Kelompok : 3
Anggota : - Hasna Aulia Iswahyuni (181431012)
- Ilahi Hidayanti Nur (181431013)
- Inayah (181431014)
- Liesna Kania Habibah (181431015)
- Milah Puspitasari (181431016)
Pembimbing : Dra. Dewi Widyabudiningsih, M.T.
I. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi
kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu.
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang mewakili
kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif.
3. Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam
lumpur aktif.
4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan bahan
organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif
terhadap kandungan bahan organik mula-mula.
2.2 Nutrisi
Pada pengolahan limbah dengan lumpur aktif juga dilakukan penambahan nutrisi. Hal
tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas sisa lumpur aktif yang terdapat di tangki aerasi
tersebut. Karena kemungkinan besar bakteri pengurai yang ada di dalamnya membutuhkan
banyak nutrisi sebagai makanan agar dapat terus hidup dalam air limbah. Setelah proses
penambahan nutrisi tersebut limbah dialirkan kembali ke tangki sedimentasi untuk pemisahan
lumpur dan air limbah yang telah diolah (Verstraete, W., dan Vaerenbergh E.V., 1986).
Jumlah nutrisi yang tidak cukup cenderung akan menurunkan laju pertumbuhan
mikroorganisme, menurunkan laju penghilangan BOD dan melemahkan sifat karakteristik
limbah lumpur yang diendapkan. Pendekatan yang dilakukan secara umum penambahan nutrisi
dapat diperoleh dengan perbandingan BOD:N:P sebesar 100:5:1, pendekatan perbandingan ini
akan menjamin terjaganya nutrisi yang cukup dalam laju pengolahan biologi yang cukup tinggi.
Tentukan kandungan mikroorganisme dalam Tangki Lumpur Aktif dengan cara menentukan
konsentrasi Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) secara gravimetri.
Tentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah sebesar 300 mg BOD/L
ke dalam Tangki Lumpur Aktif dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1.
Komposisi substrat terdiri dari glukosa sebagai sumber karbon, KNO3 sebagai sumber nitrogen,
dan KH2PO4 sebagai sumber pospor.
Perhatikan volume mixed liquor dalam Tangki Lumpur Aktif, sesuaikan kuantitas
nutrisi/substrat yang dibutuhkan dengan volume tersebut.
Perhitungan:
(a b) c x 1000 x d x p
COD (mg O2 / l ) .........(1)
ml sampel
dimana:
a = ml FAS untuk blanko
b = ml FAS untuk sampel
c = normalitas FAS
d = berat equivalen Oksigen (8)
p = pengenceran
Perhitungan:
(c a )
TSS (mg / L) x 106 .................. (2)
ml sampel
(c d )
VSS (mg / L) x 106 .................. (3)
ml sampel
dimana:
TSS: Total padatan tersuspensi (Total Suspended Solids)
VSS: Padatan tersuspensi yang mudah menguap (Volatile Suspended Solids); dalam hal ini
VSS = MLVSS
FSS: Padatan tersuspensi yang tidak menguap (Fixed Suspended Solids); dalam hal ini FSS =
TSS – VSS
3.4 Penentuan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme
Nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah yang diberikan sebesar 300 mg
BOD/L dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Untuk menentukan komposisi nutrisi yang
terdiri dari glukosa, KNO3, dan KH2PO4 digunakan reaksi oksidasi sebagai berikut:
V. PENGOLAHAN DATA
5.1 Penentuan konsentrasi nutrisi
Volume air limbah = 10 L
Perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1
BOD = 300 mg/L
Mr O2 = 32 gram/mol
Gram O2 = 300 mg/L x 10 L
= 3000 mg
= 3 gram
𝐺𝑟𝑎𝑚 3
Mol O2 = = 32 = 0,0938 mol
𝑀𝑟
Kebutuhan Glukosa :
Kebutuhan Nitrogen :
BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Ar N = 14 gram/mol
Mr KNO3 = 101 gram/mol
5
Gram N = 100 𝑥 2,8080 = 0,1404 gram
𝑀𝑟 𝐾𝑁𝑂3
Gram KNO3 = 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁
𝐴𝑟 𝑁
101
= 𝑥 0,1404 = 1,0129 gram
14
Kebutuhan Fosfor :
BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Ar P = 31 gram/mol
Mr KH2PO4 = 136 gram/mol
1
Gram P = 100 𝑥 2,8080 = 0,0281 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝐾𝐻2𝑃𝑂4
Gram KH2PO4 = 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑃
𝐴𝑟 𝑃
136
= 𝑥 0,0281 = 0,1233 gram
31
Keterangan :
a = ml FAS untuk blanko
b = ml FAS untuk sampel
c = Normalitas FAS
d = berat equivalen Oksigen (8)
p = pengenceran
= 9,78 %
(𝒄−𝒅)
VSS = 𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟔
Keterangan :
c = berat cawan + kertas saring + sampel setelah pemanasan dengan oven (gram)
d = berat cawan + kertas saring + sampel setelah pemanasan dengan furnace (gram)
Volume sampel = 40 ml
= 28312,5 mg/l
= 53387,5 mg/l
VI. PEMBAHASAN
Pengolahan limbah secara biologis memanfaatkan bakteri sebagai pemecah senyawa-
senyawa kompleks terutama senyawa organik menjadi menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Pengolahan secara biologis dapat dilakukan secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses
aerobik, oksigen diinjeksikan ke dalam reaktor, sedangkan pada kondisi anaerobik reaktor
dijaga agar kedap oksigen karena keberadaan oksigen akan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Pengolahan limbah yang sering digunakan diantaranya adalah lumpur aktif,
yaitu menggunakan sistem pertumbuhan mikroba tersuspensi secara aerobik. Pada percobaan
ini dilakukan pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif. Parameter yang diukur pada
percobaan ini adalah COD dan MLVSS sampel pada kondisi awal dan setelah dilakukan
pengolahan.
Tahapan dalam pengolahan limbah secara lumpur aktif secara umum dibagi menjadi 3
tahap, yaitu pemberian nutrisi, pengukuran COD dan penentuan MLVSS. Pemberian nutrisi
pada sampel bertujuan untuk memberikan sumber makanan pada mikroorganisme.
Mikroorganisme pada proses lumpur aktif hidup berkoloni menyerupai lumpur.
Mikroorganisme ini akan mendekomposisi zat organik terlarut dalam sampel menjadi biomassa
baru dan zat anorganik. Pemberian nutrisi pada mikroorganisme harus disesuaikan dengan
jumlah sampel yang akan di olah. Nutrisi yang diberikan berupa glukosa, KNO3 dan KH2PO4.
Glukosa digunakan sebagai sumber karbon, KNO3 sebagai sumber nitrogen dan KH2PO4
sebagai sumber fosfor. Perbandingan nutrisi yang harus diberikan yaitu BOD : N : P = 100 : 5
: 1. Berdasarkan hasil perhitungan, banyaknya nutrisi yang harus ditambahkan yaitu glukosa
sebanyak 2,8080 gram, KNO3 1,0129 gram, dan KH2PO4 0,1233 gram.
Sebelum proses pengolahan sampel, dilakukan pengukuran awal nilai COD dan nilai
MLVSS. Pengukuran ini bertujuan agar dapat dilakukan perbandingan terhadap nilai akhir
COD dan MLVSS setelah proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif berlangsung selama 7 hari,
kemudian dilakukan pengukuran kembali.
Penentuan COD sampel dilakukan dengan cara titrasi menggunakan titran larutan Ferro
Amonium 0,1 N. COD menunjukkan total jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
oksidasi bahan prganik secara kimiawi. Pengukuran COD bertujuan untuk mengetahui efisiensi
pengolahan limbah secara lumpur aktif dan mengetahui jumlah oksigen (mg O2/L) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik. Bila semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi maka semakin banyak pula kandungan zat organiknya.
Artinya bila nilai COD semakin tinggi, maka kandungan bahan organik dalam sampel semakin
tinggi pula sehingga kualitasnya semakin buruk.
Berdasarkan hasil percobaan, nilai COD pada sampel mula-mula sebesar 7360 mg O2/L.
Kemudian setelah proses pengolahan lumpur aktif berlangsung selama 7 hari diperoleh nilai
COD sebesar 6640 mg O2/L. Nilai COD yang diperoleh mengalami penurunan dari pengukuran
awal dan setelah proses 7 hari. Penurunan nilai COD menandakan bahwa jumlah senyawa
organik dalam reaktor telah mengalami penurunan pula, karena mikroorganisme telah
mendekomposisi senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti CO2, H2O
dan NH4.
Penurunan nilai COD ini dapat menentukan efisiensi pengolahan secara lumpur aktif.
Berdasarkan perhitungan, efisiensi pengolahan yang diperoleh sebesar 9,78%. Nilai efisiensi
yang diperoleh masih relatif kecil, dan nilai COD yang diperoleh setelah proses masih cukup
tinggi. Kandungan COD yang masih tinggi dapat disebabkan karena kondisi operasi yang tidak
optimum atau pertumbuhan mikroorganisme tidak baik, sehingga tidak dapat mendekomposisi
senyawa organik dalam sampel. Limbah yang telah diolah secara lumpur aktif ini tidak boleh
dibuang langsung ke lingkungan karena kadar COD nya masih tinggi. Dampak dari tingginya
kandungan COD dalam limbah dapat mengakibatkan tidak adanya kehidupan biota air
(Mulyaningsih, 2013). Limbah tersebut harus melalui pengolahan lebih lanjut agar dapat
dibuang secara aman. Sebaiknya dalam proses pengolahan limbah, dilakukan kombinasi secara
aerobik dan anaerobik untuk meningkatkan efisiensi pengolahan.
Berdasarkan hasil percobaan nilai MLVSS sebelum proses pengolahan adalah 28312,5
dan nilai MLVSS setelah proses pengolahan selama 7 hari yaitu sebesar 53387,5 mg/L. Nilai
MLVSS ini mengalami peningkatan, peningkatan nilai MLVSS menunjukkan mikroorganisme
mengalami pertumbuhan.
VII. KESIMPULAN
1. Kandungan bahan organik dalam sampel (COD) mula-mula sebesar 7360 mg O2/L
mengalami penurunan menjadi 6640 mg O2/L setelah proses lumpur aktif selama 7 hari.
2. Nilai efisiensi penurunan COD adalah sebesar 9,78%. Nilai efisiensi ini relatif rendah.
3. Nilai MLVSS atau VSS pada sampel sebelum proses adalah 28312,5 mg/L. Sedangkan
nilai MLVSS setelah proses lumpur aktif selama 7 hari adalah 53387,5 mg/L. Nilai
MLVSS ini mengalami peningkatan artinya terdapat pertumbuhan mikroba selama
proses pengolahan berlangsung.
4. Konsentrasi nutrisi yang diperlukan bagi mikroorganisme dengan volume sampel 10L
dengan perbadingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1 adalah :
- Glukosa sebagai sumber karbon sebesar 2,8080 gram
- KNO3 sebagai sumber Nitrigen sebesar 1,0129 gram
- KH2PO4 sebagai sumber fosfor sebesar 0,1233 gram
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Ardra, Biz. 2019. Cara Mengukur Parameter Kualitas Air Limbah.
https://ardra.biz/topik/mixed-liquor-volatile-suspended-solid-
mlvss/#:~:text=MLSS%20menunjukkan%20jumlah%20TSS%20yang,inilah%20yang%
20disebut%20dengan%20MLVSS. (Diakses pada 4 Februari 2021)
2. BAB II. 2015_TA_TL_08209012_Bab-2.pdf (trisakti.ac.id) (Diakses pada 4 Februari
2021).
3. Mulyaningsih, D. (2013). Pengaruh Effective Microorganism MS-4(EM-4) terhadap
penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada Limbah Cair Industri Tahu.
Naskah Publikasi,Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Muhamadiyah Surakarta.
4. Nusa Idaman Said & Kristianti Utomo. (207). “Pengolahan Air Limbah Domestik dengan
Proses Lumpur Aktif yang Diisi dengan Media Bioball” JAI Vol.3, No.2 : 160-174
5. Prasetyan, D.A. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Lumpur Aktif dan Karbon
Aktif. (PDF) Pengolahan Air Limbah dengan Metode Lumpur Aktif dan Karbon Aktif
(researchgate.net). (Diakses pada 4 Februari 2021)
6. Santoso, Arif Dwi. 2018. Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas Tambang
Batu Bara. Jurnal Teknologi Lingkungan. 19 (1): 89-96.
7. Susanto, E dan Eddy Sapto H. 2012. Pengkajian Lumpur Aktif pada Limbah Cair Industri
Bihun sebagai Sumber Mikroba dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Pangan. Warta
IHP/Journal of Agro-Based Industry. (29).