairan dan akan menjadi
molekul uap. Molekul-molekul uap tersebut akan tetap berada dalam gerakan yang
konstan, dan kecepatan molekul-molekul dipengaruhi oleh suhu pada saat itu.
Ada 6 jenis destilasi yang akan dibahas disini, yaitu destilasi sederhana,
destilasi fraksionasi, destilasi uap, destilasi vakum, destilasi kering dan destilasi
azeotropik.
1. Destilasi Sederhana
15
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik
didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika
campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan,
2. Destilasi Fraksionasi
cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik
didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan
tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
3. Destilasi Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan
hasil destilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrop tetap konstan
dalam pemberian atau penambahan tekanan, akan tetapi ketika tekanan total
16
berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai
konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang
Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap
hukum Raoult.
4. Destilasi Vakum
titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode
destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah
5. Destilasi Uap
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang
17
fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa di
destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi dari destilasi uap
dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi
minyak parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang
Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya
6. Destilasi kering
memanaskan material padat untuk mendapatkan fase uap dan cairnya, biasanya
digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bara
(Fhya,2011).
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
kembali disebut destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik
didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari
zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada
destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih
normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang
ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik
didih destilat.
18
Untuk memisahkan alkohol dari campuran dan meningkatkan kadar
alkohol, beer perlu didistilasi. Maksud dan proses distilasi adalah untuk
memisahkan etanol dari campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari
cara yang paling mudah dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan
yang secara thermal adalah efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada
100 oC dan etanol mendidih pada sekitar 77 oC. perbedaan dalam titik didih
larutan campuran etanol air dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul
etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini didinginkan (dikondensasi),
maka konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan itu akan lebih
tinggi dari pada dalam larutan aslinya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan
Proses ini bisa diulangi terus, sampai sebagian besar dari etanol
dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada batasnya. Pada larutan
96% etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik didih yang sama
(azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 96% alkohol ini dipanaskan, maka
rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan teap konstan sama. Jika
dengan cara distilasi ini, alcohol tidak bias lebih pekat dari 96%. Pemisahan
pemisahan ini dilakukan bedasarkan perbedan titik didih yang besar atau untuk
memisahkan zat cair dari campurannya yang yang berwujud padat. Destilasi
berdekatan.. Destilasi uap, dilakukan untuk memisahkan suatu zat yang sukar
19
bercampur dengan air dan memiliki tekanan uapnyang relative tunggi atau
a. Bahan
1. Avtur
b. Peralatan
3. Thermometer 7 oC atau 8 oC
V. LANGKAH KERJA
1. Ukur contoh 100 mL menggunakan gelas ukur 100 mL, tuangkan ke dalam labu
kondensat.
Boiling Point):
4. Atur pemanasan dari IBP sampai 5% volume dalam waktu 60 – 70 detik atau
20
6. Atur pemansan sehingga 95% volume sampai FBP (Final Boiling Point)
waktunya 3 – 5 menit. FBP adalah suhu tertinggi yang terbaca saat uji distilasi.
7. Setelah FBP tercapai, matikan pemanas dan labu dibiarkan dingin kemudian
Volume Suhu
10 mL 176 oC
20 mL 184 oC
30 mL 192 oC
40 mL 199 oC
50 mL 203 oC
60 mL 214 oC
70 mL 221 oC
80 mL 230 oC
90 mL 241 oC
98 mL 256 oC
Hasil distilasi = 98 mL
Residu = 1,2 mL
= 100 – 99,2
= 0,8 mL
% Losses = 0,8%
VII. ANALISIS
21
Pada praktikum kali ini dilakukan distilasi avtur yang bertujuan untuk
mendapatkan panas avtur dengan cara mengetahui titik didih yang dimiliki avtur
Pada proses distilasi, kecepatan tetesan distilat yang keluar dicatat pada selang
volume 10 ml. Setelah selang volume 10 mL, suhu pada labu bundar di catat. Suhu
awal mula distilat menetes di sebut dengan IBP (Indeks Boiling Point). IBP yang di
dapat adalah 163 oC. Dari proses distilasi diperoleh 98 mL distilat dengan temperatur
akhir yaitu 256 oC yang disebut sebagai FBP (Final Boiling Point) dan diperoleh %
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang berjudul “Distilasi ASTM D 86” ini, dapat diambil
kesimpulan bahwa IBP dari contoh uji adalah 163 oC dan FBP – nya adalah 256
o
C.
b. Saran
selanjutnya dapat lebih teliti dan berhati – hati dalam melakukan praktikum dan
I. TUJUAN
22
Setelah melaksanakn praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat mencakup penetapan secara visual dari warna produk minyak
seperti minyak pelumas, heating oil, diesel fuel oil, dan petroleum wax.
Colorimeter adalah instrumen alat uji yang peka terhadap cahaya yang
mengukur berapa banyak warna yang diserap oleh objek atau substansi. Hal ini
menentukan warna berdasarkan komponen dari cahaya yang diserap oleh objek,
Ketika cahaya melewati medium, sebagian dari cahaya yang diserap, dan sebagai
hasilnya, ada penurunan beberapa banyak cahaya yang dipantulkan oleh medium.
Alat uji colorimeter rmerupakan solusi bagi pengguna untuk dapat menganalisa
konsentrasi zat tertentu dalam medium tersebut. Perangkat ini berdasar pada hukum
a. Jenis Calorimeter
zat dalam larutan, tetapi dilakukan dengan cara yang berbeda. Colorimeter
23
hanya mengukur warna merah, hijau, dan warna biru terang, sedangkan
tampak. Secara umum, spektrofotometer lebih rumit dan kurang kasar daripada
b. Bagian Colorimeter
yang digunakan
gelombang cahaya tertentu melalui solusi, dan kemudian mengukur cahaya yang
solusinya yaitu cahaya lampu akan lebih banyak diserap, dan dapat dilihat pada
perbedaan antara cahaya pada sumber asalnya dan setelah itu melewati solusi.
Untuk mengetahui konsentrasi suatu sampel, maka sampel dilihat dari solusi di
mana konsentrasi diketahui yang pertama disiapkan dan diuji. Ini kemudian
diplot pada grafik dengan konsentrasi pada satu sumbu dan absorbansi di sisi
lain untuk membuat kurva kalibrasi, ketika sampel tidak diketahui diuji, hasilnya
24
konsentrasi. Beberapa jenis colorimeters otomatis akan membuat kurva kalibrasi
d. Penggunaan
dapat digunakan untuk menganalisis kontras warna dan kecerahan pada layar
memeriksa komponen elektronik dan kualitas kertas pulp dan mengukur kualitas
optik dari batu mulia. Dalam tata rias, perangkat ini digunakan untuk mengukur
e. Kalibrasi
kalibrasi.
25
Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu
menit.
Dengan adanya proses kalibrasi pada maka akan membantu pemakai untuk
halus.
a. Bahan
1. Minyak solar
b. Peralatan
2. Wadah contoh, silinder gelas bening, ID 32,5 – 33,4 mm, tinggi dalam 120
V. LANGKAH KERJA
1. Tabung standar kanan dan kiri diisi dengan akuades sampai tanda batas.
3. Hubungkan stop kontak pada 220 Volt, switch pada alat di ubah ke posisi ON.
26
4. Bandingkan warna contoh terhadap warna standar dengan memutar regulator
Minyak solar yang diuji dengan Colorimeter menghasilkan warna D 3,0, L 4,5
VII. PERTANYAAN
Jawaban:
yang telah diperkirakan dan juga untuk mengetahui tidak terjadinya kontaminasi
VIII. ANALISIS
Contoh uji yang digunakan adalah minyak solar. Minyak solar dimasukkan ke
dilakukan dengan memutar regulator hingga menemukan warna yang sesuai atau
hampir mirip dengan contoh uji. Pemutaran regulator dimulai dari angka terkecil.
Regulator berada di kanan dan kiri colorimeter. Pada percobaan ini hasil pengamatan
a. Kesimpulan
27
Dari percobaan yang berjudul “ASTM Colour, ASTM D 1500” ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa warna ASTM dari minyak solar yang diuji adalah D
3,0, L 4,5 atau lebih gelap dari 3,0, lebih terang dari 4,5.
b. Saran
X. DAFTAR PUSTAKA
http://m.alatuji.com/kategori/45/colorimeter
28
COLOUR SAYBOLT, ASTM D 156
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan warna dari “refined oil” seperti “undyed motor”
dan aviation gasoline, jet fuel, naphtha, kerosene, dan petroleum wax.
produksi minyak. Karena karakteristik warna adalah penting kualitas minyak, tetapi
juga karakteristik produk pengguna dengan mudah diamati. dalam beberapa kasus,
produk warna dapat mencerminkan tingkat halus. Untuk warna kisaran dikenal
minyak, jika warnanya luar kisaran ini, ada mungkin terkontaminasi. namun, kualitas
warna saja tidak identifikasi produk yang handal dan, oleh karena itu, tidak bisa
teknis.
kualitas ASTM warna dari 0.5 atau lebih rendah dan identifikasi produk dari produk
olahan. berbagai produk termasuk undyed motor bensin, bensin penerbangan, bahan
bakar jet, nafta, minyak tanah, putih minyak dan lilin minyak bumi. Untuk banyak
produk, warna adalah indikator penting dari karakteristik kualitas, tetapi juga dapat
29
(Saybolt Chromometer) diukur dengan membandingkan warna sampel dari palet
b. Teknis Parameter
1. Colorimeter Saybolt
4. Membuat nomor dan meja tinggi kolom warna Saybolt sampel (1)
a. Bahan
1. Pertasol CA
b. Peralatan
1. Saybolt Chromometer
30
3. Standar Warna
4. “Optical” System
V. LANGKAH KERJA
1. Tutup kerangan pada tabung contoh (kanan) jika akan mengisis contoh uji.
2. Isi contoh uji ke dalam tabung contoh sampai penuh (tanda angka 20).
3. Hubungkan lampu penerang dengan Power Supply Connection pada stop kontak
220 Volt
7. Baca dan catat angka pada tabung uji dan ukuran standar warna dimana
8. Konversikan hasil yang diperoleh pada butir (7) pada tabel yang menempel di
alat.
9. Setelah selesai switch diubah ke posisi OFF pada Power Supply Connection.
Kemudian nilai tersebut dikonversikan pada tabel yang ada pada alat dan didapatkan
VII. PERTANYAAN
31
Jawaban:
Untuk menentukan warna dari fraksi minyak bumi khususnya fraksi – fraksi
VIII. ANALISIS
warna dari contoh uji. Terdapat 3 ukuran standar warna dan warna yang hampir sama
adalah ukuran 1.0. Untuk mendapatkan warna yang hamper sama, contoh uji yang
terdapa di dalam tabung contoh dibuang secara perlahan melalui keran sambil
diperhatikan warna – nya sampai sama ataupun hampir sama. Dari percobaan ini,
warna mendekati contoh warna ketika volume pada tabung contoh sebesar 7.25. Lalu
angka tersebut dikonversikan pada tabel yang menempel di alat dan didapatkan nilai
sebesar +17.
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang berjudul “Colour Saybolt ASTM D 156” ini, dapat
b. Saran
yang selanjutnya dapat lebih teliti dan berhati – hati dalam melakukan
X. DAFTAR PUSTAKA
https://habibiezone.wordpress.com/2014/06/12/minyak-goreng-proses-pemurnian-
minyak-oil-refining
32
VISKOSITAS KINEMATIK, ASTM D 445
I. TUJUAN
Viskositas adalah tahanan alir yang dimiliki setiap zat cair, pada suhu tertentu.
Viskositas atau kekentalan merupakan sifat fisika yang nilainya dipengaruhi oleh
dalam satuan centistokes (Cst). Makin kecil bilangan kekentalan makin encer
berubah. Pada temperature tinggi, viskositas tidak boleh terlalu encer karena lapisan
pelumas yang berada diantara dua komponen mesin yang bergerak akan sobek dan
Demikian juga apabila tekanan/beban naik atau turun maka viskositas yang
diperlukan adalah semakin kental atau encer, apabila celah makin membesar maka
diperlukan viskositas tinggi supaya fungsi perapatan tetap dipenuhi. Viskositas pada
33
temperature 100°C diklasifikasikan dan dibatasi minimum dan maksimumnya untuk
tiap kelasnya, sehingga memudahkan konsumen memilih viskositas berapa atau SAE
METODE UJI
Metode ini untuk menentukan sifat alir kinematic dari cairan transparan atau
gelap dengan mengukur waktu untuk sejumlah volume cairan yang mengalir secara
a. Bahan
1. Pelumas
2. White Oil
b. Peralatan
1. Viscometers
2. Vidcometers Holders
5. Timing Device
V. LANGKAH KERJA
1. Hubungkan stop kontak pada 220 Volt / 110 Volt, tekan switch ke posisi ON.
2. Atur posisi Termostat sesuai suhu yang dikehendaki (missal 40 oC atau 100 oC).
34
3. Biarkan beberapa saat agar suhu bak mencapai suhu yang dikehendaki sambil
stirrer dibiarkan beroperasi selama pengujian berlangsung agar suhu bak tetap
stabil.
4. Piling tabung viscometer yang sesuai dengan contoh yang diuji, tabung
6. Masukkan viscometer yang telah diisi contoh dalam penangas sampai suhunya
7. Mulai lakukan pengetesan dan lakukan tiga kali, ulangi pemeriksaan apabila
waktu pengaliran kurang dari 200 detik, dengan cara pemilihan kapiler yang
lebih kecil.
V =c × t
VII. PERTANYAAN
35
1. Hitung Viskositas Kinematik
Jawaban:
V 1 +V 2 111,52975+112,445
V́ = = =111,987 cSt
2 2
VIII. ANALISIS
Dari hasil pengamatan yang didapatkan, karena antara t 2 dan t 3 memiliki selisih yang
t 3 −t 2
kecil maka ∆ t – nya adalah dan merupakan nilai tA.
2
t 3−t 2 427−426
t A= = =426,5 s
2 2
t B =t 1=430 s
V 1 +V 2 111,52975+112,445
V́ = = =111,987 cSt
2 2
36
Nilai Determinability menggunakan Formulated oils at 40 and 100 oC6 yaitu 0,0013
a. Kesimpulan
b. Saran
X. DAFTAR PUSTAKA
http://dcycheesadonna.wordpress.com/2012/12/15/viskositas/
37
FLASH POINT ABEL, IP 170
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan flash point close cup dari produk – produk
minyak bumi yang mempunya flash point antara 0 oF ( – 18 oC) dan 160 oF (71
o
C).
Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak (uap minyak)
dan produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila terkena
karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik
nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi
kalau ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai flash point
Fire point adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi dan produknya akan
menyala dan terbakar secara terus- menerus kalau terkena nyala api pada kondisi
tertentu.
yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada
permukaan sample. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sample dengan
38
berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena adanya
tekanan dan api yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan
flash point.
Penentuan fire point ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana apabila
contoh akan terbakar / menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya sebagai
fire point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produk-produk yang
volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena mempunyai flash point
Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk keamanan
dimana orang yang bekerja tanpa kuatir akan terjadinya kebakaran, tetapi
menguap.
Tekanan Barometer dicatata pada saat akhir percobaan, bila tekanan tidak sama
dengan 760 mmHg (101,3 kPa), titik nyala dapat dikoreksi sebagai berikut:
Cc=C+ 0,25(101,3−P)
Cc=F+0,06 (760−P)
Cc=C+ 0,0033(760−P)
Dimana :
a. Bahan
1. Kerosin
39
b. Peralatan
2. Termometer
3. Bath pemanas
V. LANGKAH KERJA
Metode A:
1. Isi water bath setinggi 1,5 inch dengan campuran ethylene glycol dan air (50 :
50).
4. Sambil diaduk dengan kecepatan kira – kira 30 rpm, panasi alat bagian luarnya
flash pointnya mulailah lakukan uji. Penyalaan api secara pelan – pelan dan
6. Catat temperature pada saat api menyambar uap minyak sebagai FP.
Metode B:
1. Isi water bath dengan air dan panaskan dengan kecepatan kenaikkan temperatur
40
4. Bila temperature contoh mencapai 66 oF mulailah dilakukan test dengan
penyalaan api secara pelan – pelan dan teruskan penyalaan tiap kenaikkan 1 oF.
5. Catat temperature contoh pada saat api menyambar uap minyak sebagai flash
pointnya.
VII. ANALISIS
Contoh uji yang digunakan adalah minyak tanah (kerosin). Suhu awal kerosin
adalah 29 oC dengan suhu awal air 30 oC. Kerosin diuji flash pointnya setiap
kenaikan 1 oC. Ketika suhu kerosin mencapai 49 oC, api menyambar uap minyak
sehingga suhu 49 oC merupakan flash point dari contoh uji yang digunakan.
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang berjudul “Flash Point Abel, IP 170” ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa nilai flash point contoh uji yang digunakan yaitu
b. Saran
“Flash Point Abel, IP 170” ini, penulis menyarankan, sebaiknya praktikan yang
pemanas terlebih dahulu agar dapat mempersingkat waktu dalam pemanasan air
yang digunakan, dan juga memperhatikan sambaran api karena sambaran api
41
IX. DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/135304089/BAB-II-Flash-and-Fire-Point-awalin- pdf
42
REID VAPOUR PRESSURE (RVP), ASTM D 323
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menetapkan vapor preasure dari gasoline, crude oil yang
RVP (Reid Vapoure Pressure) adalah tekanan uap vapor pressure liquid
pada 100 oF dalam ukuran absolut (absolute vapor pressure). Makin besar RVP
Vapor Pressure crude dan beberapa produk sangat penting baik oleh produsen
lebih presisi.
43
Prosedur C: digunakan untuk produk dengan vapour pressure >180 kPa (26
psi).
2. Konfigurasi peralatan
a. RVP apparatus, yang terdiri dari vapor chamber & liquid chamber yang
a. Bahan
1. Pertamax
b. Peralatan
V. LANGKAH KERJA
3. Rendam air chamber pada water bath suhu 100 oF paling sedikit 10 menit.
44
4. Dinginkan contoh dan gasoline chamber dalam keadaan tertutup hingga suhu 32
– 40 oF.
7. Rendam ke dalam water bath pada suhu 100 oF selama 20 – 30 menit, kemudian
kPa1 = 23,5
Psi1 = 3,4
Setelah dimasukkan ke dalam water bath 30 menit dan dikocok selama 2 menit
kPa Psi
42 41,5 41,5 6,1 6 6
VII. ANALISIS
Percobaan ini dilakukan dengan contoh uji yaitu pertamax. Pertama chamber di
rendam dalam air selama 10 menit dengan suhu 100 oF. Kemudian chamber diangkat
dan diisi dengan contoh uji sampai meluber, lalu contoh uji yang terdapat di dalam
chamber dikocok selama 2 menit dengan kemiringan 45o. Lalu dimasukkan ke dalam
water bath selama 20 menit. Setelah itu diangkat dan dikocok selama 2 menit lalu di
tekanannya stabil. Pada percobaan ini tekanan stabil setelah dikocok ketiga kali
45
Menurut metode uji tekanan uap D5191 / D323, batasan minimal tekanan uap
minimal bensin 88 adalah 45, sedangkan dari hasil percobaan tekanan uap
minimalnya adalah 41,5. Sehingga diperolah selisih antara hasil percobaan dengan
a. Kesimpulan
323” ini, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai vapour preassure dari contoh uji
b. Saran
Anonim. http://asro.wordpress.com/2008/08/
46
BS & W, ASTM D 4007
I. TUJUAN
Untuk mengetahui persentasi antara endapan, pelarut, dan juga air di dalam contoh
uji.
Dalam suatu proses produksi, air dan padatan – padatan yang terbawa atau ikut
adalah pasir dan serpihan, itu dapat mengganggu alat produksi. Hal ini disebabkan
oleh karena batuan yang unconsolidate dan porous. Butir – butir ini sedemikian
kecilnya sehingga dapat lolos dan saringan dan mengendap dibawah sumur. Untuk
pemisahan zat – zat padat dari minyak berat penguapannya rendah atau kecil
Pemisahan minyak dari air dan padatan pada waktu produksi mempunyai
maksud tertentu :
1. Mencegah korosi
2. Mencegah erosi
47
Ada dua macam centrifuge yang digunakan dalam industri perminyakan yaitu
shaples supercenti fuge dan de laval separotor. Penggunaan alat ini terutama untuk
ekstrasi padatan – padatan dalam minyak, di kilang. Alat ini juga digunakan untuk
emulsi minyak.
Dengan metode centrifuge ini, air yang densitasnya lebih besar atau lebih
tinggi berada di atas sedangkan minyak yang densitasnya lebih rendah berada
dibawahnya, pasir dan padatan yang lebih besar akan tertinggal dalam centrifuge.
1. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan lain
3. Penguapan yang terjadi sangat kecil karena yang dipakai adalah sistem tertutup.
4. Methode yang dipakai ini sangat fleksibel didalam penggunaan produksi yang
a. Bahan
2. Demulsifier
b. Peralatan
1. Centrifuge
2. Tabung centrifuge
48
3. Pipet, klas A, volume 50 mL
V. LANGKAH KERJA
1. Isi masing- masing dari 2 tabung centrifuge dengan sampel sebanyak tepat 50
bercampur.
dan putar selama 10 menit pada rcf 600 (minimum). Suhu centrifuge harus
3. Setelah selesai putaran, baca dan catat volume air da sedimen yang ada pada
VII. ANALISIS
Percobaan ini dilakukan dengan contoh uji berupa crude oil. Crude oil
49
sampai dengan volume 50 mL. Kemudian dimasukkan toluene sebanyak 50 mL.
tabung tersebut dikocok hingga merata lalu dimasukkan ke dalam centrifuge dan di
putar selama 10 menit pada rcf 600. Setelah 10 menit, tabung diangkat dan diukur
volumenya. Dari percobaan pertama ini didapatkan 3 lapisan yaitu air, sedimen, dan
pelarut. Volume air sebesar 15 mL, volume sedimen sebesar 10 mL, dan volume
pelarut 75 mL. Percobaan kedua dilakukan dengan langkah yang sama, namun tanpa
mL volume pelarut. Percobaan ketiga dan keempat dilakukan dengan langkah yang
sama dan perlakuan yang sama sehingga didapatkan data sebesar 1 mL volume air, 3
pengadukan. Data yang didapatkan tanpa pengadukan sebesar 1,3 mL volume air,
sangat jauh antara ketiga lapian diakibatkan karena terdapat kesalahan langkah
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang berjudul “BS & W, ASTM D 4007” ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa crude oil atau contoh uji yang digunakan memiliki
volume air yang sedikit, namun karena terdapat kesalahan maka hasil praktikum
tidak sesuai.
50
b. Saran
selanjutnya dapat lebih teliti dalam melakukan praktikum dan berhati – hati
https://www.coursehero.com/file/p3jnppb/Dalam-suatu-proses-produksi-air-dan-
padatan-padatan-yang-terbawa-atau-ikut/
51
PORTABEL OCTANE – CETANE ANALYZER
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan angka oktan dari bensin dan angka setane dari
minyak solar.
Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang
bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran
udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume
yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi.
Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara
spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena
tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi
knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan menyebabkan mesin cepat
Nama oktan berasal dari oktana (C8), karena dari seluruh molekul penyusun
bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktana dapat dikompres
sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang
terjadi pada heptana, misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan
sedikit.
52
a. Prinsip
bilangan oktan bensin tersebut, sehingga bensin "murah" dapat digunakan dan
aman untuk mesin dengan menambahkan timbal ini. Untuk mengubah Pb dari
bentuk padat menjadi gas pada bensin yang mengandung TEL dibutuhkan etilen
bromida (C2H5Br). Celakanya, lapisan tipis timbal terbentuk pada atmosfer dan
MTBE (methyl tertiary butyl ether, C5H11O), yang berasal dan dibuat dari etanol.
MTBE murni berbilangan setara oktan 118. Selain dapat meningkatkan bilangan
oktan, MTBE juga dapat menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam
menghasilkan gas CO. Belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya
bensin (misalnya di pompa bensin) MTBE masuk ke air tanah bisa mencemari
Etanol lebih unggul dari TEL dan MTBE karena tidak mencemari udara dengan
sering dipergunakan sebagai komponen bahan bakar setelah harga minyak bumi
semakin meningkat.
53
b. Metode Pengukuran
Nilai oktan sebuah bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia adalah nilai
Research Octane Number (RON). RON ditentukan dengan mengisi bahan bakar ke
dalam mesin uji dengan rasio kompresi variabel dengan kondisi yang teratur. Nilai
Misalnya, sebuah bahan bakar dengan RON 88 berarti 88% kandungan bahan bakar itu
Jenis bilangan oktan lainnya, disebut Motor Octane Number (MON), ditentukan
pada kecepatan mesin 900 rpm dan bukan 600 rpm seperti pada RON. Pengujian MON
menggunakan mesin tes serupa dengan yang digunakan dalam pengujian RON, tetapi
dengan campuran dipanaskan bahan bakar, kecepatan mesin yang lebih tinggi, dan
variabel waktu pengapian untuk lebih menekankan mengetuk ketahanan bahan bakar.
Tergantung pada komposisi bahan bakar, MON dari pompa bensin yang modern akan
menjadi sekitar 8 sampai 12 oktan lebih rendah dari RON, tetapi tidak ada hubungan
langsung antara RON dan MON. spesifikasi pompa bensin biasanya membutuhkan baik
Eropa, nilai oktan yang ditampilkan pada pompa adalah RON, tetapi di Kanada,
Amerika Serikat, Brasil, dan beberapa negara lain, jumlah nilai utama yang ditampilkan
adalah rata-rata dari RON dan MON, disebut Anti-Knock Index (AKI), dan terkadang
54
dituliskan di pompa sebagai (R+M)/2. Terkadang nilai ini juga disebut sebagai Posted
a. Bahan
1. Pertamax
b. Peralatan
2. Sample Holder
V. LANGKAH KERJA
sample.
9. Angkat sample dan letakkan sample dengan posisi di putar 180 oC lalu letakkan
11. Tunggu sampai dilayar timbul tulisan “Remove & Press Z”.
13. Tekan tombol Zero Adjust dan tunggu sampai hasil pengujian di cetak.
55
14. Bila ingin melakukan pengujian kembali, lakukan langkah dari nomor 3 – 13.
VII. ANALISIS
Analyzer Unit, dengan mengikuti langkah – langkah yang telah ada. Dan didapatkan
nilai oktan contoh uji sebesar 94,3. Dimana nilai oktan Pertamax adalah 92
a. Kesimpulan
dapat diambil kesimpulan bahwa pertamax atau contoh uji yang diuji octane
number – nya memiliki octane number sebesar 94,5 dimana nilai ini mendekati
b. Saran
praktikan yang selanjutnya dapat lebih teliti dalam melakukan praktikum dan
X. DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Bilangan_oktan
56
SMOKE POINT ASTM D 1322
I. TUJUAN
Titik asap adalah temperatur ketika minyak atua lemak pada kondisi tertentu
jelas. Istilah ini biasanya digunakan dalam bidang kuliner untuk menentukan jenis
minyak yang tepat untuk proses tertentu. Konsentrasi senyawa volatil dalam minyak
mencakup air, asam lemak bebas, dan produk hasil degradasi oksidasi. Temperatur
yang menyebabkan minyak terdekomposisi tidak termasuk titik asap. Lebih tinggi
dari titik asap akan menuju ke titik nyala di mana uap dari minyak akan bercampur
Titik asap dari satu jenis minyak dapat bervariasi tergantung asal bahan dan
derajat kemurniannya.[1] Titik asap cenderung meningkat ketika kadar asam lemak
menghasilkan asam lemak bebas dan seiring waktu pemanasan jumlah asam lemak
bebas akan terus bertambah. Asam lemak bebas di dalam tubuh hanya mampu terikat
dan ditransportasikan dalam darah oleh protein albumin dalam darah sehingga
57
minyak goreng,[4] sehingga minyak goreng disarankan untuk tidak digunakan lebih
Tingkat
Minyak/lemak Titik asap
kemurnian
Minyak almond - 420°F 216°C
Un-Refined,
Minyak apokat 375 – 400°F 190-204°C
Virgin
Minyak apokat Refined 520°F 271°C
Mentega - 250 – 300°F 121 – 149°C
Minyak kanola Expeller Press 375 – 450°F 190 – 232°C
Minyak kanola High Oleic 475°F 246°C
Minyak kanola Refined 400°F 204°C
Minyak jarak Refined 392°F 200°C
Virgin
Minyak kelapa 350°F 177°C
(Unrefined)
Refined with
Minyak kelapa 450°F 232°C
stabilizers
Minyak jagung Unrefined 352°F 178°C
Minyak jagung Refined 450°F 232°C
Minyak biji
- 420°F 216°C
kapas
Minyak biji flax Unrefined 225°F 107°C
Minyak samin - 485°F 252°C
Minyak biji
- 420°F 216°C
anggur
Minyak hazelnut - 430°F 221°C
Minyak hemp - 330°F 165°C
Minyak babi - 390°F 192°C
Minyak
- 413°F 210°C
makadamia
Minyak mustard - 489°F 254°C
Minyak zaitun Extra virgin 375°F 191°C
Minyak zaitun Virgin 391°F 199°C
Minyak zaitun Pomace 460°F 238°C
Minyak zaitun Extra light 468°F 242°C
Minyak zaitun Extra virgin, 405°F 207°C
58
low acidity
Minyak sawit Difractionated 455°F 235°C
Minyak kacang
Unrefined 320°F 160°C
tanah
Minyak kacang
Refined 450°F 232°C
tanah
Minyak bekatul - 490°F 254°C
Minyak
Unrefined 225°F 107°C
kesumba
Minyak
Semirefined 320°F 160°C
kesumba
Minyak
Refined 510°F 266°C
kesumba
Minyak wijen Unrefined 350°F 177°C
Minyak wijen Semirefined 450°F 232°C
Minyak kedelai Unrefined 320°F 160°C
Minyak kedelai Semirefined 350°F 177°C
Minyak kedelai Refined 460°F 238°C
Minyak biji
Unrefined 225°F 107°C
bunga matahari
Minyak biji
Semirefined 450°F 232°C
bunga matahari
Minyak biji
Refined 440°F 227°C
bunga matahari
Minyak biji High oleic,
320°F 160°C
bunga matahari Unrefined
Tallow 420°F 215°C
Minyak biji teh 485°F 252°C
Shortening
360°F 182°C`
nabati
Minyak walnut Unrefined 320°F 160°C
Minyak walnut Semirefined 400°F 204°C
a. Bahan
1. Avtur
59
b. Peralatan
2. Sumbu lampu
V. LANGKAH KERJA
2. Keringkan sumbu dalam oven pada suhu 100 – 110 oC, selama 30 menit.
I. Langkah Kerja
1. Pasang sumbu bersih (panjang tidak kurang dari 125 mm) ke dalam lubang
sumbu.
3. Rendam sumbu dan tabung sumbu ke dalam contoh uji sampai seluruh
sumbu basah.
kemudian pasang tabung sumbu ke candle dan pasangkan pada alat smoke
point.
5. Nyalakan dan atur tinggi nyala apa ± 10 mm, biarkan menyala ± 5 menit,
asap.
hilang.
60
7. Baca dan catat ketinggian nyala api tepat saat tidak mengeluarkan jelaga /
asap sebagai titik asap (smoke point), sampai ketelitian 0,5 mm.
ini sampai tiga kali bila perbedaannya lebih dari 1,0 mm.
Data diambil setelah jelaga / asap tidak muncul lagi dan ketinggian nyala api diukur.
VII. ANALISIS
Tabel di atas merupakan tabel perbandingan antara smoke point avtur pada
pengujian dengan smoke point minyak tanah yang ada pada spesifikasi jenis minyak
tanah yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Migas tahun 1999. Pada saat
pengujian smoke point ini peguji menggunakan ASTM D 1322. Dari tabel di atas
dapat diketahui bahwa penguji melakukan percobaan sampai dengan 3 kali dengan
sampel yang sama dan dengan waktu yang sedikit berdekatan dengan tujuan
mendapatkan hasil yang repeatability atau teliti. Dari ketiga pengujian tersebut dapat
diketahui bahwa avtur yang diuji tidak masuk dalam range spesifikasi dimana
minimal titik asap avtur adalah 25 mm, dan dapat dipastikan bahwa avtur atau
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang berjudul “Smoke Point ASTM D 1322” ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa avtur atau contoh uji yang diuji pada percobaan ini
tidak masuk dalam spesifikasi atau offspec karena tidak masuk dalam range
61
smoke point bahan bakar minyak jenis avtur yang ditentukan, yang dikeluarkan
b. Saran
menentukan smoke point atau menentukan masih atau tidak adanya asap,
putih yang diletakkan di atas keluaran asap pada alat smoke point. Dan pada saat
http://www.academia.edu/3659861/Laporan_acara_2_revisi/
62
COPPER STRIP CORROSION TEST ASTM D130
I. TUJUAN
other hydrocarbonous having a vapor pressure nogreater than 124 kPa (18 psi) at
37.8°C.
senyawa sulfur yang tersisa dalam produk akhir. Senyawa sulfur dapat memicu
korosi pada logam dengan efek yang bervariasi sesuai dengan jenis kimia senyawa
sulfur yang terkandung. Pengujian Copper Strip Corrosion sesuai ASTM D130
dirancang untuk menilai tingkat korosi pada tembaga (corrosiveness to copper) dari
a. Bahan
1. Pertasol CC
b. Peralatan
63
2. Bath, dengan suhu konstan 50 ± 1 oC (122 ± 2 oF) dan atau 100 ± 1 oC (212
± 2 oF)
3. Copper strip corrosion test bomb, dari stainless steel, mampu menahan
V. LANGKAH KERJA
strip) menggunakan silicon carbide grit paper, kemudian dicuci dengan iso
– oktana.
2. Gosok lagi dengan serbuk silicon carbide (150 mesh) diatas permukaan
pelat yang bersih dengan alas kain katton yang telah dibahasi dengan
b. Langkah Kerja
3. Rendam test tube berisi contoh dan lempeng tembaga pada water bath yang
telah diatur suhunya sesuai jenis contoh yang diuji. Lamanya perendaman
sesuai dengan contoh yang diuji. (50 oC selama 3 jam, kecuali Aviation Fuel
64
5. Kosongkan test tube dari contoh uji, kemudian dengan menggunakan
penjepit, angkat lempeng tembaga dan cuci dengan iso – oktana, lalu
keringkan.
tembaga tersebut mengalami perubahan warna. Warna akhir dari tembaga mendekati
3a dark tarnish.
VII. ANALISIS
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dengan memasukkan tembaga yang
telah direndam dalam contoh uji yaitu pertasol CC ke dalam water tube selama 3 jam
didapatkan hasil bahwa tembaga berubah warna menjadi Dark tarnish 3a yaitu
magenta di lempeng yang menguning. Ini berarti tingkat korosifitas produk terhadap
tembaga tinggi.
a. Kesimpulan
D130” ini, dapat diambil kesimpulan bahwa pertasol CC atau contoh uji yang
diuji pada percobaan ini memiliki tingkat korosifitas yang tinggi terhadap
tembaga.
b. Saran
65
praktikum. Saat menggosok tembaga lakukan dengan baik agar seluruh bagian
http://www.sampling-analisis.com/2017/04/cara-uji-copper-corrosion-astm-
d130.html
66
POUR POINT, ASTM D 97
I. TUJUAN
Metode uji ini digunakan untuk produk minyak bumi (minyak solar, pelumas,
minyak diesel, dan minyak bakar). Metode ini sesuai untuk “black specimens”,
Pour point atau titik tuang secara sederhana dapat diartikan sebagai temperatur
dimana suatu cairan tidak dapat bergerak atau mengalir karena beratnya sendiri.
Dalam spesifikasi bahan bakar, pour point merupakan salah satu sifat yang sangat
penting khususnya di daerah subtropis. Biasanya nilai pour point dibatas sebagai
nilai maksimal. Contohnya: pour point untuk suatu bahan bakar adalah maksimum
5°C. Jika temperatur bahan bakar 3°C, bahan bakar tersebut tidak dapat mengalir
karena beratnya sendiri. Namun, jika temperatur bahan bakar adalah 8°C atau di atas
a. Bahan
1. Pelumas
b. Peralatan
1. Test jar, bentuk silinder gelas bening, dasar flat, diameter luar 33,2 – 34,8
mm, tinggi 11,5 – 12,5 mm, diameter 30,0 – 32,4 mm, tebal dinding tidak
67
lebih besar dari 1,6 mm. Tabung dapat menampung contoh dengan
2. Termometer, spesifikasi EI
pour
Low cloud and - 80 ± 20 oC 6C 2C
pour
Melting point + 32 to ± 127 oC 61C 63C
3. Bak pendingin
V. LANGKAH KERJA
1. Tuangkan contoh ke test jar sampai tanda batas. Jika perlu, panaskan sampel
pada penangas air sampai cukup bias mencair untuk dituangkan ke jar test.
4. Setiap penurunan suhu 3 oC, lakukan pengamatan apakah masih bias mengalir /
5. Lanjutkan cara ini sampai suatu titik dicapai dimana minyak tidak menunjukkan
gerakan ketika jar test dipegang pada posisi horizontal selama 5 detik, amati
Point.
68
- 14 oC - 11 oC
VII. ANALISIS
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan contoh uji pelumas. Contoh uji
didinginkan sehingga mencapai titik dimana contoh uji tidak dapat mengalir yang
kemudian disebut dengan Pour Point. Setiap penurunan 3 oC dicek apakah contoh uji
sudah mencapai titik tuang atau belum. Pada suhu – 14 oC, contoh uji mencapai titik
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang berjudul “Pour Point ASTM D 97” ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa pelumas atau contoh uji yang digunakan memiliki
b. Saran
“Pour Point ASTM D 97” ini, penulis menyarankan, sebaiknya praktikan yang
selanjutnya dapat lebih teliti dalam melakukan praktikum dan juga mencoba
https://arymaulana.wordpress.com/2014/11/24/pour-point-titik-tuang/
D 93
I. TUJUAN
69
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat memperkirakan suhu flash point setiap produk minyak bumi
Flash point atau titik nyala dari suatu minyak adalah suhu terendah dimana
minyak dipanasi dengan peralatan standar hingga menghasilkan uap yang dapat
dinyalakan dalam pencampuran dengan udara. Titik Nyala secara prinsip ditentukan
untuk mengetahui bahaya terbakar produk-produk Minyak bumi. Setiap zat cair yang
mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan fungsi dari temperature cair,
dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat. Dengan meningkatnya tekanan
uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap diudara meningkat pula. Oleh
karena itu, temperatur menetukan konsentrasi menguap cairan yang mudah terbakar
di udara. Jika titik nyala lebih rendah dari temperature cairannya maka uap diatas
permukaannya siap untuk terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala adalah
lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya labih dari titik nyala. Dengan
di ketahui titik nyala suatu produk minyak pelumas, kita dapat mengetahui kondisi
maksimum yang dapat dihadapai minyak pelumas tersebut. Salah satu contoh dari
pentingnya informasi ini adalah untuk menentukan jenis minyak pelumas yang tepat
70
untuk digunakan didalam system hidrolik tekanan tinggi seperti pada pesawat
terbang atau pada alat penempa bertekanan tinggi, dimana kebocoran minyak dari
saluran pipa dapat menyebabnkan terjadinya musibah dengan adanya kontak dari
minyak yang tumpah denganlogam yang sangat panas. Titik nyala merupakan sifat
fisika minyak yang sangat penting yang harus diketahui dari produk- produk hasil
pengolahan minyak bumi, baik itu minyak pelumas, bahan bakar maupun produk
lainnya. Dengan diketahi titik nyala suatu produk minyak kita dapatmenerapkan
produk tersebut dengan tepat. Hal ini berarti memberikan perlindungan pada mesin
C/MN PRESENT
A 5 to 6 oC/mn 18 oC before 1 oC < 110 oC 90 to 120 t/mn
t/mn
Ambient Natural rise At First 1 oC 90 to 120 t/mn
Degree or without
stirring
o o o
Bitumen ** 18 C before 1 C < 110 C Without
B) 260 t/mn
Quick A Average 12 “ “ 90 to 120 t/mn
o
C/mn the 5 to
o
6 C/mn at
71
expected To –
50 oC
Search of an A or B At First 1 oC < 110 oC In according
a. Bahan
1. Solar
b. Peralatan
2. Cawan (Cup)
3. Penutup (Cover)
5. Pemanas (Heater)
9. Api penguji
13. Printer
V. LANGKAH KERJA
1. Cuci mangkok uji dengan larutan yang cocok untuk menghilangkan sisa – sisa
72
2. Isi mangkok uji sampai tepat pada tanda batas garis melingkar.
4. Hubungkan kabel alat uji PMCC ke terminal listrik, begitu juga dengan
printernya.
PMCC.
7. Pasang regulator LPG ke tabung LPG, pastikan tertutup rapat dan aman dari
kebocoran.
9. Atur regulator pemanas (heater) dibagian pojok kiri pada skala 2,5 – 3,0 atau
4,0.
11. Input nama sampel dimenu pilihan + Enter, kemudian input perkiraan suhu flash
point sampel + Enter. Selanjutnya input method A, B, atau lainnya, yang akan
digunakan + Enter.
12. Pilih mrnu “Go” maka nyala api dari listrik (electrical spark) akan muncul.
13. Jika api belum muncul selama 30 detik, putar regulator untuk bahan bakar
(LPG) diperalatan uji PMCC perlahan – lahan sampai muncul dua (2) nyala api.
14. Atur besarnya api sesuai dengan standar pengujian flash point.
15. Tunggu beberapa saat dan jika flash point telah tercapai, tekan menu STOP
dilayar monitor.
73
Suhu ketika STOP Flash Point
Suhu yang diatur
pembacaan alat
o o
55 C 57,7 C -99 oC
VII. ANALISIS
Percobaan ini menggunakan solar sebagai contoh uji dan melakukan percobaan
dengan mengikut semua langkah kerja dan menunggu sampai suhu yang terbaca
pada alat sesuai dengan suhu yang diatur. Ketika suhu sudah sesuai, tekan STOP lalu
cetak hasilnya. Dikarenakan ada beberapa kesalahan yang dilakukan seperti tidak
mendinginkan cup sampai dengan suhu normal maka flash point yang terbaca adalah
-99 oC.
a. Kesimpulan
Cup, ASTM D 93” ini, dapat diambil kesimpulan bahwa solar atau contoh uji
c. Saran
“Flash Point Pensky – Martens Closed Cup, ASTM D 93” ini, penulis
dan mengecek alat yang digunakan apakah dalam keadaan baik atau tidak.
https://id.wikipedia.org/wiki/Titik_nyala
74
75
CONDUCTIVITY
I. TUJUAN
1. Definisi Konduktivitas
untuk menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, larutan arus listik dibawa
oleh kation-kation dan anion-anion, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa
Konsentrasi
Pergerakan ion-ion
Valensi ion
Suhu
beberapa senyawa atau unsur kimia yang terlarut dalam air dapat meningkatkan
konduktivitas air. Pada umumnya peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu
76
konduktivitas larutan meningkat. Temperatur burhubungan secara linier dengan
dinyatakan dalam persen per derajat celcius (slope). Air murni mempunyai slope
yang relative besar yaitu 5.2 % per oC. Air pada umumnya mempunyai slope
antara 1,8 - 2 % per oC larutan garam, asam, atau alkali mempunnyai slope
suatu larutan kimia atau elektrolit seperti larutan minyak bumi, NaCl, HCl,
3. Satuan Konduktivitas
tahanan mempunyai satuan dasar ohm maka satuan dasar hantaran adalah mho
listrik yang dialirkan pada dua elektroda yang dicelupkan kedalam air atau
larutan kimia, dan mengukur tegangan yang dihasilkan. Selama proses ini,
balik (AC). Pada frekuensi optimal dengan dua elektroda aktif dan mengukur
77
beda tegangan yang dihasilkan suatu larutan. Kuat arus dan beda tegangan
listrik didefinsikan sebagai ratio dari rapat arus terhadap kuat medan listrik.
pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air ataupun suatu
listrik.
listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam terlarut
membuat arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada
5. Avtur
78
Avtur (aviation turbine) merupakan salah satu jenis bahan bakar
bermesin turbin. Warnanya cerah sampai kekuningan. Bahan bakar yang paling
umum adalah Jet A dan Jet A-1 (Avtur) yang diproduksi dalam perlengkapan
Dibawah ini adalah tabel perbandingan karakteristik antara Jet A dan Jet A-1
karbon) dibatasi oleh persyaratan untuk produk, sebagai contoh, titik beku atau
titik asap. Bahan bakar jenis kerosin (termasuk Jet A dan Jet A-1) memiliki
distribusi nomor karbon antara 8-16; bahan bakar jet tipe potong luas atau nafta
a. Bahan
1. Avtur
b. Peralatan
79
3. Measuring Vessel (Metal)
V. LANGKAH KERJA
a. Persiapan Alat
1. Bersihkan Probe dan Vessel dari air dengan menggunakan Solvent dan
dikeringkan.
sampling.
3. Sample tidak boleh terkena air sehingga botol sample dan tutup harus benar
4. Nyalakan alat dengan menekan logo sampai kata EMCEE tampil lepas.
5. Lalu tekan logo dan tahan sampai membaca sample (lampu LED menyala)
b. Pengujian Sample
1. Tuang sample ke Stainless Steel Vessel jumlah sesuai (Probe sampai lobang
terendam).
4. Tekan logo lepas dan tekan kembali tahan sekitar 5 detik dan lepas.
80
VI. HASIL PENGAMATAN
m oC m oF m oC m oF m oC m oF
68 27,4 81,3 66 27,4 81,3 65 27,4 81,3
VII. ANALISIS
Percobaan ini menggunakan avtur sebagai contoh uji. Dari percobaan yang
telah dilakukan untuk mengukur conductivity dari contoh uji, didapatkan hasil
sebesar 68 μs/m, 66 μs/m, dan 65 μs/m dengan rata – rata 66,33 μs/m. Dimana
a. Kesimpulan
kesimpulan bahwa avtur atau contoh uji yang digunakan dalam percobaan ini
onspec dengan nilai conductivity rata- ratanya adalah 66,33 μs/m dimana nilai
b. Saran
81
http://rizalsigotek.blogspot.co.id/2017/05/laporan-produk-migas.html?m=1
82
AUTOMATIC DENSITY METER
II. TUJUAN
3. Mahasiswa dapat menentukan density, specific gravity atau API – gravity dari
Sedangkan volume spesifik (specific volume) adalah volume dibagi satuan massa.
m
ρ= kg/m3
v
Secara umum, rapat massa (density) bergantung pada suhu dan tekanan. Rapat massa
dari kebanyakan gas adalah sebanding dengan tekanan dan berbanding dengan suhu.
Terkadang rapat massa suatu zat harus dibandingkan dengan rapat massa benda lain,
perbandingan ini disebut gravitasi spesifik (specific gravity) atau rapat massa relatif
(relative density). Definisi lebih jelas dari gravitasi spesifik adalah rasio dari rapat
massa suatu substansi terhadap rapat massa substansi standar pada suhu tertentu
fluida standar (reference). Di dalam proses pengolahan migas, istilah ini banyak
83
dan produk. SG suatu fluida dinyatakan dalam angka dengan 4 digit di belakang
Fluida standar untuk zat cair adalah air dengan densitas 1 g/cm3 atau 1000
k g/m 3 (densitas terbesar pada suhu 3,98 degC). Sedangkan untuk gas, fluida
pembeli dan penjual tidak ada yang dirugikan maka ditetapkan standar SG 60/60
densitas zat pada suhu 60 degF dengan densitas zat standar pada suhu yang sama.
degF. Oleh karena itu pengukuran dilakukan pada suhu ruangan (berapapun) yang
suhu. Untuk memperoleh besaran faktor koreksi suhu dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut.
84
(Lyons, 1992, the Handbook of Chemistry and Physics (CRC))
berikut.
menggunakan rumus sebagai berikut. Untuk nilai koreksi pada rentang di luar yang
141,5
API Gravity = = 131,5
SG 60/60 ° F
c. Bahan
2. Minyak Solar
85
d. Peralatan
2. Syringes
1. Siapkan sampel dan nyalakan peralatan, tunggu hingga display layar keluar
4. Pilih method berdasarkan jenis sampel yang digunakan lalu tekan load
5. Kembali ke layar awal, lalu tekan pilihan menu kemudian pilih method
management
6. Masukkan nilai parameter yang akan dicari nilainya dengan memilih display
Data yang di peroleh menggunakan alat Automatic Density Meter Unit : 0,8504
a. Kesimpulan
diambil kesimpulan bahwa solar atau contoh uji yang digunakan memiliki
density sebesar 0,8504. Dan nilai ini tidak berbeda jauh dari percobaan yang
b. Saran
86
yang selanjutnya dapat lebih teliti dalam melakukan praktikum dan berhati –
X. DAFTAR PUSTAKA
87