Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Biokimia

PENGARUH pH DAN TEMPERATUR TERHADAP AKTIVITAS


ENZIM AMILASE

SYAHREZI SURYA PUTRA

H031 19 1077

KELOMPOK 5

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi

reaksi kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi.

Katalis adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua

enzim merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik

yang sangat besar dan sangat spesifik (Halimah, dkk., 2010).

Amilase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan glikosidik

dalam molekul pati. Amilase berasal dari berbagai sumber yaitu, mikroorganisme,

tumbuhan, dan manusia. Penggunaan biji durian sebagai sumber amilase merupakan

bentuk pemanfaatan limbah (Sriwahyuni, dkk., 2015).

Ada tiga macam amilase, yaitu α-amilase, β-amilase dan γ-amilase. α-

Amilase terdapat dalam saliva dan pankreas. Enzim ini menghidrolisis ikatan 1- 4

glikosidik yang terdapat dalam amilum dan disebut endoamilase sebab enzim ini

memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. β-Amilase terutama

terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase sebab memecah dua unit

glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada

akhirnya terbentuk maltosa. γ-Amilase terdapat dalam hati. Enzim ini dapat

memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa (Sriwahyuni,

dkk., 2015).

Berdasarkan uraian tentang enzim di atas maka dilakukanlah percobaan ini untuk

mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim amilase yang terdapat

dalam saliva.
1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.1.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim α-amilase pada peruraian pati.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah:

1. menentukan pH optimum untuk aktivitas enzim α-amilase dalam

mengkatalisis pati menjadi glukosa.

2. menentukan temperatur optimum untuk aktivitas enzim α-amilase dalam

mengkatalisis pati menjadi glukosa.

1.2 Prinsip Percobaan

1.2.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim α-amilase

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan pH optimum dari aktivitas enzim

amilase berdasarkan waktu penguraian pati menjadi glukosa pada berbagai kondisi pH

menggunakan iodida sebagai indikator pemberi warna biru yang akan berubah menjadi

bening pada interval waktu tertentu

1.2.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim α-amilase

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan temperatur optimum dari

aktivitas enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati menjadi glukosa pada

berbagai temperatur menggunakan iodida sebagai indikator pemberi warna biru yang

akan berubah menjadi bening pada interval waktu tertentu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enzim

Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang mempengaruhi

reaksi kimia. Ditinjau dari fungsinya enzim merupakan katalis dalam sistem biologi.

Katalis adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Hampir semua

enzim merupakan protein. Dua sifat penting enzim adalah memiliki daya katalitik

yang sangat besar dan sangat spesifik. Enzim memiliki daya katalitik yang sangat

besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal sejuta kali. Selain itu, suatu

enzim biasanya mengkatalisis satu jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi

yang sejenis. Enzim memiliki situs/sisi aktif, yaitu tempat tertentu pada molekul

enzim untuk mengikat substrat, yang diumpamakan oleh Emil Fischer sebagai anak

kunci dan kunci. Sisi aktif enzim ini memiliki 2 bagian yang penting, yaitu bagian

yang mengenal substrat kemudian mengikatnya dan bagian yang mengkatalisis reaksi

setelah substrat diikat oleh enzim (Halimah, dkk., 2010).

Enzim merupakan protein yang berfungsi sebaga biokatalis dalam sel hidup.

Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah dapat meningkatkan produk

beribu kali lebih tinggi, bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu yang relatif

rendah, dan bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu. Enzim telah

banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri kimia lainnya.

Dalam bidang pangan misalnya amilase, glukosa-isomerase, papain, dan bromelin,

sedangkan dalam bidang kesehatan contohnya amilase, lipase, dan protease. Enzim

dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme (Azmi, 2006).


Sebuah enzim memiliki fungsi untuk mengkatalisis reaksi biologis. Seperti

katalis pada umumnya, enzim tidak bergantung pada jumlah pada saat mengakatalis

reaksi. Enzim hanya melaksanakan tugasnya dalam menurunkan energi aktivasi agar

reaksi dapat berlangsung lebih cepat (McMurry, 2011).

Enzim seperti yang telah diketahui fungsinya yaitu mengkatalis reaksi

biologis dan kimiawi yang sangat spesifik. Beberapa enzim diantaranya mampu

mempercepat jalannya suatu reaksi sebanyak 1012 kali lipat dari reaksi kimia yang

tidak menggunakan katalis. Kecepatan ini sangat menakjubkan dikarenakan adanya

aktivitas kimia yang dihasilkan dalam ikatan enzim dan dari substrat, dengan satu

tahap enzim mengubah substrat mejadi produk reaksi. Dalam hal ini harus diamati

detail secara struktural tentang bagian yang reaktif dari sebuah katalisis enzimatis.

Harus dipahami bahwa ikatan kimia dan reaksi kimia mendapatkan peran yang

penting dalam peran enzim sebagai katalis (Copeland, 2000).

2.2 Enzim Amilase

Enzim amilase merupakan enzim yang mampu mengkatalis proses hidrolisa

pati untuk menghasilkan molekul lebih sederhana seperti glukosa, maltosa, dan

dekstrin. Proses hidrolisa pati tersebut dilakukan melalui tiga tahapan yaitu

gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga tahapan tersebut memerlukan energi

yang tinggi sehingga meningkatkan biaya produksi pada produk berbasis pati.

Sebagai salah satu upaya dalam penghematan energi, berbagai penelitian telah

difokuskan mengenai enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) yaitu enzim yang

dapat bekerja langsung pada granula pati mentah tanpa melalui proses gelatinisasi.

APPM dapat diproduksi dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan, atau mikroba.

Materi ini akan mengulas tentang perkembangan dari eksplorasi enzim APPM
tersebut khususnya dari sumber mikroba. Ulasan diarahkan pada enzim APPM dari

mikroba sebab amilase dari mikroba lebih diminati untuk nantinya diproduksi dalam

skala industri (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Enzim amilase memecah substrat pati melalui tiga tahapan utama yaitu

gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga proses tersebut merupakan proses

dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya hidrolisis

bahan berpati. Solusi yang dapat diambil untuk menurunkan tingkat konsumsi energi

tersebut adalah dengan menggunakan enzim amilase yang dapat memecah pati tanpa

proses gelatinisasi. Penggunaan enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) akan

menurunkan tingkat konsumsi energi dalam proses hidrolisis sehingga akan

menurunkan biaya produksi. Enzim APPM yang paling banyak dikembangkan yaitu

enzim yang berasal dari mikroba. Beberapa keunggulan dari enzim APPM dari

mikroba adalah waktu produksi cepat, proses mudah dimodifikasi, dan tidak

memerlukan tempat yang luas (Nangin dan Sutrisno, 2015).

2.3 Aktivitas Enzim

Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan

menurunkan energi aktivasinya. Enzim tersebut akan bergabung sementara dengan

reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah

daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa

bantuan katalisator atau enzim. Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan

endoenzim berdasarkan tempat kerjanya, ditinjau dari sel yang membentuknya.

Eksoenzim ialah enzim yang aktivitasnya diluar sel. Endoenzim ialah enzim yang

aktivitasnya didalam sel (Halimah, dkk., 2010).


Selain eksoenzim dan endoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan enzim

induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa

peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim

yang dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu yang lain.

Misalnya pembentukan enzim beta-galaktosida pada Escherichia coli yang diinduksi

oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat

menginduksi enzim tersebut walaupun tidak merupakan substarnya, yaitu melibiosa.

Tanpa adanya laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak disintesis,

tetapi sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau melibiosa (Halimah,

dkk., 2010).

2.4 Faktor Yang Memengaruhi Aktivitas Enzim

Perubahan suhu dan pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim.

Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi

substrat. Pengruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam

beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting. Hasil rekasi enzim

juga dapat menghambat kecepatan reaksi (Indah, 2004).

Secara umum, enzim menghasilkan kecepatan, spesifikasi, dan kendali

pengaturan terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai katalisator, yaitu

senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Suatu enzim dapat

mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan ketika reaksi

tersebut tidak menggunakan katalis. Seperti katalis lainnya, enzim juga menurunkan

atau memperkecil energi aktivasi suatu reaksi kimia. Dalam raksi tersebut enzim

mengubah senyawa yang slanjutnya disebut substrat menjadi suatu senyawa yang

baru yaitu produk, namun enzim tidak ikut berubah dalam reaksi tersebut

(Supriyatna, dkk., 2015).


Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada suhu tertentu, aktivitas

enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu hingga suhu optimum

tercapai. Setelah itu kenaikan suhu lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim

menurun (Supriyatna, dkk., 2015).

2.5 Pati

Pati adalah polimer glukosa dengan rumus molekul (C6H10O5)n.

Pembentukan polimer pati diawali dengan terbentuknya ikatan glukosida yaitu ikatan

antara molekul glukosa melalui oksigen pada atom karbon pertama. Pati

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa

merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari ribuan glukosa dengan ikatan α-1,4

glukosida. Jenis kedua yaitu amilopektin yang mengandung percabangan rantai

akibat adanya ikatan α 1,6 glukosida di beberapa bagiannya (Nangin dan Sutrisno,

2015).

Pati dapat ditemukan pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Pati merupakan

kelompok terbesar karbohidrat cadangan yang dimiliki oleh tumbuhan sesudah

selulosa. Tumbuhan melakukan sintesa pati ketika proses fotosintesis yaitu

pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia. Butir-butir pati apabila

diamati dengan mikroskop memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda

tergantung dari tumbuhan apa pati tersebut diperoleh (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Pati atau amilum terjadi secara alami sebagai granul-granul kecil di dalam

akar, biji, dan batang berbagai jenis tumbuhan, termasuk jagung, gandum, padi,

jawawut, barley, dan kentang. Pati mengkonstitusi cadangan utama karbohidrat dari

tumbuh-tumbuhan. Pati terdiri dari dua polisakarida, amilosa dan amilopektin, yang

bisa dipisahkan menurut perbedaan kelarutan (Stevens, 2007).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan pati 1 %, larutan

NaCl 0,1 M, saliva encer (enzim α-amilase), larutan buffer fosfat pH 7,8; 7,0; 6,4;

6,0; 5,8; larutan iodin 0,01 N, tissue roll, akuades, kertas label dan es batu.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,

waterbath (penangas air), inkubator, vortex, pipet volume, bulb, pipet tetes,

stopwatch, gelas piala, gegep, plat tetes, sikat tabung dan batang pengaduk.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim α-amilase

Tabung reaksi sebanyak 5 buah disiapkan dan diisi masing-masing 2,5 mL

larutan buffer berturut-turut dengan pH 7,8; 7,0; 6,4; 6,0 dan 5,8. Ditambahkan

2,5 mL larutan pati 1 % pada tiap-tiap tabung,dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL

NaCl 0,1 M, dihomogenkan. Kemudian, ditambahkan 0,5 mL saliva dengan faktor

pengenceran 10 kali, dihomogenkan. Setiap tabung ditambahkan iodin 0,01 N

sebanyak 1 tetes. Dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 38 oC. Dicatat setiap

perubahan warna dari biru ke bening setiap 5 menit selama 35 menit.

3.3.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim α-amilase


Tabung reaksi sebanyak 4 buah disiapkan dan diisi masing-masing 2,5 mL

larutan pati 1 %. Ditambahkan 0,5 mL saliva encer dengan faktor pengenceran 10

kali. Kemudian, tabung pertama ditempatkan di dalam air es (0 oC), tabung kedua

pada suhu kamar (27 0C), tabung ketiga di dalam inkubator (36 oC) dan tabung

keempat dipanaskan di dalam penangas air (100 °C). Dipipet 3 tetes larutan sampel

dari masing-masing tabung ke plat tetes yang telah ditetesi 1 tetes iodin 0,01 N tiap

5 menit selama 30 menit. Diamati perubahan warna yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim α-amilase

Tabel 1. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim α-amilase


Warna
Waktu

(menit)
pH 8,0 pH 7,8 pH 7,0 pH 6,4 pH 6,0 pH 5,8

0 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++

5 ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++

10 ++++ ++++ ++++ +++++ +++++ +++++

15 ++++ ++++ ++++ +++++ +++++ +++++

20 ++++ ++++ ++++ +++++ +++++ +++++

25 ++++ ++++ ++++ +++++ +++++ +++++

30 +++ +++ +++ +++++ +++++ +++++

35 +++ +++ +++ +++++ +++++ +++++

Keterangan

+++++ : Biru Tua ++ : Sedikit Biru

++++ : Biru Muda + : Hampir tidak berwarna

+++ : Agak Biru


Tabel 2. Hubungan pH dengan 1/t
pH Waktu (menit) 1/t (menit-1)

5,8 35 0,285
6,0 30 0,033
6,4 25 0,04
7,0 10 0,1
7,8 35 0,0285
8,0 30 0,033

0.12
0.1
t-1 (menit-1)

0.08
0.06
0.04
0.02
0
5,8 6,0 6,4 7,0 7,8 8
pH

Gambar 1. Grafik Hubungan pH dan 1/t

4.1.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim α-amilase

Tabel 3.Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim α-amilase


Waktu Warna
(menit) 0 oC 27 oC 36 oC 100 oC
0 +++++ +++++ +++++ +++++
5 +++++ +++++ +++++ +++++
10 +++++ +++++ +++++ +++++
15 +++++ +++++ +++++ +++++
20 +++++ +++++ ++++ +++++
25 +++ +++ ++++ ++++
30 ++ ++ +++ +++
35 + ++ +++ ++
Tabel 4. Hubungan Temperatur dengan 1/t
Temperatur ( oC) Waktu (menit) 1/t (menit-1)
0 35 0,0285
27 25 0,04
36 20 0,05

100 30 0,033

0.06

0.05

0.04
t-1 (menit-1)

0.03

0.02

0.01

0
0 27 36 100
Temperatur (oC)

Gambar 2. Grafik Hubungan Temperatur dan 1/t

4.2 Reaksi

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
CH2O CH2O
O H I O H
H H
H H amilase
OH H OH H
O
O O

H OH H OH
I n
biru
Kompleks iod

CH2O
O H
H
H + nI2
OH H
OH OH

H OH

bening
glukosa

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim α-amilase

Pada percobaan ini digunakan larutan bufer fosfat dengan pH 8,0; 7,8; 7,0;

6,4; 6,0; dan 5,8. Hal ini bertujuan mengetahui pada pH berapa enzim α-amilase

dapat bekerja secara optimal. Larutan buffer tersebut masing-masing dimasukkan ke

dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan 5 mL larutan amilum 1% yang

bertindak sebagai substrat. Lalu ditambahkan 2 mL larutan NaCl 0,1 M. Penambahan

NaCl bertujuan untuk menyamakan kondisi pH pada mulut dengan tabung reaksi,

lalu ditambahkan 2 mL saliva encer fp 10 kali, dalam hal ini saliva bertindak sebagai

enzim, karena saliva terkandung enzim α-amilase. Kemudian dilakukan pemanasan

dalam water bath pada suhu 38 oC. Suhu ini menggambarkan suhu tubuh normal

manusia. Pada tabung reaksi I dan II dilakukan pengasaman dengan penambahan

asam asetat dengan tujuan agar menyamakan kondisi pH setiap tabung reaksi, karena
enzim α-amilase tidak bisa bekerja optimal dalam keadaan pH 8 ataupun keadaan

yang sangat asam. Setelah itu, ditambahkan iodin 0,1 N. Tujuan penambahan iodin

adalah sebagai indikator dengan melihat perubahan warna dari biru menjadi bening

akibat adanya ikatan semu antara amilum dengan iodin. Selanjutnya ditunggu hingga

larutan pH berapa yang paling cepat mencapai titik optimum selama 35 menit dan

diamati perubahan warnanya pada interval 5 menit secara berulang. Aktivitas enzim

amilase dilihat berdasarkan tabung mana yang mengalami perubahan warna secara

drastis yaitu dari biru menjadi tidak berwarna yang menandakan bahwa enzim

amilase menghidrolisis amilum menjadi glukosa dengan memutuskan ikatan

glioksida.

Berdasarkan grafik hubungan pH terhadap invers waktu, dapat diketahui

bahwa pH optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada pH 7. Hal ini sesuai

dengan teori di mana pH optimum dari aktivitas enzim α-amilase adalah pada pH

6,2–7,6.

4.3.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim α-amilase

Pada percobaan ini ditentukan suhu optimum pada aktivitas enzim α-amilase.

Masing-masing tabung diisi dengan 5 mL larutan amilum 1%, larutan amilum

berfungsi sebagia substrat. Setelah itu, ditambahkan sebanyak 2 mL saliva encer fp

10 kali yang berfungsi sebagai enzim, karena pada saliva terkandung enzim α-

amilase. Tabung pertama dicelupkan ke dalam air es (0 °C), tabung kedua

ditempatkan pada suhu kamar (27 °C), tabung ketiga dimasukkan ke dalam inkubator

(36 °C) dan tabung keempat dimasukkan dalam penangas air (100 °C). Perlakuan ini

dilakukan pada berbagai suhu yang telah ditentukan masing-masing agar dapat

diketahui pada suhu berapa enzim amilase bekerja secara optimal. Pengujian ini
dilakukan selama 35 menit dan diteteskan ke plat tetes yang telah diisi 3 tetes iodin

0,01 M dengan mengulangi perlakuan setiap interval 5 menit, diamati perubahan

warna yang terjadi. Tujuan penambahan iodin adalah sebagai indikator dengan

melihat perubahan warna dari biru menjadi bening.

Pada data hasil pengamatan diperoleh bahwa pada suhu 0 °C dan suhu 27 °C

warna sampel berubah dari biru tua menjadi sedikit biru, hal ini tidak sesuai dengan

teori di mana aktivitas enzim α-amilase ditandai dengan perubahan warna yang

drastis yaitu dari biru tua menjadi bening dan secara teori di mana suhu optimum

aktivitas enzim α-amilase adalah pada temperatur berkisar 36 °C – 38 °C. Kesalahan

mungkin disebabkan karena sampel pati yang kurang baik.

Berdasarkan grafik hubungan temperatur terhadap invers waktu, di mana

bahwa suhu optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada temperatur 36 °C. Hal

ini sesuai dengan teori di mana suhu optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada

temperatur berkisar 36 °C – 38 °C. Jika dihubungkan antara data pengamatan dengan

grafik hubungan temperatur terhadap invers waktu, hasil yang diperoleh memiliki

selisih yang cukup jauh. Kesalahan ini mungkin disebabkan pati yang kurang baik

dan saliva yang mungkin telah terkontaminasi dengan obat-obatan yang telah

dikonsumsi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. pH optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada pH 7.

2. temperatur optimum aktivitas enzim α-amilase adalah pada temperatur 36 °C.


DAFTAR PUSTAKA

Azmi, J., 2006, Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Aspergillus Oryzae untuk
Isolasi Enzim Amilase pada Medium Pati Biji Nangka (Arthocarphus
heterophilus Lmk), Jurnal Biogenesis, 2(2): 55-58.

Copeland, R. A., 2000, Enzymes A Practical Introduction to Structure, Mechanism,


and Data Analysis, John Wiley and Sons Inc., New York.

Halimah, Syahalam, E., Okfrianti, Y., Siregar, S. S., dan Mailiza, A., 2010, Buku
Ajar Biokimia, Poli Teknik Kesehatan Bengkulu, Bengkulu.

Indah, M., 2004, Enzim, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Padang.

McMurry, J., 2011, Fundamentals of Organic Chemistry, Cornell University,


Canada.

Nangin, D., dan Sutrisno, A., 2015, Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah dari
Mikroba: Kajian Pustaka, Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(3): 1032- 1039.

Sriwahyuni, L., Rosahdi, T. D., dan Supriadin, A., 2015, Isolasi dan Karakterisasi
Amilase dari Biji Durian (Durio Sp.), Jurnal Kimia¸ 2(1), 18-23.

Stevens, M. P., 2007, Kimia Polimer¸ Pradnya Paramita, Jakarta

Supriyatna, A., Amalia, D., Jauhari, A. A., dan Holydaziah, D., 2015, Aktivitas
Enzim Amilase, Lipase, dan Protease dari Larva, Jurnal Biokimia¸ 9(2): 18-
32.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim

2,5 mL Larutan buffer dengan pH 5,8; 6,0; 6,4; 7,0 dan 7,8

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.

- Ditambahkan 2,5 mL larutan pati 1%, dihomogenkan.

- Ditambahkan 1 mL NaCl 0,1 M, dihomogenkan.

- Ditambahkan masing-masing 0,5 mL saliva encer (fp 10 kali),

dihomogenkan

- Ditambahkan 1 tetes iodin 0,01 N.

- Dimasukkan dalam inkubator suhu 36 °C.

- Diamati perubahan warna dari biru ke bening setiap 5 menit selama


35 menit.

Data

2. Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim

2,5 mL Larutan Pati 1%

- Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi berbeda.

- Ditambahkan masing-masing 0,5 mL saliva encer (fp 10 kali).

- Tabung I ditempatkan pada air es (0 oC), tabung II pada suhu kamar

(27oC), tabung III pada inkubator (36 oC), dan tabung IV pada air

panas (100oC).

- Dipipet 3 tetes larutan sampel masing-masing tabung setiap 5 menit

selama 35 menit pada plat tetes yang diisi 1 tetes larutan iodin 0,01

N.

- Diamati Perubahan warna yang terjadi.

Data

Anda mungkin juga menyukai