Anda di halaman 1dari 9

Daya Amilolitik Saliva.

Tabung 1 campuranantara saliva yang didinginkan setelah didihkan


dengan amilum 1% lalu diuji Benedict menghasilkan warna hijau kebiru-biruan yang
menandakanbahwalarutan tidak terhidrolisis karena adanya pemanasan menyebabkan enzim
saliva rusak sehingga tidak dapat menghidrolisis protein. Tabung 2 saliva ditambah HCL encer
dan amilum 1% lalu diuji Benedict menghasilkan warna hijau yang manandakan sedikit terjadi
hidrolisis karena dengan penambahan HCl dapat menghambat kerja enzim. Enzim ptialin
memiliki pH optimal 6,6 sehingga bila ditambah HCl akan menurunkan pH. Tabung 3 campuran
saliva danamilum 1% yang kemudiandiujiIod dan Benedicthasilnya terdapat endapan merah
bata.Hal ini menandakan terjadinya hidrolisis optimal. Menurut (Poedjiadi, 1996) perubahan
pH
lingkunganakanberpengaruhterhadapefektifitasbagianaktifenzimdalammembentukkomplekse
nzimsubstrat. Disamping itu, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya
proses denaturasi dan mengakibatkan penurunan aktivitas enzim. Semua larutan diletakkan
pada penangas 370C selama 10 menit untuk mengkondisikan larutan seperti di dalam tubuh.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh dari

percobaan saliva pada pengamatan 15 menit pertama, kedua dan ketiga diperoleh data

pada tabel-tabel di bawah ini :

Tabel 1. Pengamatan Percobaan Pencernaan Karbohidrat 15 Menit Pertama


Uji Iod
Reaksi (+/-) Perubahan Warna
Tabung 1 + Merah Muda
Tabung 2 - Biru Kehitaman
Tabung 3 - Biru Kehitaman
Tabung 4 - Biru Kehitaman
Tabung 5 + Merah Muda
Tabung 6 - Biru Kehitaman
Tabung 7 + Merah Muda
Tabung 8 + Merah
Tabung 9 - Biru Kehitaman
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2013

          Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa pada 15 menit pertama di tabung

1 saliva yang ditambahkan amilum masak, kemudian dipanaskan hingga suhu 37oC
setelah itu ditambahkan iodium maka akan mendapatkan hasil positif, yaitu membentuk

warna merah muda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iswari dan Ari (2006) yang

menyatakan bahwa amilum yang terhidrolisis akan membentuk salah satunya

eritrodekstrin yang dengan iodium tersebut akan menghasilkan warna merah. Pada

tabung 2 diisi dengan 5 tetes saliva yang didihkan, setelah dingin ditambahkan 5 tetes

larutan amilum 1%. Kemudian dimasukkan ke inkubator pada suhu 370C, menghasilkan

warna hitam karena saliva yang didihkan menyebabkan amilase rusak sehingga tidak

bisa tercerna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Martoharsono (2006) yang

menyatakan bahwa sebagian besar molekul menampakkan aktifitas pada kisaran pH dan

suhu tertentu. Pada tabung 3 dan  6 menghasilkan uji yang negatif dan tidak membentuk

warna ungu maupun merah, dikarenakan bahwa larutan amilum yang ditambahkan HCl

yang bersifat asam dan tidak ditambahkan dengan saliva maka amilum tidak bisa

tercerna, karena amilum bisa tercerna jika pada keadaan basa. Keadaan asam membuat

amilum tidak bisa tercerna. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang

menyatakan bahwa ptialin akan terinaktivasi karena suasana asam, sehingga karbohidrat

akan susah dicerna dan proses hidrolisis akan berlangsung lambat. Tabung 4 diisi 5 tetes
larutan amilum masak 1 % tanpa saliva menghasilkan reaksi yang negatif karena tidak

mengandung basa. Hal ini sesuai dengan pendapat Lehninger (1994) yang menyatakan

bahwa amilum akan tercerna pada pH basa. Tabung 5 diisi dengan 5 tetes pankreas

ditambah amilum masak menghasilkan reaksi positif. Hal ini sesuai dengan pendapat

Lehninger  (1994) yang menyatakan bahwa penguraian amilum akan terjadi dan

berlangsung terus disempurnakan oleh kerja pankreatik amilase. Tabung 7 amilum yang

ditambahkan dengan 5 tetes pankreazim maupun yang ditambahkan NaOH akan

menunjukkan hasil yang positif yaitu dengan membentuk warna agak kemerahan dan

sedikit keunguan. Tabung 8  amilum yang ditambahkan HCl dan kemudian dimasukkan

ke dalam inkubator dengan suhu 37oC akan menunjukkan hasil yang positif karena asam

akan rusak jika dipanaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lehninger (1994) yang

menyatakan bahwa amilum akan tercerna pada pH basa. Pada tabung 9, amilum masak

yang ditambahkan dengan HCl dan tidak dimasukkan kedalam inkubator tidak akan

bereaksi positif karena amilum tersebut tidak bisa tercerna dengan adanya asam. Hal ini

sesuai dengan pendapat Martoharsono (1994) yang menyatakan bahwa enzim ptialin
mampu mencerna pati menjadi dekstrin dan maltose pada suasana basa dan tidak aktif

pada suasana asam.

Tabel 2. Pengamatan Percobaan Pencernaan Karbohidrat 15 Menit Kedua


Uji Iod
Reaksi (+/-) Perubahan Warna
Tabung 1 - Coklat
Tabung 2 - Hijau kekuningan
Tabung 3 - Biru Kehitaman
Tabung 4 - Biru Kehitaman
Tabung 5 + Ungu
Tabung 6 - Ungu Kehitaman
Tabung 7 - Coklat
Tabung 8 + Merah
Tabung 9 - Biru
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2013

Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa pada tabung 1 saliva yang

ditambahkan amilum masak, kemudian dipanaskan hingga suhu 37oC setelah itu

ditambahkan iodium maka akan mendapatkan hasil positif, yaitu membentuk warna

merah muda. Tetapi karena pada saat berkumur kurang dari satu menit, sehingga saliva

yang tercampur dalam larutan NaCl hanya sedikit dan menghasilkan reaksi yang

negatif. Pencernaan karbohidrat pertama dari mulut dimana makanan bercampur dengan

ptialin, enzim yang dihasilkan kelenjar saliva. Kemudian ke lambung, usus halus terus

mencerna patidan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa (Anggorodi, 1979).

Pada tabung 2 diisi dengan 5 tetes saliva yang didihkan, setelah dingin ditambahkan 5

tetes larutan amilum 1%. Kemudian dimasukkan ke inkubator pada suhu 370C,

menghasilkan warna hitam karena saliva yang didihkan menyebabkan amilase rusak
sehingga tidak bisa tercerna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Martoharsono (2006)

yang menyatakan bahwa sebagian besar molekul menampakkan aktifitas pada kisaran

pH dan suhu tertentu. Pada tabung 3 dan  6 menghasilkan uji yang negatif dan tidak

membentuk warna ungu maupun merah, dikarenakan bahwa larutan amilum yang

ditambahkan HCl yang bersifat asam dan tidak ditambahkan dengan saliva maka

amilum tidak bisa tercerna, karena amilum bisa tercerna jika pada keadaan basa.

Keadaan asam membuat amilum tidak bisa tercerna. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa ptialin akan terinaktivasi karena suasana

asam, sehingga karbohidrat akan susah dicerna dan proses hidrolisis akan berlangsung

lambat. Tabung 4 diisi 5 tetes larutan amilum masak 1 % tanpa saliva menghasilkan

reaksi yang negatif karena tidak mengandung basa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Lehninger (1994) yang menyatakan bahwa amilum akan tercerna pada pH basa. Tabung

5 diisi dengan 5 tetes pankreas ditambah amilum masak menghasilkan reaksi positif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Lehninger (1994) yang menyatakan bahwa penguraian

amilum akan terjadi dan berlangsung terus disempurnakan oleh kerja pankreatik

amilase. Tabung 7 amilum yang ditambahkan dengan 5 tetes pankreazim maupun yang

ditambahkan NaOH akan menunjukkan hasil yang positif yaitu dengan membentuk

warna agak kemerahan dan sedikit keunguan. Tabung 8  amilum yang ditambahkan HCl

dan kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37oC akan menunjukkan

hasil yang positif karena asam akan rusak jika dipanaskan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Lehninger (1994) yang menyatakan bahwa amilum akan tercerna pada pH

basa. Pada tabung 9, amilum masak yang ditambahkan dengan HCl dan tidak

dimasukkan kedalam inkubator tidak akan bereaksi positif karena amilum tersebut tidak

bisa tercerna dengan adanya asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoharsono (1994)
yang menyatakan bahwa enzim ptialin mampu mencerna pati menjadi dekstrin dan

maltose pada suasana basa dan tidak aktif pada suasana asam karena asam.

Tabel 3. Pengamatan Percobaan Pencernaan Karbohidrat 15 Menit Ketiga


Uji Iod
Reaksi (+/-) Perubahan Warna
Tabung 1 - Biru Kehitaman
Tabung 2 - Hitam
Tabung 3 - Coklat Matang
Tabung 4 - Biru Kehitaman
Tabung 5 + Orange Kemerahan
Tabung 6 - Biru Pekat
Tabung 7 + Ungu Kehitaman
Tabung 8 + Merah
Tabung 9 - Biru Kehitaman
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2013

Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa pada tabung 1 saliva yang

ditambahkan amilum masak, kemudian dipanaskan hingga suhu 37oC setelah itu

ditambahkan iodium maka akan mendapatkan hasil positif, yaitu membentuk warna

merah muda. Tetapi karena pada saat berkumur kurang dari satu menit, sehingga saliva

yang tercampur dalam larutan NaCl hanya sedikit dan menghasilkan reaksi yang

negatif. Pencernaan karbohidrat pertama dari mulut dimana makanan bercampur

dengan ptialin, enzim yang dihasilkan kelenjar saliva . Kemudian ke

lambung, usus halus terus mencerna patidan dekstrin menjadi dekstrin

sederhana dan maltosa (Anggorodi, 1979). Pada tabung 2 diisi dengan 5 tetes saliva

yang didihkan, setelah dingin ditambahkan 5 tetes larutan amilum 1%. Kemudian

dimasukkan ke inkubator pada suhu 370C, menghasilkan warna hitam karena saliva

yang didihkan menyebabkan amilase rusak sehingga tidak bisa tercerna. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Martoharsono (2006) yang menyatakan bahwa sebagian besar

molekul menampakkan aktifitas pada kisaran pH dan suhu tertentu. Pada tabung 3 dan

6 menghasilkan uji yang negatif dan tidak membentuk warna ungu maupun merah,

dikarenakan bahwa larutan amilum yang ditambahkan HCl yang bersifat asam dan tidak

ditambahkan dengan saliva maka amilum tidak bisa tercerna, karena amilum bisa

tercerna jika pada keadaan basa. Keadaan asam membuat amilum tidak bisa tercerna.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa ptialin akan

terinaktivasi karena suasana asam, sehingga karbohidrat akan susah dicerna dan proses

hidrolisis akan berlangsung lambat. Tabung 4 diisi 5 tetes larutan amilum masak 1 %

tanpa saliva menghasilkan reaksi yang negatif karena tidak mengandung basa. Hal ini

sesuai dengan pendapat Lehninger (1994) yang menyatakan bahwa amilum akan

tercerna pada pH basa. Tabung 5 diisi dengan 5 tetes pankreas ditambah amilum masak

menghasilkan reaksi positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Lehninger (1994) yang

menyatakan bahwa penguraian amilum akan terjadi dan berlangsung terus

disempurnakan oleh kerja pankreatik amilase. Tabung 7 amilum yang ditambahkan

dengan 5 tetes pankreazim maupun yang ditambahkan NaOH akan menunjukkan hasil

yang positif yaitu dengan membentuk warna agak kemerahan dan sedikit keunguan.

Tabung 8  amilum yang ditambahkan HCl dan kemudian dimasukkan ke dalam

inkubator dengan suhu 37oC akan menunjukkan hasil yang positif karena asam akan

rusak jika dipanaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lehninger (1994) yang

menyatakan bahwa amilum akan tercerna pada pH basa. Pada tabung 9, amilum masak

yang ditambahkan dengan HCl dan tidak dimasukkan kedalam inkubator tidak akan

bereaksi positif karena amilum tersebut tidak bisa tercerna dengan adanya asam. Hal ini

sesuai dengan pendapat Martoharsono (1994) yang menyatakan bahwa enzim ptialin
mampu mencerna pati menjadi dekstrin dan maltose pada suasana basa dan tidak aktif

pada suasana asam karena asam.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan mengenai pencernaan karbohidrat


dan lemak diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Pencernaan Daya Amilolitas Saliva

Waktu Reaksi
Tabung Keterangan
15’ 30’ 45’  
(+/-)
Terjadi
1 Kuning Kuning Kuning   +
pencernaan
Terjadi
2 Kuning Kuning Kuning   +
pencernaan
3 Kuning Kuning Kuning   + Terjadi percernaan
Terjadi
4 Orange Orange Orange   +
pencernaan

Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2012.

            Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil perubahan warna yang sama
dan reaksi yang sama pada 15 menit pertama hingga 15 menit ketiga. Percobaan daya
amilolitis dihasilkan pada tabung pertama sampai tabung keempat terjadi perubahan
warna setelah diteteskan larutan iod yaitu pada tabung 1, 2, dan 3 berwarna  kuning dan
tabung 4 berwarna orange. Hal tersebut menunjukan sampel bereaksi positif, hal ini
terjadi karena adanya amilum pada kelenjar saliva karena didalam saliva terdapat enzim
ptialin yang berfungsi untuk menghidrolisis atau mencerna pati menjadi dekstrin dan
maltosa. Hal ini sesuai dengan pendapatTillman, et al. (1991) yang menyatakan bahwa
dekstrin merupakan hasil intermediate dari hidrolisa pati dan glikogen menjadi maltosa,
dekstrin adalah produk atau hasil transisi yang beberapa diantaranya berwarna merah
dengan tritrasi iodium berbeda dengan pati yang memberi warna biru. Pendapat ini
diperjelas oleh Sumardjo (2009)bahwa di dalam usus proses pencernaan pati akan
dilanjutkan oleh getah pankreas dan getah usus yang mengandung enzim-enzim amilase
yang dapat menghidrolisis pati atau dekstrin atau maltosa menjadi glukosa.

Percobaan Saliva, metode praktikum Pencernaan yang dilakukan adalah menyiapkan 4 tabung
reaksi yang sudah steril yang sudah diberi label nomor dan mengisi masing-masing tabung.
Dengan ketentuan Tabung 1 diisi dengan 5 ml saliva ditambah 5 ml larutan amilum 1% masak.
Tabung 2 diisi 5 ml saliva yang dididihkan, setelah dingin ditambah 5 ml larutan amilum 1%
masak. Tabung 3 diisi 5 ml saliva dengan 5 tetes HCl 0,1 N ditambah 5 ml larutan amilum 1%
masak. Tabung 4 diisi 5 ml larutan amilum masak 1% tanpa ditambah saliva. Setelah semua
tabung reaksi sudah siap, kemudian memasukkan keempat tabung tersebut ke dalam
inkubator yang bersuhu 37oC. Setiap 15 menit diambil 2 tetes dan masing-masing tabung reaksi
dan melakukan uji iod dengan menggunakan larutan lugol 2 tetes hingga 15 menit ketiga.

Daya amilolitik saliva. Mula-mula seorang praktikan berkumur dengan air bersih, kemudian
berkumur dengan 20ml larutan NaCl 0,2%. Hasil kumuran ditampung dalam sejumlah labu,
digojog kemudian disaring sehingga diperoleh saliva encer. Setelah itu, larutan saliva encer
dimasukkan dalam tiga tabung reaksi kimia masing-masing 5ml. pada tabung 1, saliva tersebut
dididihkan dan didinginkan. Pada tabung 2, ditambahkan 5ml larutan HCl encer. Kemudian
ketiga tabung tersebut masing-masing ditambahkan 5ml larutan amilum 1% dan ditempatkan
pada penangas air 37°C selama 10 menit. Setelah 10 menit, ketiga tabung tersebut diuji lod.
Jika pada tabung 3 tidak lagi menunjukkan reaksi positif setelah diuji lod, perlakuan dihentikan
dan dilakukan uji Benedict pada tabung 3. bila hasil uji positif, ketiga tabung tersebut diuji
dengan osazon.

Percobaan daya amilolitis saliva, metode yang digunakan dalam percobaan daya amilolitis
saliva yaitumengambil empat tabung reaksi dan memberi nomor pada masing-masing
tabung.Mengisi tabung pertama dengan 5 ml saliva dan menambahkan larutan amilum 1 %
yang telah dimasak.Kemudian mengisi tabung kedua dengan 5mlsaliva yang telah didihkah,
lalu mendinginkannya dengan air dan menambahkan 5 ml larutan amilum 1 % masak. 
Selanjutnya mengisi tabung ketiga dengan 5 ml saliva, mengasamkannya dengan 5 tetes
larutan HCl 0,1 N kemudian menambahkan dengan 5 ml larutan amilum 1 % masak. Dan yang
terakhir mengisi tabung keempat dengan 5 ml larutan amilum1 % masak (tanpa menambah
saliva).  Setelah semua siap kemudian memasukkan keempat tabung reaksi tersebut ke dalam
inkubator yang bersuhu 370 C, dan mengamatinya setiap 15 menit sampai 15 menit ketiga,
mengambil 1 tetes dan memasukannya ke tabung reaksi lalu melakukan uji Iod.

Anda mungkin juga menyukai