Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

MODUL : LUMPUR AKTIF

Kelompok : 3
Anggota : - Hasna Aulia Iswahyuni (181431012)
- Ilahi Hidayanti Nur (181431013)
- Inayah (181431014)
- Liesna Kania Habibah (181431015)
- Milah Puspitasari (181431016)
Pembimbing : Dra. Dewi Widyabudiningsih, M.T.

I. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi
kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu.
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang mewakili
kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif.
3. Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam
lumpur aktif.
4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan bahan
organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif
terhadap kandungan bahan organik mula-mula.

II. DASAR TEORI


2.1 Lumpur Aktif
Lumpur aktif adalah lumpur yang ada dalam dasar saluran atau bak limbah yang
mengandung mikroba yang mempunyai kemampuan untuk memecah bahan organik menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Hampir semua jenis limbah cair dapat diolah secara biologi bila
dilakukan melalui penanganan dan kontrol kondisi lingkungan hidup mikroba dengan benar.
Proses pengolahan biologi merupakan proses pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
aktivitas pertunbuhan mikroorganisme yang kontak dengan air limbah, sehingga
mikroorganisme tersebut dapat meaggunakan bakteri organik pencermar yang ada sebagai
bahan makanan dalam kondisi lingkungan tertentu dan mendegradasi atau menstabilisasinya
menjadi bentuk yang lebih sederhana (Metcalf dan Eddy, 2004).
Pengolahan limbah cair industri pangan, menggunakan lumpur aktif adalah cara
penanganan limbah yang paling banyak digunakan (Sutapa, 2000). Di dalam limbah yang
mengandung bahan organik terdapat zat zat yang merupakan makanan dan kebutuhan-
kebutuhan lain bagi mikroorganisme yang akan digunakan dalam proses lumpur aktif. Prinsip
lumpur aktif yaitu memanfantkan mikroorganisme yang mampu memecah bahan organik
dalam limbah cair. Proses lumpur aktif adalah proses dimana limbah cair dan lumpur aktif
dicampur dalam satu reaktor (Sutaps, 1999).

2.2 Nutrisi
Pada pengolahan limbah dengan lumpur aktif juga dilakukan penambahan nutrisi. Hal
tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas sisa lumpur aktif yang terdapat di tangki aerasi
tersebut. Karena kemungkinan besar bakteri pengurai yang ada di dalamnya membutuhkan
banyak nutrisi sebagai makanan agar dapat terus hidup dalam air limbah. Setelah proses
penambahan nutrisi tersebut limbah dialirkan kembali ke tangki sedimentasi untuk pemisahan
lumpur dan air limbah yang telah diolah (Verstraete, W., dan Vaerenbergh E.V., 1986).
Jumlah nutrisi yang tidak cukup cenderung akan menurunkan laju pertumbuhan
mikroorganisme, menurunkan laju penghilangan BOD dan melemahkan sifat karakteristik
limbah lumpur yang diendapkan. Pendekatan yang dilakukan secara umum penambahan nutrisi
dapat diperoleh dengan perbandingan BOD:N:P sebesar 100:5:1, pendekatan perbandingan ini
akan menjamin terjaganya nutrisi yang cukup dalam laju pengolahan biologi yang cukup tinggi.

2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)


COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Seluruh bahan organik akan diurai
karena pada pengukuran COD ini menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi
asam dan panas dengan katalisator perak sulfat sehingga segala macam bahan organik, baik
yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian,
selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit
urai yang ada di perairan. Nilai COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan peralatan khusus
refluks, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi. Peralatan refluks diperlukan untuk
menghindari berkurangnya air sampel karena pemanasan. Prinsip pengukuran COD adalah
penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel
(dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat,
kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera
dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan
organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.

2.4 Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)


Pada proses lumpur aktif, mikroorganisme yang tersuspensi digunakan untuk menangani
limbah cair. Air limbah beserta mikroba tersuspensi dalam air limbah tersebut biasa disebut
dengan mixed liquor. Untuk mengetahui kuantitas mikroba pendekomposisi atau pendegradasi
air limbah maka ditentukan dengan mengukur kandungan padatan tersuspensi yang mudah
menguap (mixed liquor volatile suspended solids/MLVSS) dalam reaktor. Rasio kuantitas
nutrisi yang ditambahkan ke dalam mixed liquor terhadap kuantitas mikroba tersuspensi
digunakan sebagai ukuran sehat tidaknya pertumbuhan mikroba tersebut. Rasio food to
microorganisms (F/M) yang ideal untuk sistem Lumpur Aktif Konvensional berkisar antara
0,2 – 0,5 kg BOD/hari/kg MLVSS. Jika rasio F/M terlalu besar maka akan terdapat dominasi
pertumbuhan bakteri filamen yang menyebabkan lumpur aktif sulit mengendap. Jika F/M
terlalu kecil maka akan terbentuk busa yang berasal dari pertumbuhan bakteri pembentuk busa.
Maka nilai F/M yang ideal merupakan parameter kunci yang menjadi acuan keberhasilan
pengoperasian sistem Lumpur Aktif.
III. LANGKAH KERJA
3.1 Tahapan Percobaan :
Tentukan konsentrasi organik (COD) awal dalam Tangki Lumpur Aktif sebelum penambahan
substrat makanan / nutrisi bagi mikroorganisme dalam Tangki tersebut.

Tentukan kandungan mikroorganisme dalam Tangki Lumpur Aktif dengan cara menentukan
konsentrasi Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) secara gravimetri.

Tentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah sebesar 300 mg BOD/L
ke dalam Tangki Lumpur Aktif dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1.
Komposisi substrat terdiri dari glukosa sebagai sumber karbon, KNO3 sebagai sumber nitrogen,
dan KH2PO4 sebagai sumber pospor.

Perhatikan volume mixed liquor dalam Tangki Lumpur Aktif, sesuaikan kuantitas
nutrisi/substrat yang dibutuhkan dengan volume tersebut.

Tentukan konsentrasi organik (COD) setelah proses berjalan selama


seminggu untuk mengetahui efisiensi pengolahan.

3.2 Penentuan kandungan organik (Chemical Oxygen Demand/COD) dari sampel :

Masukkan 2,5 sampel ke Masukkan tabung


Keluarkan tabung
dalam tabung hach. Hach pada Hach
Hach dari digester
Tambahkan 3,5 mL pereaksi COD Digester dan
dan biarkan dingin
kalium bikromat dan 1,5 mL panaskan pada suhu
pada udara terbuka.
pereaksi H2SO4pekat. 150oC selama 2 jam.

Setelah tabung menjadi


Titrasi dihentikan
Lakukan pekerjaan dingin, titrasi dengan
jika terjadi
serupa untuk larutan Ferro Amonium
perubahan warna
aquades (sebagai (FAS) 0,1 N menggunakan
dari hijau menjadi
blanko) indikator ferroin (sekitar 2
coklat
atau 3 tetes).

Perhitungan:
(a  b) c x 1000 x d x p
COD (mg O2 / l )  .........(1)
ml sampel
dimana:
a = ml FAS untuk blanko
b = ml FAS untuk sampel
c = normalitas FAS
d = berat equivalen Oksigen (8)
p = pengenceran

3.3 Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) :

Timbang sampai didapat berat konstan dari


Panaskan cawan pijar selama 1 jam dalam
cawan pijar (a gram) maupun kertas saring (b
Furnace pada suhu 600 oC dan panaskan kertas
gram). Gunakan Desikator untuk menurunkan
saring selama 1 jam dalam Oven pada suhu
suhu cawan pijar maupun kertas saring selama
105 oC.
penimbangan.

Masukkan kertas saring Saring 40 ml air limbah


Timbang cawan pijar yang yang berisi endapan ke sampel dengan
berisi kertas saring dan dalam cawan pijar dan menggunakan kertas saring
endapan sampai didapat panaskan dalam Oven yang sudah diketahui
berat konstan (c gram). pada suhu 105 oC selama beratnya.
1 jam.

Masukkan cawan pijar yang berisi


kertas saring dan endapan ke Timbang sampai didapat
dalam Furnace pada suhu 600 oC berat konstan (d gram).
selama 2 jam.

Perhitungan:
(c  a )
TSS (mg / L)  x 106 .................. (2)
ml sampel

(c  d )
VSS (mg / L)  x 106 .................. (3)
ml sampel

FSS (mg / L)  TSS VSS ................... (4)

dimana:
TSS: Total padatan tersuspensi (Total Suspended Solids)
VSS: Padatan tersuspensi yang mudah menguap (Volatile Suspended Solids); dalam hal ini
VSS = MLVSS
FSS: Padatan tersuspensi yang tidak menguap (Fixed Suspended Solids); dalam hal ini FSS =
TSS – VSS
3.4 Penentuan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme
Nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah yang diberikan sebesar 300 mg
BOD/L dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Untuk menentukan komposisi nutrisi yang
terdiri dari glukosa, KNO3, dan KH2PO4 digunakan reaksi oksidasi sebagai berikut:

𝐶6 𝐻12 𝑂6 + 6𝑂2 → 6𝐶𝑂2 + 6𝐻2 𝑂

Dengan demikian glukosa yang harus ditambahkan disesuaikan dengan perbandingan


koefisien reaksi di atas. Kebutuhan unsur nitrogen dan pospor dihitung berdasarkan
perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Karena sumber nitrogen tersedia dalam bentuk/senyawa
KNO3, dan unsur pospor tersedia dalam bentuk KH2PO4 maka sesuaikan kuantitas unsur-unsur
ini dengan memperhitungkan perbandingan massa atom relatif dan massa molekul relatif
masing-masing senyawa. Untuk volume tertentu dari mixed liquor dalam Tangki Lumpur
Aktif, sesuaikan kuantitas masing-masing komposisi bahan kimia yang dibutuhkan dengan
volume tersebut.

IV. DATA PERCOBAAN


4.1 Penentuan COD
Volume sampel = 2,5 ml
Berat equivalen Oksigen = 8 gram/mol

Titrasi sampel Titrasi N FAS


Pengenceran
Reaktor (mL) Blanko (mL) (N)
b a c p
Hari 1 1,58 2,50 0,1 25
Hari 7 1,67 2,50 0,1 25
4.2 Penentuan MLVSS

Berat cawan pijar + Berat cawan pijar +


Berat
Berat cawan kertas saring dan sampel kertas saring dan sampel Volume
kertas
Waktu pijar kosong setelah pemanasan dalam setelah pemanasan dalam sampel
saring
oven furnace
a b c d mL
Hari 1 33,2560 1,1805 34,3980 33,2655 40
Hari 7 33,2555 1,1805 34,3950 33,2595 40

V. PENGOLAHAN DATA
5.1 Penentuan konsentrasi nutrisi
Volume air limbah = 10 L
Perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1
BOD = 300 mg/L
Mr O2 = 32 gram/mol
 Gram O2 = 300 mg/L x 10 L

= 3000 mg

= 3 gram

𝐺𝑟𝑎𝑚 3
 Mol O2 = = 32 = 0,0938 mol
𝑀𝑟

Kebutuhan Glukosa :

Reaksi : C6H12O6 + 6O2  6CO2 + 6 H2O


Mr Glukosa = 180 gram/mol
1
 Mol C6H12O6 = 6 𝑥 0,0938 = 0,0156 mol

 Gram C6H12O6 = mol x Mr glukosa


= 0,0156 mol x 180 gram/mol
= 2,8080 gram
Berat glukosa yang harus ditimbang = 2,8080 gram

Kebutuhan Nitrogen :

BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Ar N = 14 gram/mol
Mr KNO3 = 101 gram/mol
5
 Gram N = 100 𝑥 2,8080 = 0,1404 gram
𝑀𝑟 𝐾𝑁𝑂3
 Gram KNO3 = 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁
𝐴𝑟 𝑁
101
= 𝑥 0,1404 = 1,0129 gram
14

Berat KNO3 yang harus ditimbang = 1,0129 gram

Kebutuhan Fosfor :

BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Ar P = 31 gram/mol
Mr KH2PO4 = 136 gram/mol
1
 Gram P = 100 𝑥 2,8080 = 0,0281 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝐾𝐻2𝑃𝑂4
 Gram KH2PO4 = 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑃
𝐴𝑟 𝑃
136
= 𝑥 0,0281 = 0,1233 gram
31

Berat KH2PO4 yang harus ditimbang = 0,1233 gram

5.2 Penentuan kadar COD


Perhitungan :
(a − b) c x 1000 x d x p
𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔 𝑂2/𝐿) =
ml sampel

Keterangan :
a = ml FAS untuk blanko
b = ml FAS untuk sampel
c = Normalitas FAS
d = berat equivalen Oksigen (8)
p = pengenceran

 Kadar COD pada Hari 1 :


(2,50 − 1,58) x 0,1 x 1000 x 8 x 25
COD (mg O2/L) =
2,5
= 7360 mg O2/L
 Kadar COD pada hari ke-7 :
(2,50 − 1,67)x 0,1 x 1000 x 8 x 25
COD (mg O2/L) =
2,5
= 6640 mg O2/L

 Efisiensi penurunan COD


kadar COD awal − kadar COD akhir
Efisiensi = x 100%
kadar COD awal
7360 – 6640
= x 100%
7360

= 9,78 %

5.3 Penentuan MLVSS


Perhitungan :

(𝒄−𝒅)
VSS = 𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟔

Keterangan :
c = berat cawan + kertas saring + sampel setelah pemanasan dengan oven (gram)
d = berat cawan + kertas saring + sampel setelah pemanasan dengan furnace (gram)
Volume sampel = 40 ml

 VSS pada hari ke-1 :


(34,3980 −33,2655)
VSS = 𝑥 106
40

= 28312,5 mg/l

 VSS pada hari ke-7 :


(34,3950 −32,2595)
VSS = 𝑥 106
40

= 53387,5 mg/l
VI. PEMBAHASAN
Pengolahan limbah secara biologis memanfaatkan bakteri sebagai pemecah senyawa-
senyawa kompleks terutama senyawa organik menjadi menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Pengolahan secara biologis dapat dilakukan secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses
aerobik, oksigen diinjeksikan ke dalam reaktor, sedangkan pada kondisi anaerobik reaktor
dijaga agar kedap oksigen karena keberadaan oksigen akan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Pengolahan limbah yang sering digunakan diantaranya adalah lumpur aktif,
yaitu menggunakan sistem pertumbuhan mikroba tersuspensi secara aerobik. Pada percobaan
ini dilakukan pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif. Parameter yang diukur pada
percobaan ini adalah COD dan MLVSS sampel pada kondisi awal dan setelah dilakukan
pengolahan.

Tahapan dalam pengolahan limbah secara lumpur aktif secara umum dibagi menjadi 3
tahap, yaitu pemberian nutrisi, pengukuran COD dan penentuan MLVSS. Pemberian nutrisi
pada sampel bertujuan untuk memberikan sumber makanan pada mikroorganisme.
Mikroorganisme pada proses lumpur aktif hidup berkoloni menyerupai lumpur.
Mikroorganisme ini akan mendekomposisi zat organik terlarut dalam sampel menjadi biomassa
baru dan zat anorganik. Pemberian nutrisi pada mikroorganisme harus disesuaikan dengan
jumlah sampel yang akan di olah. Nutrisi yang diberikan berupa glukosa, KNO3 dan KH2PO4.
Glukosa digunakan sebagai sumber karbon, KNO3 sebagai sumber nitrogen dan KH2PO4
sebagai sumber fosfor. Perbandingan nutrisi yang harus diberikan yaitu BOD : N : P = 100 : 5
: 1. Berdasarkan hasil perhitungan, banyaknya nutrisi yang harus ditambahkan yaitu glukosa
sebanyak 2,8080 gram, KNO3 1,0129 gram, dan KH2PO4 0,1233 gram.

Sebelum proses pengolahan sampel, dilakukan pengukuran awal nilai COD dan nilai
MLVSS. Pengukuran ini bertujuan agar dapat dilakukan perbandingan terhadap nilai akhir
COD dan MLVSS setelah proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif berlangsung selama 7 hari,
kemudian dilakukan pengukuran kembali.

Penentuan COD sampel dilakukan dengan cara titrasi menggunakan titran larutan Ferro
Amonium 0,1 N. COD menunjukkan total jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
oksidasi bahan prganik secara kimiawi. Pengukuran COD bertujuan untuk mengetahui efisiensi
pengolahan limbah secara lumpur aktif dan mengetahui jumlah oksigen (mg O2/L) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik. Bila semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi maka semakin banyak pula kandungan zat organiknya.
Artinya bila nilai COD semakin tinggi, maka kandungan bahan organik dalam sampel semakin
tinggi pula sehingga kualitasnya semakin buruk.

Berdasarkan hasil percobaan, nilai COD pada sampel mula-mula sebesar 7360 mg O2/L.
Kemudian setelah proses pengolahan lumpur aktif berlangsung selama 7 hari diperoleh nilai
COD sebesar 6640 mg O2/L. Nilai COD yang diperoleh mengalami penurunan dari pengukuran
awal dan setelah proses 7 hari. Penurunan nilai COD menandakan bahwa jumlah senyawa
organik dalam reaktor telah mengalami penurunan pula, karena mikroorganisme telah
mendekomposisi senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti CO2, H2O
dan NH4.

Penurunan nilai COD ini dapat menentukan efisiensi pengolahan secara lumpur aktif.
Berdasarkan perhitungan, efisiensi pengolahan yang diperoleh sebesar 9,78%. Nilai efisiensi
yang diperoleh masih relatif kecil, dan nilai COD yang diperoleh setelah proses masih cukup
tinggi. Kandungan COD yang masih tinggi dapat disebabkan karena kondisi operasi yang tidak
optimum atau pertumbuhan mikroorganisme tidak baik, sehingga tidak dapat mendekomposisi
senyawa organik dalam sampel. Limbah yang telah diolah secara lumpur aktif ini tidak boleh
dibuang langsung ke lingkungan karena kadar COD nya masih tinggi. Dampak dari tingginya
kandungan COD dalam limbah dapat mengakibatkan tidak adanya kehidupan biota air
(Mulyaningsih, 2013). Limbah tersebut harus melalui pengolahan lebih lanjut agar dapat
dibuang secara aman. Sebaiknya dalam proses pengolahan limbah, dilakukan kombinasi secara
aerobik dan anaerobik untuk meningkatkan efisiensi pengolahan.

Selanjutnya dilakukan pengukuran kandungan padatan tersuspensi yang mudah menguap


atau MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid). MLVSS menunjukkan kandungan
bahan organik yang mudah teruapkan yang nilainya mewakili jumlah mikroorganisme yang
ada dalam sampel. Pengukuran MLVSS dilakukan pada air limbah sebelum proses pengolahan
dan setelah 7 hari proses pengolahan lumpur aktif. Pengukuran MLVSS ini dilakukan untuk
mengetahui kuantitas mikroorganisme pada sistem lumpur aktif. Proses degradasi atau
dekomposisi bahan organik dalam air limbah yang dilakukan oleh mikroorganisme sangat
bergantung pada nilai MLVSS. Dalam suatu pengolahan air limbah, nilai MLVSS diharapkan
semakin bertambah.

Berdasarkan hasil percobaan nilai MLVSS sebelum proses pengolahan adalah 28312,5
dan nilai MLVSS setelah proses pengolahan selama 7 hari yaitu sebesar 53387,5 mg/L. Nilai
MLVSS ini mengalami peningkatan, peningkatan nilai MLVSS menunjukkan mikroorganisme
mengalami pertumbuhan.

VII. KESIMPULAN
1. Kandungan bahan organik dalam sampel (COD) mula-mula sebesar 7360 mg O2/L
mengalami penurunan menjadi 6640 mg O2/L setelah proses lumpur aktif selama 7 hari.
2. Nilai efisiensi penurunan COD adalah sebesar 9,78%. Nilai efisiensi ini relatif rendah.
3. Nilai MLVSS atau VSS pada sampel sebelum proses adalah 28312,5 mg/L. Sedangkan
nilai MLVSS setelah proses lumpur aktif selama 7 hari adalah 53387,5 mg/L. Nilai
MLVSS ini mengalami peningkatan artinya terdapat pertumbuhan mikroba selama
proses pengolahan berlangsung.
4. Konsentrasi nutrisi yang diperlukan bagi mikroorganisme dengan volume sampel 10L
dengan perbadingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1 adalah :
- Glukosa sebagai sumber karbon sebesar 2,8080 gram
- KNO3 sebagai sumber Nitrigen sebesar 1,0129 gram
- KH2PO4 sebagai sumber fosfor sebesar 0,1233 gram
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Ardra, Biz. 2019. Cara Mengukur Parameter Kualitas Air Limbah.
https://ardra.biz/topik/mixed-liquor-volatile-suspended-solid-
mlvss/#:~:text=MLSS%20menunjukkan%20jumlah%20TSS%20yang,inilah%20yang%
20disebut%20dengan%20MLVSS. (Diakses pada 4 Februari 2021)
2. BAB II. 2015_TA_TL_08209012_Bab-2.pdf (trisakti.ac.id) (Diakses pada 4 Februari
2021).
3. Mulyaningsih, D. (2013). Pengaruh Effective Microorganism MS-4(EM-4) terhadap
penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada Limbah Cair Industri Tahu.
Naskah Publikasi,Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Muhamadiyah Surakarta.
4. Nusa Idaman Said & Kristianti Utomo. (207). “Pengolahan Air Limbah Domestik dengan
Proses Lumpur Aktif yang Diisi dengan Media Bioball” JAI Vol.3, No.2 : 160-174
5. Prasetyan, D.A. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Lumpur Aktif dan Karbon
Aktif. (PDF) Pengolahan Air Limbah dengan Metode Lumpur Aktif dan Karbon Aktif
(researchgate.net). (Diakses pada 4 Februari 2021)
6. Santoso, Arif Dwi. 2018. Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas Tambang
Batu Bara. Jurnal Teknologi Lingkungan. 19 (1): 89-96.
7. Susanto, E dan Eddy Sapto H. 2012. Pengkajian Lumpur Aktif pada Limbah Cair Industri
Bihun sebagai Sumber Mikroba dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Pangan. Warta
IHP/Journal of Agro-Based Industry. (29).

Anda mungkin juga menyukai