Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI KOLOM ABSORBSI DI INDUSTRI PETROLEUM

1. Definisi Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-
gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu
absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
Pada absorbsi gas, uap yang diserap dari campurannya dengan gas tidak
aktif atau lembab (inert gas) dengan bantuan zat cair dimana gas terlarut (solute
gas) dapat larut banyak atau sedikit. Fungsi Absorbsi dalam industri
adalah meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.
Alat yang banyak digunakan dalam absorbsi gas dan beberapa operasi lain
adalah menara isian. Piranti ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah. Pemasukan zat cair dan distribusinya pada bagian atas. Sedangkan
pengeluaran gas dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah. Serta suatu
massa bentukan zat padat (tidak aktif/inert) diatas penyangganya. Bentukan ini
disebut isian menara atau tower packing.
Jenis-jenis isian menara yang diciptakan orang banyak sekali macamnya
tetapi ada beberapa jenis yang lazim dipakai. Isian menara terbagi menjadi dua
macam, yaitu yang di isikan dengan mencurahkan secara acak kedalam menara
dan disusun kedalam menara dengan tangan.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara, yaitu:
a) Harus tidak bereaksi (kimia) dengan fluida didalam menara
b) Tidak terlau berat
c)Harus mengandung cukup banyak laluan untuk arus tanpa banyak zat cair
yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi
d) Tidak terlalu mahal
e)Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan
gas
1.1. Defenisi Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
a) Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
b) Selektif
c) Memiliki tekanan uap yang rendah
d) Tidak korosif.
e) Mempunyai viskositas yang rendah
f) Stabil secara termis.
g) Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan),
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
1.2. Kolom Absorbsi
Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Struktur dalam absorber:
a) Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
b) Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga
mudah untuk diabsorbsi
c) Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
1.3. Prinsip Kerja Kolom Absorbsi
a) Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia
ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap
reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang
terjadi pada semua reaksi kimia.
b) Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah
menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa
gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan
gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari
bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang
berisi packing dengan dua tingkat.
Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang
dimasukkan tadi. Proses pengolahan kembali pelarut dalam proses kolom
absorber:
a) Konfigurasi reaktor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari
pelarut yang digunakan
b) Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut),Volalitas pelarut,dan
aspek kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toxisitas, juga termasuk
biaya, semuanya akan diperhitungkan ketika memilih pelarut untuk spesifik
sesuai dengan proses yang akan dilakukan.
c) Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul pada
aliran gas, proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni dengan
memanaskannya
1.4. Deskripsi Absorbsi Secara Fisik
Absorbsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)
(Atkins, 1997). Absorbens yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat
dalam larutan adalah arang. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan
zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat
terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat.
Besar kecilnya absorpsi dipengaruhi macam absorban, macam zat yang
teradsorpsi, konsentrasi adsorben dan zat, luas permukaan, temperatur dan
tekanan zat yang terabsorpsi (Atkins, 1997). Absorpsi digunakan untuk
menyatakan bahwa ada zat lain yang terserap pada zat itu, misalnya karbon aktif
dapat menyerap molekul-molekul asam asetat dalam larutannya. Tiap partikel
adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik-
menarik. Zat-zat yang terlarut dapat diadsorpsi oleh zat padat, misalnya
CH
3
COOH oleh karbon aktif, NH
3
oleh karbon aktif, fenolftalein dari larutan
asam atau basa oleh karbon aktif, Ag
+
atau Cl
-
oleh AgCl. C lebih baik menyerap
non elektrolit dan makin besar BM semakin baik. Zat anorganik lebih baik
menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap menyebabkan timbulnya
adsorpsi negatif. Dalam larutan KCl, H
2
O diserap oleh arang darah, hingga
konsentrasi naik (Sukardjo, 1989). Dengan mengukur perubahan konsentrasi
asam asetat sebagai fungsi waktu dan menganalisnya dengan harga k (konstanta
kecepatan adsorpsi) atau dengan grafik maka kinetika adsorpsi karbon aktif
terhadap asam asetat dapat ditentukan (Brady, 1999).
Sifat kimia umumnya merujuk pada sifat suatu materi pada kondisi ambien
atau sekitar, yaitu pada suhu kamar, tekanan atmosfer, dan atmosfer beroksigen).
Sifat ini terutama timbul pada reaksi kimia dan hanya dapat diamati dengan
mengubah identitas kimiawi suatu zat. Sifat kimia dapat digunakan untuk
menyusun klasifikasi kimia.
Sifat kimia biasanya digunakan untuk menyatakan, antara lain:
a) Elektronegativitas
b) Potensial ionisasi
c) Jenis ikatan kimia yang dibentuk, antara lain logam, ion, dan kovalen.
Sifat fisik adalah segala aspek dari suatu objek atau zat yang dapat diukur
atau dipersepsikan tanpa merubah identitasnya. Sifat fisik dapat berupa sifat
intensif atau ekstensif. Sifat intensif tidak tergantung pada ukuran dan jumlah
materi pada objek, sedangkan sifat ekstensif bergantung pada hal tersebut.
Sebagai tambahan, suatu sifat dapat pula berupa isotropik jika nilainya tidak
tergantung arah pengamatan atau anisotropik jika sebaliknya. beberapa sifat fisik
zat yang berhubungan dengan dunia pangan diantaranya adalah viskositas dan
titik leleh.
Contoh aplikasi dari kolom absorber di pabrik biasanya oleh PT.
PERTAMINA EP Field Subang Region Jawa. Dipabrik tersebut merupakan salah
satu indutstri yang menggunakan sistem kendali otomatis dalam proses produk
minyak. Sistem kendali otomatis sangat diperlukan dalam operasi-operasi industri
misalnya untuk pengontrolan tekanan, temperature, level, kelembaban, viskositas
dan laju alir dalam proses produksi. Otomatisasi saat ini tidak hanya diperlukan
sebagai pendukung keamanan operasi, faktor ekonomi maupun mutu produksi,
namun telah menjadi suatu kebutuhan pokok bagi proses industri.
Absorber Column(101-C) sebagai ruang dimana untuk melakukan
penyerapan CO2 dengan cara mengalirkan gas dari bagian bawah dan aMDEA
dari atas (countercurrent). Pertuk aran massa dan energi terjadi pada bagian
packing absorber yang berfungsi memperluas kontak aMDEA dengan gas.
Absorber Column (101-C) diharuskan mempunyai fungsi kontrol yang
handal agar terjadi penyerapan CO2 secara sempurna sehingga menghasilkan gas
dengan konsentrasi CO2 yang diinginkan. Di dalam absorber terjadi proses
kontrol yang mengatur level cairan aMDEA.Kontrol level pada Absorber ini
dilakukan dengan menggunakan control valve yang di letakkan pada outlet
Absorber (101-C).
Proses kontrol ini bertujuan untuk memastik an bahwa tidak ada gas yang
ikut terbawa keluar dari bottom absorber, hal ini karena jika ada gas yang sampai
ikut terbawa akan mengakibatkan terjadinya aliran gas bertekanan tinggi pada
pipa sebesar 35,86k g/cm2 (tekanan dari absorber) yang akan menghantam semua
instrument yang dilewati oleh aliran gas ini. Di dalam laporan ini akan membahas
tentang analisis sistem kontrol level pada Absorber Column (101-C).
Absorber berfungsi sebagai tempat untuk melakukan penyerapan CO2
dengan cara mengalirkan gas dari bagian bawah dan aMDEA dari atas
(countercurrent). Pertukaran massa dan energi terjadi pada bagian packing
absorber yang berfungsi memperluas kontak aMDEAdengan gas. Gas keluaran
absorber (treated gas) meninggalkan absorber dengan konsentrasi CO2 yang
diinginkan. Penyerapan akan optimal jika tekanan setinggi-tingginya (+36 kg) dan
suhu serendah-rendahnya (+60C) karena pada kondisi ini kelarutan
karbondioksida cukup tinggi. Pada saat penyerapan CO2 terjadi proses exothermis
yaitu proses mengeluarkan energi/panas yang mengakibatkan temperatur pada
absorber akan naik. Parameter absorbsi dalam proses CO2 Removal adalah
strength amine 50% -55%, pressure setinggi mungkin (sesuai design) dan kondisi
operasi. temperatur inlet amine sesuai dengan design dari produk amine sendiri
dan rate sirkulasi amine solution.
Rich solution (larutan aMDEAyang banyak mengandung CO2) keluar
absorber dari bagian bawah absorber menuju heat exchanger. Di dalam absorber
terjadi proses kontrol yang mengatur level cairan aMDEA. Proses kontrol ini
bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada gas yang ikut terbawa keluar dari
bottom absorber, hal ini dikarena jika adanya gas yang sampai ikut terbawa akan
mengakibatkan terjadinya aliran gas bertekanan tinggi pada pipa sebesar 35,86
kg/cm2 (tekanan dari absorber) yang akan menghantam semua instrument yang
dilewati oleh aliran gas ini, sehingga hal ini akan mengakibatkan kerusakan yang
fatal pada instrument-instrument tersebut, terutama pada LP Flash Column yang
pada spesifikasinya hanya mampu menerima tekanan maksimum sebesar 1,75
kg/cm2.
Level aMDEA di dalam absorber di atur pada kisaran 70% dengan
menggunakan control valve yang diletakkan diletakkan sebelum LP Flash
Column. Pada absorber juga terpasang level switch LS1103/1203. Pemasangan
ini bertujuan jika terjadi keadaan dimana level aMDEA turun dalam kisaran 10%,
maka level switch akan memberikan sinyal inputan pada sistemnya ESD
(emergency shut down) yang akan otomatis menghentikan proses di dalam
absorber atau menghentikan proses CO2 Removal.
Absorber Column 101C1 sebagai CO2 Removal yang di dalamnya terjadi
proses Absorbsi, berfungsi memisahkan gas bumi (CH4-C2H6) dengan CO2 atau
tepatnya mengurangi persentasi kadar CO2 pada gas bumi dari kadar 23%
menjadi 5% dengan membuat ruang kontak antara gas dengan solvent (aMDEA)
di dalam Absorber, yang kemudian gas dengan kadar CO2 sebesar 5% dialirkan
ke konsumen.
Dari reaksi Absorbsi yang terjadi dalam Absorber,selain dihasilkan gas
juga di hasilkan cairan aMDEA yang banyak mengandung CO2, yang disebut
Rich Amine. Di dalam absorber, gas di alirkan melalui atas absorber, sedangkan
Rich amine melalui bottom absorber. Agar gas tidak ikut mengalir melalui bottom
absorber, maka level rich amine rich aMDEAdi dalam absorber harus dijaga
pada kisaran optimum sebesar 70%, agar tidak terlalu rendah dan tidak terlalu
tinggi. Maka perlu pengaplikasian sistem kontrol level pada absorber.
Level dari rich aMDEA perlu dikontrol karena bila level terlalu rendah
maka dapat merusak instrument-instrument yang tidak kuat menahan gas
bertekanan tinggi. Dan bila level terlalu tinggi, maka cairan akan menutupi jalan
pipa gas masuk ke absorber dan mengganggu proses.
Pada plant perusahaan minyak dan gas bumi yang khususnya memiliki
kandungan H2S yang sangat tinggi kederadaan Absorber sangat diperlukan dalam
kelangsungan produksi. sehubungan dengan adanya kebutuhan akan keamanan
dan kontinuitas proses pada pengolahan gas. Absorber dituntut untuk dapat
mengolah gas menjadi sweet gas seoptimal mungkin. Oleh karena itu dilakukan
analisis reliability pada Absorber system untuk mengetahui indeks reliability dari
sistem, dan juga untuk meningkatkan reliability Absorber yang mempunyai
indeks kegagalan yang tinggi (kritis) dengan menggunakan preventive
maintenance. Dari hasil analisis dengan menggunakan Failure Mode and Effects
Analysis (FMEA) didapatkan oleh Level Indicator Transmitter mempunyai nilai
Risk Priority Number tertinggi yaitu 120. Dan diperoleh Preventive maintenance
yang optimal dari segi biaya dan nilai reliability minimum pada waktu 90 hari.
Proses absorbsi yang menggunakam packing colomn banyak juga
digunakan untuk memisahkan gas hydrocarbon, H2S, ataupun minyak. Biasanya
proses itu akan berlangsung di degassing drum ini dilakukan pemisahan 3 macam
komponen feed SWS, yaitu gas hydrocarbon ringan dan H2S, minyak, dan air.
Gas hydrocarbon ringan dan H2S yang terkandung dalam feed SWS masuk ke
dalam degassing drum dan menuju bagian degassing drum yang dilengkapi
dengan packing column. Packing column ini berisi 1" ceramic rashing ring
packing. Di packing column ini, gas hydrocarbon ringan dan H2S dikontakkan
dengan stripped water produk SWS Column untuk mengambil kandungan
hydrocarbon berat yang mungkin terikut gas. Hydrocarbon berat yang di-absorb
tersebut kemudian masuk kembali ke dalam degassing drum untuk kemudian
dipisahkan dari water dan dipompakan ke Skim Oil Drum. Sedangkan gas dari
stripping column degassing drum mengalir ke Vent Gas Absorber untuk
dikontakkan dengan lean amine (MEA, MDEA, DGA, atau lainnya) untuk di-
absorb H2S nya. Off gas dari Vent Gas Absorber kemudian dikirim ke Thermal
Oxidizer yang ada di Sulphur Recovery Unit untuk di-burn. Sedangkan Rich
Amine (amine yang mengandung banyak H2S) keluar dari bottom vent gas
absorber dan kemudian dialirkan ke Amine Regeneration Unit (ARU) untuk
diregenerasi amine-nya. Di ARU, H2S yang keluar di top Amine Regenerator
dialirkan ke Sulphur Recovery Unit untuk di-recover sulphur-nya.
Minyak yang terkandung di dalam feed dipisahkan dari water berdasarkan
perbedaan berat jenis. Minyak yang mempunyai berat jenis lebih ringan daripada
water akan berada pada lapisan atas/di permukaan water pada level degassing
drum. Minyak ini (biasa disebut skimmed oil) kemudian dialirkan ke Skim Oil
Drum untuk kemudian dipompakan ke Slop Oil Tank. Slop Oil yang ada di Slop
Oil tank ini selanjutnya dapat di-blending dengan Crude Oil untuk diumpankan ke
Unit Crude Distillation Unit (3-5% total feed CDU) atau di-blending dan dijual
sebagai Low Sulphur Waxy Residue/LSWR atau sebagai Fuel Oil (dapat
digunakan sendiri sebagai bahan bakar fired heater atau dijual).
Water kemudian dialirkan ke preheater (feed/product heat exchanger)
sebelum kemudian menuju SWS Column. Tekanan degassing drum didisain
cukup rendah agar kandungan H2S dan hydrocarbon ringan (yang mudah
menguap) dari feed sour water dapat ter-flash off. Biasanya tekanan degassing
drum sekitar 0,5 kg/cm2g. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengilangan
minyak bumi yang menggunakan prinsip kolom absorpsi.
2. Minyak Bumi
Minyak bumi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Petroleum, menurut
bahasa Latin terdiri dari dua penggalan kata yaitu Petrus yang artinya karang
dan Oleum yang artinya minyak. Oleh karena itu kimia minyak bumi (petroleum)
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kelanjutan dari tumbuhan setelah
dipendam atau dikubur selama jutaan tahun. Senyawa yang terkandung dalam
petroleum mempunyai variasi yang besar dari senyawa dengan kerapatan rendah
(gas) sampai senyawa dengan kerapatan tinggi (padatan). Minyak
bumi atau petroleum dijuluki juga sebagai emas hitam, yaitu cairan yang kental,
coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, dan berada di lapisan atas dari
beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari
berbagai hidrokarbon, dimana sebagian besar terdiri dari seri alkana tetapi
bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Asal minyak bumi adalah mahluk hidup (tumbuhan, hewan) yang terkubur
selama jutaan tahun dengan melalui proses penguburan, proses diagenesis
kemudian proses lebih lanjut pada masa katagenesis dan tidak dapat dimanfaatkan
lagi pada masa metagenesis.
Tahapan penguburan bahan alam mengalami tiga masa perubahan kimiawi
yaitu, diagenesis, metagenesis, dan katagenesis. Diagenesis merupakan masa
dimana masa ini merupakan zona tak matang dan terjadi perengkahan tak
mencolok (10%), yang dibagi dalam tiga bagian yaitu :
a) Diagenesis dini, yaitu peralihan dari senyawa yang stabil saat di permukaan
bumi, menjadi senyawa yang stabil pada kedalaman ribuan meter dengan
suhu sekitar 40-42oC. Pada masa ini terjadi pembentukan kerogen (fase dari
petroleum yang tidak dapat larut dalam pelarut organik dan anorganik).
b) Diagenesis pertengahan, terjadi proses aromatisasi (senyawa rantai panjang
membentuk senyawa aromatik, lingkar dan mempunyai ikatan rangkap
dengan elektron terdelokalisasi).
c) Diagenesis akhir, adalah proses yang terjadi pengkhelatan logam oleh
senyawa organik yang terbentuk pada masa sebelumnya. Pembentukan minyak
bumi terjadi pada diagenesis akhir dan dapat dikenal berdasar hasil eksplorasi.
Lalu ada zona katagenesis, dimana zona ini adalah zona minyak dan gas
basah. Pada masa ini terjadi perengkahan mencolok, dimana terjadi perubahan
senyawa kimia yang diakibatkan oleh suhu dan kedalaman pendaman
(penguburan) sehingga menyebabkan penguraian termal kerogen. Tahap
selanjutnya adalah metagenesis. Pada tahap ini terjadi masa perusakan termal dari
karakter senyawa (cairan) menjadi residu (padatan), sehingga mengakibatkan
senyawa organik menjadi senyawa yang kekurangan hidrogen, dan material tak
bernilai atau menjadi material bernilai dari senyawa karbon (grafit, intan).
Adapun proses pengendapan bahan organik dalam proses pembentukan
minyak bumi ditunjukkan pada gambar 1. berikut.

Gambar 1. Diagram Pembentukan Minyak Bumi
2.1. Jenis Minyak Bumi
Komposisi kimia dari minyak bumi dipisahkan dengan cara destilasi yang
didasari oleh perbedaan titik didih, kemudian setelah diolah lagi lebih lanjut akan
diperoleh minyak tanah, bensin, lilin dan lain-lain. Meskipun demikian
pemisahan tidak dapat memberikan senyawa tunggal, melainkan kumpulan
senyawa dengan isomernya. Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawa
hydrogen dan karbon. Empat alkana teringan, yaitu CH4 (metana), C2H6 (etana),
C3H8 (propane), dan C4H10 (butana) semuanya adalah gas yang mendidih pada
suhu -161.6C, -88.6C, -42C, dan -0.5C, berturut-turut (-258.9, 127.5, -
43.6, dan +31.1 F).
Rantai karbon dengan C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta
jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry
clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai
C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat
dari rantai C10 sampai C15, diikuti oleh minyak diesel (C10hingga C20) dan
bahan bakar minyak yang digunakan dalam mesin kapal. Senyawaan dari minyak
bumi ini semuanya dalam bentuk cair dalam suhu ruangan. Minyak pelumas dan
gemuk setengah-padat (termasuk Vaselin) berada di antara C16 sampai ke C20.
Sedangkan rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar,
dan bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer dari fraksi distilasi minyak bumi
(C) adalah sebagai berikut, minyak eter: 40 - 70 C (digunakan sebagai pelarut),
minyak ringan: 60 - 100 C (bahan bakar mobil), minyak berat: 100 - 150 C
(bahan bakar mobil), minyak tanah ringan: 120 - 150 C (pelarut dan bahan bakar
untuk rumah tangga), kerosene: 150 - 300 C (bahan bakar mesin jet), minyak
gas: 250 - 350 C minyak diesel/pemanas), minyak pelumas > 300 C (minyak
mesin), dan sisanya: ter, aspal, bahan bakar residu.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah Apakah ada perbedaan antara
gas yang di dalam tabung dan gas di dalam pipa. Jawaban pertanyaan ini adalah
gas LPG (LPG singkatan dari gas dan bertekanan atau liquid pressure gas) lebih
murni dari pada gas dalam pipa. Harga gas LPG lebih mahal, hal ini menunjukkan
bahwa proses gas LPG yang melibatkan pembuatan gas-gas metana, etana, dan
propana dari hasil perengkahan (cracking) tidak mudah yaitu dengan cara
memasukkan gas dalam tabung yang harus dikontrol tekanannya sehingga
mencair dan volume cairan lebih kecil dari volume gas. Tekanan tabung harus
dijaga dan dipertahankan.
2.2. Zat Kimia dari Minyak Bumi
Proses perengkahan, pengubahan, alkilasi, atau polimerisasi merupakan
tahap awal dari pemanfaatan senyawa (zat kimia) yang berasal dari minyak bumi.
Minyak bumi mengandung banyak senyawa kimia dan hasil isolasi senyawa ini
dapat dimanfaatkan oleh industri. Bahan kimia ini disebut sebagai bahan
petrokimia. Pemanfaatan industri umumnya didasari oleh reaksi-reaksi
polimerisasi (perpanjangan rantai), reaksi perengkahan (perpendekan rantai),
reaksi pengubahan (paduan dengan senyawa lain), maupun pembentukan senyawa
pendek dari senyawa panjang minyak bumi (pembentukan gas, alkilasi,
perpendekan rantai atom karbon). Perpendekan rantai minyak bumi menghasilkan
senyawa yang ekonomis dan bermanfaat.
Senyawa kimia lain dari tumbuhan atau hewan pembentuk minyak bumi
adalah alkaloid, terpena, steroid, asam amino, dan lipid. Senyawa-senyawa ini
terkubur bersama tumbuhan dan hewan. Senyawa kimia yang terkubur dan pada
saat pengeboran minyak masih dapat dikenali dari strukturnya, maka senyawa ini
dianggap dapat menjadi pengungkap sejarah pembentukan minyak bumi yang
dikenal sebagai biomarker atau penanda hayati (contoh: porfirin dari klorofil,
sekobikadinana dari isoprena atau terpena, skualena, sterana, bahkan steroid, dan
kolesterol).
2.3. Proses Pembuatan dari Minyak Bumi
Minyak bumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri. Bahan
dasar ini dipisahkan berdasar beberapa proses sebagai berikut.
a) Reaksi Perengkahan (cracking)
Cracking adalah pemecahan senyawa organik rantai panjang menjadi dua
atau lebih senyawa organik rantai lebih pendek, terjadi secara alami maupun dari
pemanasan langsung. Contoh pemanasan:

Proses alami:

Proses cracking atau alkilasi penting untuk minyak bumi dalam mencari
senyawa yang lebih dibutuhkan oleh konsumen, yaitu untuk mendapatkan bensin
lebih banyak dari minyak pelumas. Contoh cracking adalah minyak diesel (C16-
C24) dan minyak pelumas (C20-C30) yang dipecah menjadi bensin (C4-C10) dan
senyawa lain yang lebih banyak digunakan.
b) Reaksi pengubahan (reforming)
Reaksi pengubahan adalah reaksi dari bahan petroleum menjadi bahan
dasar industri dengan pemanfaatan bahan yang murah menjadi material yang
dibutuhkan sehingga bernilai ekonomis (murah). Proses ini diperoleh pada
polimerisasi (pembentukan plastik).
c) Reaksi alkilasi
Proses alkilasi dibagi dua yaitu proses perpanjangan atom karbon rantai
lurus dan proses pemutusan ikatan rantai karbon (dealkilasi). Proses ini dapat
dikelompokkan dalam polimerisasi, bila perpanjangannya memiliki gugus fungsi
yang sama. Dealkilasi dapat dimasukkan ke dalam kelompok perengkahan.
d) Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses pembentukan polimer. Polimer terdiri dari
polimer alami dan polimer sintetik. Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas
pengulangan satuan kecil (monomer). Monomer adalah senyawa organik yang
memiliki ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan
dengan monomer lain sampai jumlah yang diinginkan (polimer sintetik). Polimer
alam membentuk senyawa secara alami, contoh polimer alam yaitu lateks (dari
pohon karet), karbohidrat (singkong jagung), protein, selulosa, resin. Sedangkan
Contoh polimer sintetik adalah nilon, dakron, teflon.
Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga tahap yaitu pembentukan
radikal bebas (inisiasi), perpanjangan monomer (propagasi), dan terminasi
(pemotongan atau penyetopan reaksi). Pembentukan cabang dalam proses
polimerisasi menyebabkan tiga bentuk struktur yaitu struktur beraturan (isotaktik),
struktur tak beraturan (ataktik), campuran (sindiotaktik). Struktur polimer sangat
berpengaruh terhadap sifat polimernya.
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia.
Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua
reaksi kimia. Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan
kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu
fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan
gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian
atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi
packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung
larutan dari gas yang dimasukkan tadi.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1 , 2014. Petroleum.Online: (http:wikipedia.org). Diakses tanggal 24
September 2014.
Anonim 2 , 2013. Minyak Bumi. Online: (http:wikipedia.org). Diakses tanggal 24
September 2014.
Syawaldi, Adi. 2012. Kolom absorbsi.
Online:(http://www.adisyawaldi02.blogspot.com). Diakses tanggal 24
September 2014.
Kurniawan, Eko. 2011. Absorbsi.
Online:http://www.ekokurniawan.blogspot.com). Diakses tanggal 24
September 2014.
Purnama, Setiawan. 2011. Tugas Khusus Kolom Absorbsi pada Industri
Petroleum. Online: (http://www. Setiawanpurnama72.blogspot.com).
Diakses tanggal 24 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai