Anda di halaman 1dari 22

Abstrak

Absorpsi merupakan salah satu proses pemisahan dengan cara mengontakkan


campuran gas dengan cairan sebagai penyerapnya. Dalam percobaan ini digunakan
air untuk menyerap gas CO2. Percobaan bertujuan untuk menghitung neraca massa
pada absorber dengan proses penyerapan gas CO2 kedalam air yang mengalir ke
bawah menara isian menggunakan alat analisa gas Hempl. Percobaan ini dilakukan
dengan mengalirkan air dari atas menara isian dengan kecepatan alir air 6
Liter/menit dan 7 Liter/menit, sampai diperoleh aliran yang stabil, kemudian
mengalirkan udara dengan kecepatan alir udara 30 Liter/menit dan mengalirkan gas
CO2 dari bawah menara isian dengan kecepatan alir gas CO2 4 Liter/menit sehingga
memungkinkan keduanya terjadi kontak di dalam menara isian tersebut.
Pengambilan sampel dilakukan setiap 15 menit. Dari percobaan yang dilakukan
didapatkan CO2 yang paling banyak terserap adalah dengan menggunakan
kecepatan alir udara 30 Liter/menit, kecepatan alir CO2 4 Liter/menit dan kecepatan
alir air 6 Liter/menit.
Kata kunci : absorpsi, neraca massa, laju alir, analisa gas Hempl, menara isian
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

1.1.1 Pengertian Absorpsi

Absorpsi merupakan salah satu proses pemisahan dengan mengontakkan


campuran gas dengan cairan sebagai penyerapnya. Pada absorbsi sendiri ada dua
macam proses yaitu:

a. Absorpsi fisik

Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S
dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya
interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari
asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya,
yaitu :

1. Teori model film


2. teori penetrasi
3. teori permukaan yang diperbaharui

b. Absorpsi kimia

Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan


penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah
absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi
dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik
amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk
mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa
gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif
permukaan. Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir
stagnan disamping penangkapan dinamik.

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben
sering juga disebut sebagai cairan pencuci.

Persyaratan absorben :

1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan),
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).

1.1.2 Kolom Absorpsi

Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.

1.1.3 Struktur dalam absorber

Struktur dalam absorber dibagi beberapa bagian yaitu:

1. Bagian atas : Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.

2. Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga


mudah untuk diabsorbsi

3. Bagian bawah : Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
1.1.4 Prinsip Kerja Kolom Absorbsi

Ada beberapa prinsip kerja dalam kolom absorpsi sebagai berikut:

1. Kolom reactor adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia
ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi reaksi pada setiap
reactor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang
terjadi pada semua reaksi kimia.

2. Campuran gas yang merupakan keluaran dari eactor diumpankan kebawah


menara absorber. Di dalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa
gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan
gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari
bagian atas menara. Peristiwa reactor ini terjadi pada sebuah kolom yang
berisi packing dengan dua tingkat.

Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang
dimasukkan tadi.
Proses Pengolahan Kembali Pelarut Dalam Proses Kolom Absorber

1. Konfigurasi reactor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari
pelarut yang digunakan.

2. Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut), Volalitas pelarut, dan


aspek kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toxisitas, juga termasuk
biaya, semuanya akan diperhitungkan ketika memilih pelarut untuk spesifik
sesuai dengan proses yang akan dilakukan.

3. Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul pada
aliran gas, proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni dengan
memanaskannya.

1.1.5 Laju Absorbsi

Di dalam merancang suatu menara absorbsi, harga koefisien perpindahan


massa merupakan besaran yang sangat penting. Penurunan korelasi harga Kga
berdasarkan pada absorbsi fisik. Dengan adanya harga Kga dapat ditentukan
besaran-besaran lainnya seperti

a. Kecepatan perpindahan massa

Kecepatan perpindahan massa dapat dihitung setelah konsentrasi gas


yang berkesinambungan dengan fase cairnya diketahui. Dalam hal ini gas
harus berdifusi ke aliran cairan tiap satuan waktu.

b. Waktu operasi

Jika harga Kga diketahui maka kecepatan perpindahan massanya dapat


juga ditentukan sehingga waktu operasi bisa dihitung pula.
c. Ukuran alat dan bahan

Untuk mengetahui dimensi alat dan besarnya biaya pembuatan alat


tersebut, dapat diturunkan dari persamaan berikut : Rumus untuk menentukan
harga Kga dapat didasarkan pada absorbsi fisik dengan menganggap bahwa
kurva kesetimbangan berurutan pada selang waktu tertentu dimana
perpindahan massa berlangsung. Kecepatan perpindahan massa dapat
ditentukan berdasarkan persamaan yang diturunkan oleh Maxwell dan Stefan :
Persamaan tersebut merupakan persamaan untuk difusi gas dalam keadaan
tetap di komponen A melalui B yang tidak bergerak dan gas berdifusi dalam
tubuh gas ke permukaan batas gas-cair. Dari persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mencari korelasi Kga, yaitu : Apabila volume cairan
diabaikan, maka : Neraca massa A pada fase cair di sepanjang elemen volume
A Δz, menghasilkan persamaan : Neraca massa A pada fase gas pada elemen
volum yang sama menghasilkan persamaan : Pada absorbsi CO2 dengan
larutan NaOH menjadi :

CO2 (g) + 2NaOH (l) → Na2CO3 (l) + H2O

Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan


laju difusi CO2 kedalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film
cairan dengan bahan utama cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh
konsentrasi CO2 yang sangat cepat selama reaksi di sepanjang film. Pada
reaksi instan (sangat cepat) bilangan Ha (Ha = CL{K1,Cb}1/DA>>>1), maka
konsentrasi reaktan akan habis pada posisi X*<L, hal ini berakibat [A]2 = 0.
Letak X* adalah suatu tempat dimana fluks A dari antar muka dan B dari
bagian utama cairan berada pada perbandingan stokiometri. Pada kasus ini,
perbandingan stokiometri A terhadap B adalah 1 : 2, berlaku persamaan :
Dengan enchancement faktor (E) = 1 + β dengan Tebal film (X*) dapat
ditentukan dengan menganggap bahwa semua CO2 yang berpindah fase dari
gas ke cair habis bereaksi di sepanjang film.

1.1.6 Analisa Hempl (Hempl Analysis)

Dalam skala laboratorium, peralatan kolom absorber gas biasanya sudah


dilengkapi dengan peralatan analisa sampel gas (Hempl Analysis) mapun analisa
cairan (titrasi). Perangkat peralatan analisa gas Hempl berisi larutan NaOH yang
reaksinya dengan CO2 :

CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O

dimana jumlah CO2 yang diserap sebanding dengan pertambahan volume larutan
dalam peralatan analisa tersebut.

1.1.7 Packing

Di dalam absorber terdapat packing yang memberikan kontak yang bagus


antar kedua fasa sehingga luas permukaan menjadi maksimum. Beragam jenis
packing telah dikembangkan untuk memperluas daerah dan efisiensi kontak
gascairan. Ukuran packing yang umum digunakan adalah 3-75 mm. Bahan yang
digunakan dipilih berdasarkan sifat inert terhadap komponen gas maupun cairan
solven dan pertimbangan ekonomis, antara lain tanah liat, porselin, grafit dan
plastik. Packing yang baik biasanya memenuhi 60-90% dari volume kolom.

Ada 3 jenis packing :

1. Raschig ring: potongan pipa

2. Berl saddle

3. Pall ring
Gambar 1.3 Macam-macam packing

Untuk memperluas permukaan kontak, digunakan kolom berisi packing


(packed coloum) dengan kriteria pemilihan packing sebagai berikut :

1. Memiliki luas permukaan terbasahi tiap unit volume yang besar.

2. Memiliki ruang kosong yang cukup besar sehingga kehilangan tekanan kecil.

3. Karakteristik pembasahan baik.

4. Densitas kecil agar berat kolom keseluruhan kecil.

5. Tahan korosi dan ekonomis.


BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah absorber yang di lengkapi
dengan tabung gas CO2, pengatur tekanan untuk menyalurkan CO2. Dan
menggunakan alat-alat jelas seperti labu ukur, botol semprot,dan gelas kimia.

2.2. Bahan

Dalam praktikum neraca massa pada absorber, bahan-bahan yang dibutuhkan


yaitu: udara, CO₂, air, dan larutan NaOH 1 M.

2.3. Prosedur Percobaan

Langkah – langkah pelaksanaan percobaan ini yaitu sebagai berikut :

1. Membuat larutan NaOH 1 M.


2. Alat Hempl analisis diisi dengan larutan NaOH 1 M sampai batas 0 ml.
3. Alat dinyalakan kemudian kecepatan alir air diatur sebesar 6 L/menit.
4. Kecepatan alir udara diatur sebesar 30 L/menit.
5. Sisa gas yang terdapat pada saluran pengambilan sampel dibersihkan dengan
cara menghisap saluran itu menggunakan piston dan
mendorong/mengeluarkannya ke atmosfer.
6. Aliran gas CO2 dibuka kemudian diatur kecepatan alirnya sebesar 4
Liter/menit.
7. Arah aliran valve diatur untuk S1.
8. Menunggu selama waktu yang telah ditentukan ( ± 15 menit ).
9. Penyerapan pada piston dilakukan sebanyak 30 ml kemudian ditunggu selama
2 menit.
10. Valve yang menghubungkan piston diatur, S1 dan tabung bola NaOH,
sehingga CO2 yang terserap dapat dikontakkan ke larutan NaOH.
11. Piston didorong dan ditarik secara perlahan sebanyak tiga kali, kemudian
dihitung tinggi kenaikan larutan dalam Hempl analisis dan mencatatnya
sebagai volume CO2 yang terserap.
12. Saluran dari gas CO2 yang masih bersisa dibersihkan dengan cara mendorong
dan menarik piston beberapa kali, sehingga gas CO2 sisa terbuang ke
atmosfer.
13. Percobaan diatas dilakukan kembali ( mulai dari langkah 7 ), namun dengan
pengaturan valve untuk S2 dan S3.
14. Percobaan diatas dilakukan kembali untuk kecepatan aliran air sebesar 7
Liter/menit.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Fraksi CO2 mula-mula

Fraksi gas CO2 mula-mula dapat dilihat dari tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Fraksi CO2 mula-mula


F1 F2 F3 V1 V2 (ml)
Run
(L/menit) (L/menit) (L/menit) (ml) S1 S2 S3
1 6 30 4 30 1,5 3,7 4,2
2 7 30 4 30 1,1 3,5 3,8

Keterangan : F1 = Kecepatan aliran air (Liter/menit)


F2 = Kecepatan aliran udara (Liter/menit)
F3 = Kecepatan aliran CO2 (Liter/menit)
V1 = Volume gas pada tabung piston (ml)
V2 = Volume gas CO2 yang terabsorpsi (ml)

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa penyerapan gas CO2 dengan media
penyerap yaitu air dari campuran CO2 dengan udara dengan cara mengalirkan
air dari atas dan gas serta udara dari bawah. Air digunakan sebagai penyerap
gas CO2 karena air merupakan media penyerap yang lebih baik. Jumlah gas
CO2 yang terserap pada kecepatan aliran air yaitu 6 Liter/menit lebih banyak
dari pada jumlah gas CO2 yang terserap pada kecepatan aliran air 7 Liter/menit.
Hal ini disebabkan karena semakin kecil kecepatan aliran air didalam kolom
absorber sehingga air mengalir lambat didalam kolom maka semakin banyak
CO2 yang terserap oleh air.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 3.1 dibawah ini :

Kurva Hubungan V2 pada valve S1, S2, dan S3 terhadap


Kecepatan Aliran Air
5
4.5
V2 pada valve S1, S2, dan S3

4
3.5
3 Valve S1
2.5 Valve S2
2 Valve S3
1.5
1
0.5
0
6 7
Kecepatan Aliran Air (Liter/menit)

Gambar 3.1 Kurva hubungan V2 pada valve S1, S2, dan S3 terhadap kecepatan
alir air.

Berdasarkan gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada kecepatan aliran air 6
Liter/menit dan kecepatan aliran CO2 4 Liter/menit, jumlah CO2 yang terserap
pada S1 lebih sedikit dibandingkan CO2 yang terserap pada S2 dan S3 sama
halnya dengan penyerapan gas CO2 pada kecepatan aliran air 7 Liter/menit dan
kecepatan CO2 4 L/menit, sehingga grafik mengalami penurunan pada setiap titik
pengambilan CO2. Hal ini disebabkan karena posisi S1 berada di bagian atas pada
menara isian, sehingga gas CO2 yang dialirkan dari bawah menara isian masih
sedikit yang sampai pada S1, maka gas CO2 yang terserap hanya sedikit.
Sedangkan pada posisi S2 yang berada di bagian tengah pada menara isian, gas
CO2 yang diserapnya lebih tinggi daripada jumlah gas CO2 yang diserap dari
valve S1, karena jumlah gas yang di alirkan dari bawah menara isian sama
dengan jumlah air yang dialirkan dari atas menara isian, sehingga gas yang
diserap oleh air lebih banyak daripada S1. Dan pada posisi S3 yang berada di
menara isian bagian bawah, gas CO2 yang diserapnya banyak, karena posisi S3
berada dekat dengan distributor aliran gas CO2, sehingga air menyerap gas CO2
yang lebih banyak.

3.2 Fraksi mol dan fraksi volume CO2 yang diambil dari valve S3

Fraksi mol dan fraksi volume gas CO2 yang diambil dari valve S3 dapat
dilihat dari tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Hasil percobaan fraksi mol dan fraksi volume CO2 yang diambil
dari valve S3
Pembacaan Gas Masuk Saluran dari Bawah Kolom
Dari Peralatan Perhitungan Yi
Dari Flowmeter
Hempl
F1 F2 F3 𝐹3 𝑉2
V1 (ml) V2 (ml)
(L/menit) (L/menit) (L/menit) 𝐹2 + 𝐹3 𝑉1
6 30 4 30 4,2 0,12 0,14
7 30 4 30 3,8 0,12 0,13

Keterangan : F3/(F2+F3) = fraksi mol CO2


V2/V1 = fraksi volume CO2

Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa dari peralatan Hempl
menunjukkan valve S3 pada kecepatan aliran 6 Liter/menit diperoleh V2
sebanyak 4,2 ml, pada perhitungan Yi diperoleh fraksi mol CO2 sebanyak 0,12
Liter/menit, dan fraksi volume CO2 0,14 ml. Sedangkan pada kecepatan aliran air
7 Liter/menit diperoleh V2 sebanyak 3,8 ml, pada perhitungan Yi diperoleh fraksi
mol CO2 sebanyak 0,12 Liter/menit, dan fraksi volume CO2 0,13 ml. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin cepat kecepatan aliran air, maka semakin banyak
gas CO2 yang terserap pada S3.
3.3 Jumlah CO2 yang terserap antara S3 dengan S1 dan S3 dengan S2

Jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dan S1 dan S3 dengan S2 dapat
dilihat dari tabel 3.3 dibawah ini :
Tabel 3.3 Perhitungan jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dan S1
Kondisi Keluar CO2
Kondisi Masuk (inlet)
(outlet) terserap
Gas Gas Sampel diambil
F2, Total, sampel dari S1
F1, Air, F3, CO2, Fa.
Udara, F2+F3 diambil
(L/menit (L/menit (L/meni
(L/menit (L/menit dari S3 V1 V2 Y0 =
) ) t)
) ) Yi = (ml) (ml) V2/V1
V2/V1
6 30 4 34 0,14 30 1,5 0,05 3,22
7 30 4 34 0,13 30 1,1 0,037 3,30

Berdasarkan tabel 3.3 diatas, untuk kecepatan alir air (F1) 6 Liter/menit,
kecepatan alir udara (F2) 30 Liter/menit dan kecepatan alir CO2 (F3) 4 Liter/menit,
antara valve S3 dan S1, dihasilkan neraca massa CO2 yang terserap sebesar 3,22
Liter/menit. Sedangkan untuk kecepatan alir air (F1) 7 Liter/menit, kecepatan alir
udara (F2) 30 Liter/menit dihasilkan neraca massa CO2 yang terserap sebesar 3,30
Liter/menit.
Tabel 3.4 Perhitungan jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dan S2
CO2
Kondisi Keluar yang
Kondisi Masuk (inlet)
(outlet) terser
ap
Gas
Sampel Gas Sampel diambil
F2, Total dari S2 Fa
F1, Air F3, CO2 diambil
Udara F2+F3 (L/mi
(L/min) (L/min) dari S3
(L/min) (L/min) V1 V2 Y0 = n)
Yi =
V2/V1 (ml) (ml) V2/V1

6 30 4 34 0,14 30 3,7 0,123 0,66


7 30 4 34 0,13 30 3,5 0,120 0,39

Berdasarkan tabel 3.4 diatas bahwa untuk kecepatan alir air (F1) 6 Liter/menit,
kecepatan alir udara (F2) 30 Liter/menit dan kecepatan alir CO2 (F3) 4 Liter/menit,
antara valve S3 dan S2, dihasilkan neraca massa CO2 yang terserap sebesar 0,66
Liter/menit. Sedangkan untuk kecepatan alir air (F1) 7 Liter/menit, kecepatan alir
udara (F2) 30 Liter/menit dihasilkan neraca massa CO2 yang terserap sebesar 0,39
Liter/menit.

Jika dibandingkan jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dan valve S1
dengan jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dan S2, maka didapat hubungan
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Kurva Jumlah CO2 yang Terserap Terhadap Kecepatan
Aliran Air
CO2 yang terserap (Liter/menit)
4
3.5
3
2.5
2
CO2 yang terserap
1.5 antara valve S3 dan S1
1 CO2 yang terserap
0.5 antara valve S3 dan S2
0
6 7
Kecepatan Aliran Air (Liter/menit)

Gambar 3.2 Kurva hubungan antara jumlah CO2 yang terserap pada valve S3 dan S2
dengan valve S3 dan S1 terhadap kecepatan aliran air.

Berdasarkan gambar 3.2 diatas bahwa CO2 yang terserap antara valve S3 dan
S1 mengalami penurunan, karena semakin kecil kecepatan CO2 maka semakin banyak
CO2 yang dapat diserap, dan begitu juga sebaliknya, semakin besar laju CO2 maka
semakin sedikit CO2 yang dapat diserap sehingga CO2 yang terbuang ke atmosfer
akan semakin banyak. Karena pada keadaan CO2 yang kecepatannya tinggi maka
tekanan menurun (kecil) dan akan mengakibatkan sedikit terjadi kontak dengan air
dalam menara isian, sehingga hanya sedikit gas CO2 yang dapat diserap oleh air.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Absorbsi merupakan salah satu proses pemisahan dengan cara mengontakkan
campuran gas dengan cairan sebagai penyerapnya.
2. Semakin lama waktu pengambialan sampel yang dilakukan, maka semakin
banyak gas CO2 yang terserap.
3. Semakin besar kecepatan alir CO2 di alirkan, maka semakin banyak pula gas
CO2 yang terserap.

4.2 Saran
1. Kepada praktikan selanjutnya diharapkan lebih sering dalam mengganti
larutan NaOH supaya data yang didapat lebih akurat.
2. Kepada praktikan selanjutnya diharapkan untuk memastikan bahwa piston
tidak lagi mengandung CO2 hasil penyerapan sebelumnya. Kesalahan dalam
hal ini akan mempengaruhi volume CO2 yang terserap pada proses
selanjutnya.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Perhitungan Pembuatan NaOH 1 M sebanyak 1000 ml

𝑔𝑟 1000
N = ×
𝑚𝑟 𝑣
𝑔𝑟 1000
1 N = 𝑚𝑟 × 1000

gr = 40 gr NaOH dalam 1000 ml.

Jadi, NaOH yang diambil sebanyak 40 gram untuk kemudian dilarutkan


kedalam 1000 ml akuades.

2. Perhitungan neraca massa CO2 yang terserap (Fa) dalam Liter/menit


antara S3 dan S1

 Untuk F1 = 6 Liter/menit, F2 = 30 Liter/menit, dan F3 = 4 Liter/menit


(Yi−Y0)
Fa = × (F2+F3)
(1−Y0)
(0,14−0,05)
= × (30+4)
(1−0,05)

= 3,22 Liter/menit

 Untuk F1 = 7 Liter/menit, F2 = 30 Liter/menit, F3 = 4 Liter/menit


(Yi−Y0)
Fa = × (F2+F3)
(1−𝑌0
(0,13−0,037)
= × (30+4)
(1−0,037)

= 3,30 Liter/menit
3. Perhitungan neraca massa CO2 yang terserap (Fa) dalam Liter/menit
antara S3 dan S2

 Untuk F1 = 6 Liter/menit, F2 = 30 Liter/menit, dan F3 = 4 Liter/menit


(𝑌𝑖−𝑌0)
Fa = × (F2+F3)
(1−𝑌0)
(0,14−0,123)
= × (30+4)
(1−0,123)

= 0,66 Liter/menit

 Untuk F1 = 7 Liter/menit, F2 = 30 Liter/menit, dan F3 = 4 Liter/menit


(𝑌𝑖−𝑌0)
Fa = × (F2+F3)
(1−𝑌0)
(0.13−0,120)
= × (30+4)
(1−0,120)

= 0,39 Liter/menit.
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
“NERACA MASSA PADA ABSORBER”

DISUSUN OLEH :

Kelompok VIII

1. BIMA ALFIANDA (1307035944)


2. ROIN NURETHA SIHOTANG (1307023095)
3. SANTA SIMANGUNSONG (1307035856)

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2014
DAFTAR PUSTAKA

MC.Cabe,W.L,Smith,JC,Harriot,P.1985. ”Unit Operation of Chemical


Engineering”, 4th ed. Mc.Graw-Hill,New York.
Tim Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau 2011.
Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Proses1. Pekanbaru:
Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program
Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Kimia
Universitas Riau.
Brown, G.G.1950.” Unit Operation ”. John Willey & Sons inc, New
York
Ludwi G, Ernest, E.1979. “Appliend Process for Chemical and
Petrochemical Plants vol II.2nd ed. Gulf Publising
Company. Houston Texas
Perry, RH. 1984. “ Chemical Enginering Hnad Book “ 6th ed. Mc Graw
Hill book. Co. Singapore.

Anda mungkin juga menyukai