DISUSUN :
KELOMPOK 5
JURUSAN BIOLOGI
2023
TEKNOLOGI ENZIM DAN BIOPROSES
A. Teknologi Enzim
1. Pengertian Enzim
Enzim merupakan biomolekul organik kompleks biasanya tersusun atas
polipeptida (protein globuler). Enzim yang memiliki bentuk (konformasi) spesifik hanya
berikatan dengan substrat yang berbentuk spesifik juga. Enzim bersifat spesifik sebab
memiliki tempat aktif yang mengakomodasi substratnya. Enzim memiliki peran sebagai
biokatalisator dalam perubahan substansi kimia. Enzim sebagai biokatalisator berperan
mempercepat terjadinya suatu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi. Zat yang dikerjakan oleh
enzim disebut substrat, sedangkan hasilnya disebut dengan produk. Pada prinsipnya, jika
enzim tidak berperan sebagai biokatalisator maka tidak dapat menghasilkan produk.
Sebagai contoh, dalam metabolisme glukosa yaitu perubahan glukosa menjadi
alkohol atau asam laktat melibatkan berbagai jenis enzim yang terdapat dalam mikroba
fermentor (wadah silinder tertutup yang mendukung aktivitas biokimia dan kimia oleh
mikroorganisme untuk membawa konversi bahan mentah menjadi produk yang
bermanfaat). Selain itu, produk dari reaksi awal digunakan sebagai substrat reaksi enzim
berikutnya dan seterusnya sampai dihasilkan produk akhir. Perkembangan ipteks
khususnya biokimia telah dapat diidentifikasi berbagai jenis enzim dalam makhluk hidup
dan cara kerjanya. Beberapa peran enzim adalah memecah ikatan molekul-molekul zat
makanan dari rantai panjang menjadi rantai pendek. Pada umumnya enzim pencernaan
bekerja sebagai enzim hidrolitik (hidrolase).
Teknologi enzim memiliki pengertian penggunaan enzim dalam berbagai proses
industri. Teknologi enzim meliputi :
a. Purifikasi adalah proses pemurnian atau pemisahan enzim dari komponenkomponen
selain enzim.
b. Isolasi enzim dilakukan menggunakan sentrifuga dingin untuk memisahkan enzim
dari campuran sel. Pemurnian enzim dilakukan dengan fraksinasi menggunakan
ammonium sulfat dan dialisis.
c. Produksi enzim bisa meningkat, karena mikroorganisme bisa direkayasa untuk
perbaikan sifat.
d. Immobilisasi enzim artinya melokalisir enzim, sehingga enzim dapat digunakan
secara berkelanjutan.
e. Penggunanan enzim pada sistem reactor suatu reaktor enzym yang dilengkapi dengan
membran flltrasi aliran melintang bioreaktor dengan serat berongga digunakan untuk
menghidrolisis.
Kontribusi teknologi enzim dalam produksi makanan, preserve yang artinya
pemeliharaan, penjagaan, serta pengawetan enzim dan juga sortasi energi atau
pemilihan enzim dan meningkatkan kualitas lingkungan. Teknologi baru ini berasal
dari biokimia, dan kontribusi mikrobiologi, kimia, dan rekayasa. Kedepan, teknologi
enzim dan rekayasa genetika akan sangat diperlukan untuk ini.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah:
Derajat keasaman (pH). Enzim dapat bekerja optimal pada pH tertentu yang
sesuai sebab untuk mengubah ionisasi substrat atau residu asam amino dalam
enzim. Kebanyakan enzim bekerja pada cairan buffer (larutan penyangga atau
larutan untuk mempertahankan dan menjaga keseimbangan asam atau pH ) untuk
mencegah perubahan pH selama proses berlangsung.
Suhu. Pada umumnya pada suhu yang semakin meningkat aktivitas enzim juga
semakin meningkat sampai pada batas suhu maksimal. Jika sudah mencapai suhu
batas maksimal, maka enzim akan mengalami kerusakan (denaturasi) karena
panas sehingga aktivitasnya berkurang. Aktvitas enzim menjadi optimal pada
suhu tertentu tergantung enzimnya yang disebut suhu optimal. Enzim menjadi
stabil (inaktif) pada suhu penyimpanan biasanya di bawah 0 derajat C.
Konsentrasi substrat. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
mengikuti persamaan Michaelis-Menten (merupakan bentuk persamaan
yang menggambarkan laju reaksi enzimatik, dengan menghubungkan laju reaksi atau laju
pembentukan produk terhadap, konsentrasi substrat S). Kurvanya berbentuk parabola.
3. Sifat-Sifat Enzim
Enzim mempunyai peran yang penting bagi tubuh manusia dan atas berlangsungnya
kehidupan suatu organisme. Oleh karena itu, kita harus memahami sifat enzim. Berikut
ini adalah beberapa sifat enzim antara lain:
Sebagai Katalisator
Sifat enzim yang pertama yaitu berperan sebagai katalisator. Enzim merupakan
katalis yang bisa merubah laju reaksi tanpa ikut bereaksi. Tanpa adanya enzim,
sebuah reaksi sangat sulit terjadi, sedangkan dengan adanya enzim, kecepatan
reaksinya bisa meningkat.
Enzim Bekerja Secara Selektif dan Spesifik
Sebuah enzim akan bekerja secara spesifik, itu artinya enzim tertentu hanya bisa
mengadakan perubahan pada zat tertentu juga. Dengan kata lain, enzim hanya
bisa mempengaruhi satu reaksi dan tidak bisa mempengaruhi reaksi lainnya yang
bukan bidangnya. Satu enzim akan khusus untuk satu substrat saja.
Enzim Memiliki Sifat Bolak-balik
Sifat enzim berikutnya yaitu dapat bekerja bolak-balik karena bisa ikut bereaksi
tanpa mempengaruhi hasil akhir dan akan terbentuk lagi di hasil reaksi sebagai
enzim. Saat ikut serta untuk bereaksi, maka struktur kimia enzim juga akan
berubah. Namun di akhir reaksi, struktur kimia enzim akan terbentuk kembali
seperti semula.
Seperti Protein
Enzim mempunyai sebagian besar sifat protein yang dipengaruhi oleh suhu dan
pH. Pada suhu rendah, protein enzim akan mengalami koagulasi dan pada suhu
tinggi akan mengalami denaturasi. Karena enzim tersusun dari komponen protein,
maka sifat enzim tergolong koloid. Enzim sendiri mempunyai permukaan antar
partikel yang sangat besar sehingga bidang kegiatannya juga besar.
4. Aplikasi Enzim
Telah sejak lama enzim digunakan sebagai suatu cara untuk mengolah produk
minuman atau makanan dengan menggunakan enzim mikroba yang belum dikenali.
Proses fermentasi memerlukan enzim dari mikroba terutama jamur.
Kekurangan fermentasi menggunakan mikroba:
Sebagian besar substrat diubah menjadi biomasa.
Terjadi produk tidak bermanfaat.
Kondisi untuk pertumbuhan organisme kemungkinan tidak sama dengan produk
Isolasi dan purifikasi produk yang diinginkan dari cairan fermentasi
kemungkinan sangat sulit.
Keterbatasan tersebut memunculkan ide isolasi dan purifikasi, kemudian
imobilisasi enzim. Kedepannya model tradisional akan digantikan dengan model terbaru
yaitu multienzim reaktor yang memiliki efisiensi tinggi dalam penggunaan substrat, hasil
yang lebih tinggi, dan hasil yang seragam.
Pemanfaatan enzim murni:
Proses industri
Kedokteran klinis
Laboratorium praktis
Detergen biologis, proteinase (dihasilkan oleh ekstraseluler bakteri), digunakan
untuk merendam dan diberikan langsung pada cairan.
5. Prosedur imobilisasi enzim
Prosedur imobilisasi enzim (melokalisir enzim, sehingga enzim dapat digunakan secara
berkelanjutan) dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Pengikatan enzim secara kovalen pada zat padat pendukung Pengikatan enzim
dilakukan dengan cara mengikat enzim secara kovalen ke permukaan bahan yang
tak larut dalam air. Sedikitnya prosedur ini terdiri dari dua tahap, yaitu aktivasi
zat pendukung dan pengikatan enzim.
Penjebakan enzim dalam Gel Penjebakan (entrapment) enzim dalam gel
dilakukan dengan cara menjebak enzim ke dalam suatu matrik atau gel yang
permiabel (yang dapat dilalui) terhadap enzim. Dalam hal ini enzim tetap berada
dalam bentuknya yang asli tanpa resiko adanya penutupan bagian aktif, gugus
atau molekul enzim oleh ikatan kimia. Bahan yang biasa digunakan sebagai
penjebak adalah silika gel, karet silikon, pati, dan poliakrilamid. Cairan yang
digunakan antara lain: kolagen, gelatin, agar karagenan, dll. Penggabungan antara
akrilamid sel dengan monomer akrilamid dan agen polimerizer seperti n-n
metilenebisakrilamid serta potassium persulfat yang berfungsi untuk memulai
polimerisasi yang dimana beta-dimetil amino propinil mampu meningkatkan
proses terjadinya polimerisasi, sesudah 30 – 60 menit pada suhu ambient
membentuk gel yang keras dan dapat dibentuk butir-butir untuk ukuran yang
sesuai, kemudian dipak dalam kolom dan dicuci dengan garam untuk
menghilangkan residu bahan kimianya.
Enkapsulasi enzim (Pelapisan Enzim)
Metode enkapsulasi ini menggunakan membran semipermiabel. Membran ini
tidak permiabel terhadap enzim dan makro molekul yang lain, namun permiabel
terhadap substrat dan produk yang mempunyai berat molekul yang tinggi.
Adsorpsi enzim pada permukaan zat padat
Metode physical binding ini terhitung metode yang paling sederhana, makanya
banyak digunakan. Enzim dicampur dengan adsorbent kemudian dipacking dalam
sebuah kolom (wadah). Kondisi adsorpsi tidak melibatkan spesies yang reaktif
dan tidak ada modifikasi enzim. Adsorban yang banyak dipakai seperti: alumina,
selulose, tanah liat, kaca, hidroksilapatit (bentuk mineral yang terdapat di alam
dari kalsium apatit dengan rumus Ca₅(PO₄)₃, namun biasanya ditulis sebagai
Ca₁₀(PO₄)₆(OH)₂ untuk menyatakan bahwa sel satuan kristal terdiri dari dua
entita), karbon dan berbagai bahan silika.
Pengikat-silangan dengan bahan bergugus ganda
Metode cross linking ini dilakukan dengan cara pengikat-silangan dengan bahan
yang cocok untuk menghasilkan partikel yang larut. Enzim dapat diimmobilisasi
dengan cara pengikatan dengan dua atau lebih reagen fungsional seperti senyawa
glutaraldehid atau toluenadiisosinat, atau dapat juga diikat pada cairan yang tidak
larut yakni menggunakan reagen yang sama. Senyawa yang dapat digunakan
dalam pengikat-silangan ini seperti: diamin alifatik, dimentil adipimat, dimetil
suberimidat, dan terutama glutaraldehida. Retensi yang baik dapat diperoleh
dengan metode ini, namun hal ini dapat disertai dengan hilangnya aktivitas enzim
secara lebih luas.
Manfaat Enzim Terimobilisasi
Ada beberapa manfaat enzim terimobilisasi (suatu enzim yang dilekatkan pada
suatu bahan yang inert dan tidak larut seperti sodium alginate), antara lain:
1. Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan
memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan teknik
pemisahan padat/cair yang sederhana.
2. Imobilisasi enzim digunakan untuk meningkatkan proses yang sudah ada atau
menghasilkan sesuatu yang baru. Hingga tahun 1983 penerapan imobilisasi
enzim terbatas pada 7 (tujuh) glukosa isomerase, 4 (empat) penisilin amidase,
3 (tiga) amino asilase dan laktase, 2 (dua) glukoamilase, 1 (satu) aspartase,
dan 1 (satu) fumarase.
3. Penggunaan lebih lanjut dari imobilisasi enzim dapat dilakukan untuk analisis
dan penerapan medis dan dihasilkan lebih banyak dari ide baru.
B. Pengertian Bioproses
Bioproses adalah proses untuk menghasilkan suatu produk dengan menggunakan konsep-
konsep utama berupa bioteknologi, biologi, dan teknik rekayasa proses. Teknologi bioproses
adalah teknologi yang berkaitan dengan segala operasi dan prosesyang memanfaatkan
organisme baik dalam fase hidup, maupun produk enzimnya untuk menghasilkan suatu
produk. Bioproses tidak hanya membahas mengenai teori bagaimana membuat suatu produk
dengan menggunakan mikroorganisme. Lebih luas lagi, teknik bioproses memegang kendali
dalam desain bioreaktor, studi fermentasi, kondisi operasi,kualitas produk, keamanan produk,
dan penunjang produksi lain. Ilmu dalam bioproses memegang peran penting mulai dari
skala laboratorium, hingga skala pabrikan, mulai dari rekayasa genetika sel
mikroorganismenya, hingga rekayasa proses produksinya.
Aplikasi industri bioproses umumnya menggunakan sel hidup untuk menghasilkan
perubahan kimia atau fisik agar sesuai keinginan. Proses biologis memiliki kelebihan dan
kekurangan dibanding industri teknik kimia tradisional.
Beberapa kelebihannya di antaranya:
Kondisi operasi yang standard. Kondisi reaksi untuk bioproses adalah standar. Secara
umum hanya diperlukan suhu kamar, tekanan atmosfir, dan pH netral. Sebagai hasilnya
didapatkan fasilias pabrik yang lebih sederhana dan kecelakaan kerja yang minim
dibanding pabrik kimia.
Spesifik. Katalis enzim umumnya memiliki spesifikasi yang tinggi dan bereaksi dengan
satu reaksi kimia. Banyaknya varietas enzim memungkinkan produk yang dihasilkan
semakin banyak dan seragam.
Efektivitas. Kecepatan katalis enzim biasanya lebih cepat dari katalis non biologis.
Kebutuhan konsentrasi enzim lebih kecil.
Sumber terbarukan. Material baru untuk bioprosesn adalah biomassa yang keberadaannya
sangat luas.
Rekombinan teknologi DNA. Perkembangan rekombinan DNA (merupakan metode yang
digunakan untuk membuat replika genetik dari satu segmen DNA, sel atau organisme
secara keseluruhan) memungkinkan proses biologis lebih baik.
Beberapa kekurangan:
Hasil produksi kompleks. Terkadang produk memiliki kontaminan seperti sel lain,
banyak terjadi metabolisme hasil samping, dan terkadang terjadi reaksi enzimatis yang
tidak diinginkan.
Kondisi lingkungan yang encer. Komponen dari produk komersial biasanya diproduksi
dalam jumlah terbatas dalam medium cair. Oleh karena itu separasi menjadi mahal.
Karena umumnya produk bioproses memiliki sensitivitas tinggi terhadap panas, maka
separasi tradisional tidak bisa diterapkan. Diperlukan metode separasi yang lebih baik
dan lebih modern.
Kontaminasi. Sistem fermentor dapat terkontaminasi dengan mudah, karena banyak
bakteri dan jamur yang tumbuh di lingkungan sekitar. Problem umum yang sering
dihadapi adalah pertumbuhan sel menjadi lambat karena adanya kontaminan.
Variabilitas. Sel lebih cenderung bermutasi karena perubahan lingkungan dan terjadi
perubahan karakteristik sel. Selain itu reaksi enzimatis lebih sensitif dan tidak stabil, serta
terkadang membutuhkan penanganan khusus.
Namun demikian, bioproses masih tetap menjadi teknik dalam produksi yang
keberadaannya cenderung tidak bisa digantikan oleh teknik lain karena beberapa hal seperti
yield yang tinggi, keefektifan proses, dan faktor ekonomis.
Ada dua komponen penting dalam bioproses, yaitu biokatalis (berupa enzim atau sel
makhluk hidup) dan kondisi lingkungan. Untuk berlangsungnya setiap reaksi metabolisme
sel dibutuhkan enzim spesifik yang bertindak sebagai biokatalis. Bahan penyusun utama
biokatalis berupa protein, yang dapat berfungsi pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan
optimal dapat dicapai dengan menempatkan biokatalis dalam wahana yang disebut
bioreaktor.
Keasaman (pH)
Makanan yang mengandung asam bisanya tahan lama, tetapi jika oksigen cukup
jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, maka
daya awet dari asam tersebut akan hilang. Tingkat keasaman sangat berpengaruh
dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasaman yang baik untuk bakteri adalah
4,5-5,5.
Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan.
Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama
fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan yang
maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal yaitu suhu yang
memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
Oksigen
Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba
membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau
membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti
(Saccharomycess cereviseae) akan tumbuh lebih baik dalam keadaan aerobik,
tetapi keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat dengan
keadaan anaerobik.
Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, bakteri akan membelah sekali setiap 20
menit. Untuk beberapa bakteri memilih waktu generasi yaitu selang waktu antara
pembelahan, dapat dicapai selama 20 menit. Jika waktu generasinya 20 menit
pada kondisi yang cocok sebuah sel dapat menghasilkan beberapa juta sel selama
7 jam.
5. Fermentasi Zat Padat
Fermentasi padat a sering disebut SSF (solid state fermentation). Fermentasi ini
memanfaatkan substrat dalam bentuk padatan seperti pulp kayu, biji-bijian, dedaunan,
ampas tebu, dan beberapa sampah organik lain dalam bentuk padat.
Keunggulan fermentasi ini adalah substrat dapat diperoleh dari limbah organik
berupa biomassa sehingga mudah direcycle. Selain itu, teknik ini dapat mengkontrol
kehilangan nutrien selama proses fermentasi. Pada teknik fermentasi ini, substrat
dimanfaatkan dalam laju yang sangat lambat dan steady state, sehingga dibutuhkan
waktu yang relatif lama.
SSF adalah teknik fermentasi yang sangat cocok digunakan untuk meningkatkan
inokulum fungi dan organisme yang membutuhkan moisture yang rendah. Fermentasi
ini jarang digunakan untuk fermentasi yang menggunakan bakteri. Contoh teknik
SSF yang paling sering ditemui adalah fermentasi tempe, oncom, miso, natto, dan
tape.
6. Kultur Jaringan
Kultur jaringan tanaman (mikropropagasi) merupakan teknik perbanyakan
(propagasi) tumbuhan secara vegetatif dengan memanipulasi jaringan somatik
dengan menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau
organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Teknik kultur jaringan dicirikan
dengan kondisi yang aseptik atau steril dari segala macam bentuk kontaminan,
menggunakan media kultur yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan
menggunakan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta kondisi ruang tempat pelaksanaan
kultur jaringan diatur suhu dan pencahayaannya.
Kultur Jaringan membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman baru yang
mempunyai sifat sama dengan induknya. Teori yang menjadi dasar kultur jaringan
adalah teori totipotensi sel, yang ditulis oleh Schleiden dan Schwann, bahwa
bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, jika dibudidayakan di
lingkungan yang sesuai, dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.
Tanaman dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu :
a. Seksual (generatif), dengan biji.
b. Aseksual (vegetatif), dengan bagian dari tanaman selain biji
Dalam kasus kultur sel telah mengalami perubahan sifat aslinya, maka hasil
pengamatan yang diperoleh akan menyimpang.
Tidak ada pengaruh sistemik dan kerjasama antar-sel yang berbeda dalam
suatu jaringan yang kemungkinan memegang peran penting dalam aktivitas
fisiologis.
Pinsip dasar yang harus diperhatikan dalam membuat kultur jaringan hewan,
antara lain:
Arnata, I. W. (2013). Rekayasa Bioproses Produksi Bioetanol dari Ubi Kayu dengan Teknik
Elisa Herawati, Okid Parama Astirin, Agung Budiharjo, Shanti Listyawati, Tetri Widiyani.
Hadiyanto dan Maulana Azim. (2016). Dasar-Dasar Bioproses. Semarang: EF Press Digimedia.
Perkasa