Anda di halaman 1dari 13

BS & W, ASTM D 4007

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUK MIGAS

Oleh:

Nama : Uriya Bin Yusuf

NIM : 191420071

Program Studi : Teknik Pengolahan Migas

Bidang Minat : Laboratory Pengolahan (LAP)

Diploma : IV

Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

(PEM Akamigas)

Cepu, Februari 2020


I. TUJUAN
1. Menentukan kadar air dan sedimen di dalam crude oil.
2. Mengidentifikasi pengaruh kadar air dan sedimen terhadap proses pengolahan crude
oil.

II. KESELAMATAN KERJA


1. Pakailah perlengkapan laboratorium terlebih dahulu sebelum memulai praktikum.

2. Lihatlah tegangan jaringan tegangan listrik terlebih dahulu apabila menggunakan


peralatan bertenaga listrik.

3. Berhati-hatilah apabila bekerja menggunakan bahan yang mudah terbakar.

4. Berhati-hatilah dalam menggunakan peralatan yang mudah pecah.

III. TEORI DASAR

Water and Sediment in Crude Oil by the Centrifuge Method (Laboratory


Procedure) mencakup penetapan air dan sedimen dalam crude oil dengan prosedur
centrifuge (kurang memuaskan). Jumlah air terdeteksi selalu lebih rendah dari
kandungan air sebenarnya. Bila diperlukan hasil dengan akurasi tinggi, prosedur
untuk kadar air dengan distilasi (ASTM D 4006) dan prosedur untuk kandungan
sedimen dengan ekstraksi (ASTM D 473). [4]

Metode pengujian ini menggambarkan penentuan air dan endapan dalam


minyak mentah melalui prosedur centrifuge. Metode centrifuge ini untuk
menentukan air dan endapan dalam minyak mentah, namun bukanlah satu – satunya
metode yang direkomendasikan untuk dipakai. [1]

Garis besar metode yang dilakukan adalah volume minyak mentah dan
toluena jenuh air yang sama ditempatkan ke dalam tabung centrifuge berbentuk
kerucut. Setelah sentrifugasi, volume air dengan kepadatan lebih tinggi dan lapisan
sedimen di bagian bawah tabung terbaca. [1]

Kandungan air dan sedimen dari minyak mentah sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan korosi peralatan dan masalah dalam pemrosesan. Penentuan
kadar air dan sedimen diperlukan untuk mengukur volume bersih minyak aktual
secara akurat dalam penjualan, perpajakan, pertukaran, dan transfer tahanan. [1]
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan
cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya). Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara
mekanik menjadi dua bagian, yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian
dengan konsentrasi partikel terbesar, dan supernatant adalah bagian cairan yang
bening, pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena konveksi.
Proses ini memanfaatkan proses gravitasi, yaitu dengan mendiamkan suspensi
hingga membentuk endapan terpisah dari beningan. [3]

Proses sedimentasi secara umum diartikan sebagai proses pengendapan


dimana akibat gaya gravitasi, partikel yang mempunyai berat jenis lebih berat dari
berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil berat jenisnya akan
mengapung, kecepatan pengendapan partikel akan bertambah sesuai dengan
pertambahan ukuran partikel dan berat jenisnya. [3]

Minyak bumi dapat tersusun atas beberapa unsur ataupun senyawa.


Komponen – komponen penyusun suatu campuran tersebut dapat dipisahkan
berdasarkan sifat fisika zat penyusunnya. Salah satu metode yang digunakan dalam
pemisahan campuran adalah sentrifugasi. Sentrifugasi ialah proses pemisahan
partikel berdasarkan berat partikel tersebut terhadap densitas layangnya (bouyant
density). Dengan adanya gaya sentrifugal maka akan terjadi perubahan berat partikel
dari keadaan normal pada 1 x gravitasi (sekitar 9,8 m/s2 ) menjadi meningkat
seiring dengan kecepatan serta sudut kemiringan perputaran partikel tersebut
terhadap sumbunya. Pada pemisahan, partikel yang densitasnya lebih tinggi
daripada pelarut turun (sedimentasi), dan partikel yang lebih ringan mengapung ke
atas. Perbedaan densitas yang tinggi, membuat partikel bergerak lebih cepat. Jika
tidak terdapat perbedaan densitas (kondisi isoponik), partikel tetap setimbang.
Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal
pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi
campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat
rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang
menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya
sentrifugasi. 2 Gaya inilah yang menyebabkan partikel – partikel menuju dinding
tabung dan terakumulasi membentuk endapan. [2]

Dalam bentuk yang sangat sederhana sentrifus terdiri atas sebuah rotor
dengan lubang – lubang untuk meletakkan cairan wadah / tabung yang berisi cairan
dan sebuah motor atau alat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang
dikehendaki. Semua bagian lain yang terdapat pada sentrifus modern saat ini
hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan untuk melakukan berbagai fungsi yang
berguna dan mempertahankan kondisi lingkungan saat rotor tersebut bekerja.
Komponen utama pada proses sentrifugasi ialah instrumen sentrifus, rotor, dan
[2]
tabung (wadah sampel). Alat yang digunakan sebagai media penempatan minyak
bumi dan pelarutnya adalah tabung sentifugasi. Contoh gambar tabung sentrifugasi
adalah sebagai berikut : [1]

Sedangkan bagian yang sifatnya asesoris umumnya bergantung mengikuti


aplikasi yang akan dilakukan pada proses tersebut. Instrumen sentrifus, adalah
bagian yang menjadi alat penggerak proses sentrifugasi karena didalamnya memiliki
motor yang mampu berputar dan memiliki pengaturan kecepatan perputaran.
Centrifuge laboratorium yang digunakan untuk pemisahan skala kecil. Volume
cairan ditangani oleh perangkat berada dalam kisaran 1 – 5.000 ml. Bahan yang
akan disentrifugasi didistribusikan dalam jumlah yang sesuai tabung centrifuge yang
pada gilirannya melekat secara simetris dalam blok berputar disebut rotor. Rotor
merupakan komponen sentrifus yang akan menentukan kecepatan yang akan
diaplikasikan dari suatu proses sentrifugasi serta produk apa yang akan diinginkan
dari proses tersebut. [2]

IV. BAHAN DAN PERALATAN


a. Bahan
1) Crude Oil
2) Toluena

b. Peralatan

1) Centrifuge
 Mampu berputar dengan minimum 600 rcf (relative centrifugalforce).
 Rpm minimum dihitung degan formula r /min=1335 √ rcf /d untuk d =
dalam mm atau r /min=265 √ rcf /d untuk d = dalam inchi.
 Mampu dipertahankan dalam suhu 60±3C atau 140±5F
2) Tabung Centrifuge
3) Pipet, klas A, Volume 50mL

V. CARA KERJA

1) Isi masing-masing dari 2 (dua) tabung centrifuge dengan sampel sebanyak tepat
50 ml. Tambahkan 50 ± 0,05 mL toluena. Rapatkan penutup dan bolak-balikkan
10x agar bercampur salah satu tabung centrifuge.

2) Tempatkan kedua tabung ke dalam centrifuge secara berseberangan,


kencangkan, dan putar selama 10 menit pada rcf 600 (minimum). Suhu
centrifuge harus dipertahankan pada 60 ± 3°C (140 ± 5°F).

3) Setelah selesai putaran pertama, baca dan catat volume air dan sedimen yang
ada pada bagian bawah masing-masing tabung sampai ketelitian 0,05 mL.

4) Lakukan sekali lagi pemutaran selama 10 menit pada kecepatan yang sama.

5) Baca dan catat volume air serta sedimen pada bagian bawah masing-masing
tabung centrifuge.
6) Ketelitian

Repitibilitas Reprodusibilitas

Lihat pada Lihat pada


0,0 – 0,3 %
kurva kurva
0,3 – 1,0 % 0,12 0,28

VI. HASIL PRAKTIKUM

1. Hasil Pengamtan :

Hasil Pengamatan Rata – rata


Perlakuan BS&W
Pengulangan Volume (mL) hasil
terhadap Sampel (%vol)
Sedimen Air (%vol)
Dengan Satu 0,75 0 1,5
Dua 1,55
Pengocokan 0,80 0 1,6
Tanpa Satu 0,80 0 1,6
Dua 1,60
Pengocokan 0,80 0 1,6
Perhitungan :

 Nilai %BS&W pada pengujian satu dengan pengocokan sampel :


Vol Sedimen+Vol Air
%BS∧W = x 100 %
Vol Minyak Mentah
0,75+0
%BS∧W = x 100 %
50
%BS∧W =1,50 %vol

 Nilai %BS&W pada pengujian dua dengan pengocokan sampel :


Vol Sedimen+Vol Air
%BS∧W = x 100 %
Vol Minyak Mentah
0,80+0
%BS∧W = x 100 %
50
%BS∧W =1,60 %vol

 Nilai %BS&W pada pengujian satu tanpa pengocokan sampel :


Vol Sedimen+Vol Air
%BS∧W = x 100 %
Vol Minyak Mentah
0,80+0
%BS∧W = x 100 %
50
%BS∧W =1,60 %vol

 Nilai %BS&W pada pengujian dua tanpa pengocokan sampel :


Vol Sedimen+Vol Air
%BS∧W = x 100 %
Vol Minyak Mentah
0,80+0
%BS∧W = x 100 %
50
%BS∧W =1,60 %vol
 Nilai rata – rata hasil dengan pengocokan :
Hasil satu+ Hasil dua
%BS∧W =
2
1,50+1,60
%BS∧W =
2
%BS∧W =1,55 %vol

 Nilai rata – rata hasil tanpa pengocokan :


Hasil satu+ Hasil dua
%BS∧W =
2
1,60+1,60
%BS∧W =
2
%BS∧W =1,60 %vol

2. Spesifikasi Sampel
Minyak mentah atu crude oil tidak memiliki spesifikasi khusus, karena bukan produk
dari pengolahan proses, melainkan bahan baku yang dibentuk dan didapatkan dari
alam (bumi) melalui proses produksi minyak mentah. Namun, masing – masing
minyak mentah memiliki nilai khusus yang digunakan sebagai tolak ukur harga dalam
jual beli minyak mentah. Biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat yang
menyatakan dan menjamin kualitas dari minyak mentah yang dijual belikan.

VII. ANALISA

Berdasarkan hasil pengujian nilai sedimen dan kandungan air dalam minyak
mentah, didapatkan hasil sebesar 1,55% vol pada pengujian dengan pengocokan dan
1,60%vol pada pengujian tanpa pengocokan. Hasil menunjukan pengujian dengan
metode pengocokan lebih kecil dibandingkan dengan metode tanpa pengocokan. Ini
bertolak belakang dengan dasar teori, karena seharusnya hasil menggunakan metode
pengocokan menunjukan hasil yang lebih besar. Pengocokan membantu antara sampel
minyak bumi dan toluena (reagen pelarut) bereaksi dan bekerja sesuai dengan
peruntukannya yaitu memudahkan partikel – partikel dalam minyak bumi mudah
terpisah karena lebih encer. Adapaun kemungkinan yang terjadi pada penyimpangan
hasil tersebut yaitu :
1) Perlakuan terhadap setiap sampel yang diuji berbeda, sehingga hasil menunjukan
ketidakakuratan. Misalkan seharusnya pada saat menangani dengan metode tanpa
pengocokan, setelah mencampurkan sampel dan pelarut, campuran langsung
diletakan ke sistem sentrifugasi, sehingga perbedaan variabel (pengocokan dan tidak
pengocokan) akan lebih jelas.
2) Tidak meratanya kandungan sedimen dalam sampel. Sampel minyak bumi yang
memiliki kandungan sedimen tidak merata menyebabkan bias dalam perlakuan
variabel pengocokan. Misalnya, sampel yang digunakan untuk pengujian dengan
metode tanpa pengocokan memiliki kandungan sedimen yang lebih besar dari
kandungan sampel yang diuji menggunakan metode pengocokan. Sehingga seolah –
olah hasil uji menjadi hampir sama dan bahkan menunjukan bahwa variabel tanpa
pengocokan mengeluarkan hasil yang lebih besar dibanding metode tanpa
pengocokan.
3) Kesalahan teknis dari penguji, yang dapat menyebabkan bias hasil akhir. Misalnya
saja penguji salah memberikan label pada minyak yang diuji dengan dan tanpa
pengocokan, sehingga hasil menjadi tertukar dari seharusnya.
4) Tidak berpengaruhnya pelarut toluena pada variabel pengocokan. Toluena berfungsi
sebagai pelarut sehingga sedimen menjadi lebih mudah dipisahkan. Namun, apabila
fungsi toluena tidak begitu berperan, akan mengakibatkan pengujian menjadi tidak
berpengaruh baik menggunakan pengocokan maupun tidak. Terlebih hasil antara
menggunakan pengocokan dan tidak pengocokan menunjukan hasil yang hampir
mirip antara satu dengan yang lain. Selisih hasil hanya ada di angka 0,05 % vol,
sehingga akan masuk akal jika memang fungsi toluena menjadi kurang berperan,
karena hasil kedua pengujan masih dalam kategori ripitabilitas.

Ke empat kemungkinan kesalahan tersebutlah yang dirasa dapat berimbas pada


penyimpangan hasil yang didapatkan. Hal ini menandakan bahwa pengujian yang
dilakukan kurang sesuai dengan tujuan utama pengujian BS&W minyak bumi. Namun,
apabila faktor nomor empat adalah penyebab utama penyimpangan hasil yang
didapatkan, maka penguji sudah melakukan pengujian dengan benar, karena
penyebabkan bukan lagi terhadap teknis dair penguji melainkan peran dari toluena
sebagai pelarut. Namun, dari ke empat faktor di atas tidak ada satupun yang dapat
dibuktikan mana yang lebih berperan terhadap penyimpangan hasil yang didapatkan.
Sehingga penguji hanya dapat memberikan kemungkinan – kemungkinan kesalahan
yang penguji lakukan.
Sementara itu, dari pengamatan yang dilakukan pada saat pengujian, tidak satupun
dari pengujian yang dilakukan menunjukan adanya kandungan air pada sampel minyak
bumi. Semua hasil yang didapatkan berupa “nil” atau tidak ada air. Air yang dimaksud
dalam hasil adalah air bebas, atau air yang secara nyata terpisah dari minyak bumi.
Sedangkan sebagian besar air di dalam minyak bumi justru berada dalam minyak bumi
itu sendiri, atau bisa dikatakan air – air yang ada di dalam minyak bumi teremulsi di
dalam minyak bumi tersebut. Sehingga dalam pengujian kandungan air, seharusnya
digunakan deemulsifier sebagai agen pembantu air – air yang teremulsi didalam minyak
bumi memisahkan diri dari minyak dan berkumpul menjadi satu karena sistem
sentrifugasi. Namun, dikarenakan pada pengujian yang dilakukan tidak menggunakan
deemulsifier, maka hasil air yang didapatkan menjadi tidak ada sama sekali. Hasil akhir
bisa jadi berbeda saat pengujian yang dilakukan disertai dengan penambahan
deemulsifier, karena hasil air tentunya akan menunjukan kemungkinan yang tidak nol.
Pengujian air dan sedimen dalam minyak bumi sangat penting karena dapat
digunakan sebagai acuan terhadap perlakuan yang akan dikenakan pada minyak
tersebut. Misalkan pada saat penyimpanan, bisa dilakukan draining sehingga kandungan
air tidak terbawa ke dalam proses pengolahan. Karena apabila air sampai terbawa ke
pengolahan, maka akan sangat membahayakan proses pengolahan itu sendiri. Selain
dilakukan draining pada air, kandungan sedimen bisa dipisahkan terlebih dahulu
sebelum minyak dikirim ke unit proses, sehingga unit proses terbebas dari sedimen –
sedimen yang dapat membahayakan proses pengolahan juga. Adapun beberapa bahaya
yang dapat ditimbulkan akibat terbawanya air dan sedimen dalam minyak bumi ke
dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut :
1) Air dapat meracuni katalis, dan menyebabkan penyumbatan proses.
2) Air dapat menyebabkan kolom distilasi terguncang karena mendapatkan tekanan
lebih dari uap air yang dipanaskan dalam suhu tinggi.
3) Sedimen akan menyebabkan penyumbatan pada proses, saringan dan perpipaan.
4) Sedimen dan air dapat mengganggu proses reaksi yang harusnya terjadi sesuai
peruntukannya.

VIII. PENUTUP

a. Kesimpulan

1) Mahasiswa telah dapat menentukan kadar air dan sedimen di dalam crude
oil.

2) Mahasiswa telah dapat mengidentifikasi pengaruh kadar air dan sedimen


terhadap proses pengolahan crude oil.

b. Saran
1) Sebaiknya sampel yang diberikan lebih dari satu, supaya mahasiswa dapat
mengetahui karakter dan perbedaan perlakuan dari setiap sampel. Terlebih jika
kedua sampel tersebut memiliki nilai yang berbanding (bagus dan tidak bagus).
2) Sebaiknya pada pengujian ditambahkan deemulsifier yang dapat membantu
pemisahan air – air teremulsi dari minyak bumi, sehingga hasil kandungan air
yang didapatkan menjadi lebih valid, dan mahasiswa mendapatkan
pengetahuan yang lebih.

IX. DAFTAR PUSTAKA

[1] American Standard Testing and Material (ASTM) D 4007


[2] Nugroho, A. 2013. Tinjauan Pustaka Sentrifugasi. Semarang : Universitas Diponegoro
(UNDIP)
[3] Reynolds, Tom D. Dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston,
1996.
[4] Tim Laboratoirium Minyak Bumi PEM Akamigas. 2020. Modul Praktikum Produk
Minyak dan Gas. Blora : PEM Akamigas.

X. LAMPIRAN
a. Gambar Pengujian Kandungan Sedimen dan Kandungan Air
b. Gambar Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai