Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM ABSORPSI

Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Operasi Teknik Kimia 1
Dosen Pembimbing: Dhyna Analyes, S.t., M.T.

Disusun oleh:
Nabila Ihwani 221424045
Nabilla Etri Gunawan 221424046
Naviga Thoriq Madani 221424047
Nida Aini Al Faidah 221424048

Kelas 2B-TKPB
PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2023
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya.
2. Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam larutan NaOH.
3. Menghitung jumlah CO2 dalam Larutan NaOH.

II. METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Keselamatan Kerja
Selama bekerja di laboratorium, praktikan perlu:
1. Memastikan semua pemasangan, perakitan alat sebelum beroperasi
telah dilakukan dengan baik untuk menghindari adanya komponen
yang terlepas dan terpelanting yang berpotensi melukai diri.
2. Mahasiswa harus mengenakan wearpack/jas laboratorium serta
sarung tangan.
3. Mahasiswa harus berhati-hati dengan listrik dengan cara
menghindarkan kontak antara cairan dengan listrik

MSDS
Tabel 1. MSDS Bahan Yang Digunakan
HCl
Nama produk: Asam Klorida
Formula: HCl
No. CAS: 7647-01-0

No CAS Nama produk


7647-01-0 Asam Klorida
Identifikasi Bahaya
Mata: Menyebabkan iritasi mata yang serius.

Kulit: Menyebabkan iritasi, berbahaya jika terserap dalam


jumlah banyak, korosi.

Tertelan: Jika tertelan menunjukkan gejala-gejala keracunan.


Penghirupan: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan
Tindakan Pertolongan Pertama
Mata: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.
Lepaskan lensa kontak.
Kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling
banyak).Periksakan ke dokter.

Terhirup: hirup udara segar.


Sifat Fisik dan Kimia
Bentuk: cair

Massa Molar: 36,46 g/mol


Warna: tidak berwarna
Bau: Tak berbau
pH: 1,2 pada 20 °C
Densitas: 1,00 g/cm3 pada 20 °C

NaOH
Nama produk: Natrium Hidroksida
Formula: NaOH
No. CAS: 1310-73-2
No CAS Nama produk
1310-73-2 Natrium Hidroksida
Identifikasi Bahaya
Mata: Menyebabkan iritasi dan kerusakan mata yang serius.
Kulit: Menyebabkan iritasi, kulit terbakar yang parah,
berbahaya jika terserap dalam jumlah banyak.

Tertelan: Jika tertelan menunjukkan gejala-gejala keracunan.


Penghirupan: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan.
Tindakan Pertolongan Pertama
Mata: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.
Lepaskan lensa kontak.
Kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling
banyak.Periksakan ke dokter.

Terhirup: hirup udara segar.


Sifat Fisik dan Kimia
Bentuk: kristal

Warna: putih
Bau: Tak berbau

pH: kira-kira > 14 pada 100g/l 20 °C


Densitas: 2,13/cm3 pada 20 °C

2.2 Bahan yang Digunakan


1. NaOH 0,1 M
2. HCl 0,1 M
3. Indikator Phenoptalein
2.3 Alat utama dan Pendukung

Gambar 1. Seperangkat Alat Absorpsi

Keterangan:
− S1, S2, S3 = Valve yang diatur pada saat analisis gas
CO2 dan tempat pengambilan sampel bila
diperlukan
− F1 = Flowmeter Air

− F2 = Flowmeter Udara

− F3 = Flowmeter CO2

− C1 = Valve Pengatur flow air

− C2 = Valve Pengatur flow udara


− C3 = Valve pengatur flow CO2
Tabel 2. Tabel Alat Utama dan Alat Pendukung
No. Nama Alat Gambar Fungsi

1. Valve Untuk mengatur aliran fluida,


baik berupa cairan maupun gas.

2. Flowmeter Air Untuk mengukur dan


mengantur laju aliran air.

3. Flowmeter Udara Untuk mengukur dan


mengantur laju aliran udara.

4. Flowmeter CO2 Untuk mengukur dan


mengantur laju aliran CO2.

5. Gelas Ukur Untuk mengukur volume


larutan atau zat cair dengan
tepat.
6. Erlenmeyer sebagai wadah untuk
mencampur atau mereaksikan
senyawa kimia, menampung
larutan pada proses titrasi,

7. Buret untuk mengukur volume suatu


cairan pada proses titrasi

8. Statif dan Klem untuk menegakkan berbagai


peralatan, sebagai penjepit buret
agar dapat berdiri tegak.

9. Labu Ukur untuk mengukur volume suatu


larutan dengan tingkat ketelitian
yang tinggi, untuk
mengencerkan larutan
10. Gelas Kimia tempat menampung bahan
kimia berupa larutan
2.4 Prosedur Kerja
Diagram Alir Percobaan Absorbsi Fisika Karbondioksida Ke Dalam Air dan
Analisa Karbondioksida menggunakan Larutan NaOH

Hidupkan pompa air dan atur aliran air melalui kolom dengan mengatur keran pengontrol aliran
agar C1 terbaca pada flowmeter F1 sebesar 3 L/menit

Hidupkan kompresor dan atur keran pengontrol C2 agar diperoleh aliran udara kurang lebih 10% dari
skala penuh pada flowmeter F2 sebesar 30 L/menit

Buka keran pengatur tekanan pada silinder karbon dioksida secara hati -hati dan atur keran C3 agar
pada flowmeter F3 terbaca sebesar 3 L/menit

Setelah 5 menit operasi berlangsung, ambil 10 mL sampel dari inlet dan outlet
dengan selang setiap 5 menit

Tambahkan 3 tetes indicator Phenolptalin ke dalam sample

Lakukan titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai sample berubah warna dari
pink menjadi bening

Catat volume larutan NaOH yang ditambahkan pada saat terjadi perubahan
warna sebagai titik akhir
Diagram Alir Percobaan Absorbsi Karbondioksida Ke Dalam Larutan NaOH
dan Analisis menggunakan Larutan HCl

Menimbang NaOH sebanyak 80 gram, melarutkan NaOH yang sudah ditimbang ke dalam
20 liter air. Kemudian masukkan ke dalam tendon. Dengan kerangka pengontrol aliran gas
C2 dan C3 dalam keadaan tertutup

Hidupkan pompa air dan atur aliran air melalui kolom dengan mengatur keran pengontrol aliran
agar C1 terbaca pada flowmeter F1 sebesar 3 L/menit

Hidupkan kompresor dan atur keran pengontrol C2 agar diperoleh aliran udara kurang lebih 10% dari
skala penuh pada flowmeter F2 sebesar 30 L/menit

Buka keran pengatur tekanan pada silinder karbon dioksida secara hati -hati dan atur keran C3 agar
pada flowmeter F3 terbaca sebesar 3 L/menit

Setelah 5 menit operasi berlangsung, ambil 10 mL sampel dari inlet dan outlet
dengan selang setiap 5 menit

Tambahkan 3 tetes indicator Phenolptalin ke dalam sample

Lakukan titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai sample berubah warna dari
pink menjadi bening

Catat volume larutan NaOH yang ditambahkan pada saat terjadi perubahan
warna sebagai titik akhir
III. DATA PENGAMATAN
3.1 Percobaan Absorpsi Fisika CO2 Ke Dalam Air dengan Analisa CO2
menggunakan Larutan NaOH
Penitran NaOH 0,1 M
V NaOH x N NaOH = V CO2 X N CO2
Vs = 10 mL
F1 = 3 L/min
F2 = 30 L/min
F3 = 3 L/min

Tabel 3. Data Pengamatan Praktikum AbsorpsiFisika

Dari Tangki Dari Outlet Cairan


Waktu Absorpsi (Menit)
Vt (mL) Vt (mL)
Mula-mula 0,8 -
5 0,1 0,44
10 0,15 0,14
15 0,16 0,2
20 0,13 0,12
25 0,14 0,11
30 0,1 0,11
35 0,11 0,09
40 0,1 0,24

3.2 Percobaan Absorpsi Kimia CO2 Ke Dalam Larutan NaOH dengan


Analisa CO2 menggunakan Larutan HCl
Penitran HCl 0,1 M
V HCl x N HCl = V CO2 X N CO2
Vs = 10 mL
F1 = 3 L/min
F2 = 30 L/min

F3 = 3 L/min

Tabel 4. Data Pengamatan Praktikum Absoprsi Kimia

Waktu Absorpsi Dari Tangki Dari Outlet Cairan


(Menit)
Vt (mL) Vt (mL)
Mula-mula 3,34 -
5 2,86 2,3
10 2,45 2,06
15 2,39 1,99
20 2,04 1,78
25 1,94 1,64
30 1,78 1,58
35 1,69 1,43
40 1,61 1,39

IV. PENGOLAHAN DATA


Laju Alir Air Laju Alir Udara Laju Alir CO2 Perhitungan Y1
(F1 L/menit) (F2 L/menit) (F3 L/menit) = F2/F2 + F3
3 30 3 0,9

4.1 Percobaan Absorpsi Fisika CO2 Ke Dalam Air


Tabel 5. Konsentrasi CO2 dari Tangki dan Outlet Cairan
Waktu Dari Tangki Dari Outlet Cairan
Absorpsi
(Menit) Vt (ml) C CO2 (M) Vt (ml) C CO2 (M)

Mula-mula 0,8 0,008 - -


5 0,1 0,001 0,44 0,0044
10 0,15 0,0015 0,14 0,0014
15 0,16 0,0016 0,2 0,002
20 0,13 0,0013 0,12 0,0012
25 0,14 0,0014 0,11 0,0011
30 0,1 0,001 0,11 0,0011
35 0,11 0,0011 0,09 0,0009
40 0,1 0,001 0,24 0,0024
- Perhitungan C CO2 tangki (M)

C1.V1 = C2.V2
0,1 M . 0,1 ml = C2. 10 ml
C2 = C CO2 = 0,001 M

- Perhitungan C CO2 outlet (M)


C1.V1 = C2.V2
0,1 M . 0,44 ml = C2. 10 ml
C2 = C CO2 = 0,0044 M
Tabel 6. Kecepatan CO2 yang diserap

Waktu Absorpsi Volume Tanki Jumlah Partikel CO2 Laju Alir Molar
(Menit) (Liter) (Mol) (mol/dt)

5 0,02 0,00066
10 0,03 0,0001
15 0,032 0,000106
20 0,026 0,00086
20
25 0,028 0,00093
30 0,02 0,00066
35 0,022 0,00073
40 0,02 0,00066
- Perhitungan jumlah partikel CO2 (Mol)
𝑀�𝑜�𝑙�
Molaritas =

Mol = 0,02
- Perhitungan Laju Alir Molar (mol/dt)

Tabel 7. Langkah Perhitungan untuk Mendapatkan Nilai Kecepatan Absorpsi


Aliran inlet Aliran inlet Kecepatan
(C CO2 O)
(C CO2 t) CO2 terlarut CO2 terlarut Absorpsi =
Waktu dari outlet
dari tangki dalam tangki di outlet = F1 F1 (C CO2 t
(Menit) cairan
= F1 x C CO2 t x C CO2 O - C CO2 o)
(M=Mol/L)
(M=Mol/L) (mol/menit) (mol/menit) (mol/detik)
Mula- 0,008 0,0022 0,024 - -
mula
5 0,001 0,0044 0,003 0,0132 -0,0102

10 0,0015 0,0014 0,0045 0,0042 0,0003

15 0,0016 0,002 0,0048 0,006 -0,0012

20 0,0013 0,0012 0,0036 0,0039 0,0003

25 0,0014 0,0011 0,0042 0,0033 0,0009

30 0,001 0,0011 0,003 0,009 -0,0003

35 0,0011 0,0009 0,0033 0,0099 0,0006

40 0,001 0,0024 0,003 0,009 -0,00042


- Perhitungan kecepatan absorpsi
Kecepatan Absorpsi pada menit 5 = 𝑭�𝟏��(𝐂��𝑪�𝑶�𝟐���𝒕��−�𝐂��𝑪�𝑶�𝟐��𝐨�)

= (𝐹�1�C�𝐶�𝑂�2��𝑡�)�−�(𝐹�1�C�𝐶�𝑂�2�o)
= (3�x�0,001)�−�(3�x�0,0044)
= -0,0102 mol/detik

Grafik Hubungan Antara Kecepatan Absorpsi


terhadap Waktu - Absorpsi Fisika
Kecepatan Absorpsi (mol/menit)

0,004
0,002
0
-0,002 0 2 4 6 8 10
-0,004 y = 0,0009x - 0,0052
-0,006 R² = 0,3379
-0,008
-0,01
-0,012
Waktu Absorpsi (Menit)

Gambar 2. Grafik Absorpsi Kimia

Gambar 3. Grafik Hubungan Aliran Inlet CO2 Terlarut Dalam Tangki Dan Outlet
Terhadap Waktu-Absorpsi Fisika
4.2 Percobaan Absorpsi Kimia CO2 Ke Dalam Larutan NaOH
Tabel 8. Konsentrasi CO2 dari Tangki dan Outlet Cairan
Waktu Dari Tangki Dari Outlet Cairan
Absorpsi
(Menit) Vt HCl (ml) C NaOH (M) Vt HCl (ml) C NaOH (M)

Mula-mula 3,34 0,0334 - -

5 2,86 0,0286 2,3 0,0230

10 2,45 0,0245 2,06 0,0206

15 2,39 0,0239 1,99 0,0199

20 2,04 0,0204 1,78 0,0178

25 1,94 0,0194 1,64 0,0164

30 1,78 0,0178 1,58 0,0158

35 1,69 0,0169 1,43 0,0143

40 1,61 0,0161 1,39 0,0139


- Perhitungan C CO2 tangki pada menit 5 (M)

C1.V1 = C2.V2
0,1 M . 2,86 ml = C2. 10 ml
C2 = C NaOH = 0,0286 M

- Perhitungan C CO2 outlet pada menit 5(M)


C1.V1 = C2.V2
0,1 M . 2,3 ml = C2. 10 ml
C2 = C CO2 = 0,023 M
Tabel 9. Kecepatan CO2 yang diserap
Waktu
Volume Tanki Jumlah Partikel Laju Alir Molar
Absorpsi
(Menit) (Liter) CO2 (Mol) (mol/dt)

5 0,572 0,0019

10 0,490 0,0016

15 0,478 0,0015

20 0,408 0,0013
20
25 0,388 0,0012

30 0,356 0,0011

35 0,338 0,0011

40 0,322 0,0010
- Perhitungan jumlah partikel CO2 (Mol)
𝑀�𝑜�𝑙�
Molaritas =

0,0286 M
Mol = 0,572
- Perhitungan Laju Alir Molar (mol/dt)
0,572
300
= 0,0019
Tabel l0. Langkah Perhitungan untuk Mendapatkan Nilai Kecepatan Absorpsi

Aliran inlet Kecepatan


NaOH Absorpsi
Aliran inlet
(C NaOH terlarut =
NaOH
(C NaOH t) O) dari F1 (C
Waktu dalam terlarut di
outlet NaOH
dari tangki
(Menit) tangki = F1 x outlet = F1 x C
(M=Mol/L) cairan O
C NaOH t NaOH O
(M=Mol/L) - C NaOH
(mol/menit) (mol/menit)
t)

(mol/detik)
Mula- 0,0334 - 0,1002 - -
mula
5 0,0286 0,0230 0,0858 0,0690 0,0168

10 0,0245 0,0206 0,0735 0,0618 0,0117

15 0,0239 0,0199 0,0717 0,0597 0,0120

20 0,0204 0,0178 0,0612 0,0534 0,0078

25 0,0194 0,0164 0,0582 0,0492 0,0090

30 0,0178 0,0158 0,0534 0,0474 0,0060

35 0,0169 0,0143 0,0507 0,0429 0,0078

40 0,0161 0,0139 0,0483 0,0417 0,0066

- Perhitungan kecepatan absorpsi


Kecepatan Absorpsi = 𝑭�𝟏��(𝐂��𝑪�𝑶�𝟐���𝒕��−�𝐂��𝑪�𝑶�𝟐��𝐨�)

= (𝐹�1�C�𝐶�𝑂�2��𝑡�)�−�(𝐹�1�C�𝐶�𝑂�2�o)
= (3�x�0,0286)�−�(3�x�0,0230)
= 0,0168 mol/detik
Grafik Hubungan Antara Kecepatan Absorpsi
terhadap Waktu - Absorpsi Kimia
Kecepatan Absorpsi (mol/menit)
0,018
0,016
0,014
0,012 y = -0,0003x + 0,0144
0,01 R² = 0,7871

0,008
0,006
0,004
0,002
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu Absorpsi (Menit)

Gambar 4. Grafik Absorpsi Kimia

Gambar 5. Grafik Aliran Inlet NaOH Terlarut dalam Tangki dan di Outlet
terhadap Waktu Absorpsi
V. PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan oleh Nabila Ihwani (221424045)
Absorpsi adalah salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dengan
cara mengontakkan campuran gas dengan suatu cairan penyerap yang sesuai,
sehingga satu atau lebih komponen dalam campuran gas larut dalam cairan
penyerap. Dimana tujuan dari absorpsi ini adalah agar mendapatkan senyawa
yang bernilai tinggi atau mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari
suatu produk. Penyebab utama operasi absorpsi adalah karena perbedaan
konsentrasi. Untuk praktikum ini memakai 2 metode yaitu metode fisika dan
metode kimia. Digunakan gas CO2 sebagai absorbat dan air biasa sebagai
absorben menggunakan metode absorpsi fisika. Dan digunakan juga gas CO2
sebagai absorbat dan larutan NaOH 0,1 M sebagai absorben menggunakan
metode absorpsi kimia. Disebut menggunakan absorpsi kimia karena reaksi
kimia yang terjadi pada praktikum ini berjalan lebih lambat dibanding reaksi
fisikanya. Persamaan reaksi yang terjadi:
CO2 + 2NaOH → Na2CO3 + H2O.
Penyerapan CO2 oleh NaOH ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya tinggi dan diameter kolom, yaitu semakin tinggi kolom dan
semakin besar diameternya, maka waktu tinggal akan semakin lama dan akan
mempengaruhi jumlah zat yang bereaksi. Selanjutnya mengenai jenis kolom,
jenis kolom yang dipakai adalah packed column dimana fungsi utama packing
ini adalah untuk memperluas permukaan kontak. Semakin luas permukaan
kontak diharapkan semakin banyak zat yang saling bertumbukan dan
mengalami reaksi. Kemudian laju alir udara, laju alir CO2, laju alir cairan
(NaOH), konsentrasi cairan (NaOH) (semakin pekat konsentrasi NaOH,
semakin banyak CO₂ yang diserap), dan terakhir temperatur. Alat absorpsi
yang digunakan kali ini dilengkapi dengan menara isian. Zat cair
disemprotkan dari atas dan mengalir ke bawah sepanjang bahan isian,
sedangkan gas yang akan dibersihkan dimasukkan dari dasar kolom dan
menyapu sepanjang kolom isian dengan aliran berlawanan arah. Isian
diperlukan untuk memperluas proses kontak dengan jala penyebaran zat cair
dan penyebaran gas.
Pada absorpsi terdapat flowmeter untuk 3 aliran yang masuk ke kolom
absorpsi yaitu CO2, udara, dan air atau larutan NaOH. Dengan kondisi operasi
laju alir F1 (flowmeter NaOH atau air), F2 (flowmeter udara), dan F3
(flowmeter CO2). Flowmeter ini digunakan untuk mengatur laju alir. Laju alir
air yang digunakan adalah 3 L/menit, untuk laju alir udara 30 L/menit,
sedangkan laju alir CO2 yang digunakan adalah 3 L/menit.

Pada metode kimia, CO2 dan udara masuk melalui kolom absorpsi
bagian bawah sedangkan NaOH masuk melalui kolom absorpsi bagian atas.
Dimana diketahui bahwa cairan mempunyai berat jenis yang lebih besar dari
gas CO2 serta sifat alami bahwa cairan akan mudah mengalir ke bawah karena
adanya gaya gravitasi sedangkan gas akan bergerak ke atas seperti menguap.
Umpan yang digunakan berupa CO2 yang dibantu dengan udara yang
dikompresi untuk memberikan tekanan lalu terjadi kontak dengan NaOH yang
dialirkan melalui atas. Pada saat CO2 dan NaOH bertemu maka akan terjadi
perpindahan massa. NaOH ini akan menyerap CO2 yang terdapat pada udara
tersebut. Karena udara bersifat inert (tidak terlarut) maka hanya gas CO2 yang
akan pindah ke dalam fase air. Semakin ke bawah maka akan semakin kaya
dengan gas CO2 sedangkan semakin ke atas maka aliran semakin kecil akan
kandungan CO2 atau menghasilkan gas yang lebih murni. Gas yang lebih
murni atau yang kandungan CO2 lebih sedikit ini akan keluar melalui kolom
absorpsi bagian atas, sedangkan NaOH akan keluar di bagian bawah kolom.
Berhubung sirkulasi terjadi secara terus-menerus (kontinyu) maka
konsentrasinya umpan maupun keluarannya akan berubah-ubah.
Begitupun sama dengan proses metode fisika.
Untuk mengetahui jumlah CO2 yang terabsorpsi maka dilakukan titrasi
dengan sampling dari tangki dan outlet menggunakan HCl 0,1 M untuk
metode kimia, dan NaOH 0,1 M untuk metode fisika. Indikator yang
digunakan dalam proses titrasi adalah fenolptalein (indikator PP), dimana
untuk metode fisika akan terjadi perubahan warna pada sampel dari bening
menjadi merah muda. Dan untuk metode kimia akan terjadi perubahan warna
dari merah muda menjadi bening, ketika mencapai titik ekivalen antara
konsentrasi basa dan asam. Sampling ini dilakukan setiap 5 menit sekali
selama 40 menit dengan diambil volume sampel (CO2) sebanyak 10 mL
sehingga diperoleh 8 data untuk di inlet (tangki) dan 8 data untuk di outlet.
Untuk perhitungan konsentrasi CO2 di dalam tangki didapatkan sebagai
berikut:

a. Metode Absopsi Fisika

Waktu Absorpsi Dari Tangki Dari Outlet Cairan


(Menit)
Vt (mL) Vt (mL)
Mula-mula 0,8 -
5 0,1 0,44
10 0,15 0,14
15 0,16 0,2
20 0,13 0,12
25 0,14 0,11
30 0,1 0,11
35 0,11 0,09
40 0,1 0,24
b. Metode Absorpsi Kimia
Waktu Absorpsi
Dari Tangki Dari Outlet Cairan
(Menit)
Vt (mL) Vt (mL)

Mula-mula 3,34 -
5 2,86 2,3
10 2,45 2,06
15 2,39 1,99
20 2,04 1,78
25 1,94 1,64
30 1,78 1,58
35 1,69 1,43
40 1,61 1,39

Berdasarkan data dan perhitungan maka diperoleh grafik perbandingan

antara konsentrasi CO2 terhadap waktu yaitu,

Grafik Hubungan Antara Kecepatan Absorpsi


terhadap Waktu - Absorpsi Kimia
Kecepatan Absorpsi (mol/menit)

0,018
0,016
0,014
0,012 y = -0,0003x + 0,0144
R² = 0,7871
0,01
0,008
0,006
0,004
0,002
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu Absorpsi (Menit)
Dapat dilihat pada grafik absorpsi motode kimia diatas, jika semakin
lama proses operasi berlangsung maka konsentrasi CO2 yang dihasilkan akan
menurun. Hal tersebut disebabkan oleh semakin berkurangnya komponen gas
CO2 yang telah diserap dalam air.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh didapatkan kadar CO2
dalam rentang waktu tertentu pada larutan mengalami perubahan tetapi
perubahan yang dihasilkan tidak terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa
waktu absorpsi tidak berpengaruh besar terhadap kadar CO2 atau proses
absorpsi yang terjadi. Yang mempengaruhi kadar CO2 yang terabsorbsi adalah
variasi laju alir udara, cairan (NaOH), dan gas CO2. Konsentrasi CO2 terserap
semakin meningkat karena terakumulasi dengan laju produk yang kembali
menjadi umpan. Dengan kata lain, absorbsi ini berjalan secara kontinyu.

5.2 Pembahasan oleh Nabilla Etri Gunawan (221424046)


Salah satu metode untuk menekan angka polusi akibat kandungan gas
berlebih gas CO2 dalam udara adalah dengan proses absorpsi. Salah satu
solven yang dapat digunakan untuk menyerap gas CO2 dalam udara adalah
cairan NaOH. (Srihari dkk, 2012).
Absorpsi adalah proses pemisahan dengan cara menyerap salah satu
zat dalam campuran gas dengan cara mengontakkan dengan suatu cairan
dimana suatu komponen terserap sedangkan komponen lain tak terserap
(Aditya Muhammad, 2018). Tujuan dari absorpsi ini adalah agar mendapatkan
senyawa yang bernilai tinggi atau mengeluarkan senyawa yang tidak
diinginkan dari suatu produk. Penyebab utama operasi absorpsi adalah karena
perbedaan konsentrasi.
Pada dasarnya absorpsi memiliki 2 jenis proses, yaitu absorpsi kimia
dan absorpsi fisika. Absorpsi kimia melibatkan reaksi kimia antara pelarut cair
dengan alir gas dan solut tetap di fase cair. Absorpsi fisika merupakan proses
absorpsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai dengan
reaksi kimia.
Pada praktikum kali ini, dilakukan 2 kali proses absorpsi yaitu
absorpsi fisika dan kimia. Pada absorpsi fisika digunakan gas CO2 sebagai
absorbat dan cairan (air) sebagai absorben. Sedangkan pada absorpsi kimia
digunakan gas CO2 sebagai absorbat dan larutan NaOH 0,1 N sebagai
absorben. Ada juga perbedaan pada prosedur kerja absorpsi fisika dan kimia
yaitu pada saat analisis kadar CO2 atau untuk mengetahui jumlah CO2 yang
terabsorpsi maka dilakukan titrasi dengan sampling dari tangki dan outlet.
Untuk titrasi pada absorpsi fisika menggunakan larutan basa (NaOH 0,1 N)
karena dari reaksi antara air dan CO2 akan membentuk asam sehingga dititrasi
dengan basa untuk mengetahui konsentrasi gas CO2 yang terabsorpsi, dan
titrasi dilakukan hingga larutan berubah warna dari bening ke pink, sedangkan
untuk absorpsi kimia menggunakan larutan asam (HCl 0,1 N) karena dari
reaksi antara NaOH dan CO2 akan membentuk basa sehingga dititrasi dengan
asam untuk mengetahui konsentrasi gas CO2 yang terabsorpsi, titrasi
dilakukan hingga larutan berubah warna dari pink ke bening. Sampling ini
dilakukan setiap 5 menit sekali selama 40 menit dengan diambil volume
sampel (CO2) sebanyak 10 mL sehingga diperoleh 8 data untuk di inlet
(tangki) dan 8 data untuk di outlet.
Absorbsi yang dilakukan menggunakan air (absorpsi fisika) ataupun
larutan NaOH 0,1 N (absorpsi kimia) yang dialirkan ke dalam kolom dengan
spray dan dengan kolom yang dilengkapi dengan packing. Ini bertujuan untuk
memperluas permukaan kontak antara cairan dengan CO2. Sehingga
didapatkan proses absorbsi yang optimal. Untuk CO2 dan udara masuk
melalui kolom absorpsi bagian bawah sedangkan cairan masuk melalui kolom
absorpsi bagian atas. Dimana diketahui bahwa cairan mempunyai berat jenis
yang lebih besar dari gas CO2 serta sifat alami bahwa cairan akan mudah
mengalir ke bawah karena adanya gaya gravitasi sedangkan gas akan bergerak
ke atas seperti menguap. Umpan yang digunakan berupa CO2 yang dibantu
dengan udara yang dikompresi untuk memberikan tekanan lalu terjadi kontak
dengan NaOH ataupun air yang dialirkan melalui atas. Pada saat CO2 dan
NaOH ataupun air bertemu, maka akan terjadi perpindahan massa. NaOH
ataupun air ini akan menyerap CO2 yang terdapat pada udara tersebut. Karena
udara bersifat inert (tidak terlarut) maka hanya gas CO2 yang akan pindah ke
dalam fase air. Semakin ke bawah maka akan semakin kaya dengan gas CO2
sedangkan semakin ke atas maka aliran semakin kecil akan kandungan CO2
atau menghasilkan gas yang lebih murni. Gas yang lebih murni atau yang
kandungan CO2 lebih sedikit ini akan keluar melalui kolom absorpsi bagian
atas, sedangkan NaOH ataupun air akan keluar di bagian bawah kolom.
Berhubung sirkulasi terjadi secara terus-menerus (kontinyu) maka
konsentrasinya umpan maupun keluarannya akan berubah-ubah.
Pada absorpsi fisika, waktu absorpsi berpengaruh besar karena pada
waktu absorpsi yang lebih lama, gas CO2 memiliki lebih banyak waktu untuk
bersentuhan dengan permukaan air. Semakin banyak kontak antara gas CO2
dan permukaan air, semakin banyak CO2 yang dapat terserap. Pada absorpsi
kimia, waktu absorpsi juga berpengaruh besar karena pada waktu absorpsi
yang lebih lama, reaksi antara gas CO2 dan NaOH dapat berlangsung lebih
sempurna. Semakin sempurna reaksi antara gas CO2 dan NaOH, semakin
banyak natrium karbonat (Na2CO3) yang terbentuk.
Pada proses absorpsi ini dapat terjadi flooding. Flooding itu sendiri
adalah pengumpulan cairan di atas kolom yang dapat disebabkan oleh laju alir
gas terlalu besar dan prinsip kolom yang berlawanan. Selain itu, kemungkinan
besar tidak adanya ruang laluan untuk zat cair sehingga lajunya terhambat dan
akhirnya tidak menghasilkan perpindahan massa yang optimum. Pada saat
terjadi flooding katup laju alir air dikontrol agar tidak terjadi flooding karena
hal ini menyebabkan laju alir air tidak konstan.
Pada absorpsi terdapat flowmeter untuk 3 aliran yang masuk ke kolom
absorpsi yaitu CO2, udara, dan larutan NaOH. Dengan kondisi operasi laju alir
F1 (flowmeter NaOH/air), F2 (flowmeter udara, dan F3 (flowmeter CO2).
Flowmeter ini digunakan untuk mengatur laju alir. Laju alir air yang
digunakan adalah 3 L/menit, untuk laju alir udara 30 L/menit, sedangkan laju
alir CO2 yang digunakan adalah 3 L/menit.

Analisa CO2 dalam Air menggunakan Larutan NaOH


Pada absorpsi fisika CO2 ke dalam air, untuk mengetahui jumlah CO2
yang terabsorpsi maka dilakukan titrasi dengan sampling dari tangki dan outlet
menggunakan NaOH 0,1 M. Sampling ini dilakukan setiap 5 menit sekali
selama 40 menit dengan diambil volume sampel (CO2) sebanyak 10 mL
sehingga diperoleh 8 data untuk di inlet (tangki) dan 8 data untuk di outlet.
Untuk perhitungan konsentrasi CO2 di dalam tangki dan perhitungan
konsentrasi CO2 pada outlet dapat dilihat pada Tabel 7. Setelah didapat
konsentrasi CO2 maka dapat diketahui kecepatan absorpsi yang tersaji juga
pada Tabel 7. Dari hasil perhitungan ini dihasilkan perhitungan CO2 di dalam
tangki dan outlet beserta perhitungan kecepatan absorpsi sangat tidak
konsisten dan ada data error pada kecepatan absorpsi menghasilkan data yang
bernilai minus, sehingga apabila dibuat grafik untuk data perhitungan CO2
akan menghasilkan grafik yang naik turun. Hal ini terjadi karena terdapat
kesalahan pada saat praktikum yaitu pada bagian titrasi, dimana terjadi
keteledoran saat memulai titrasi itu lupa belum ditambahkan indikator PP.
Sehingga volume titrasi yang digunakan cukup banyak, akhirnya dari
kesalahan tersebut mempengaruhi juga pada data hasil untuk menit-menit
berikutnya.
Analisa CO2 dalam NaOH menggunakan Larutan HCL
Pada absorpsi kimia CO2 ke dalam air, untuk mengetahui jumlah CO2
yang terabsorpsi maka dilakukan titrasi dengan sampling dari tangki dan outlet
menggunakan HCl 0,1 M. Sampling ini dilakukan setiap 5 menit sekali selama
40 menit dengan diambil volume sampel (CO2) sebanyak 10 mL sehingga
diperoleh 8 data untuk di inlet (tangki) dan 8 data untuk di outlet. Untuk
perhitungan konsentrasi CO2 di dalam tangki dan perhitungan konsentrasi
CO2 pada outlet dapat dilihat pada Tabel 10. Setelah didapat konsentrasi CO2
maka dapat diketahui kecepatan absorpsi yang tersaji juga pada Tabel 10. Dari
hasil perhitungan pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama waktu
absorpsi maka akan semakin kecil konsentrasi CO2. Hal tersebut terjadi
karena semakin banyak CO2 yang telah diserap oleh NaOH. Dari perhitungan
ini dihasilkan kecepatan absorpsi yang tidak konsisten atau bila dilihat dari
grafik menghasilkan grafik yang naik turun. Hal ini karena terjadinya flooding
pada proses absorpsi sehingga laju alir NaOH tidak stabil. Berdasarkan data
penelitian yang diperoleh didapatkan kadar CO2 dalam rentang waktu tertentu
pada larutan mengalami perubahan tetapi perubahan yang dihasilkan tidak
terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa waktu absorpsi tidak berpengaruh
besar terhadap kadar CO2 atau proses absorpsi yang terjadi. Yang
mempengaruhi kadar CO2 yang terabsorbsi adalah variasi laju alir udara,
cairan (NaOH), dan gas CO2. Konsentrasi CO2 terserap semakin meningkat
karena terakumulasi dengan laju produk yang kembali menjadi umpan.
Dengan kata lain, absorbsi ini berjalan secara kontinyu sehingga, NaOH yang
sudah mengikat CO2 pada produk yang kemudian masuk proses kembali dan
akan mengikat CO2 murni lagi.
Dari praktikum ini, absorpsi dengan reaksi kimia lebih
menguntungkan untuk pemisahan karena NaOH dapat digunakan sebagai
absorben untuk menyerap gas CO2 karena waktu reaksinya yang relatif cepat,
harganya murah, dan dapat dengan mudah diregenerasi dengan pelucutan saja.
Meskipun demikian absorpsi fisika menjadi penting jika dengan reaksi kimia
tidak dapat dilakukan.

5.3 Pembahasan oleh Naviga Thoriq Madani (221424047)


Pada percobaan kali ini melakukan proses Absorpsi dengan metode
Kimia dan Fisikia. Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen
yang terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat
absorpsi gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan.
Kebalikan dari proses absorpsi adalah desorpsi, yaitu pelepasan molekul gas
dari zat cair yang melarutkannya. Adapun tujuan dari proses absorpsi adalah
pertama untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas
atau uap; kedua, untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari
produk; ketiga, pembentukan persenyawaan kimia dari absorben dengan salah
satu senyawa dalam campuran gas. Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut:

CO2(g) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(aq) + H2O(l)


Pada kondisi percobaan absorpsi, jumlah CO2 yang diambil dari aliran
udara dapat ditentukan dari jumlah NaOH dan Na2CO3 dalam sample cairan
dengan anggapan tidak ada CO2 bebas yag tidak bereaksi dengan NaOH
(cairan). Dengan menggunakan teknik analisa titrasi, asam yang digunakan
lebih dahulu menetralkan NaOH dan pada saat yang bersamaan mengubah
Na2CO3 menjadi NaHCOs konsentrasi total karbonat dapat ditentukan dan
selanjutnya jumlah CO2 yang diserap.
Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan antara
lain temperatur operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam
cairan, konsentrasi komponen di dalam aliran gas, luas bidang kontak, lama
waktu kontak. Untuk itu dalam operasi absorpsi harus dipilih kondisi yang
tepat sehingga dapat diperoleh hasil optimum. Karakteristik suatu cairan
dalam menyerap komponen di dalam aliran gas ditunjukkan oleh harga
koefisien perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu banyaknya mol gas yang
berpindah per satuan waktu per satuan luas serta tiap fraksi mol.
Pada percobaan absorpsi metode fisika menggunakan bahan baku air
sebanyak 40 liter, CO2, dan udara dengan masing masing laju alir
berturutturut 3, 3, 30 liter/menit. Metode kimia menggunakan larutan NaOH
0,1M sebanyak 40 liter. Melakukan startup dengan menyalakan saklar dengan
sumber arus listrik, mengisi tanki absorben dengan larutan yang ingin
dijadikan absroben, yaitu air dan larutan NaOH 0,1M masing-masing
sebanyak 40 liter. Langkah selanjutnya mengatur laju alir masing-masing
CO2, Air, dan udara. Setelah masing masing aliran mempunyai laju alir
dengan ketentuannya, kemudian dilakukan sampling dengan rentan waktu
setiap 5 menit sebanyak 8 kali. Sampling yang diambil meliputi dari outlet dan
inlet. Kemudian masing masing outlet dan inlet dilakukan titrasi asam basa
untuk mengetahui kadar CO2. Menggunakan indaktor Phenolpatelien
sebanyak 2 tetes, metode fisika dititrasi dengan NaOH hingga masing masing
dari outlet dan inlet mempunyai volume titrannya. Begitupun dengan metode
kimia, namun sample outlet dan inlet dititrasi dengan HCl. Dengan titrasi basa
asam yang bertujuan untuk mengetahui kadar NaOH.

5.4 Pembahasan oleh Nida Aini Al Faidah (221424048)


Pada praktikum ini melakukan proses absorpsi. Absorpsi adalah proses
penyerapan komponen yang terdapat gas dengan menggunakan cairan. Proses
ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara senyawa dalam campuran gas
dan cairan penyerap. Pada praktikum ini dilakukan absorpsi fisika dan
absorpsi kimia.
Pada absorpsi fisika digunakan gas CO2 sebagai absorbat dan air sebagai
absorben. Absorpsi fisika adalah proses penyerapan gas oleh cairan tanpa
terjadinya reaksi kimia. Pada praktikum absorpsi karbondioksida dalam air,
gas CO2 akan terlarut dalam air karena adanya gaya tarik menarik antara
molekul karbon dioksida dan molekul air. Molekul karbon dioksida memiliki
dua atom oksigen yang memiliki muatan negatif. Molekul air juga memiliki
dua atom oksigen yang memiliki muatan negatif. Gaya tarik menarik antara
molekul karbon dioksida dan molekul air ini menyebabkan gas karbon
dioksida terlarut dalam air.
Selanjutnya absorpsi kimia, digunakan gas CO2 sebagai absorbat dan larutan
NaOH 0,1 M sebagai absorben. Absorpsi karbondioksida dalam larutan NaOH
0,1 M adalah proses penyerapan gas karbondioksida oleh larutan NaOH 0,1
M. Proses ini terjadi karena adanya reaksi kimia antara karbondioksida dan
NaOH 0,1 M. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:

CO2(g) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(aq) + H2O(l)


Pada reaksi ini, karbondioksida bereaksi dengan NaOH 0,1 M membentuk
natrium karbonat (Na2CO3) dan air (H2O). Natrium karbonat yang terbentuk
akan tetap berada dalam larutan NaOH 0,1 M. Perbedaan antara absorpsi fisika
dan kimia adalah ada tidaknya reaksi kimia dalam larutan (absorben) yang
diisikan ke dalam tangki inlet, prosedur percobaannya akan tetap sama.
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu dengan mengisi tangka
inlet dengan larutan absorben. Lalu, menyalakan power supply, membuka
tangki CO2 serta mengatur laju alir air (F1) sebesar 3L/min, laju alir udara
(F2) 30 L/min, dan laju alir CO2 (F3) 3 L/min. Setelah itu, ambil sampel
mula-mula dari aliran inlet dan outlet. Selanjutnya, pengambilan sampel
sebanyak 10 mL dilakukan setiap kelipatan waktu 5 menit sampai mendapat 8
sampel. Kemudian, sampel yang telah diambil dititrasi dengan larutan NaOH
0,1 M untuk absorpsi fisika dan larutan HCl 0,1 M untuk absorpsi kimia. Pada
percobaan absorpsi fisika dititrasi dengan basa (NaOH) karena dari reaksi
antara air dan CO2 akan membentuk asam sehingga dititrasi dengan basa
untuk mengetahui konsentrasi gas CO2 yang terabsorpsi, dan titrasi dilakukan
hingga larutan berubah warna dari bening ke pink. Sedangkan, percobaan
absorpsi kimia dititrasi dengan asam (HCl) karena dari reaksi antara NaOH
dan CO2 akan membentuk basa sehingga dititrasi dengan asam untuk
mengetahui konsentrasi gas CO2 yang terabsorpsi, titrasi dilakukan hingga
larutan berubah warna dari pink ke bening. Pada proses titrasi ditambahkan
indicator phenolphthalein (PP) yang akan menandakan titrasi telah mencapai
titik ekivalen saat larutan sampel berubah menjadi warna merah muda atau
sebaliknya.
Titrasi dilakukan untuk mengetahui jumlah CO2 yang terabsorpsi. Dari hasil
titrasi didapatkan konsentrasi CO2, pada tabel data pengamatan Tabel 5.
Konsentrasi CO2 dari Tangki dan Outlet Cairan. Dari data tersebut, dapat
dilihat bahwa semakin lama waktu absorpsi maka akan semakin kecil
konsentrasi CO2. Hal tersebut terjadi karena semakin banyak CO2 yang telah
diserap.
Setelah konsentrasi CO2 didapatkan, maka dapat diketahui kecepatan
absorpsi. Dapat dilihat pada Tabel 6. Kecepatan CO2 yang diserap. Dari
perhitungan ini dihasilkan kecepatan absorpsi yang tidak konsisten atau bila
dilihat dari grafik (gambar 2. Grafik absorpsi) menghasilkan grafik yang naik
turun. Hal ini terjadi dikarenakan adanya faktor kesalahan pada saat titrasi
sehingga menyebabkan ketidakkonsistenan data yang didapatkan. Pada
absorpsi fisika, waktu absorpsi berpengaruh besar karena pada waktu absorpsi
yang lebih lama, gas CO2 memiliki lebih banyak waktu untuk bersentuhan
dengan permukaan larutan NaOH. Semakin banyak kontak antara gas CO2
dan permukaan larutan NaOH, semakin banyak CO2 yang dapat terserap.
Pada absorpsi kimia, waktu absorpsi juga berpengaruh besar karena pada
waktu absorpsi yang lebih lama, reaksi antara gas CO2 dan NaOH dapat
berlangsung lebih sempurna. Semakin sempurna reaksi antara gas CO2 dan
NaOH, semakin banyak natrium karbonat (Na2CO3) yang terbentuk.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu
absorpsi, semakin banyak CO2 yang dapat terserap. Oleh karena itu,
konsentrasi CO2 akan semakin kecil.
Kadar CO2 yang terabsorbsi dipengaruhi oleh laju alir udara, cairan (NaOH),
dan gas CO2. Konsentrasi CO2 yang terabsorbsi akan semakin meningkat
seiring dengan akumulasi CO2 pada larutan NaOH. Hal ini dikarenakan
proses absorbsi berlangsung secara kontinyu, sehingga NaOH yang telah
mengikat CO2 pada produk akan kembali ke proses untuk mengikat CO2
murni lagi.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
praktikan dapat memahami konsep dan prinsip kerja dari absorpsi antara gas dan
cairan pada lingkungan industri. Absorpsi adalah proses penyerapan komponen yang
terdapat gas dengan menggunakan cairan. Proses ini terjadi karena perbedaan
konsentrasi antara senyawa dalam campuran gas dan cairan penyerap. Prinsip kerja
absorpsi adalah terjadi kontak antara gas CO2 dan cairan penyerap yang memiliki
perbedaan konsentrasi, dengan CO2 dibantu oleh udara untuk memberikan tekanan
masuk melalui bawah kolom absorpsi dan cairan terlarut masuk melalui atas kolom
absorpsi lalu akan menyerap CO2 yang ada dalam udara.
Dapat menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 dalam larutan NaOH berdasarkan
data praktikum yang diperoleh pada tiap interval waktu 5 menit hingga pada menit
ke-40, sehingga data yang diperoleh sebanyak 8 hitungan. Menghitung jumlah kadar
CO2 dalam larutan NaOH dari data yang diperoleh berdasarkan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi "Absorpsi", Due Like, Jurusan Teknik Kimia
POLBAN
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi "Absorpsi" Jurusan Teknik Kimia POLBAN,
2003
Mc CABE and Werren I Smith Julian C & Hariott., Unit Operations of Chemical
Engineering, 3 rd, New York
Mc. Growhill Book Co Fourth Edition 1993
Robert H Perry "Chemical Engineering Handbook" Mc Grow-hill Fourth Edition,
USA 1998

Anda mungkin juga menyukai