Disusun oleh
KELOMPOK 4:
Ayu Mayzuhroh
101710101004
Astriani
101710101009
101710101059
Sabrina Arindhani
101710101061
A.M.Aghil Ibrahim
101710101068
Ahib Assadam
101710101104
Acinetobacter adalah bakteri aerobik, berbentuk coccobacillus Gram negatif yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar. Genus ini terkenal karena
kemampuannya untuk bioremediasi alkana dan hidrokarbon aromatik, serta
mampu memproduksi heteropolisakarida yang memiliki berat molekul tinggi yang
bertindak sebagai pengemulsi kuat. Mikroba ini memiliki potensi untuk diteliti
karena metabolitnya sangat bermanfaat. Selain itu Acinetobacter sp. memiliki
kemampuan untukk menghasilkan enzim esterolytic dan enzim lipase yang
mampu menghidrolisis ikatan ester pada senyawa lipid.
nonmotile,
katalase-positif,
indole-negatif,
oxidase-negatif,
non-
(triacilglicerol) 6,6% dan kadar air 9%., mempunyai luas permukaan yang tepat
untuk pertumbuhan dan aerasi. Proses produksi enzim lipase dimulai dengan
sterilisasi substrat Coconut oil cake (COC). Sebanyak 10 gram COC ditambah
dengan 250 ml air destilat sehingga diperoleh kadar air sampai 90% kemudian
dilakukan sterilisasi menggunakan suhu 1210C selama 20 menit. Selanjutnya
substrat yang telah disterilisasi, ditambah 2% inokulum per gram substrat,
kemudian diinkubasi pada suhu 300C selama 81,5 jam.
Selama proses inkubasi, Acinetobacter sp. akan mendegradasi substrat
(coconut oil cake) untuk metabolismenya dan secara langsung menghasilkan
metabolit berupa enzim lipase. TAG (triacilglicerol) pada COC dapat berfungsi
sebagai substrat untuk produksi enzim lipase.
Setelah inkubasi selesai, enzim kasar merupakan enzim ekstraseluler
karena dapat diekstrak dengan penambahan buffer phosphat 5 mL/g sampai pH
mencapai 7.0. Dilakukan pengadukan menggunakan rotary shaker dengan suhu
300C dan kecepatan 200 rpm selama 1 jam. Kemudian setelah itu dilakukan
pengepresan pada sampel untuk memisahkan fase padat-cair. Fase padat-cair
disentrifugasi pada 2000g (3300 rpm) selama 2 menit. Endapan yang diperoleh
melalui sentrifugasi disebut dengan supernatan. Supernatan ini kemudian dikenal
sebagai enzim kasar.
III. Pemurnian Enzim Lipase
Pemurnian enzim lipase dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
pemurnian enzim pada umumnya, namun tentunya hal ini disesuaikan berdasarkan
sifat-sifat dan karakteristik tertentu dari enzim yang digunakan serta dari kondisi
enzim tersebut apakah itu intraseluler atau ekstraseluler. Pada bahasan ini, enzim
yang diproduksi adalah enzim lipase yang berasal dari Acinetobacter sp. Adapun
dalam jurnal utama yang kami gunakan, tahap pemurnian tidak dilakukan,
melainkan hanya tahap pre-pemurnian yang berupa filtrasi dengan menggunakan
filter asetat selulosa dengan ukuran pori-pori 0,22 m.
Namun, secara umum, pemurnian enzim perlu dilakukan karena hal ini
berguna untuk memahami struktur 3-D dan hubungan struktur-fungsi dari protein.
(UF)
dirancang
sebagai
proses
pemisahan
dengan
metode
pemisahan
Enzim terimobilisasi
matriks silika gel mampu melindungi enzim lipase imobil terhadap panas
sehingga enzim lipase imobil mampu bertahan pada suhu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan enzim lipase bebas.
Kestabilan termal enzim lipase imobil dan enzim lipase bebas terdapat
perbedaan. Enzim lipase bebas pada suhu optimumnya yaitu 35 0C hanya dapat
bertahan sampai dengan pemanasan selama 60 menit dengan aktivitas relatif
tinggal 20%. Penurunan aktivitas mulai terjadi pada pemanasan selama 40 menit
sampai 100 menit dimana aktivitas relatif tinggal 5%. Enzim lipase imobil pada
suhu optimumnya 45 0C mampu bertahan dengan pemanasan selama 80 menit dan
jumlah aktivitas yang tersisa relatif konstan sampai pemanasan 120 menit.
Penurunan aktivitas mulai terjadi pada waktu inkubasi 40 menit sampai 80 menit
dimana aktivitas relatif tinggal 38%. Bila dibandingkan dengan enzim lipase
bebas maka enzim lipase imobil lebih baik stabilitas termalnya.
Operasional enzim lipase imobil dapat digunakan berulangkali. Semakin
banyak penggunaan berulang aktivitas enzim lipase semakin menurun. Enzim
lipase imobil mampu digunakan sebanyak enam kali pemakaian berulang, dan
pada penggunaan keenam kali, aktivitas katalitiknya masih sekitar 37,50% (Silva
dkk., 2007), enzim lipase imobil pada matriks kitin efektif tiga kali penggunaan
berulang (Wulan dkk., 2008). Enzim lipase bebas hanya dapat digunakan satu
kali, karena enzim lipase bebas akan tercampur dengan produk reaksi sehingga
harus dilakukan proses perusakan untuk memisahkan enzim lipase dari produk
reaksi. Pada aplikasinya hal tersebut sangat tidak ekonomis mengingat enzim
lipase mahal harganya. Penurunan aktivitas setelah penggunaan berulang
disebabkan karena lemahnya ikatan antara enzim lipase dengan adsorben
pendukung, karena hanya didukung oleh ikatan Van der Waals, ikatan hidrogen
dan interaksi hidrofobik (Suhartono, 1989). Jika terdapat gangguan seperti halnya
penggunaan berulang, ikatan ini dapat rusak menyebabkan enzim terlepas dari
adsorben.
IV. Pemanfaatan Enzim Lipase dalam Industri Pangan
Lipase merupakan enzim yang bekerja mengkatalis proses hidrolisis lipid
menjadi senyawa lebih sederhana yaitu asam lemak dan gliserol melalui
pemotongan ikatan ester. Produk yang dihasilkan dari reaksi enzimatis lipase ini
adalah asam lemak bebas atau asam lemak nonesterifikasi. Berikut ini merupakan
gambaran reaksi esterifikasi oleh Lipase:
Lipase merupakan bagian tidak terpisahkan dari industri mulai dari makanan,
susu, obat-obatan, kimia dan deterjen, industri teh, kosmetik dan lain-lain.
Dalam bidang bioteknologi ada banyak aplikasi industri untuk
menghasilkan produk biotek yang kita gunakan sehari-hari. Beberapa di antaranya
adalah ilmu pangan aplikasi yang memanfaatkan enzim untuk menghasilkan atau
membuat peningkatan kualitas makanan yang berbeda. Lipase memiliki aplikasi
besar dalam industri makanan seperti keju pematangan, pengembangan rasa.
Lipase digunakan untuk menghasilkan rasa, dan memodifikasi struktur dengan
inter atau
Lipase juga telah digunakan untuk tambahan dalam makanan untuk memodifikasi
rasa dan aroma oleh sintesis ester asam lemak rantai pendek.
Mekanisme Lipase dalam Proses Pematangan Keju
Pada proses pembuatan keju ipase ditambahkan pada susu sebelum
mengalami koagulasi. Sehingga jika ingin membuat keju segar (rennet dan starter
dicampurkan) terlebih dahulu tambahkan enzim lipase. Dalam hal ini lemak
memiliki peranan penting untuk membentuk flavor dan tekstur dalam keju, yakni
pada proses pematangan (ripening) keju. Lemak berperan daam pembentukan
flavor dengan tiga cara:
1. Lemak adalah kumpulan asam lemak, khususnya asam lemak dengan rantai
pendek, yang memiliki karakteristik flavor yang kuat. Asam lemak dapat
dihasilkan dalam proses lipolisis yang melibatkan enzim.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas,
A.
2013.
Pemurnian
Enzim
Kitinase.
http://akbarcules46.blogspot.com/2013/05/pemurnian-enzim-kitinase.html
[diakses 24 November 2013].
Constantiniu, S., Romaniuc, A., Iancu, L.A., Filimon, R., Tarai, I. 2004. Cultural
And Biochemica Characteristics Of Acinetobacter Spp. Strains Isolated
From Hospital Units. The Journal Of Preventive Medicine 2004; 12 (3-4):
35-4235.
Davis, J. Vaughan, D.H., and Cordasi, M.F. 1995. Element of Biosensor
Construction. Enzyme and Microbial Technology. 17 : 1030-1035.
Dosanjh, N.S., and Kaur, J. 2002. Immobilization, Stabillity and Esterification
Studies of Lipase from a Bacillus sp. Biotechnol. Appl. Biochem. 36: 712.
El Hofi. M, et al. 2011. Industrial Application of Lipases in Cheese Making: A
review. Internet Journal of Food Safety. Vol.13 p.293-302.
Gupta, R., Gupta, N., Rathi, P. 2004. Bacterial Lipases : An Overview of
Production, Purification, and Biochemical Properties. Appl Microbiol
Biotechnol (2004) 64: 763781.
Khoramnia, A., et al. 2011. Production of a Solvent, Detergent, and
Thermotolerant Lipase by a Newly Isolated Acinetobacter sp. in Submerged