Kelompok 2 :
Selvy Nurhayati
1113102000035
Gamal Al isra
1113102000062
Zakiyatul Munawaroh
1113102000079
Anggi Indah H
1113102000041
Asyraq Fakhruzzaman 1113102000034
Auliyani Rosdiyana
1113102000015
Sri Komala Sari
1113102000057
Putri Agni Kreativita
1113102000023
Renaldi
11121020000
Imobilisasi
sel
telah
banyak
diterapkan
dalam
fermentasi
misalnya produksi alkoholm,asam
amino,antibiotic atau pada degradasi
polutan limbah cair.
1.Immobilisasi Aktif
Immobilisasi ini dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda penjeratan
dan metoda pengikatan. Metoda penjeratan dilakukan secara fisik dalam
matriks pendukung. Matriks pendukung yang bisa digunakan yaitu
polimer porous (agar, alginate, carragenan, polyacrylamide, chitosan,
gelatin, collagen), porous metal screen, polyurethane, silicagel,
polystyrene, dan selulosa triacetate. Polymeric beads harus cukup porous
untuk keluar masuknya substrat dan produk. Polymeric beads biasanya
dibentuk dengan menggunakan sel hidup di dalamnya.
2.Immobilisasi Pasif
Berbentuk biological films yang berbentuk lapisan-lapisan koloni sel yang
tumbuh dan melekat pada permukaan pendukung yang padat. Material
pendukung dapat bersifat inert atau aktif secara biologis. Biological films
digunakan pada pengolahan limbah atau fermentasi mikroba dengan
jamur.
Metode Immobilisasi
Beberapa ahli menggolongkan metode
imobilisasi dengan tiga kelompok,
yaitu:
metodecarrier binding,
metodecross linking, dan
metodeentrapping(Said, 1987).
MetodeCarrier Binding
Pada metodecarrier binding,enzim diikatkan
pada suatu matriks yang bersifat tidak larut
adalam air. Sebagai matriks dapat digunakan
bahan organik maupun anorganik. Bila
menggunakan metode ini, hal yang perlu
diperhatikan adalahpemilihan matriks dan
pengikatan enzim pada matriks tersebut.
Teknik pengikatan enzim pada matriks dapat
dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya
elektrostatik atau ikatan kovalen(Chibata,
1978).
MetodeCross Linking
Metodecross linking didasarkan pada
pembentukan ikatan intermolekuler
antara
molekul-molekul
enzim.
Gugus fungsional dalam molekul
enzim yang biasa digunakan untuk
pembentukan
ikatan
intermolekmuler adalah gugus amino
pada asam amino terminal, gugus
amino dari lisin, gugus fenolik dari
tirosin, gugus sulhidril dari sistein
MetodeEntrapping
Pada metodeentrapping,imobilisasi,
enzim/sel
didasarkan
pada
penempatan enzim di dalam kisi dari
suatu
polimer
atau
di
dalam
membran
yang
bersifat
semi
permiabel. Bila enzim ditempatkan
dalam kisi, maka metode yang
digolongkan adalah jenis kisi, sedang
bila ditempatkan dalam membran
yang bersifat semipermiabel, maka
Abstrak
Merkuri (Hg2+) merupakan logam berat dengan toksisitas
paling tinggi pada sel hidup yang tidak memberikan
keuntungan fungsi secara biologis. Isolat Bacillus S1 koleksi
laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Biologi ITS
merupakan bakteri resisten merkuri yang dapat mereduksi
Hg2+ menjadi Hg0 dengan aktivitas merkuri reduktase dan
efisiensi reeduksi merkuri yang tinggi.
Efisiensi reduksi HgCl2 pada Bacillus S1 tersebut perlu
ditingkatkan dengan melakukan proses imobilisasi sel
dengan menggunakan matriks Ca-alginat 1% berbentuk
bead.
Sel terimobilisasi dikulturkan dengan sistem batch reactor
pada medium NB-HgCl2 3,899 ppm diinkubasi pada suhu
kamar pada rotary shaker selama 24 jam. Bead dipindahkan
ke medium baru hingga empat kali pemindahan dengan
perlakuan yang sama.
Konsentrasi akhir HgCl2 diamati dengan ICP-AES.
Cara kerja
Rekonfirmasi isolat Bacillus
S1
Proses imobilisasi
Hasil
Gambar 2. Bead
imobilisasi alginat 1%
setelah kultur tahap ke4.
Cont
Matriks hasil iradiasi direndam dalam media yang
mengandung sel T.reesai dan S.cellulophylum pada
suhu 28C dan 48C dan diinkubasi dalam rentang
waktu 0 jam hingga 350 jam. Aktivitas enzim dari
masing-masing sel diuji terhadap kertas saring.
Hasil evaluasi menunjukkan nilai Glucose Papper
Activity (GPA) dari sel T.reesei dalam keadaan
bebas 2 kali lebih besar sel yang terimobilisasi
pada matrik yang dilapisi poli(HEMA) dan 3 kali
lebih besar dibandingkan sel yang terimobilisasi
pada matriks yang dilapisi poli(TMPT).
Cont
Sedangkan sel S.cellulophylum yang terimobilisasi
pada matriks yg dilapisi poli(HEMA) maupun pada
matriks poli(TMPT) memberikan aktivitas enzim 2
kali lebih besar dibandingkan sel dalam keadaan
bebas.
Nilai GPA dari sel S.cellulophylum yang terimobilisasi
pada matriks poli (HEMA) relative lebih besar baik
dibandingkan terhadap nilai GPA yang terimobil pada
matriks yang dilapisi poli (TMPT) maupun sel bebas.
Hal ini mengindikasikan bahwa matriks poli(HEMA)
yang bersifat hidrofilik merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan dan replikasi sel S.cellulophylum
sehinggaa dapat menghasilkan enzim selulase lebih
besar dibandingkan matrik poli (TMPT) baik sebagai
matriks imobilisasi maupun sel dalam keadaan bebas.
Abstrak
Penelitian tentang Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Untuk Produksi
Bioetanol Menggunakan Sel Ragi Imobil Secara Berulang telah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio asam sulfat
terhadap serbuk gergaji dan waktu hidrolisis yang menghasilkan
kadar gula yang tinggi, serta mengetahui aktivitas sel ragiimobi
terhadap kadar alkohol selama penggunaan berulang. Pada pengaruh
rasio asam sulfat 50% terhadap serbuk gergaji diterapkan sembilan tingkatan
masing-masing 2 : 1 (A), 3 : 1 (B), 4 : 1 (C), 5 : 1 (D), 6 : 1 (E), 7 : 1 (F), 8 : 1
(G), 9 : 1 (H) dan 10 : 1 (I) atas dasar volume per berat (v/b), sedangkan
pengaruh waktu hidrolisis diterapkan lima tingkatan masing-masing 0,5 jam, 1
jam, 1,5 jam, 2 jam, dan 2,5 jam. Dari hasil penelitian diperoleh rasio terbaik
asam sulfat 50% terhadap serbuk gergaji adalah pada rasio 8 : 1 (v/b)
menghasilkan kadar gula total sebesar 43,52%. Waktu hidrolisis terbaik adalah
2 jam, menghasilkan kadar gula sebesar 43,72 %. Fermentasi gula hasil
hidrolisis dilakukan pada suhu ruang selama 72 jam. Sel ragi imobil dalam
fermentasi alkohol menggunakan produk hidrolisis asam sulfat mengalami
penurunan aktivitas pada penggunaan berulang, dan pada penggunaan yang
keempat kali, tidak ditemukan adanya alkohol dalam arti hanya dapat
digunakan selama tiga kali pengulangan.
PENDAHULUAN
Meningkatnya penggunaan minyak mentah yang
efektif, untuk memproduksi bahan bakar transportasi
dari tanaman
Bahan bakar etanol dapat dicampur dengan bahan
bakar konvensional atau digunakan pada mobil-mobil
yang mengalami modifikasi
Etanol telah diproduksi di brazil untuk bahan bakar
Untuk produksi etanol yang baik dan mengurangi
energi, beberapa teknik dilakukan yaitu imobilisasi
sel atau retensi membran dan dua tingkata sistem
reaktor
Media
kultur
Media
fermentasi
Pengujian
biomassa
Estimasi etanol
dan mengurangi
gula
Metode
imobilisasi
Wadah
bioreaktor
KESIMPULAN
Jute stick adalah paling baik sebagai agen
imobilisasi. Kecepatan spesifikasi produksi
etanol dari imobilisasi sel paling tinggi
dibandingkan sel bebas. Sel-sel pembawa
dari rasio (9:10) dan kecepatan aliran 100
ml/jam) adalah produksi maksimum etanol
dalam sistem imobilisasi menggunakan
wadah bed reaktor.
METODA
PENGKAJIAN
Hasil uji FTIR. Berupa
perubahan puncak
pada bilangan
gelombang 1683
cm-1 menjadi
puncak yang lebih
tajam pada bilangan
gelombang 16471650 cm-1 .
Perubahan puncak
bilangan gelombang
menunjukkan
terbentukknya
ikatan C=N antara
kitosan dan
glutaraldehida
Serta dibuktikan
dengan perubahan
warna pada kitosan
terikat silang yang
ditunjukkan dengan
tingkat kecerahan
beads kitosan
berkurang karena
beads kitosan
semakin berwarna
kuning akibat
penambahan
glutaraldehida