Praktikum Bioproses
Disusun oleh:
2021
I. TUJUAN
Teknik imobilisasi sel adalah pembatasan gerak/mobilitas sel dalam suatu matriks
tertentu, sehingga sel tidak akan terbawa ke dalam aliran produk dan dapat
dipergunakan kembali untuk proses berikutnya. Proses fermentasi dengan metode
imobilisasi sel dapat dilakukan guna meningkatkan produktivitas produksi.
Fermentasi yang menggunakan sel terimobilisasi dilakukan dalam reaktor yang
memiliki gesekan hidrodinamik rendah agar tidak terjadi kerusakan pada matriks,
salah satunya yaitu reaktor packed bed. Reaktor jenis packed bed tidak
membutuhkan volume reaktor yang besar apabila dibandingkan dengan reaktor
fluidized bed. Berdasarkan beberapa penelitian, penggunaan metode imobilisasi
sel pada proses fermentasi untuk menghasilkan suatu produk merupakan metode
yang lebih efisien dibandingkan menggunakan sel bebas. Pada proses fermentasi
menggunakan metode imobilisasi, sel mampu menghasilkan perolehan yield yang
cukup tinggi.
Menurut Brodelius (dalam Betha, 2009) imobilisasi merupakan suatu cara yang
digunakan untuk menempatkan suatu sel, enzim, organel atau protein ke dalam
suatu penyangga berupa bahan padat, matriks, atau membran. Imobilisasi
dilakukan untuk meningkatkan stabilitas dan membuat sel, organel, atau enzim
dapat dipergunakan terus menerus.
Menurut Goldstein, Leon et al. (1976) pada reaktor stirred tank biasanya
tidak dilakukan upaya untuk pemulihan suatu enzim dari produk reaksi, karena
biaya pemulihan enzim yang mahal. Enzim terimobilisasi dipisahkan dari aliran
produk dengan beberapa tahapan. Prosedur pemulihan enzim atau sel
terimobilisasi dapat dilakukan dengan cara filtrasi atau ultrasentrifugasi. Proses
tersebut dapat menyebabkan enzim atau sel hilang dan memungkinkan sel atau
enzim tidak dapat aktif kembali, sehingga reaktor jenis strirred tank jarang
digunakan dan memiliki potensi yang terbatas dalam katalis enzim terimobilisasi
di industri.
𝑌𝑝/𝑠 = 𝑃𝑡 − 𝑃𝑜
𝑆𝑜 − 𝑆𝑡
Sumber: Rahim, Dicka AR., 2009)
Pt = Massa produk saat t
Po = Massa produk awal
St = Massa substrat saat t
So = Massa substrat awal
MSDS
Tabel 3. Tabel MSDS Bahan yang Digunakan
3.2.1 Alat dan Bahan pada Praktikum Teknik Imobilisasi Sel dengan
Inokulum Terisolasi (Lactobacillus)
Alat:
- Hotplate - Pipet ukur
- Magnetic stirrer - Cawan petri
- Erlenmeyer - Jarum ose
- Gelas kimia - Pembakar spiritus
- Batang pengaduk - Spuit steril 20 ml
- Gelas ukur - Bola hisap
- Tabung reaksi - Tabung sentrifugasi
Bahan:
- Natrium alginat Komposisi Media Nutrient Agar (NA):
- Aquades - Beef Extract 0,3 gr
- CaCl2 - Pepton 1 gr
- Air garam steril - Bacto Agar 1,8 gr
- Sumber mikroba (Yakult) - NaCl 0,5 gr
- MRS Broth - Aquades
3.2.2. Alat dan Bahan pada Praktikum Evaluasi Kinerja Sel Terimobilisasi
menggunakan Reaktor Packed Bed (Asam Laktat, L. casei)
Rangkaian Peralatan
Masukkan bahan tersebut ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL (untuk agar miring dan 10 mL
untuk agar cawan).
Kemudian tutup menggunakan kapas lemak dan lakukan proses sterilisasi selama 15 menit di
dalam autoclave pada suhu 121⁰C.
Simpan larutan Nutrient Agar dengan keadaan miring pada suhu ruang hingga terbentuk agar
miring Nutrient Agar.
Masukkan 2 tabung larutan Nutrient Agar steril ke dalam cawan petri steril.
Kemudian simpan agar cawan pada suhu ruang hingga larutan Nutrient Agar mengeras.
3.4.1.2 Persiapan Mikroba dan Pembuatan Inokulum
Siapkan 1 botol yakult yang telah di inkubasi selama 4 jam pada suhu 37⁰C dalam Incubator shaker.
Masukkan 1 botol yakult ke dalam tabung sentrifugasi kemudian sentrifugasi pada kecepatan 4500 rpm,
20⁰C, selama 15 menit.
Setelah sentrifugasi selesai, ambil endapan yang berada di bagian bawah tabung sentrifugasi kemudian
gesekkan pada agar cawan steril.
Agar cawan steril yang telah digesek kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 48 jam.
Ambil koloni Lactobacillus casei menggunakan jarum ose, kemudian gesekkan koloni tersebut pada agar
miring steril.
Agar miring yang telah digesek kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 48 jam, hingga diperoleh
kultur kerja Lactobacillus casei.
Buat larutan MRS Broth dengan melarutkan glukosa sebanyak 2 gram, yeast extract 2 gram, beef extract
0,4 gram, K2HPO4 0,2 gram, MgSO4 0,02 gram, Tween 0,1 mL dan MnSO4 0,005 gram dalam 100 mL.
Larutan MRS Broth dipanaskan pada suhu 80⁰C dan diaduk hingga larut.
Masukkan larutan MRS Broth ke dalam erlenmeyer berukuran 250 mL kemudian tutup menggunakan
kapas dan koran.
Larutan MRS Broth disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121⁰C selama 15 menit.
Ambil 1 tabung Lactobacillus casei yang berada dalam kultur kerja menggunakan jarum ose, kemudian
ditambahkan ke dalam larutan MRS Broth. Penanaman mikroba dilakukan di dalam Laminar Air Flow
dalam keadaan aseptis.
Larutan MRS Broth yang telah ditanami biakan Lactobacillus casei kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C
selama 24 jam di dalam incubator shaker dengan kecepatan 150 rpm.
Larutan yang telah ditanami bakteri dinamakan inokulum. Inokulum yang telah siap digunakan ditandai
dengan adanya perubahan warna pada larutan yaitu cenderung berwarna keruh.
(A) (B)
Gambar 4. (a) Agar Miring yang Telah Digesekkan Bakteri Lactobacillus casei
(b) Agar Cawan yang Telah Digesekkan Bakteri Lactobacillus casei
Gambar 6. (a) Media MRS Broth yang Telah Ditanam Bakteri Lactobacillus
Casei (b) Media MRS Broth yang Telah Ditanam Bakteri Lactobacillus Casei dan
Telah Diinkubasi Pada Suhu 37oC Selama 24 jam.
Lakukan proses sentrifugasi pada media inokulum telah diinkubasi hingga didapatkan endapan
sebanyak 30 mL. Proses sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 4500 rpm pada suhu 20⁰C,
selama 15 menit.
Campurkan endapan tersebut ke dalam larutan natrium alginat pada suhu 30-40⁰C.
Suntikan campuran tersebut ke dalam 1000 mL larutan 0,2 M CaCl2 steril menggunakan spuit
steril. Larutan natrium alginat akan mengeras dan menbentuk beads berdiameter 3-4 mm.
Inkubasi 1 botol yakult pada suhu 37⁰C selama 4 jam dalam inkubator shaker.
Masukkan 1 botol yakult ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian sentrifugasi pada kecepatan
4.500 rpm dan suhu 20⁰C selama 15 menit.
Ambil endapan hasil sentrifugasi kemudian gesekkan pada agar cawan steril.
Agar cawan yang telah digesek kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 48 jam.
Ambil koloni Lactobacillus casei menggunakan jarum ose, kemudian gesekan koloni tersebut
pada agar miring steril.
Agar miring yang telah digesek kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 48 jam, hingga
diperoleh kultur kerja Lactobacillus casei.
Larutan MRS broth dipanaskan pada 80⁰C dan diaduk hingga larut, kemudian larutan
disterilisasi pada suhu 121⁰C selama 15 menit, setelah itu di dinginkan.
Ambil 1 tabung kultur kerja Lactobacillus casei kemudian tambahkan ke dalam larutan MRS
broth menggunakan jarum ose.
Inkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam di dalam Incubator shaker dengan kecepatan 150 rpm.
Ambil inokulum yang telah diinkubasi dan masukkan inokulum ke dalam tabung sentrifugasi.
Inokulum disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 4.500 rpm.
Natrium alginat 5,1 gr dilarutkan dalam 140 mL air aquades. Aduk dan panaskan larutan pada
suhu 80⁰C.
Larutan natrium alginat dipasteurisasi pada suhu 80⁰C selama 10 menit kemudian didinginkan
hingga suhu 30-40⁰C.
Endapan yang terpisah pada bagian bawah tabung sentrifugasi dimasukkan ke dalam larutan
natrium alginat sebanyak 30 mL, sehingga didapatkan volume total sebanyak 170 mL.
Ambil larutan natrium alginat + bakteri Lactobacillus casei dengan menggunakan spuit steril,
suntikan larutan ke dalam larutan CaCl 0,2 M.
Tunggu beads hingga beads mengeras kemudian bilas menggunakan aquades steril.
Glukosa 24 gr, Yeast extract 12 gr, MgSO4.7H2O 0,6 gr, MnSO4.H2O 0,036 gr, K2HPO4 3,6 gr
dan Tween 1,2 mL dilarutkan ke dalam 1.200 mL.
Larutan dipanaskan pada suhu 80⁰C di atas hotplate sambil dilakukan pengadukan hingga
larut.
Larutan media produksi disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121⁰C selama 15 menit, dan
dinginkan media produksi hingga suhu ruang.
3.4.2.5 Penentuan Laju Alir
Hidupkan pompa peristaltic yang terhubung pada rangkaian reaktor, sehingga air dapat mengalir
menuju reaktor.
Kalibrasi laju alir yang melewati reaktor berdasarkan kemampuan pompa (20 rpm, 30 rpm, dan
40 rpm)
3.4.2.6 Tahap Evaluasi Kinerja (Proses Fermentasi)
Lap seluruh bagian permukaan reaktor packed bed dengan menggunakan alkohol 70%
kemudian balut bagian luar reaktor menggunakan handuk.
Rangkai seperangkat reaktor packed bed dengan pompa peristaltic di dalam lemari incubator
yang telah diatur pada suhu 37⁰C.
Simpan recycle chamber di atas hotplate stirrer kemudian masukkan magnetic stirrer ke
dalamnya.
Masukkan media produksi fermentasi ke dalam recycle chamber. sebelum media dimasukan
ke dalam recycle chamber, cek pH maupun konsentrasi glukosa dari media produksi.
Masukkan beads ke dalam reaktor packed bed kemudian tutup bagian atas reaktor.
Lap seluruh permukaan reaktor ataupun bagian yang akan dilewati media produksi
menggunakan kapas yang telah diberi alkohol 70%.
Sebelum proses dimulai pastikan seluruh saluran jalur media fermentasi sudah terbuka.
Kemudian hidupkan pompa dan atur kecepatan pompa yang akan digunakan (20 rpm, 30
rpm, dan 40 rpm).
Hidupkan pengaduk pada hotplate stirrer dan atur kecepatan pengadukan pada 150 rpm.
Sampel yang telah di ambil kemudian disentrifugasi dan dilakukan pengecekan konsentrasi
asam laktat, konsentrasi glukosa dan pH.
Produk hasil fermentasi disentrifugasi pada kecepatan 4.500 rpm selama 15 menit, sehingga
produk yang diambil berwarna bening.
Cairan supernatant dilakukan analisis konsentrasi asam laktat, konsentrasi glukosa sisa, dana
derajat keasaman (pH).
3.4.2.7 Analisis Produk
Catat jumlah larutan NaOH yang terpakai. Lakukan proses titrasi secara
duplo.
Substitusikan nilai absorbansi yang terukur ke dalam persamaan garis dari kurva
standar glukosa. Persamaan garis y = 0,4685x + 0,0306.
IV. DATA PENGAMATAN
No Keterangan Dimensi
1 Tipe Packed bed
2 Tinggi kolom reaktor 40 cm
3 Diameter reaktor 3 cm
4 Tinggi/volume beads dalam reaktor 24 cm / 170 mL
5 Volume recycle chamber 2000 mL
1. Run 1 : 20 rpm
Konsentrasi NaOH : 0,01023 N
Suhu : 37℃
pH Awal : 6,98
pH Produk Akhir : 4,93
Tabel 8. Data Laju Alir 3,96 L/Jam
Sampel Waktu V NaOH N NaOH V Sampel Absorbansi
(jam) (mL) (N) (mL)
1 0 0 0,01023 5 0,825
2 2 13,15 0,01023 5 0,787
3 4 13,9 0,01023 5 0,699
4 6 13,7 0,01023 5 0,673
5 8 16,45 0,01023 5 0,615
6 12 21,4 0,01023 5 0,003
7 16 24,7 0,01023 5 0,029
8 20 25 0,01023 5 0,069
9 24 27,55 0,01023 5 0,027
10 28 27,7 0,01023 5 0,026
11 32 27,2 0,01023 5 0,035
2. Run 2 : 30 rpm
Konsentrasi NaOH : 0,0101 N
Suhu : 37℃
pH Awal : 7,11
pH Produk Akhir : 4,24
V. PENGOLAHAN DATA
1. Run 1
Konsentrasi Asam Laktat
BE Asam Laktat : 90,08
1) Sampel 1 (t = 0 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
0 × 0,01023 × 90,08
= 5
=0N
2) Sampel 2 (t = 2 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 2,42 N
3) Sampel 3 (t = 4 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 2,56 N
4) Sampel 4 (t = 6 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 2,52 N
5) Sampel 5 (t = 8 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 3,03 N
6) Sampel 6 (t = 12 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 3,94 N
7) Sampel 7 (t = 16 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 4,55 N
8) Sampel 8 (t = 20 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
25 × 0,01023 × 90,08
= 5
= 4,61 N
9) Sampel 9 (t = 24 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 5,08 N
10) Sampel 10 (t = 28 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 5,11 N
11) Sampel 11 (t = 32 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 5,01 N
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Absorbansi
2) Sampel 2
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,787) + 0,0306) × 50
= 19,97 N
3) Sampel 3
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,699) + 0,0306) × 50
= 17,90 N
4) Sampel 4
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,673) + 0,0306) × 50
= 17,30 N
5) Sampel 5
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,615) + 0,0306) × 50
= 15,94 N
6) Sampel 6
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,003) + 0,0306) × 50
= 1,60 N
7) Sampel 7
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,029) + 0,0306) × 50
= 2,21 N
8) Sampel 8
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,069) + 0,0306) × 50
= 3,15 N
9) Sampel 9
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,027) + 0,0306) × 50
= 2,16 N
10) Sampel 10
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,026) + 0,0306) × 50
= 2,14 N
11) Sampel 11
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,035) + 0,0306) × 50
= 2,35 N
Yield / Perolehan Asam Laktat
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡 × 100 %
𝑡
Tabel 11. Data Konsentrasi Asam Laktat dan Konsentrasi Glukosa pada
Run 1
Sampel Waktu Konsentrasi Asam Konsentrasi
(jam) Laktat (N) Glukosa (N)
1 0 0 20,86
2 2 2,42 19,97
3 4 2,56 17,90
4 6 2,52 17,30
5 8 3,03 15,94
6 12 3,94 1,60
7 16 4,55 2,21
8 20 4,61 3,15
9 24 5,08 2,16
10 28 5,11 2,14
11 32 5,01 2,35
1) Pada t = 0 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡 × 100 %
𝑡
0−0
= 20,86 − 0
=0%
2) Pada t = 2 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡 × 100 %
𝑡
2,42 − 0
= 20,86 − 19,97
= 272 %
3) Pada t = 4 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100 %
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
2,56 − 0
= 20,86 − 17,90
= 86 %
4) Pada t = 6 jam
× 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
2,52 − 0
= 20,86 − 17,30
= 71 %
5) Pada t = 8 jam × 100 %
3,03 − 0
= 20,86 − 15,94
= 62 %
× 100 %
6) Pada t = 12 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
3,94 − 0
= 20,86 − 1,60
= 21 % × 100 %
7) Pada t = 16 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
4,55 − 0
= 20,86 − 2,21
× 100 %
= 24 %
8) Pada t = 20 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
4,61 − 0
= 20.86 − 3,15
= 26 %
9) Pada t = 24 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡 × 100 %
𝑡
5,08 − 0
= 20.86 − 2,16
= 27 %
10) Pada t = 28 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
× 100 %
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
5,11 − 0
= 20,86 − 2,14
= 27 %
11) Pada t = 32 jam
× 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
5,01 − 0
= 20,86 − 2,35
= 27 %
Hubungan Konsentrasi Produk (Asam Laktat) dan Substrat (Glukosa)
25
Konsentrasi Asam
y = 0,1292x + 1,745 Laktat (N)
20 R² = 0,7917
10
Linear
5 (Konsentrasi Asam
Laktat (N))
0 Linear
0 5 10 15 20 25 30 35 (Konsentrasi
-5 Glukosa (N))
Waktu (jam)
0 × 0,0101 × 90,08
= 5
=0N
2) Sampel 2 (t = 2 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
18 × 0,0101 × 90,08
= 5
= 3,28 N
3) Sampel 3 (t = 4 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 3,32 N
4) Sampel 4 (t = 6 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 4,52 N
5) Sampel 5 (t = 8 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 7,51 N
6) Sampel 6 (t = 12 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
42,4 × 0,0101 × 90,08
= 5
= 7,72 N
7) Sampel 7 (t = 16 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 7,79 N
8) Sampel 8 (t = 20 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 7,53 N
9) Sampel 9 (t = 24 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
= 8,05 N
10) Sampel 10 (t = 28 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
44 × 0,0101 × 90,08
= 5
=8,01 N
11) Sampel 11 (t = 32 jam)
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
Konsentrasi asam laktat = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡)
43 × 0,0101 × 90,08
= 5
= 7,82 N
Konsentrasi Glukosa
Tabel 12. Data Absorbansi dan Konsentrasi Glukosa pada Run 2
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Absorbansi
Dengan persamaan garis yang didapat yaitu y = 0,4685x + 0,0306 maka akan
dihitung konsentrasi glukosa dengan dikalikan faktor pengenceran (50)
1) Sampel 1 (t = 0 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,862) + 0,0306) × 50
= 21,72 N
2) Sampel 2 (t = 2 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,756) + 0,0306) × 50
= 19,24 N
3) Sampel 3 (t = 4 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,643) + 0,0306) × 50
= 16,60 N
4) Sampel 4 (t = 6 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,582) + 0,0306) × 50
= 15,16 N
5) Sampel 5 (t = 8 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,097) + 0,0306) × 50
= 3,80 N
6) Sampel 6 (t = 12 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,076) + 0,0306) × 50
= 3,31 N
7) Sampel 7 (t = 16 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,092) + 0,0306) × 50
= 3,69 N
8) Sampel 8 (t = 20 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,086) + 0,0306) × 50
= 3,54 N
9) Sampel 9 (t = 24 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,096) + 0,0306) × 50
= 3,78 N
10) Sampel 10 (t = 28 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,088) + 0,0306) × 50
= 3,60 N
11) Sampel 11 (t = 32 jam)
Konsentrasi glukosa = (0,4685(0,077) + 0,0306) × 50
= 3,33 N
1) Pada T = 0 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡 × 100 %
𝑡
0−0
= 21,72 − 0
=0%
2) Pada T = 2 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100 %
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
3,28 − 0
= 21,72 − 19,24
= 132 %
3) Pada T = 4 jam
× 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
3,32 − 0
= 21,72 − 16,60
= 65 %
4) Pada T = 6 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡 × 100 %
𝑡
4,52 − 0
= 21,72 − 15,16
= 69 %
5) Pada T = 8 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100 %
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
7,51 − 0
= 21,72 − 3,80
= 42 %
6) Pada T = 12 jam
× 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
7,72 − 0
= 21,72 − 3,31
= 42 %
7) Pada T = 16 jam × 100 %
7,79 − 0
= 21,72 − 3,69
= 43 %
× 100 %
8) Pada T = 20 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
7,53 − 0
= 21,72 − 3,54
= 41 % × 100 %
9) Pada T = 24 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
8,05 − 0
= 21,72 − 3,78
× 100 %
= 45 %
10) Pada T = 28 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑡
8,01 − 0
= 21,72 − 3,60
= 44 %
11) Pada T = 32 jam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Yp/s = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑎𝑡 × 100 %
𝑡
7,82 − 0
= 21,72 − 3,33
= 43 %
y = -0.5459x + 16.432
15 R² = 0.6314 Konsentrasi
Konsentrasi (N)
Glukosa (N)
10
Linear
(Konsentrasi
5 Asam Laktat (N))
Linear
0
(Konsentrasi
0 5 10 15 20 25 30 35
Glukosa (N))
-5
Waktu (jam)
Gambar 14. Kurva Hubungan Konsentrasi Produk (Asam Laktat) dan Substrat
(Glukosa)
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai Teknik Imobilisasi Sel dan
Evaluasi Kinerja Imobilisasi Sel Bakteri Lactobacillus casei Untuk Produksi
Asam Laktat denngan Reactor Packed bed. Praktkum kali ini bertujuan agar
mahasiswa
mampu memahami dan menguasai prosedur pembuatan sel terimobilisasi,
memahami karakteristik matriks pendukung sel terimobilisasi, memahami dan
menguasai prosedur penggunaan sel terimobilisasi dalam proses fermentasi, dan
mampu mengevaluasi kinerja dari reaktor packed bed dengan cara menentukan
laju alir optimum pada reaktor packed bed yang menghasilkan konsentrasi dan
yield asam laktat tertinggi.
Pada run 1 dan run 2 terjadi kenaikan kecepatan pompa yaitu dari 20 rpm
menjadi 30 rpm. Pada run 1 produk konsentrasi asam laktat lebih besar
dibandingkan dengan run 2. Kecepatan pompa mempengaruhi kelarutan oksigen
(aerasi) dalam media fermentasi. Semakin tinggi kecepatan pompa semakin
banyak pula oksigen yang terlarut dalam media fermentasi. Kecepatan pompa
akan meningkatkan luas permukaan perpindahan oksigen dengan cara
mendispersikan udara ke dalam media fermentasi dalam bentuk gelembung-
gelembung kecil. Kecepatan pompa juga berfungsi untuk menahan terlepasnya
gelembung udara dari media fermentasi, mencegah penggabungan gelembung
udara dan mengurangi ketebalan film cairan pada antar muka gas/cairan dengan
cara menciptakan turbulensi dalam media fermentasi (Stanbury and Whitaker,
1984). Kenaikan kecepatan pompa dari 100 rpm ke 150 rpm meningkatkan
konsentrasi asam laktat akhir dari 7,05 ke 10,19 g/l (Rintis, 2010). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kecepatan pompa memengaruhi produk dari fermentasi.
Namun, apabila kecepatan pompa terlalu
cepat akan juga mengakibatkan penurunan produk asam laktat. Peningkatan
kecepatan pompa menjamin ketersediaan oksigen dalam sel, kondisi tersebut
justru menghambat konversi pyruvate menjadi asam laktat (Rintis, 2016). Maka,
diperlukannya kondisi optimum dalam kecepatan pompa.
5. Pengaruh laju alir terhadap proses fermentasi
Laju alir media produksi dapat mempengaruhi hasil konsentrasi asam laktat
dan yield dari asam laktat. Pada run 2 yang memiliki laju alir yang lebih besar
didapatkan konsentrasi asam laktat yang memiliki jumlah konsentrasi yang lebih
besar dari run 1. Pada yield juga didapatkan yield yang lebih besar pada run 2
dibanding run 1 yaitu 45.5499 % untuk run 2 dan 27.0892 % untuk run 1. Hal ini
dikarenakan laju alir media produksi dengan laju alir yang lebih besar dapat
mengangkat beads yang berada di dasar kolom sehingga aliran masuk ke packed
bed lebih cepat dan terjadinya kontak antara substrat dengan sel yang akan
termobilisasi lebih efektif, dengan begitu maka hasil dari fermentasi lebih efektif
dan juga akan menghasilkan produk asam laktat yang lebih banyak. Selain itu,
laju alir berbanding lurus dengan waktu proses fermentasi, semakin cepat laju
alir akan menyebabkan waktu proses fermentasi semakin cepat dikarenakan
dengan laju alir substrat yang cepat, waktu tinggal substrat didalam fermentor
akan semakin singkat (Okky dkk., 2015).
Sel imobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan tidak
terlarut dalam bahan tersebut. Kelebihan sel terimobilisasi ini tidak memerlukan
recovery dan regenerasi sel. Sel-sel ini akan tertahan di bioreaktor sehingga tidak
ikut dalam aliran produk atau produk yang keluar tidak mengandung biomassa
sehingga tidak memerlukan peralatan untuk memisahkan biomassa. Sedangkan
jika menggunakan sel bebas terdapat proses silir yang berupa pemisahan biomassa
dari cairan fermentasi. Kelebihan lainnya dari sel terimobilisasi adalah walaupun
laju alir masuk dan keluarnya tinggi, mikrobanya tidak akan ikut terbawa ke aliran
yang keluar. Kekurangan dari sel terimobilisasi adalah karena selnya terdapat
dalam
bentuk matriks sehingga saat proses difusi, substrat masuk ke dalam bertemu
dengan mikroba kemudian keluar dari cairan fermentasi akan terhambat karena
terhalangi oleh matriks yang membungkusnya. Hal ini harus diatasi dengan
pemilihan jenis matriks dan konsentrasi matriks yang akan digunakan metode
untuk membuat sel terimobilisasi adalah metode pemerangkapan dan metode
pengikatan. Untuk praktikum ini digunakan metode pemerangkapan dengan cara
memerangkap sel mikroba yang hidup ke dalam matriks berupa natrium alginat.
Sedangkan metode pengikatan, mikrobanya akan menempel pada matriks yang
digunakan jenis matriks yang biasa digunakan polimer sintetis dan alami, dimana
praktikum ini digunakan polimer gel alami. Polimer gel alami ini dapat diterima
hampir semua jenis sel karena dapat meminimalisir kerusakan sel-sel hidup.
Pada praktikum ini dilakukan 2 kali run untuk run 1 dilakukan pada laju
alir 3,96 L/jam, 20 rpm, suhu 37℃, pH awal 6,98, pH akhir 4,93, dan konsentrasi
NaOH 0,01023 N. Sedangkan run 2 dilakukan pada laju alir 5,4 L/jam, 30 rpm,
suhu 37℃, pH awal 7,11, pH akhir 4,24, dan konsentrasi 0,0101 N. Dilakukan
perhitungan untuk mencari konsentrasi asam laktat dengan volume sampel 5 mL.
Selanjutnya melakukan perhitungan konsentrasi glukosa dengan memplotkan
antara absorbansi dan glukosa pada konsentrasi tertentu. Dari kurva tersebut akan
didapat persamaan garis y = 0,4685x + 0,0306 lalu disubstitusikan x adalah
absorbansi sampel sehingga didapatkan konsentrasi glukosa sisa. Berdasarkan run
1 dan run 2 didapatkan konsentrasi asam laktat yang semakin lama semakin
meningkat sedangkan konsentrasi glukosa sisa cenderung menurun. Hasil tersebut
sesuai dengan teori yang ada bahwa bakteri Lactobacillus casei akan mengubah
substrat glukosa yang masuk menjadi asam laktat. Substrat glukosa ini lama-
kelamaan akan menurun karena sedikit demi sedikit diserap oleh bakteri
Lactobacillus Casei untuk diubah menjadi asam laktat. Selanjutya dapat dihitung
yield atau perolehan asam laktat dengan yield terkecil pada waktu 0 jam atau
belum terbentuk asam laktat. Yield ini dipengaruhi oleh massa produk dan massa
substrat sesuai dengan rumus yang digunakan untuk menghitung yield.
Pada praktikum kali ini dilakukan immobilisasi sel untuk mengahasilkan produk
berupa asam laktat. Sel imobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu
bahan inert dan tidak larut dalam bahan tersebut, diama kelebihan dari sel
terimobilisasi ini adalah tidak memrlukan recovery dan regenerasi sel. Salah satu
metode imobilisasi adalah metode penjeratan. Sel diperangkap dalam suatu
matriks sehingga sel akan tertahan dibioreaktor dan tidak ikut dalam aliran produk
atau produk yang keluar tidak mengandung biomassa sehingga tidak memerlukan
peralatan untuk memisahkan biomassa.
Pada praktikum ini matriks yang digunakan adalah gel alami, yaitu berupa
natrium alginat. Natrium alginat merupakan matriks imobilisasi sel yang paling
banyak digunakan, Karena ramah terhadap sel, mudah dalam proses
pembuatannya dan harganya yang murah. Selain itu inoculum merupakan kultur
mikroorganisme yang ditumbuhkan pada substrat sebagai media tumbuh. Media
inoculum yang digunakan untuk jenis bayaitu media MRS dengan komposisi
yeast extract 20 g/L, beef extract 4 g/L, D (+) Glucose 20 g/L, K2HPO4 2 g/L,
Tween 80 1 g/L, MgSO4 0,2 g/L, serta MnSO4 0,05 g/L.
VII. KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan oleh Angelina Putri (201424004)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Sel imobilisasi merupakan sel yang dibatasi ruang gerak/mobilitasnya di
dalam matriks tertentu sehingga tidak terbawa dalam aliran produk dan
dapat digunakan kembali. Sel terimobilisasi dibuat dengan memerangkap
sel pada matriks sehingga sel akan tertahan di bioreaktor dan tidak ikut
dalam aliran produk atau produk yang keluar tidak mengandung biomassa
sehingga tidak memerlukan peralatan untuk memisahkan biomassa.
2. Kelebihan Teknik Imobilisasi sel yaitu dapat meningkatkan produktivitas
produksi, menghasilkan produk yang lebih efisien dengan perolehan yield
yang tinggi dari pada menggunakan sel bebas, dan dapat menekan biaya
recovery dan recycle dalam proses produksinya.
3. Metode yang digunakan yaitu metode penjeratan dengan polimer gel alami
yaitu matriks natrium alginat. Penggunaan natrium alginat karena
memiliki beberapa keunggulan yaitu sifat ramah terhadap sel
sehingga dapat
meminimalisasi kematian mikroorganisme, mudah dalam proses
pembuatannya, kemudian harganya yang terjangkau. Media penjerat
berbentuk matriks yang stabil pada kondisi fermentasi, memiliki sifat
mekanik yang stabil sehingga dapat digunakan lebih lama dalam reaktor.
4. Fermentasi dengan sel imobilisasi menggunakan reaktor packed bed tidak
memerlukan recovery karena ketika substrat masuk, sel terimobilisasi
tidak ikut mengalir terbawa substrat.
5. Dari pengolahan data yang dilaukan didapatkan nilai laju alir optimum
dari kurva kalibrasi, yaitu laju alir optimum pada run 1 sebesar 3,96 L/jam
dan laju alir pada run 2 sebesar 5,4 L/jam. Dari penolahan diketahui
bahwa konsentrasi asam laktat yang semakin lama semakin meningkat
sedangkan konsentrasi glukosa sisa cenderung menurun. Hasil tersebut
sesuai dengan teori yang ada bahwa bakteri Lactobacillus casei akan
mengubah/mengkonversi substrat glukosa yang masuk menjadi asam
laktat.
LAMPIRAN