PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Definisi Pour Point menurut uji Standart ASTM (American Standart Test for
Materials), yaitu temperatur terendah di mana minyak masih dalam keadaan cair ketika
didinginkan.Pour Point dari bahan bakar dinyatakan sebagai kelipatan 5oF (3oC) dimana
bahan bakar diamati mengalir apabila bahan bakar didinginkan dan diperiksa pada kondisi
tertentu. Dibawah temperatur Pour Point ini bahan bakar sudah tidak dapat mengalir lagi
atau membeku karena adanya kandungan lilin (wax) (Harris, 1986).
Menurut Harris (1986), pour point penting untuk diketahui sebagai pengetahuan
dibidang penambangan dan pengolahan produk-produk minyak bumi. Manfaat lain yang
diperoleh dari percobaan Pour Point ini salah satunya adalah untuk pengawasan operasi
suatu peralatan unit pengolahan untuk jangka waktu tertentu yang kemudian akan dianalisa
dalam laboratorium. Hasil dari analisa tersebut dapat digunakan untuk mengetahui cara
kerja alat dan unit pengolahan serta mutu dari produk. Selain itu Pour Point juga sangat
berguna dalam memperkirakan jumlah relatif dari lilin (wax) didalam bahan baker
(Ahadiat, 1987).
Percobaan Pour Point dilakukan dimana bahan bakar dipanaskan pada temperatur
o
115 C untuk melarutakan semua lilin (wax) didalam bahan bakar, dan didingikan pada
temperatur 90oF sebelum percobaan dilakukan. Campuran pendingin disebarkan pada 15oF
sampai 30oF dibawah Pour Pointyang diperkirakan.Pada setiap penurunan 50F tabung uji
diangkat secara hati-hati dari penangas pendingin yang dilapisi gasket di dalamnya, lalu
tabung tersebut diletakkan mendatar untuk mengetahui apakah bahan bakar mengalir. Jika
tidak mengalir, maka dinyatakan bahan bakar tersebut telah membeku. Temperature saat
itu disebut dengan titik beku (freezing point).Pour Point dapat diketahui 50F (30F) di atas
titik beku (Ahadiat, 1987).
I-1