Anda di halaman 1dari 21

Fisiologi

Sistem
Pencernaan
Siti Ashilah Athaya
Amelia Ratna Kumalawati
Tasya Rafifa Aulia Putri
01 02 03 04
Tujuan Alat dan bahan Hasil dan Kesimpulan
pembahasan
Tujuan :
01
1. Membuktikan adanya musin dalam air liur
2. Mengetahui peran ion CNS dalam sistem pencernaan
3. Membuktikan ada atau tidaknya enzim amylase pada air liur berdasarkan hidrolisis amilum
4. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase
5. Mengetahu kandungan enzim lipase di setiap organ pencernaan
6. Mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan
Alat dan
Bahan
Alat dan Bahan

Alat Bahan
● Tabung reaksi ● Air liur
● Mortar ● Jeroan ayam segar
● Penjepit ● Minyak kelapa
● Lampu Bunsen ● Es
● Papan bedah ● Air panas
Hasil dan
pembahasan
1. Percobaan terhadap
Musin Percobaan dilakukan untuk mengetahui
kandungan musin pada saliva. Musin adalah
kompleks dari karbohidrat atau protein yang disebut
dengan glikoprotein,

Reagen biuret adalah larutan berwarna biru terang


yang akan berubah menjadi biru dongker sampai
keunguan ketika berikatan dengan bahan yang
mengandung protein.
Pada percobaan yang dilakukan, warna saliva
yang putih keruh ketika ditambahkan larutan biuret
Gambar 1. Hasil uji berubah menjadi berwarna ungu sehingga hasilnya
filtrat saliva dengan positif, bahwa saliva mengandung musin atau
glikoprotein karena menghasilkan warna ungu.
biuret
2. Percobaan terhadap Ion
CNS
Pada praktikum uji CNS dihasilkan hasil akhir warna saliva
yang telah dicampur dengan HCl dan FeCl3 adalah orange

Warna ini membuktikan adanya kandungan CNS pada saliva.


Saliva mengandung unsur-unsur organik dan anorganik.
Ion CNS (ion tiosianat) termasuk unsur anorganik yang
terdapat dalam saliva.
Ion CNS- memiliki peranan dalam proses pemberantasan bakteri
dalam mulut.

Gambar 2. Hasil uji ion CNS


(kiri = kontrol, kanan = perlakuan)
Pada percobaan dalam tabung reaksi yang ditambahkan tetesan filtrat saliva, warna
campuran larutan FeCl3 dan HCl berubah warna menjadi warna orange tua. Hal ini
menandakan bahwa pada larutan yang ditetesi filtrat saliva, ion Fe 3+ (terurai dari senyawa
FeCl3) telah bereaksi dengan ion CNS- yang terkandung dalam filtrat saliva yang
diteteskan setelahnya. Berbeda dengan perlakuan kontrol, tetap berwarna kuning karena
tidak terjadi reaksi pencampuran ion antara FeCl3 dan HCl.
3. Percobaan Hidrolisis Amilum oleh Enzim
Amilase
Uji glukosa (Fehling A+Fehling B) Uji amilum (Lugol)

Terdapat endapan, Biru kehitaman


Tabung 1 (1 menit) Tabung A (1 menit)
Merah bata + +++

Terdapat endapan, Biru kehitaman


Tabung 2 (5 menit) Tabung B (5 menit)
Merah bata ++ ++

Terdapat endapan, Kuning


Tabung 3 (10 menit) Tabung C (10 menit)
Merah bata +++ kehitaman +
Uji Glukosa

Tabung 1, 1 menit Tabung 2, 5 menit Tabung 3, 10 menit


Uji Glukosa
• Pada percobaan ini menggunakan fehling A dan B (benedict) yang
sebagai indikator adanya gula pereduksi pada amilum.
• Jika terbentuk endapan dan perubahan warna merah kekuningan,
merah hingga merah tua tandanya terdapat gula pereduksi.
• Endapan menunjukan adanya gula yang mempunyai gugus aldehid
atau keton bebas yang mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu2O berwarna
merah. Semakin banyak endapannya maka semakin banyak pula
amilum yang terhidrolisis oleh enzim amilase.
Uji Amilum
• Percobaan ini menggunakan larutan
lugol untuk mengidentifikasikan adanya
amilum dalam larutan karena lugol
(iodium) jika bereaksi dengan amilum
akan membentuk suatu kompleks
berwarna biru keunguan.
• Semakin lama waktu yang digunakan,
maka akan semakin pudar warna pada
larutan karena semakin banyak amilum
yang bereaksi dengan enzim amilase.
4. Pengaruh Temperatur terhadap Kerja
Enzim Amilase
• Menggunakan air liur dalam
berbagai suhu yang ditetesi
larutan KI2 (lugol) yang digunakan
sebagai indikator kandungan
Hasil uji lugol KI2 amilum serta Fehling A dan B
(Benedict) sebagai indikator
adanya gula pereduksi sebagai
bukti adanya kerja enzim amilase.
• Diketahui enzim amilase bekerja
optimal pada suhu tubuh normal
yaitu 37C.
Hasil uji Fehling A dan Fehling B
No. Uji menggunakan Uji menggunakan
Tabung Keterangan Isi Tabung Reaksi Fehling A dan
KI2
Reaksi Fehling B

Tabung reaksi berisi (Air ludah


I merah tua + endapan
+ Amilum) pada gelas kimia air Biru (+++)
  lebih banyak
dingin

Tabung reaksi berisi (Air ludah


II Merah kekuningan +
+ Amilum) pada gelas kimia air Biru (++)
  endapan kuning tua
ledeng

Tabung reaksi berisi (Air ludah


III
+ Amilum) pada gelas kimia air Biru (+) Merah + endapan
 
panas
5. Percobaan Enzim Lipase

Di dalam percobaan uji enzim lipase digunakan :


• Pankreas, duodenum, lambung, empedu ayam dan air liur serta,
• NaOH sebagai pentitrasi, minyak kelapa sebagai trigliserida, dan fenol merah
sebagai indikator perubahan pH.

Suasana asam akan menimbulkan perubahan warna menjadi kuning sedangkan


semakin basa akan menunjukkan warna merah. Hasil positif apabila terbentuk
emulsi dan perubahan warna menjadi merah sampai merah tua.
Berdasarkan literatur yang kami dapat,
• semua sampel berubah warna menjadi merah, yang
menandakan pada pankreas, lambung, duodenum,
dan saliva mengandung enzim lipase.
• Empedu tidak menghasilkan enzim lipase, tetapi
menghasilkan garam empedu yang terbentuk dari
asam empedu yang berikatan dengan kolesterol dan
asam amino.
• Pada saliva yang berwarna merah terlihat lebih muda
dari pada sampel lainnya, hal itu dikarenakan pada
saliva yang terdapat pada mulut pH nya tidak terlalu
basa, sehingga warna merahnya lebih muda.
Uji enzim lipase pada (kiri ke kanan) hati, duodenum,
lambung, pankreas, saliva dan empedu
6. Pengaruh Empedu terhadap Lemak

• Pada percobaan ini cairan empedu dari ayam dimasukkan


kedalam botol kecil, ditambahkan air aquades lalu diperoleh
warna empedu yang berwarna hijau tua berubah menjadi
warna agak muda dari sebelumnya.
• Lalu ditambahkan dengan minyak kelapa sebanyak 2 ml
kemudian dikocok selama 10 menit menghasilkan warna
hijau tua.
• Terdapat warna hijau tua (empedu), hijau muda (minyak),
dan bening (aquades) tidak terlalu jelas, hal ini dikarenakan Hasil uji empedu terhadap lemak
(Kiri = empedu + minyak kelapa + aquades, kanan
telah terbentuk larutan yang homogen. = minyak kelapa + aquades)

• Empedu dapat melarutkan lemak dengan cara membuat


stabil emulsi lemak yang berasal dari minyak kelapa
sehingga tidak terpisah dengan larutan lainnya.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Pada organ duodenum dan pankreas, terdapat enzim lipase. Di duodenum terdapat
enzim lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan di
pankreas yang menunjukkan hasil positif karena terdapat enzim lipase pankreas. pH juga
mempengaruhi kinerja lipase. Optimum pH untuk enzim lipase yaitu 7-8 (basa).
• Lemak yang dihidrolisis dalam tubuh dengan bantuan garam empedu yang berasal dari
sekret empedu. Pada hidrolisis lemak dibuktikan bahwa empedu menghasilkan garam –
garam empedu yang bereaksi dengan lemak sehingga terjadi proses emulsifikasi ditandai
dengan munculnya emulsi.
• Pada uji glukosa, saliva diberikan larutan Fehling A dan Fehling B dan berubah warna
menjadi merah bata karena gula (glukosa) yang terdapat pada amilum mereduksi ion
Cu2+ pada CuSO₄ menjadi Cu2O yang berwarna merah. Sedangkan untuk uji amilum,
saliva diberikan lugol dan mengalami perubahan warna menjadi biru keunguan sebagai
tanda adanya amilum. Adanya glukosa dan amilum menandakan pada saliva terdapat
enzim amylase yang bekerja dengan baik.
KESIMPULAN
• Suhu berperan penting dalam kerja enzim amylase. Berdasarkan literature, enzim amylase
diketahui bekerja secara optimum pada suhu tubuh normal yaitu 37C, sehingga aktivitas enzim
paling tinggi (dengan tingkat kemerahan pada pengujian kadar glukosa dengan Fehling A dan B
serta tingkat tua atau mudanya warna biru pada pengujian amilum dengan lugol) seharusnya
berada pada saliva yang ditaruh di air ledeng karena suhunya (27C) paling mendekati suhu tubuh
normal.

• Enzim lipase yang terdapat pada seluruh organ pencernan, memiliki perbedaan. Pada organ
duodenum dan pankreas, terdapat enzim lipase. Di duodenum terdapat enzim lipase yang
mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan di pankreas yang menunjukkan
hasil positif karena terdapat enzim lipase pankreas. pH juga mempengaruhi kinerja lipase.
Optimum pH untuk enzim lipase yaitu 7-8 (basa).

• Lemak yang dihidrolisis dalam tubuh dengan bantuan garam empedu yang berasal dari sekret
empedu. Pada hidrolisis lemak dibuktikan bahwa empedu menghasilkan garam-garam empedu
yang bereaksi dengan lemak sehingga terjadi proses emulsifikasi ditandai dengan munculnya
emulsi.

Anda mungkin juga menyukai