Anda di halaman 1dari 7

FLASH POINT ABEL, IP 170

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUK MIGAS

DISUSUN OLEH:

NAMA : Teguh Ferdianto


NIM : 191420054
PRODI : Teknik Pengolahan Migas 1 A
BIDANG MINAT : Revinery
DIPLOMA : III
TINGKAT : 1 (satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

( PEM AKAMIGAS )
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menentukan flash point close cup dari produk-produk minyak
bumi yang mempunyai flash point antara 0 0F ( 18 0C) dan 160 0F (710C).

II. KESELAMATAN KERJA


1. Bila menggunakan peralatan bertenaga listrik, lihat terlebih dahulu tegangan
jaringan listrik yang ada.
2. Hati – hati bekerja dengan menggunakan bahan yang mudah terbakar

III. DASAR TEORI

Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak ( uap
minyak ) dan produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila
terkena percikan api kemudian mati kembali.
Titik nyala adalah Temperatur terendah di mana campuran senyawa
dengan udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi,
misalnya dengan adanya percikan api. Titik nyala dapat diukur dengan metoda
wadah terbuka (Open Cup /OC) atau wadah tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang
diukur pada wadah terbuka biasanya lebih tinggi dari yang diukur dengan metoda
wadah tertutup. Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang
merupakan fungsi dari temperatur cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga
meningkat.
Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan
fungsi dari temperatur cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat.
Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar
menguap diudara meningkat.
Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap diatas
permukaannya siap untuk terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala adlah
lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya labih dari titik nyala. Dengan
meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap
diudara meningkat.Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap
diatas permukaannya siap untuk terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala
adlah lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya labih dari titik nyala.
Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan,
karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik
nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi
kalau ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai flash point
yang tinggi karena tidak mudah terbakar.
Fire point adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi dan produknya akan
menyala dan terbakar secara terus- menerus kalau terkena nyala api pada kondisi
tertentu.
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan pemanasan
yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada
permukaan sample. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sample dengan
berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena adanya
tekanan dan api yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan
flash point.
Penentuan fire point ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana apabila
contoh akan terbakar / menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya sebagai
fire point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produk-produk yang
volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena mempunyai flash point
dibawah temperatur normal.
Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk keamanan
dimana orang yang bekerja tanpa kuatir akan terjadinya kebakaran, tetapi
perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah tidaknya minyak tersebut
menguap.
Koreksi untuk tekanan Barometer :
Tekanan Barometer dicatata pada saat akhir percobaan, bila tekanan tidak sama
dengan 760 mmHg (101,3 kPa), titik nyala dapat dikoreksi sebagai berikut :
Cc = C + 0,25 ( 101,3 – P )
Cc = F + 0,06 ( 760 – P )
Cc = C + 0,0033 ( 760 – P )
Dimana : F = titik nyala yang diamati ( °F )
C = titik nyala yang diamati ( °C )
P = tekanan Barometer ( mmHg , kPa )
IV. BAHAN DAN PERALATAN
a. Bahan
1. Avtur
b. Peralatan
1. Flash Point Abel apparatus
2. Termometer
3. Bath pemanas

V. LANGKAH KERJA
Metode A :
Untuk minyak yang mempunyai flash point 0 – 650 F (–30 – +18,50 C)
1. Isi water bath setinggi 1,5 inch dengan campuran etylene glycol dan air (50 : 50).
2. Dinginkan bath sampai -160 F atau paling sedikit 160 F dibawah FP-nya.
3. Dinginkan contoh samapi 400 F teruskan pendinginan sampai -30 0 F atau paling tidak
300 F dibawah perkiraan flash pointnya.
4. Sambil diaduk dengan kecepatan kira-kira 30 rpm, panasi alat bagian luarnya sehingga
kenaikkan temperatur 1.5 – 30 F per menit.
5. Apabila temperatur contoh mencapai -16 oF atau 16 oF dibawah perkiraan flash
pointnya mulailah lakukan uji. Penyalaan api secara pelan-pelan dan teruskan untuk
tiap-tiap kenaikan 1 oF.
6. Catat temperatur pada saat api menyambar uap minyak sebagai FP.
Metode B :
Untuk minyak yang mempunyai flash point 66 – 1600 F
1. Isi water bath dengan air dan panaskan dengan kecepatan kenaikkan temperatur tetap 2
-50 F per menit.
2. Atur temperatur water bath permulaan test 1300 F.
3. Atur temperatur contoh antara 32 -500 F.
4. Bila temperatur contoh mencapai 660 F mulailah dilakukan test dengan penyalaan api
secara pelan-pelan dan teruskan penyalaan tiap kenaikkan 1 0 F.
5. Catat temperatur contoh pada saat api menyambar uap minyak sebagi flash pointnya.

VI. KETELITIAN
1. Repeatability : 20 F (1.00 C)
2. Reproducibility : 30 F (1.50 C)
VII. HASIL PENGAMATAN
 Sampel yang digunakan adalah avtur
Flash point pada pengujian ini diperoleh pada suhu 51oC
 Spesifikasinya minimal 38 oC jadi, produk ini adalah onspek
VIII. ANALISIS
Pada uji praktikum yang berjudul FLASH POINT ABEL, IP 170 yang bertujuan
untuk mengetahui suhu terendah dimana minyak ( uap minyak ) dan produknya
dalam campuran dengan udara akan menyala apabila terkena percikan api
kemudian mati kembali. Pada pengujian ini kami menggunakan sampel Avtur
dan mendapatkan hasil ini diperoleh pada suhu 51oC Spesifikasinya minimal
yang di tentukan oleh dirjen migas adalalah 38 oC, jadi pengujia flash poin abel
pada sampel uji produk avtur ini adalah onspek, karena hasil yang di dapatkan
telah memenuhi standar yang telah di tentukan oleh Dirjen Migas.

IX. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum uji FLASH POINT ABEL, IP 170 yang telah
kami lakukan dapat di simpulkan bahwa dalam pengujian ini tidak
terdapat kendala serta hasil yang kami dapatkan pada suhu 51oC
Spesifikasinya minimal yang di tentukan oleh dirjen migas adalalah 38
o
C atau bisa di katakan pada pengujian ini telah memenuhi standar atau
on spec.
B. Saran
Pada praktikum yang berjudul FLASH POINT ABEL, IP 170
saya menyarankan agar praktikan lebih memahami tentang apa yang
akan di lakukan pada pengujian ini, dan di harapkan agar praktikan
lebih berhati-hati dalam menangani peralatan yang terbuat dari kaca
yang mudah pecah.

X. DAFTAR PUSTAKA
1. http://sharingilmuperminyakan.blogspot.com/2015/03/penentuan-flash-point-dan-fire-
point.html
2. https://www.coursehero.com/file/p3c6gne/62-Teori-Dasar-Flash-point-atau-titik-nyala-
adalah-suhu-terendah-dimana-minyak/
3. https://tonimpa.wordpress.com/2013/05/16/laporan-parktikum-flash-point-titik-nyala/

XI. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai