Anda di halaman 1dari 37

IMOBILISASI SEL

Kelompok 2 :
Selvy Nurhayati
1113102000035
Gamal Al isra
1113102000062
Zakiyatul Munawaroh
1113102000079
Anggi Indah H
1113102000041
Asyraq Fakhruzzaman 1113102000034
Auliyani Rosdiyana
1113102000015
Sri Komala Sari
1113102000057
Putri Agni Kreativita
1113102000023
Renaldi
11121020000

Pengertian Imobilisasi sel


Imobilisasi sel merupakan suatu teknik untuk
mempertahankan mikroorganisme agar tetap
berada di dalam matriks sehingga dapat
meningkatkan efisiensi kerja mikroorganisme
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
dan merupakan katalis makroskopik yang
dapat digunakan berulang kali (reuse
biocatalyst)
sehingga
tidak
diperlukan
penggantian sel dan dapat diaplikasikan
secara luas pada berbagai macam konfigurasi
bioreactor.

Imobilisasi
sel
telah
banyak
diterapkan
dalam
fermentasi
misalnya produksi alkoholm,asam
amino,antibiotic atau pada degradasi
polutan limbah cair.

Sel atau enzimimobilisasi adalah


suatu
sel
yang
secara
fisik
terlokalisasi/terjerat
pada
suatu
daerah tertentu. Sel/enzim tersebut
tetap
mempunyai
aktivitasnya
sebagai biokatalisator/katalis, serta
sel/enzim
tersebut
dapat
dipergunakan secara terus menerus
dan sangat penting untuk proses
berkesinambungan.

Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan


pada suatu bahan inert dan tidak larut dalam
bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau
kalsium alginat. Dengan sistem ini, sel dapat lebih
tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH,
juga temperatur. Sistem ini juga membantu sel
berada
di
tempat
tertentu
selama
berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan
proses pemisahan dan memungkinkan untuk
dipakai lagi di reaksi lain (Sumo dkk., 1993).

Immobilisasi sel mikroba dibedakan atas 3 macam


yakni:

1.Sel mati: untuk reaksi konversi sederhana


(1 tahap)
2.Sel hidup: untuk reaksi konversi yang
melibatkan biokatalis heterogen (multi
enzim)/memerlukan ATP atau biokoenzim
seperti NADP atau koenzim A.
3.Sel dalam fase pertumbuhan: keadaan
dimana terdapat aktivitas enzim untuk
pertumbuhan.

Jenis-Jenis Immobilisasi sel


Secara umum, ada dua jenis sel immobilisasi yakni:

1.Immobilisasi Aktif
Immobilisasi ini dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda penjeratan
dan metoda pengikatan. Metoda penjeratan dilakukan secara fisik dalam
matriks pendukung. Matriks pendukung yang bisa digunakan yaitu
polimer porous (agar, alginate, carragenan, polyacrylamide, chitosan,
gelatin, collagen), porous metal screen, polyurethane, silicagel,
polystyrene, dan selulosa triacetate. Polymeric beads harus cukup porous
untuk keluar masuknya substrat dan produk. Polymeric beads biasanya
dibentuk dengan menggunakan sel hidup di dalamnya.

2.Immobilisasi Pasif
Berbentuk biological films yang berbentuk lapisan-lapisan koloni sel yang
tumbuh dan melekat pada permukaan pendukung yang padat. Material
pendukung dapat bersifat inert atau aktif secara biologis. Biological films
digunakan pada pengolahan limbah atau fermentasi mikroba dengan
jamur.

Metode Immobilisasi
Beberapa ahli menggolongkan metode
imobilisasi dengan tiga kelompok,
yaitu:
metodecarrier binding,
metodecross linking, dan
metodeentrapping(Said, 1987).

MetodeCarrier Binding
Pada metodecarrier binding,enzim diikatkan
pada suatu matriks yang bersifat tidak larut
adalam air. Sebagai matriks dapat digunakan
bahan organik maupun anorganik. Bila
menggunakan metode ini, hal yang perlu
diperhatikan adalahpemilihan matriks dan
pengikatan enzim pada matriks tersebut.
Teknik pengikatan enzim pada matriks dapat
dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya
elektrostatik atau ikatan kovalen(Chibata,
1978).

MetodeCross Linking
Metodecross linking didasarkan pada
pembentukan ikatan intermolekuler
antara
molekul-molekul
enzim.
Gugus fungsional dalam molekul
enzim yang biasa digunakan untuk
pembentukan
ikatan
intermolekmuler adalah gugus amino
pada asam amino terminal, gugus
amino dari lisin, gugus fenolik dari
tirosin, gugus sulhidril dari sistein

MetodeEntrapping
Pada metodeentrapping,imobilisasi,
enzim/sel
didasarkan
pada
penempatan enzim di dalam kisi dari
suatu
polimer
atau
di
dalam
membran
yang
bersifat
semi
permiabel. Bila enzim ditempatkan
dalam kisi, maka metode yang
digolongkan adalah jenis kisi, sedang
bila ditempatkan dalam membran
yang bersifat semipermiabel, maka

Selain itu metode imobilisasi dapat


digolongkan sebagai berikut :
Adsorpsi

Penjeratan dalam matriks polimer

Penjeratan dalam membran

Teknik imobilisasi yang paling baik adalah yang memenuhi


kriteria utama tidak terjadi perubahan konformasi enzim dan
tidak mengganggu gugus fungsi di pusat aktif enzim sehingga
enzim tetap dapat berfungsi. Metode penjebakan enzim lebih
banyak digunakan karena enzim ada dalam keadaan bebas
dan tidak terikat pada bahan pendukung sehinga secara relatif
fungsi katalitik dan struktur alami molekul enzim tidak
mengalami gangguan goncangan (Wirahadikusumah, 1988).

Penjerat Atau Pembawa


Immobilisasi Sel
Karakteristik yang harus dimiliki oleh penjerat/pembawa
immobilisai sel, antara lain :
a. Mudah digunakan serta ukuran dan porositas media
penjerat dapat dikontrol, terutama pada skala industri.
b. Media penjerat berbentuk matrik stabil pada kondisi
fermentasi (temperature dan pH optimum).
c. Harga murah dan mudah didapat.
d. Mempunyai sifat mekanik yang stabil, sehingga dapat tahan
dalam waktu yanglama dalam reaktor yang digunakan.
e. Penjerat harus inert terhadap mikrorganisme yang akan
dijerat.
f. Substrat, produk, dan metabolisme lain harus dapat
berdiffusi secara bebas dengan media penjerat.

Imobilisasi Sel Bacillus S1 dengan


Matriks Alginat untuk Proses Reduksi
Merkuri

M. Ainul Mahbubillah1 dan Maya Shovitri1 1Jurusan


Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.
Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia email: maya@bio.its.ac.id

Abstrak
Merkuri (Hg2+) merupakan logam berat dengan toksisitas
paling tinggi pada sel hidup yang tidak memberikan
keuntungan fungsi secara biologis. Isolat Bacillus S1 koleksi
laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Biologi ITS
merupakan bakteri resisten merkuri yang dapat mereduksi
Hg2+ menjadi Hg0 dengan aktivitas merkuri reduktase dan
efisiensi reeduksi merkuri yang tinggi.
Efisiensi reduksi HgCl2 pada Bacillus S1 tersebut perlu
ditingkatkan dengan melakukan proses imobilisasi sel
dengan menggunakan matriks Ca-alginat 1% berbentuk
bead.
Sel terimobilisasi dikulturkan dengan sistem batch reactor
pada medium NB-HgCl2 3,899 ppm diinkubasi pada suhu
kamar pada rotary shaker selama 24 jam. Bead dipindahkan
ke medium baru hingga empat kali pemindahan dengan
perlakuan yang sama.
Konsentrasi akhir HgCl2 diamati dengan ICP-AES.

Hasil didapatkan bahwa imobilisasi


sel dapat meningkatkan kemampuan
Bacillus S1 dalam mereduksi kadar
HgCl2 hingga 100% pada setiap
pemindahan
kultur.
Imobilisasi
tersebut lebih baik dibandingkan
dengan kultur sel bebas yang
mempunyai stabilitas lebih rendah
dalam mereduksi merkuri.

Cara kerja
Rekonfirmasi isolat Bacillus
S1
Proses imobilisasi

Proses reduksi merkuri

Hasil

a) Isolat Bacillus S1 pada medium NA. b) Pengamatan morfologi isolat


Bacillus S1 dengan pewarnaan sederhana berbentuk basil
(perbesaran 1000x).

Gambar 2. Bead
imobilisasi alginat 1%
setelah kultur tahap ke4.

Imobilisasi Sel Trichoderma reesei (T.reesei) dan


Sporotrichum cellulophylum (S.cellulophylum)
pada Matriks Ijuk yang Dilapisi Polimer Hidrofilik
dan Hidrofobik dengan Teknik Iridiasi

Penelitian dilakukan untuk mendapatkan suatu


system konversi biomassa dengan imobilisasi
sel T.reesei dan S.cellulophylum pada matriks
ijuk yang dilapisi polimer dengan teknik radiasi.
Ijuk kering direndam dalam larutan monomer
2-hidroksi etil metakrilat (HEMA) dan trimetil
propane
trimetakkrilat
(TMPT)
dengan
perbandingan 1:1, 2:3 dan 2:6 b/b, selanjutnya
diiradiasi dengan berkas electron pada dosis
30kGy.

Cont
Matriks hasil iradiasi direndam dalam media yang
mengandung sel T.reesai dan S.cellulophylum pada
suhu 28C dan 48C dan diinkubasi dalam rentang
waktu 0 jam hingga 350 jam. Aktivitas enzim dari
masing-masing sel diuji terhadap kertas saring.
Hasil evaluasi menunjukkan nilai Glucose Papper
Activity (GPA) dari sel T.reesei dalam keadaan
bebas 2 kali lebih besar sel yang terimobilisasi
pada matrik yang dilapisi poli(HEMA) dan 3 kali
lebih besar dibandingkan sel yang terimobilisasi
pada matriks yang dilapisi poli(TMPT).

Cont
Sedangkan sel S.cellulophylum yang terimobilisasi
pada matriks yg dilapisi poli(HEMA) maupun pada
matriks poli(TMPT) memberikan aktivitas enzim 2
kali lebih besar dibandingkan sel dalam keadaan
bebas.
Nilai GPA dari sel S.cellulophylum yang terimobilisasi
pada matriks poli (HEMA) relative lebih besar baik
dibandingkan terhadap nilai GPA yang terimobil pada
matriks yang dilapisi poli (TMPT) maupun sel bebas.
Hal ini mengindikasikan bahwa matriks poli(HEMA)
yang bersifat hidrofilik merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan dan replikasi sel S.cellulophylum
sehinggaa dapat menghasilkan enzim selulase lebih
besar dibandingkan matrik poli (TMPT) baik sebagai
matriks imobilisasi maupun sel dalam keadaan bebas.

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI UNTUK


PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN SEL RAGI
IMOBIL SECARA BERULANG

DIBUAT OLEH : Novianti,


Mappiratu, Musafira (Jurusan Kimia
Fakultas MIPA Universitas Tadulako)
Desember 2013

Abstrak
Penelitian tentang Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Untuk Produksi
Bioetanol Menggunakan Sel Ragi Imobil Secara Berulang telah dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio asam sulfat
terhadap serbuk gergaji dan waktu hidrolisis yang menghasilkan
kadar gula yang tinggi, serta mengetahui aktivitas sel ragiimobi
terhadap kadar alkohol selama penggunaan berulang. Pada pengaruh
rasio asam sulfat 50% terhadap serbuk gergaji diterapkan sembilan tingkatan
masing-masing 2 : 1 (A), 3 : 1 (B), 4 : 1 (C), 5 : 1 (D), 6 : 1 (E), 7 : 1 (F), 8 : 1
(G), 9 : 1 (H) dan 10 : 1 (I) atas dasar volume per berat (v/b), sedangkan
pengaruh waktu hidrolisis diterapkan lima tingkatan masing-masing 0,5 jam, 1
jam, 1,5 jam, 2 jam, dan 2,5 jam. Dari hasil penelitian diperoleh rasio terbaik
asam sulfat 50% terhadap serbuk gergaji adalah pada rasio 8 : 1 (v/b)
menghasilkan kadar gula total sebesar 43,52%. Waktu hidrolisis terbaik adalah
2 jam, menghasilkan kadar gula sebesar 43,72 %. Fermentasi gula hasil
hidrolisis dilakukan pada suhu ruang selama 72 jam. Sel ragi imobil dalam
fermentasi alkohol menggunakan produk hidrolisis asam sulfat mengalami
penurunan aktivitas pada penggunaan berulang, dan pada penggunaan yang
keempat kali, tidak ditemukan adanya alkohol dalam arti hanya dapat
digunakan selama tiga kali pengulangan.

HASIL PEMBAHASAN JURNAL


Kadar Gula pada Berbagai Rasio
Asam Sulfat 50% Terhadap
Dari hasil penelitian diperoleh
Serbuk Gergaji
rasio terbaik asam sulfat 50%

Adanya kecenderungan penurunan kadar


gula pada penggunaan rasio asam sulfat
50% serbuk gergaji di atas 8:1 (v/b)
diduga disebabkan karena adanya
perubahan gula glukosa yang terbentuk
menjadi senyawa turunannya (bentuk
siklik) karena dehidrasi.

terhadap serbuk gergaji


adalah pada rasio 8 : 1 (v/b)
menghasilkan kadar gula total
sebesar 43,52%. Semakin
besar konsentrasi asam sulfat
maka proses pelarutan
semakin cepat, sehingga fasa
menjadi lebih homogen dan
reaksipun berlangsung lebih
cepat.

Kadar Gula pada Berbagai Waktu


Hasil yang diperoleh menunjukkan
Hidrolisis
bahwa hasil hidrolisis terus
mengalami peningkatan seiring
dengan penambahan waktu
hidrolisis dari 0,5 jam hingga 2
jam.
Dengan adanya penambahan
waktu hidrolisis maka terjadinya
kontak antara rekatan yang
mengakibatkan konversi dari
reaktan menjadi produk akan
semakin sering terjadi.

Kadar Alkohol Pada Penggunaan


Berulang Sel Sacharomyces
Salah satu keuntungan dari proses
menggunakan sel imobil
cereviceae Imobil fermentasi
adalah fermentasi dapat berlangsung

Penurunan kadar etanol dari setiap penggunaan


berulang menunjukkan berkurangnya aktivitas sel
ragi amobil. Terjadinya penurunan kadar etanol
disebabkan oleh terjadinya kerusakan dan
pelepasan pada sebagian kecil sel akibat pengaruh
mekanik. Hal ini mungkin juga disebabkan karena
masih terdapat asam sulfat yang tidak sepenuhnya
terendapkan, mengingat konsentrasi asam sulfat
yang digunakan cukup tinggi yaitu 50%. Sehingga
mengakibatkan kerusakan pada sebagian kecil gel
yang mengikat sel amobil dan menghambat
aktivitas sel ragi imobil dalam proses fermentasi.

secara bersinambung dan fermentasi


yang tidak bersinambung, sel imobil
dapat digunakan secara berulang. Sel
ragi diimobilisasi dengan alginate,
kemudian
digunakan untuk produksi alkohol secara
berulang dalam arti setelah fermentasi
berlangsung, sel ragi imobil digunakan
kembali. Waktu fermentasi yang
dibutuhkan untuk sehingga terbentuknya
etanol adalah 72 jam.

PENELITIAN PRODUKSI ETANOL DENGAN


IMOBILISASI SEL DARI KLUYVEROMYCES
THERMOTOLERANS DENGAN
MENGGUNAKAN BED REACTOR
Optimasi
proses
imobilisasi
sel
oleh
Kluyveromyces thermotolerans pada kalsium
alginat, sabut kelapa, bagasse, dan jute stick
dari produksi etanol di dalam wadah bed
bioreaktor. Spesifikasi maksimum produksi etanol
dari imobilisasi sel adalah jute stick. Sel
pembawa dalam rasio (9:10) adalah paling
optimum.

PENDAHULUAN
Meningkatnya penggunaan minyak mentah yang
efektif, untuk memproduksi bahan bakar transportasi
dari tanaman
Bahan bakar etanol dapat dicampur dengan bahan
bakar konvensional atau digunakan pada mobil-mobil
yang mengalami modifikasi
Etanol telah diproduksi di brazil untuk bahan bakar
Untuk produksi etanol yang baik dan mengurangi
energi, beberapa teknik dilakukan yaitu imobilisasi
sel atau retensi membran dan dua tingkata sistem
reaktor

BAHAN DAN CARA KERJA

Media
kultur

Media
fermentasi

Pengujian
biomassa

Estimasi etanol
dan mengurangi
gula

Metode
imobilisasi

Wadah
bioreaktor

KESIMPULAN
Jute stick adalah paling baik sebagai agen
imobilisasi. Kecepatan spesifikasi produksi
etanol dari imobilisasi sel paling tinggi
dibandingkan sel bebas. Sel-sel pembawa
dari rasio (9:10) dan kecepatan aliran 100
ml/jam) adalah produksi maksimum etanol
dalam sistem imobilisasi menggunakan
wadah bed reaktor.

Karakterisasi Kitosan sebagai Material


Pendukung Imobilisasi Saccharomyces
cerevisiae

; Rizki Izza. Naftalin, 101810301016;


2014: 57 halaman; Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember

METODA

Metode imobilisasi dilakukan dengan


adsorpsi, penjebakan dalam matriks
berpori,
flokulasi
dan
membran
penghalang. Karena adanya interaksi antara
permukaan material imobilisasi dengan
gugus
aktif
sel
memungkinkan
terbentuknya jaringan yang menyebabkan
sel terperangkap dalam material pendukung
tersebut.
material pendukung : larutan kitosan dan

PENGKAJIAN
Hasil uji FTIR. Berupa
perubahan puncak
pada bilangan
gelombang 1683
cm-1 menjadi
puncak yang lebih
tajam pada bilangan
gelombang 16471650 cm-1 .
Perubahan puncak
bilangan gelombang
menunjukkan
terbentukknya
ikatan C=N antara
kitosan dan
glutaraldehida

Perubahan struktur ini


mempengaruhi daya
serap air beads kitosan
yang mengalami
penurunan seiring
dengan bertambahnya
konsentrasi
glutaraldehida yang
digunakan untuk
mengikat silang.

Serta dibuktikan
dengan perubahan
warna pada kitosan
terikat silang yang
ditunjukkan dengan
tingkat kecerahan
beads kitosan
berkurang karena
beads kitosan
semakin berwarna
kuning akibat
penambahan
glutaraldehida

viabilitas sel tertinggi terdapat pada beads kitosan


dengan glutaraldehida 1% yaitu sebesar 85%.
Beads kitosan 1% juga memiliki nilai daya serap
air tertinggi dibanding beads kitosan terikat silang
glutaraldehida 0,5%, 1,5%, dan 2% .
Daya serap air berhubungan dengan syarat
lingkungan untuk bertahan hidup sel S. cerevisiae,
yaitu lingkungan hidup yang cukup lembab.
Sel S. cerevisiae melekat secara adsorpsi pada
beads kitosan karena interaksi van der Waals dan
interaksi elektrostatik pada permukaan kitosan
dan permukaan dinding sel S. cerevisiae.
Proses adsorpsi yang tidak cukup kuat pada
imobilisasi ini memerlukan penelitian lebih lanjut
terhadap variabel lain, misalnya waktu inkubasi
dan bentuk media imobilisasi.

Anda mungkin juga menyukai