Anda di halaman 1dari 10

MODUL

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA


ABSORPSI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


CABANG DINAS PENDIDIKAN
WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
SMK NEGERI KABUH
2019
MODUL
ABSORPSI

I. Tujuan
1. Menentukan jumlah CO2 yang terabsorpsi dengan metodi titrasi
2. Menentukan laju absorpsi

II. Teori
Absorbsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat
didalam gas dengan menggunakan cairan. Suatu alat yang banyak digunakan dalam
absorpsi gas ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk
silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi
padabagian bawah, pemasukan zat cair pada bagian atas, sedang pengeluaran gas
dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah, serta suatu zat padat tak aktif
(inert) diatas penyangganya yang disebut packing.
Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan
terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas
maupun cairan yang melewati akan mengalami pressure drop atau penurunan
tekanan.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk packing :
1. Harus tidak bereaksi (kimia) dengan fluida didalam menara.
2. Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
3. Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tampa terlalu
banyak zat cair yang terperangkap atau menyebkan penurunan tekanan
terlalu tinggi.
4. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan
gas.
5. Harus tidak terlalu mahal.
Penurunan tekanan akan menjadi lebih besar jika bahan isian yang digunakan
tidak beraturan (random packing). Selain itu, penurunan tekanan juga dipengaruhi
oleh laju alir gas maupun cairan. Pada laju alir tetep, penurunasn tekanan gas
sebanding dengan kenaikan laju alir cairan. Hal ini disebabkan karena ruang
antara bahan pengisi yang semula dilewati gas menjadi lebih banyak dilewati
cairan. Sehingga akan menyebabkan hold up (cairan yang terikat dalam
ruangan) bertambah. Akibatnya peningkatan laju alir cairan lebih lanjut akan
menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan dibagian atas kolom. Keadaan ini
biasa disebut flooding (banjir). Titik terjadinya peristiwa disebut flooding point.
Operasi pada keadaan flooding tidak akan menghasilkan perpindahan massa yang
bagus. Perpindahan massa yang optimum, dilakukan pada keadaan loading point
(titik belok kurva).
Jika laju alir cairan dipertahankan tetap sedang laju gas bertambah, maka
terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi :
1. Terbentuk lapisan cairan yang menyerupai gelembung gas diatas permukaan
packing.
2. Cairan tidak akan dapat mengalir keluar kolom karena adanya tekanan yang
besar dari aliran udara. Akibatnya cairan akan mengisi kolom dari bawah
keatas sehingga terjadi inversi dari gas terdispersi kecairan berubah menjadi
cairan terdispersi kealiran gas.
3. Terjadi gelembung/ buih-buih udara didalam kolom yang makin lama makin
keatas dan akhirnya tumpah keluar kolom. Pada kondisi demikian, penurunan
tekanan gas berlangsung dengan cepat.
Banyak hal yang mempengaruhi absorpsi gas kedalam cairan, antara lain :
1. Temperatur operasi
2. Tekanan operasi
3. Konsentrasi komponen dalam cairan
4. Konsentrasi komponen di dalam aliran gas
5. Luas bidang kontak
6. Lama waktu kontak
Karena itu, dalam operasi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga diperoleh
hasil yang maksimal.Karekteristik suatu cairan dalam menyerap komponen didalam
aliran gas ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan massa antara gas-cairan,
yaitu banyaknya mol gas yang berpindah persatuan luas serta tiap fraksi mol (gram
mol) / (detik) (cm2) (fraksi mol). Untuk menentukan harga koefisien perpindahan
massa suatu kolom absorpsi dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca
massa.
Gas CO2 akan bersifat korosif jika di dalam gas alam terkandung uap air yang
dapat mengasamkan CO2 menjadi H2CO3. Sifat korosif CO2 akan muncul pada
daerah-daerah yang menyebabkan penurunan temperatur dan tekanan, seperti pada
bagian elbow pipa tubing-tubing, cooler, dan injektor turbin. Sebagai contoh di
dalam fasilitas turbin gas, CO2 akan mengakibatkan penurunan nilai kalor
pembakaran karena CO2 dan H2O merupakan produk dari pembakaran, sehingga
CO2 dan H2O tidak dapat dibakar. Menurunnya kalor pembakaran akan mengurangi
tegangan listrik yang dihasilkan oleh turbin gas tadi. Contoh lain misalnya dalam
proses pencairan gas alam, CO2 bersifat merugikan, karena pada suhu sangat rendah
CO2 akan menjadi padat (icing), sehingga mengakibatkan tersumbatnya sistem
perpipaan dan merusak tubing-tubing pada alat penukar panas utama (main heat
exchanger). Secara konvensional, proses penghilangan CO2 di industri dilakukan
dengan proses gas absorbsi yang berskala besar.
Campuran gas tersebut dikontakkan dengan pelarut absorben didalam alat
seperti packed towers, spray towers, venture towers, dan sieve-tray towers.
Sedangkan tipe dari alat scrubber yang lain seperti buble dan foam coloumn. Pada
kolom konvensional ini, kontak antara fasa gas dan fasa cair terjadi secara langsung
sehingga memungkinkan terjadinya dispersi antar fasa. Kelemahan yang terjadi
pada packed towers, buble dan foam coloumn adalah memiliki laju alir yang satu
arah (cocurrent) sehingga laju perpindahan massa yang terjadi tidak lebih baik dari
kondisi kesetimbangan. Sedangkan untuk laju alir yang berlawanan (countercurrent)
seperti yang terjadi pada packed towers dan juga sieve-tray towers dapat terjadi
peluapan (flooding) jika laju alir gas terlalu besar dan juga akan terjadi proses
penumpukan (loading) jika laju alir terlalu kecil. Pada absorpsi gas CO2
menggunakan pelarut air, CO2 bereaksi dengan air melalui persamaan sebagai
berikut:

CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-


Reaksi CO2 dengan air tersebut merupakan reaksi kesetimbangan, di mana

konstanta kesetimbangannya sangat kecil sehingga pembentukan H+ dan HCO3-


juga sangat kecil. Karena itu, proses absorbsi CO2 dengan air lebih dinyatakan
sebagai absorbsi fisika, bukan absorbs kimia
Neraca massa total untuk seluruh stage:
L0 + VN+1 = LN + V1 = M
Dengan: VN+1, LN, = mol/j bahan masuk dan keluar. Untuk kesetimbangan
komponent A,B,C,
L0X0 + VN+1 YN+1 = LNXN + V1Y1
x dan y dalam mole fraksi Kesetimbangan
Total setelah stage pertama n;
L0 + VN+1 = LN + V1
Untuk suatu kesetimbangan komponent ;
L0X0 + Vn+1 Yn+1 = LnXn + V1Y1

Gambar 1 Jumlah stages pada suatu proses kontak multipel Stage


III. Bahan
1. Gula
2. Kecambah
3. Fermipan
4. Aquades
5. HCl
6. NaOH
7. Indikator PP/MO
IV. Alat
1. Panci 13. Neraca analitis
2. Hot plate 14. Kaca arloji
3. Kawat kasa 15. Spatula
4. Sendok 16. Gelas ukur
5. Saringan 17. Pipet
6. Erlenmeyer 18. Beaker glass
7. Aluminium foil 19. Labu ukur
8. Benang 20. Corong kaca
9. Botol ukuran 500 mL 21. Mortar alu
10. Selang 22. Buret
11. Plastisin 23. Statif dan klem
12. Lilin 24. Kertas saring

V. Prosedur
1. Pembuatan Absorben dan Titran
a. Pembuatan NaOH 0.1 M 100 mL
b. Pembuatan HCl 0.1 M 1000 mL
2. Pembuatan Starter
a. Ambil 3 gram kecambah (tauge) pendek yang tumbuh. Tumbuk
kasar-kasar. Tambah aquades sebanyak 300 mL
b. Berilah gula 5 gr
c. Didihkan selama 30 menit, lalu disaring
d. Filtratnya setelah dingin ditambahkan yeast (sesuai variabel)
e. Tutup dengan aluminium foil dan inkubasikan sehingga terjadi
gelembung-gelembung di permukaan.
3. Pembuatan Alkohol
a. Larutkan gula (sesuai variabel) ke dalam 500 mL aquades
b. Masukkan ke dalam botol, tutup dengan aluminium foil dan ikat
dengan benang.
c. Masukkan starter pada hari selanjutnya.
d. Fermentasi berlangsung selama 7-10 hari.
e. Lakukan penambahan gula (sesuai variabel setiap harinya)
f. Amatilah parameter-parameter yang diinginkan selama proses
fermentasi.
4. Analisis kadar alkohol
a. Pisahkan alkohol dengan endapan
b. Ukur densitas alkohol dengan menggunakan piknometer
c. Hitung kadar alkohol dengan menggunakan data
5. Analisis kadar NaOH
a. Pisahkan larutan NaOH dengan endapan
b. Ambil 10 mL filtrat dan masukkan ke dalam erlenmeyer (3
erlenmeyer)
c. Tambahkan 3 tetes indikator PP/MO
d. Lakukan titrasi dengan HCl hingga tercapai titik equivalent yang
ditandai dengan perubahan warna titrat
e. Hitung konsentrasi NaOH
LEMBAR DATA

Nama :
No. :
Kelas :

1. Hasil Pengamatan
Tabel 1 Pengamatan terhadap alkohol
Parameter
Hari Ke
Rasa Bau Keterangan
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 2. Pengamatan terhadap larutan NaOH


Parameter
Hari Ke
Warna pH Keterangan
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 3. Pengamatan terhadap titrasi


No. Volume Titrat (mL) Volume Titran (mL)
1
2
3
Rata-rata
2. Hasil Perhitungan
Tabel 4. Perhitungan konsentrasi gas CO2 pada aliran masuk dan konsentrasi
gas CO2 pada aliran yang keluar
Variabel Konsentrasi Titrat
Waktu Cd Co
C substrat C Yeast Awal Akhir

Tabel 5. Perhitungan laju absorpsi


Variabel
Waktu Cd Co N
C substrat C Yeast

Mengetahui,
Pembimbing Praktikum

Khafid Ubay Ilyas


NIP. -

Anda mungkin juga menyukai