Anda di halaman 1dari 4

POUR POINT, ASTM D 97

I. TUJUAN
Metode uji ini digunakan untuk produkminyak bumi ( minyak solar,
pelumas, minyak diesel dan minyak bakar ). Metode ini sesuai untuk black
specimens. Cylinder stock dan fuel oil yang tidak didistilasi.

II. TEORI DASAR


Pour point adalah tempratur terendah dimana pergerakakan minyak
teramati sesuai kondisi pengujian. Pour point merupakan sifat kritis, sebab
minyak pelumas dan minyak solar harus tetap encer agar dapat memenuhi
fungsinya pada suhu rendah selama suhu operasi maupun suhu lingkungan.
Sehingga pour point pelumas dan pertamina dex harus lebih rendah dari suhu
tersebut agar tetap dapat mengalir. Jika pour point pertamina dex 1 OC maka
di lingkungan seperti Negara Indonesia yang beriklim tropis tidak
dipermasalahkan jika pour pointnya 1 OC, tetapi akan menjadi masalah disuhu
Negara/lingkungan yang suhunya rendah dibawah 1 OC. Begitu juga dengan
pelumas mesran yang pour pointnya -6 OC, ditakutkan tidak dapat melakukan
optimal kerja dari pelumas tersebut jika di lingkungan yang memiliki suhu
rendah.

III. BAHAN DAN PERALATAN


a. Bahan
1. Pelumas
2. Minyak solar
b. Peralatan
1. Test jar
bentuk silinder gelas bening,dasar flat, diameter luar 33,2-34,8 mm,
tinggi 11.5-12,5 mm, diameter 30,0-32,4 mm, tebal dinding tidak lebih
besar dari 1,6 mm. tabung dapat menampung contoh dengan ketinggian
543 mm dari dasar bagian dalam.
2. Termometer, Spesifikasi EL
Temperature Temperature Number
Termometer Range ASTM IP
High cloud and -38 to +50oC 5C 1C
pour
cLow cloud and -80 to +20oC 6C 2C
pour
Melting pour +32 to + 61C 63C
127oC

3. Bak pendingin
Table 1 Bath and Sample Temperatue Ranges
Bath Bath temperature Sample temperature
setting, oC range, oC
1 01,5 Start to 9
2 -181,5 9 to -6
3 -331,3 -6 to -24
4 -511,5 -24 to -42
5 -691,5 -42 to -60

IV. LANGKAH KERJA


1. Menuangkan contoh ke test jar sampai tanda batas.
2. Memasang thermometer tercelup pada contoh uji
3. Melakukan pendinginan secara bertahap dimulai suhu paling hangat
4. setiap penurunan suhu 3oC,diamati pergerakkan fluida
5. melanjutkan pengamatan sampai tidak terjadi pergerakkan fluida

V. KETELITIAN
Repeatability Reproducibility
Lubricating Oil 6o C 9oC
Middle Distilate 3o C 9 oC
and Residue

VI. HASIL PENGAMATAN

Contoh uji Suhu Awal Suhu beku Pour point


Minyak Pelumas 29oC -15oC -15oC
Minyak Solar 30oC 0oC 0oC

VII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Contoh uji minyak pelumas dibekukan secara bertahap dari suhu awalnya
yaitu 29oC, setiap penurunan suhu 3oC dilihat perubahan pergerakan
fluidanya. Pada suhu -15oC base oil HVI 651 membeku dan fluida tidak
mengalami pergerakan.
Nilai Pour Point Minyak Pelumas : Suhu Beku + 3oC
: -15oC + 3oC
: -12oC
Contoh uji minyak solar dibekukan secara bertahap dari suhu paling
awalnya yaitu 30oC, setiap penurunan suhu 3oC dilihat perubahan
pergerakan fluida minyak solar. Pada suhu 3oC minyak solar membeku
dan fluida tidak mengalami pergerakan.
Nilai Pour Point Minyak Solar : Suhu Beku + 3oC
: 0oC + 3oC
: 3oC
Nilai pour point minyak solar lebih tinggi karena tingkat viskositas
minyak solar lebih rendah dibandingkan dengan minyak pelumas.

VIII. SIMPULAN
Pour point minyak pelumas adalah -12oC, dan pour point minyak solar
adalah 3oC
Solar yang diamati memilki nilai pour point yang sesuai dengan
spesifikasinya, yaitu maks. 18 OC. Nilai spesifikasi solar sesuai dengan
spesifikasi jika nilai pour point tersebut dibawah 18 OC.
Minyak pelumas pour pointnya harus serendah mungkin karena
semakin rendah pour pointnya semakin optimal dan baik minyak
pelumas tersebut.

IX. SARAN
Saran dari kelompok kami dalam praktikum distilasi yaitu :
Untuk pengunaan alat-alat penunjang praktikum sebelum di gunakan dan
sesudah digunakan harus dibersihkan agar tidak terjadi kontaminasi pada
sampel yang akan di uji.
Hindari hal-hal yang dapat merusak alat-alat penunjang.
Lihat dengan teliti apakah sampel uji sudah mengalami pour point.

Anda mungkin juga menyukai