Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MIGAS

PERCOBAAN I

FLASH POINT

Disusun oleh :

Alif Laily

(2003013)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

BALIKPAPAN

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

Balikpapan, 15 November 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikum Ketua Kelompok

MEITA REZKI VEGATAMA Alif Laily

NIDN : 1110058901 NIM : 2003013


PERCOBAAN I

FLASH POINT

A. Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui hasil flash point dari sampel


solar 48 dengan metode ASTM D93.

(Vegatama, 2021)

B. Dasar Teori
Flash point merupakan suhu terendah dimana aplikasi suatu pembakar
(ignition) menyebabkan uap suatu spesimen terbakar pada kondisi uji yang
spesifik. Menurut Miskah dkk (2008:18), titik nyala adalah suatu angka yang
menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak dimana akan timbul
penyalaan api sesaat. Titik nyala yang tinggi akan memudahkan penyimpanan
bahan bakar, karena minyak tidak akan mudah terbakar pada temperatur ruang
(Atmoko,2014)
Titik nyala dan titik api menunjukkan indikasi jarak titik didih, dimana
pada suhu tersebut minyak akan aman untuk dibawa tanpa adanya bahaya
terhadap api (tidak terjadi kebakaran). Peralatan umum yang digunakan untuk
pemeriksaan titik nyala dan titik api adalah open cup (ASTM-D56) dan
(ASTM-D93) untuk pemeriksaan minyak berat, sedangkan peralatan Tag-
Tester (ASTM-D56) dipakai untuk pemeriksaan minyak-minyak ringan.
(Pramana,2019)
Titik nyala dapat diukur dengan metodawadah terbuka (Open
Cup/OC) atau wadah tertutup (Closed Cup/CC). Nilaiyang diukur pada
wadah terbuka biasanya lebih tinggi dari yang diukur denganmetoda wadah
tertutup. Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekananuap yang
merupakan fungsi dari temperatur cair, dengan naiknya suhu, tekananuap
juga meningkat. Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan
yangmudah terbakar menguap diudara meningkat. Jika titik nyala lebih
rendah daritemperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap
untuk terbakar ataumeledak. Lebih rendah dari titik nyala adalah lebih
berbahaya, terutama bilatemperatur ambientnya labih dari titik nyala
(Linia dkk, 2015)
Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap diatas
permukaannya siap untuk terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala
adlah lebih berbahaya, terutama bila temperatur ambientnya labih dari titik
nyala. Dengan meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah
terbakar menguap diudara meningkat.Jika titik nyala lebih rendah dari
temperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap untuk terbakar atau
meledak. Lebih rendah dari titik nyala adlah lebih berbahaya, terutama bila
temperatur ambientnya labih dari titik nyala
((Pramana,2019)

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
• Seta PMCC Flash Point Teaster
• Cup sampel
• Stirrer
• Ignitor
• Bid & Shutter
• Thermometer
2. Bahan :
• Solar 48 (B-20)
D. Prosedur Kerja
1. Diambil Cup sampel dari PMCC Apparatus ( lakukan dengan hati-hati
jangan sampai merusak PMCC Apparatus )
2. Diisi cup sampel dengan sampel yang akan diuji (solar 48 ), lakukan
flushing
3. Diisi lagi dengan sampel hingga tanda batas
Lalu, dipasangkan cup sampel pada PMCC Apparatus, dipasangkan juga
Stirrer, Bid & Shutter dan Thermometer.
4. Dihubungkan stirrer dengan motor
5. Dibuka valve gas LPG
6. Dinyalakan api penguji ( Sesuaikan besar kecilnya api penguji dengan
mengatur bukaan valve gas LPG )
7. Dinyalakan heater, atur pemanasan setengah putaran atau 50%
8. Dinyalakan stirrer dan tunggu temperatur naik
9. Diuji flash point ketika temperatur sampel 23-28°C dibawah suhu perkiraan
flash pointnya
10. Dicoba setiap kenaikan 1°C
11. Api uji yang tersambar dan terjadi nyala sesaat dilaporkan sebagai
temperatur flash point
12. Setelah diselesaikan ananlisa, matikan api, tutup bukaan gas, turunkan
pengatur temperatur, matikan power, dan nyalakan cooler.

E. Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan pengujian produk minyak dari suhu 40ºC hingga
370ºC dan biodiesel dengan asparatus cangkir tertutup dan skematen
otomatis dengan kisaran suhu 60 ºC sampai 190 ºC. Didapatkan pengujian
dari sampel solar 48 flash point yang didapatkan yaitu 76 ºC spesifikasi flash
point untuk solar minimal 52 ºC maka dalam pengujian kali ini sample solar
dapat dikatakan on spec atau sesuai spesifikasi.
F. Pembahasan
Flash point merupakan suhu terendah dimana aplikasi suatu
pembakar (ignition) menyebabkan uap suatu spesimen terbakar pada
kondisi uji yang spesifik.

Spesifikasi flash point untuk solar minimal 52ºC , setelah dilakukan


pengujian didapatkan nilai flash point 76 ºC yang berarti jika nilai solar di
atas dari batas minimal maka masuk dalam kategori on spesifikasi untuk
solar dan sebaliknya jika di bawah dari minimal spesifikasi solar maka tidak
termasuk dalam standar spesifikasi atau off spec.

Dalam pengujian pemanasan dilakukan pada heater setengah


putaran atau 50% sampai temperature naik. Dan diuji pada temperatur
sampel 23-28°C dibawah suhu perkiraan flash pointnya dan di coba setiap
kenaikan 1°C. Pada saat api iji tersambar dan terjadi nyala sesaat maka,
dicatat sebagai temperatur flash point sampel solar 48 yang diujikan.

Solar yang dipanaskan lalu akan mengeluarkan uap yang jika


dipantik oleh indikator api maka akan menimbulkan flash point atau titik
nyala.

Semakin rendah titik nyalanya (flash point) maka semakin mudah


menyalakan bahan tersebut atau semakin mudah terbakar. Bahan bakar
dapat dikategorikan flammable (mudah terbakar) ataupun combustible
(mudah terbakar) berdasarkan flash pointnya. Hal ini yang akan
membedakan perlakuannya saat pengiriman produk dan standar
penyimpanannya

Faktor yang mempengaruhi flash point meliputi viskositas,


kelarutan gas dalam minyak, dan densitas . yang jika viskositasnya tinggi
maka titik flas pointnya juga tinggi. Apabila kelarutan minyak tinggi maka
flash pointnya akan rendah dan apabila densitasnya tinggi maka flash
pointnya akan tinggi juga.
G. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian, diketahui flash point dari bahan solar


48 dengan metode ASTM D93 adalah 76 ºC yang berarti jika nilai solar di
atas dari batas minimal maka masuk dalam kategori on spesifikasi untuk
solar dan sebaliknya jika di bawah dari minimal spesifikasi solar maka tidak
termasuk dalam standar spesifikasi atau off spec.
DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN PRODUK MINYAK DAN GAS POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL


AKAMIGAS ( PEM Akamigas ). (n.d.). 1.

Duhovnik, J. (2008). Journal of Mechanical Engineering: Editorial. Strojniski


Vestnik/Journal of Mechanical Engineering, 54(1), 39–46.

Santoso, H., Kristianto, I., & Setyadi, A. (2013). Pembuatan Biodiesel


Menggunakan Katalis Basa Heterogen Berbahan Dasar Kulit Telur. Disusun
Oleh: Herry Santoso, ST, MTM, PhD Ivan Kristianto Aris Setyadi Lembaga
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik
Prahayangan, 1–29.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai