Biokimia
H031 19 1077
KELOMPOK 5
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi
reaksi kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi.
Katalis adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua
enzim merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik
dalam molekul pati. Amilase berasal dari berbagai sumber yaitu, mikroorganisme,
tumbuhan, dan manusia. Penggunaan biji durian sebagai sumber amilase merupakan
Amilase terdapat dalam saliva dan pankreas. Enzim ini menghidrolisis ikatan 1- 4
glikosidik yang terdapat dalam amilum dan disebut endoamilase sebab enzim ini
memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. β-Amilase terutama
terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase sebab memecah dua unit
glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada
akhirnya terbentuk maltosa. γ-Amilase terdapat dalam hati. Enzim ini dapat
memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa (Sriwahyuni,
dkk., 2015).
Berdasarkan uraian tentang enzim di atas maka dilakukanlah percobaan ini untuk
mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim amilase yang terdapat
dalam saliva.
1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim α-amilase pada peruraian pati.
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan pH optimum dari aktivitas enzim
amilase berdasarkan waktu penguraian pati menjadi glukosa pada berbagai kondisi pH
menggunakan iodida sebagai indikator pemberi warna biru yang akan berubah menjadi
aktivitas enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati menjadi glukosa pada
berbagai temperatur menggunakan iodida sebagai indikator pemberi warna biru yang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi
reaksi kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi.
Katalis adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua
enzim merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik
yang sangat besar dan sangat spesifik. Enzim memiliki daya katalitik yang sangat
besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal sejuta kali. Selain itu, suatu
enzim biasanya mengkatalisis satu jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi
yang sejenis. Enzim memiliki situs/sisi aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul
enzim untuk mengikat substrat, yang diumpamakan oleh Emil Fischer sebagai anak
kunci dan kunci. Sisi aktif enzim ini memiliki 2 bagian yang penting, yaitu bagian
yang mengenal substrat kemudian mengikatnya dan bagian yang mengkatalisis reaksi
Enzim merupakan protein yang berfungsi sebaga biokatalis dalam sel hidup.
beribu kali lebih tinggi, bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu yang relatif
rendah, dan bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu. Enzim telah
banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri kimia lainnya.
sedangkan dalam bidang kesehatan contohnya amilase, lipase, dan protease. Enzim
katalis pada umumnya, enzim tidak bergantung pada jumlah pada saat mengakatalis
reaksi. Enzim hanya melaksanakan tugasnya dalam menurunkan energi aktivasi agar
biologis dan kimiawi yang sangat spesifik. Beberapa enzim diantaranya mampu
mempercepat jalannya suatu reaksi sebanyak 1012 kali lipat dari reaksi kimia yang
aktivitas kimia yang dihasilkan dalam ikatan enzim dan dari substrat, dengan satu
tahap enzim mengubah substrat mejadi produk reaksi. Dalam hal ini harus diamati
detail secara struktural tentang bagian yang reaktif dari sebuah katalisis enzimatis.
Harus dipahami bahwa ikatan kimia dan reaksi kimia mendapatkan peran yang
pati untuk menghasilkan molekul lebih sederhana seperti glukosa, maltosa, dan
dekstrin. Proses hidrolisa pati tersebut dilakukan melalui tiga tahapan yaitu
yang tinggi sehingga meningkatkan biaya produksi pada produk berbasis pati.
Sebagai salah satu upaya dalam penghematan energi, berbagai penelitian telah
difokuskan mengenai enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) yaitu enzim yang
dapat bekerja langsung pada granula pati mentah tanpa melalui proses gelatinisasi.
APPM dapat diproduksi dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan, atau mikroba.
Materi ini akan mengulas tentang perkembangan dari eksplorasi enzim APPM
tersebut khususnya dari sumber mikroba. Ulasan diarahkan pada enzim APPM dari
mikroba sebab amilase dari mikroba lebih diminati untuk nantinya diproduksi dalam
Enzim amilase memecah substrat pati melalui tiga tahapan utama yaitu
dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya hidrolisis
bahan berpati. Solusi yang dapat diambil untuk menurunkan tingkat konsumsi energi
tersebut adalah dengan menggunakan enzim amilase yang dapat memecah pati tanpa
proses gelatinisasi. Penggunaan enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) akan
menurunkan biaya produksi. Enzim APPM yang paling banyak dikembangkan yaitu
enzim yang berasal dari mikroba. Beberapa keunggulan dari enzim APPM dari
mikroba adalah waktu produksi cepat, proses mudah dimodifikasi, dan tidak
reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah
daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa
bantuan katalisator atau enzim. Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan
Eksoenzim ialah enzim yang aktivitasnya diluar sel. Endoenzim ialah enzim yang
induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa
peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim
yang dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu yang lain.
oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat
Tanpa adanya laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak disintesis,
tetapi sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau melibiosa (Halimah,
dkk., 2010).
Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi
beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting. Hasil rekasi enzim
pengaturan terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai katalisator, yaitu
mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan ketika reaksi
tersebut tidak menggunakan katalis. Seperti katalis lainnya, enzim juga menurunkan
atau memperkecil energi aktivasi suatu reaksi kimia. Dalam raksi tersebut enzim
mengubah senyawa yang slanjutnya disebut substrat menjadi suatu senyawa yang
baru yaitu produk, namun enzim tidak ikut berubah dalam reaksi tersebut
enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu hingga suhu optimum
tercapai. Setelah itu kenaikan suhu lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim
2.5 Pati
Pembentukan polimer pati diawali dengan terbentuknya ikatan glukosida yaitu ikatan
antara molekul glukosa melalui oksigen pada atom karbon pertama. Pati
merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari ribuan glukosa dengan ikatan α-1,4
akibat adanya ikatan α 1,6 glukosida di beberapa bagiannya (Nangin dan Sutrisno,
2015).
Pati dapat ditemukan pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Pati merupakan
pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia. Butir-butir pati apabila
tergantung dari tumbuhan apa pati tersebut diperoleh (Nangin dan Sutrisno, 2015).
Pati atau amilum terjadi secara alami sebagai granul-granul kecil di dalam
akar, biji, dan batang berbagai jenis tumbuhan, termasuk jagung, gandum, padi,
jawawut, barley, dan kentang. Pati mengkonstitusi cadangan utama karbohidrat dari
tumbuh-tumbuhan. Pati terdiri dari dua polisakarida, amilosa dan amilopektin, yang
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan pati 1 %, larutan
NaCl 0,1 M, saliva encer (enzim α-amilase), larutan buffer fosfat pH 7,8; 7,0; 6,4;
6,0; 5,8; larutan iodin 0,01 N, tissue roll, akuades, kertas label dan es batu.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,
waterbath (penangas air), inkubator, vortex, pipet volume, bulb, pipet tetes,
stopwatch, gelas piala, gegep, plat tetes, sikat tabung dan batang pengaduk.
larutan buffer berturut-turut dengan pH 7,8; 7,0; 6,4; 6,0 dan 5,8. Ditambahkan
sebanyak 1 tetes. Dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 38 oC. Dicatat setiap
kali. Kemudian, tabung pertama ditempatkan di dalam air es (0 oC), tabung kedua
pada suhu kamar (27 0C), tabung ketiga di dalam inkubator (36 oC) dan tabung
keempat dipanaskan di dalam penangas air (100 °C). Dipipet 3 tetes larutan sampel
dari masing-masing tabung ke plat tetes yang telah ditetesi 1 tetes iodin 0,01 N tiap
(menit)
pH 8,0 pH 7,8 pH 7,0 pH 6,4 pH 6,0 pH 5,8
Keterangan
5,8 35 0,285
6,0 30 0,033
6,4 25 0,04
7,0 10 0,1
7,8 35 0,0285
8,0 30 0,033
0.12
0.1
t-1 (menit-1)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
5,8 6,0 6,4 7,0 7,8 8
pH
100 30 0,033
0.06
0.05
0.04
t-1 (menit-1)
0.03
0.02
0.01
0
0 27 36 100
Temperatur (oC)
4.2 Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
CH2O CH2O
O H I O H
H H
H H amilase
OH H OH H
O
O O
H OH H OH
I n
biru
Kompleks iod
CH2O
O H
H
H + nI2
OH H
OH OH
H OH
bening
glukosa
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan larutan bufer fosfat dengan pH 8,0; 7,8; 7,0;
6,4; 6,0; dan 5,8. Hal ini bertujuan mengetahui pada pH berapa enzim α-amilase
dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan 5 mL larutan amilum 1% yang
NaCl bertujuan untuk menyamakan kondisi pH pada mulut dengan tabung reaksi,
lalu ditambahkan 2 mL saliva encer fp 10 kali, dalam hal ini saliva bertindak sebagai
dalam water bath pada suhu 38 oC. Suhu ini menggambarkan suhu tubuh normal
asam asetat dengan tujuan agar menyamakan kondisi pH setiap tabung reaksi, karena
enzim α-amilase tidak bisa bekerja optimal dalam keadaan pH 8 ataupun keadaan
yang sangat asam. Setelah itu, ditambahkan iodin 0,1 N. Tujuan penambahan iodin
adalah sebagai indikator dengan melihat perubahan warna dari biru menjadi bening
akibat adanya ikatan semu antara amilum dengan iodin. Selanjutnya ditunggu hingga
larutan pH berapa yang paling cepat mencapai titik optimum selama 35 menit dan
diamati perubahan warnanya pada interval 5 menit secara berulang. Aktivitas enzim
amilase dilihat berdasarkan tabung mana yang mengalami perubahan warna secara
drastis yaitu dari biru menjadi tidak berwarna yang menandakan bahwa enzim
glioksida.
bahwa pH optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada pH 7. Hal ini sesuai
dengan teori di mana pH optimum dari aktivitas enzim α-amilase adalah pada pH
6,2–7,6.
Pada percobaan ini ditentukan suhu optimum pada aktivitas enzim α-amilase.
10 kali yang berfungsi sebagai enzim, karena pada saliva terkandung enzim α-
ditempatkan pada suhu kamar (27 °C), tabung ketiga dimasukkan ke dalam inkubator
(36 °C) dan tabung keempat dimasukkan dalam penangas air (100 °C). Perlakuan ini
dilakukan pada berbagai suhu yang telah ditentukan masing-masing agar dapat
diketahui pada suhu berapa enzim amilase bekerja secara optimal. Pengujian ini
dilakukan selama 35 menit dan diteteskan ke plat tetes yang telah diisi 3 tetes iodin
warna yang terjadi. Tujuan penambahan iodin adalah sebagai indikator dengan
Pada data hasil pengamatan diperoleh bahwa pada suhu 0 °C dan suhu 27 °C
warna sampel berubah dari biru tua menjadi sedikit biru, hal ini tidak sesuai dengan
teori di mana aktivitas enzim α-amilase ditandai dengan perubahan warna yang
drastis yaitu dari biru tua menjadi bening dan secara teori di mana suhu optimum
bahwa suhu optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada temperatur 36 °C. Hal
ini sesuai dengan teori di mana suhu optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada
grafik hubungan temperatur terhadap invers waktu, hasil yang diperoleh memiliki
selisih yang cukup jauh. Kesalahan ini mungkin disebabkan pati yang kurang baik
dan saliva yang mungkin telah terkontaminasi dengan obat-obatan yang telah
dikonsumsi.
BAB V
5. 1 Kesimpulan
Azmi, J., 2006, Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Aspergillus Oryzae untuk
Isolasi Enzim Amilase pada Medium Pati Biji Nangka (Arthocarphus
heterophilus Lmk), Jurnal Biogenesis, 2(2): 55-58.
Halimah, Syahalam, E., Okfrianti, Y., Siregar, S. S., dan Mailiza, A., 2010, Buku
Ajar Biokimia, Poli Teknik Kesehatan Bengkulu, Bengkulu.
Indah, M., 2004, Enzim, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Padang.
Nangin, D., dan Sutrisno, A., 2015, Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah dari
Mikroba: Kajian Pustaka, Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(3): 1032- 1039.
Sriwahyuni, L., Rosahdi, T. D., dan Supriadin, A., 2015, Isolasi dan Karakterisasi
Amilase dari Biji Durian (Durio Sp.), Jurnal Kimia¸ 2(1), 18-23.
Supriyatna, A., Amalia, D., Jauhari, A. A., dan Holydaziah, D., 2015, Aktivitas
Enzim Amilase, Lipase, dan Protease dari Larva, Jurnal Biokimia¸ 9(2): 18-
32.
Lampiran 1. Bagan Kerja
2,5 mL Larutan buffer dengan pH 5,8; 6,0; 6,4; 7,0 dan 7,8
dihomogenkan
Data
(27oC), tabung III pada inkubator (36 oC), dan tabung IV pada air
panas (100oC).
selama 35 menit pada plat tetes yang diisi 1 tetes larutan iodin 0,01
N.
Data