Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENGGUNAAN

PHOSPONATE SEBAGAI SCALE INHIBITOR PADA SUMUR MINYAK

Hengki Kristian Siaahan, Helfianas Satriawan, Elmi Sundari, Pasymi


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta
Jl. Gajah Mada No.19, OloNanggalo Padang-25143

Abstrak

Kemunculan Scale (kerak) menjadi salah satu masalah yang serius di industri
perminyakan.Dampaknya dapat mengakibatkan penurunan jumlah produksi.Scale muncul dari
setiap air yang terikut bersama fluida sumur minyak yang kemudian menempel pada fasilitas
perpipaan.Makalah ini menjelaskan tentang pengaruh pertumbuhan scale terhadap temperature
serta bermacam-macam scale serta penggunaah scale inhibitor. Salah satu cara menghambat
pertumbuhan scale adalah dengan cara penginjeksian phosponate yang diinjeksikan ke dalam
sumur minyak sebagai inhibitor.Phosponate efektif digunakan antara temperatur 160oC hingga
320oF.

Abstract

Appearance Scale to be one of the serious problems in the petroleum industry. The impact may
result in a decrease in the amount of production. Scale arise from any water entrained with the oil
well fluid which is then attached to the pipeline facilities. This paper describes the growing
influence of the temperature scale, and an assortment of scale and scale inhibitors used. One way
to inhibit the growth of scale is by injection of phosponate injected into oil wells as inhibitors.
Phosponate effectively used between the temperature of 160 ° C to 320 oF.
Keywords: Scale, Phosponat, and PRC.

PENDAHULUAN mengandung beberapa mineral dan ion-ion


Kerak (scale) merupakan salah satu yang menjadi pemicu terbentuknya scale.
masalah yang sering terjadi dalam industri Kerak (scale) merupakan salah satu
perminyakan. Keikutsertaan air yang masalah yang sering terjadi dalam industri
terproduksi membuat scale menjadi salah satu perminyakan. Keikutsertaan air yang
masalah yang harus diperhatikan. Air formasi terproduksi membuat scale menjadi salah satu
sumur yang terproduksi umumnya masalah yang harus diperhatikan. Air formasi
sumur yang terproduksi umumnya ke wel lmelalui jalur pipa casing (Annulus)
mengandung beberapa mineral dan ion-ion dan filter ke mixing tank. Membilas mixing
yang menjadi pemicu terbentuknya scale. tank terlebih dahulu dengan menggunakan air.
Suhu merupakan salah satu faktor Demulsifier di transfer kedalam mixing tank
pemicu terbentuknya scale.Semakin tingginya dan di encerkan dengan menggunakan air
suhu fluida suatu sumur maka semakin tinggi sampai konsentrasi 0,1 % dari total campuran
pula kecenderungan suatu fluida tersebut dan disirkulasikan dengan pompa. Kemudian
membentuk scale. Ketidakstabilan suhu yang demulsifier dipompakan ke dalam zona
terjadi pada suatu sumur menyebabkan kadar produksi melalui annulus denganm embuka
phosponate yang diinjeksikan juga tidak casing valve terlebih dahulu. Mengamati
stabil. Oleh karena itu, perlunya mencari suhu tekanan di kepala sumur selama pemompaan
yang tepat agar penginjeksian phosponate berlangsung (maksimal 300 psi). Setelah
menjadi efektif. Penelitian ini bertujuan selesai casing valve di tutup kembali.
mempelajari pengaruh suhu terhadap laju Melakukan pencampuran Scale Inhibitor
konsumsi phosponat sebagai inhibitor. dan dalam mixing tank dengan air sampai 5% dari
kesesuaian pemakaian phosponate sebagai total campuran. Larutan scale inhibitordi
inhibitor terhadap pembentukan scale. pompakan ke dalam zona produksi melalui
annulus dengan membuka casing valve
METODE PENELITIAN terlebih dahulu. Mengamati tekanan di kepala
Bahan yang digunakan pada penelitian ini sumur selama pemompaan berlangsung
adalah Fluida yang berasal dari Sumur (Crude (maksimal 300 psi). Setelah selesai casing
Oil), Demulsifier, Scale Inhibitor valve ditutup dan biarkan sumur dalam
(phosponate, air yang berasal dari Killing keadaan mati dalam waktu 18 jam. Setelah 18
Line. Peralatan penelitian terdiri dari jam. sumur dihidupkan kembali, dan
Squeezing Unit Truck, Flexible Hose, Kunc mengambil contoh fluida untuk analisa PRC
iPipa, kunci inggris, kunci pass, Sektrometer (Phosponate Residual Content).
DR-2000, Buret, Kuvet, Oven , GelasUkur, Pengamatan PRC (Phosponate Residual
Pipettetes, Erlenmeyer, Kertas Saring Content) dilakukan dengan menyiapkan 60 ml
Pengaruh suhu terhadap laju konsumsi sampel ke dalam botol chott kemudian sampel
phosphonat dipelajari melalui parameter di Acid dengan menambahkan 2 tetes HCl 0.1
peubah temperature Wellbore. Parameter N, tutup rapat botol dandi kocok hingga
lainnya yang ditetapkan adalah dosis atau campuran menjadi homogen. Lalu sampel
perbandingan phosponate dengan jumlah tersebut di Oven selama 17 jam pada 95oC.
produksi Water per day (BWPD) well = 5% Setelah dilakukan pemanasan, sampel
larutan phosponate dari BWPD Well dengan dikeluarkan dari oven lalu di dinginkan
kosentrasi larutan phosponate 0,1 %. kemudian disaring lagi dengan menggunakan
Parameter yang diamati adalah kadar 2 lembar kertas saring. Untuk persiapan
phosponat yang masih tersisa setelah sampel selanjunya, menyediakan sebanyak 5
penginjeksi. ml sampel tadi lalu ditambahkan 4 ml
Penelitian ini diawali dengan mematikan Photasium peroxodisulfat, 16 ml aquadest.
pumping unit dan RodBOP,valve dijalur pipa Kemudian sampel dipanaskan kembali
produksi dan dijalur pipa casing di tutup. kedalam oven selama 2 jam pada 95oC.
Selanjutnya mempersiapkan squeezing truk Setelah itu dinginkan sampel kemudian
dan ditempatkan dekat kepala sumur ditambahkan 1 sachet reagen
(Wellhead). Menyambung selang dari pompa Phosver (Phosphate)lalu di aduk hingga larut.
Untuk larutan Blanko di sediakan sampel bersama aliran fluida sumur. Pengambilan
yang sama tetapi tanpa ditambahkan reagen. sampel pada periode awal yakni dalam
Diukur dengan spectrometer DR-2000 dengan kurun waktu 6 bulan saat setelah
no program 501 dan panjang gelombang 890. penginjeksian, dilakukan pengambilan
Mencatat hasil pengukurantersebut. sampel sebanyak 1 kali dalam 2 bulan.
Kemudian di 6 bulan berikutnya,
HASIL DAN PEMBAHASAN pengambilan sampel dilakukan setiap
Penelitian ini dilakukan dengan bulannya.
membandingkan dua sumur minyak dengan Pengambilan data awal yang
profil temperatur yang tinggi dengan lokasi dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2012,
atau daerah yang berbeda namun masih diperoleh data phosponate sebanyak 33,6
dalam satu reservoir yang sama. Temperatur ppm. Pengambilan terakhir dilakukan pada
yang berubah-ubah menyebabkan penurunan tanggal 14 Oktober 2013 dengan sisa
(delta) PRCjuga ikut berubah.Penurunan kandungan phosponate yang ada sebesar 2,1
(delta)PRCmerupakan selisih nilai PRC yang ppm.
diperoleh pada pengambilan sample pertama
(inisial) dengan nilai PRC yang diperoleh
pada pengambilan sample
selanjutnya.Perubahan temperatur yang
terjadi pada reservoir tidak dapat ditentukan
oleh waktu. Sehingga penyusunan data untuk
grafik Delta PRC vs temperatur juga tidak
berdasarkan urutan waktu melainkan
didasarkan pada kenaikan temperatur.

Gambar .2 Grafik hubungan antara temperature


dengan laju penurunan PRC sumur 2P27C

Dari Gambar 2 juga terlihat bahwa


temperatur terbesar adalah sebesar 275oF..
Pengambilan sampel ini dilakukan pada
tanggal 13 Desember 2012.Pada saat
temperature tertinggi ini, ditemukan adanya
Gambar .1 Penurunan PRC terhadap waktu pada
delta PRC yang besar. Yakni sebesar 13,8
sumur 2P27C
ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan
temperatur yang terjadi pada sumur 2P27C
. Dari Gambar 1,terlihat bahwa jumlah menyebabkan kecenderungan tingkat
kandungan phosponate di dalam sumur terbentuknya kerak semakin bertambah.Hal
semakin berkurang seiring dengan ini tidak lepas dari jenis kerak yang ada di
berjalannya waktu. Hal ini disebabkan oleh duri field yang didominasi oleh CaCO 3 .
adanya phosponate yang ikut terbawa
Dimana kelarutan CaCO 3 akan menurun
seiring dengan meningkatnya temperatur. 2. O&MC-Human Resources Sumatra,
Production Operation Modul 4, PT.
KESIMPULAN Chevron Pacific Indonesia.

3. O&MC-Human Resources Sumatra,


Laju konsumsi phosponate akan
Production Operation Modul 5, PT.
semakin bertambah seiring dengan
Chevron Pacific Indonesia
bertambahnya temperature pada fluid
Keefektifan penggunaan phosponate terlihat
lebih baik bila digunakan pada suhu di bawah
220oF
UcapanTerimaKasih
Dalam menyelesaikan penelitian ini,
Penulis banyak menerima bantuan, bimbingan
dan fasilitas dari berbagai pihak. Pada
kesempatanini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Drs. Mulyanef ST, M.Sc. selaku Dekan
Fakultas Teknologi Industri Universitas
Bung Hatta Padang.
2. Dr. Eng. Reni Desmiarti ST, MT. selaku
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Industri Universitas Bung Hatta
Padang.
3. Ir. Elmi Sundari, M.T sebagai dosen
pembimbing I, Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Industri Universitas
Bung Hatta Padang.
4. Pasymi, MT sebagai dosen pembimbing
II, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Industri Universitas Bung Hatta
Padang.
5. Orang tua tercinta yang selalu
mendukung dan memberikan dorongan
baik moril maupun materil.
6. Teman-teman seperjuangan yang
senantiasa membantu baik langsung
ataupun tidak langsung dan menjadi
inspirasi bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Stewart M., et. all, 1989, Surface


Production Operation Volume 1, Gulf
Publishing Company : Houston.

Anda mungkin juga menyukai