Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

UJI SENYAWA KARBOHIDRAT

Ayu Khoirunnisa (611610003)

Elvin Febriyanti (611610007)

Eunike Cynthia YTT (611610009)

Dewi Puspasari (611610023)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
2017
BAB I

UJI SENYAWA KARBOHIDRAT

Tujuan Praktikum :

Mahasiswa mengetahui prinsip uji senyawa karbohidrat dari beberapa spesies tumbuhan.

Dasar Teori

Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida, polihidroksiketon, atau


senyawa yang menghasilkan senyawa yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian, kimia
karbohidrat adalah gabungan dari 2 gugus fungsi yaitu gugus hidroksil dan gugus karbonil
(Hart, 1983). Karbohidrat merupakan polimer alami yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan
dan sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Karbohidrat juga merupakan sumber energi
yang terdiri atas unsur-unsur C, O, dan H dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Perubahan
energi matahari menjadi energi kimiawi dari biomolekul menjadikan karbohidrat sumber
utama energi metabolik organisme hidup.

Berdasarkan reaksi hidrolisis, karbohidrat terbagi dalam 4 kelompok yaitu


monosakarida gula paling sederhana contohnya glukosa, fruktosa, galaktosa. Disakarida
adalah monosakarida membentuk disakarida dengan melepas satu molekul air dari dua gugus
hidroksi membentuk ikatan glikosida. Contoh: sukrosa, laktosa dan maltose. Oligosakarida
terdiri dari dua atau lebih monosakarida yang pengaruh asamnya dapat mengalami hidrolisis
menjadi bentuk-bentuk monosakarida penyusunnya, yang termasuk oligosakarida adalah
sukrosa, maltosa, dan laktosa. Polisakarida (gabungan dari banyak molekul monosakarida
dengan ikatan glukosakarida) terbentuk melalui reaksi polimerisasi kondensasi dengan
membentuk ikatan glikosida. Contoh: amilum, selulosa dan glikogen.
Karbohidrat dapat bersifat seperti alkohol, aldehid dan keton. Karbohidrat larut dalam
pelarut polar (air), dan kurang larut dalam pelarut non-polar. Monosakarida dan disakarida
larut dalam air. Polisakarida kurang larut dalam air. Jika dipanaskan menjadi caramel yang
beraroma khas. Apabila diuji dengan uji Molisch maka akan menghasilkan cincin warna
ungu, pada uji Barfoed’s akan menghasilkan adanya endapan orange kemerahan yang pekat,
uji iodine akan terbentuk warna biru menunjukkan adanya pati dan warna merah
menunjukkan adanya glikogen. Pada uji Fehling endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning maupun merah bata, hal ini bergantung pada konsentrasi karbohidrat yang
terdapat dalam sampel.

Karbohidrat mempunyai fungsi biologi yang penting. Pati dan glikogen berperan
sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut berperan sebagai
unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman. Karbohidrat lain
berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa perekat di antara sel dan pemberi
spesifitas biologi pada permukaan sel (Lehninger, 1982). Peranan karbohidrat di dalam tubuh
terbagi oleh beberapa tempat diantaranya sebagian ada di dalam siklus darah sebagai glukosa
untuk keperluan energi, dan sebagian lagi berada di dalam hati dan jaringan otot yang
berfungsi sebagai glikogen. Ketika tubuh dalam kondisi kekurangan karbohidrat, maka tubuh
akan mengambil protein sebagai salah satu cadangan sumber energi. Karbohidrat memiliki
peranan untuk mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna dalam tubuh.
Namun apabila tubuh mengalami kekurangan karbohidrat maka dapat menyebabkan mudah
lupa. Sama halnya seperti tubuh, otak juga membutuhkan karbohidrat, yang dipecah menjadi
glukosa untuk energi. Ketika tak mendapatkan glukosa yang dibutuhkan, sulit bagi otak untuk
bekerja dengan maksimal. Mudah marah juga merupakan salah satu akibatnya, bisa saja
terjadi karena karbohidrat sangat penting bagi tubuh untuk memproduksi serotonin, hormon
di otak yang bertanggung jawab meningkatkan semangat.
I. Alat dan Bahan
Alat Bahan (reagen kimia)

1. Tabung 1. Molisch’s test


reaksi 2. Barfoed’s test
2. Pipet 3. Iodine/KI test
3. Plat tetes 4. Seliwanoff’s test
4. Waterbath 5. Fehling’s test
6. Benedict’s test
7. Bial’s test
8. HCl pekat (sebagai
penghidrolisis gula)

Bahan (simplisia atau


senyawa lainnya)

1. Saccharum officinarum
2. Pati (corn starch)
3. Zingiber officinale

II. Metodologi
1. Molisch’s test
a) 2 mL sampel + 2 tetes reagen Molisch (larutan 10% -naftol dalam etanol
95%)
b) (+) perlahan atau dengan cara mengalirkan 2 ml H2SO4 pekat
c) amati reaksi yang terjadi, bandingkan dengan hasil pada gambar 1
Gambar 1. Reaski positif dari Molisch’s test  2 lapisan pada gambar kanan

2. Barfoed’s test
a) 1-2 mL sampel + 1-2 mL reagen barfoed (larutan tembaga asetat dan asam
asetat)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama 3 menit – 5 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 2

Gambar 2. Reaski positif dari Barfoed’s test endapan pada gambar kanan

3. Iodine/KI test
a) 2 mL sampel + 2 tetes Iodine/KI
b) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 3

Gambar 3. Reaski positif Iodine/KI test warna biru-hitam pada gambar kanan
4. Seliwanoff’s test
a) 1 mL sampel + 3 mL reagen seliwanoff (0,5 g resorsinol dalam 10% HCl)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama 2 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 4

Gambar 4. Reaski positif Seliwanoff’s test warna merah pada gambar kanan

5. Fehling’s test
a) 1 mL fehling A (larutan CuSO4) + 1 mL fehling B (larutan K-tartrat)
b) +kan 2 mL sampel, campur dan didihkan
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 5

6. Benedict’s test
a) 1 mL sampel + 2 mL reagen benedict (larutan Na sitrat + Na karbonat
dicampur dengan larutan CuSO4)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama 3 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 6

Gambar 6. Reaski positif Benedict’s test endapan kemerahan pada gambar


kanan
7. Bial’s test
a) 2 mL sampel + 2 mL reagen bial (larutan resorsinol, HCl dan FeCL3)
b) panaskan menggunakan api bunsen atau waterbath, jika warna tidak terlihat
nyata dapat ditambahkan air
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan gambar 7

Gambar 7. Reaski positif Bial’s test warna hijau-biru pada gambar paling
kanan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Hasil Pengamatan

No Uji senyawa Sampel dan reaksi yang terjadi

1 Molisch’s test Saat sampel ditambah 2 ml reagen Molisch(larutan 10%


-naftol dalam etanol 95%) sampel menjadi memiliki
cicin ungu yang berarti menunjukan hasil reaksi yang
positif
2 Barfoed’s test Saat sampel ditambah 1-2 mL reagen barfoed (larutan
tembaga asetat dan asam asetat) sampel
menunjukkan perubahan warna yang seharusnya biru
dengan endapan orange kemerahan, namun tetap
berwarna biru bening tanpa adanya endapan.
3 Iodine/KI test Saat sampel ditambah 2 tetes Iodine/KI sampel
menunjukan adanya perubahan warna menjadi biru
kehitaman yang menunjukan hasil reaksi yang positif

4 Seliwanoff’s test -

5 Fehling’s test Saat sampel di tambah 1 mL fehling A (larutan


CuSO4) + 1 mL fehling B (larutan K-tartrat) sampel
berubah menjadi warna merah oleh larutan fehling.
Perubahan warna itu menunjukan hasil reaksi yang
positif
6 Benedict’s test Saat sampel ditambah 2 mL reagen benedict (larutan
Na sitrat + Na karbonat dicampur dengan larutan
CuSO4) larutan yang awalnya biru muda setelah
dipanaskan selama 5 menit menjadi warna hijau.
Perubahan warna itu menunjukan hasil reaksi yang
positif
2.2 Pembahasan

2.2.1 Uji Molisch

Uji molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi
oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan
kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa
yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida.. Uji ini terdiri atas larutan alfa
naftol dalam etanol 95%. Jika pereaksi ditambahkan ke dalam larutan glukosa, kemudian
ditambah H2SO4 pekat maka akan terbentuk dua lapisan zat cair. H2SO4 pekat (dapat
digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk
menghasilkan furfural. Dalam larutan asam encer, walaupun dipanaskan, monosakarida
umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida
menghasilkan fulfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan fulfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Apabila pemberian asam sulfat
pada larutan sampel yang telah diberi melalui dinding gelas dan secara hati-hati maka
warna ungu yang terbentuk berupa cincin furfural pada batas antara larutan sampel
dengan asam sulfat.

Pada larutan akan terbentuk cincin warna ungu akibat terjadi reaksi kondensasi antara
alfa naftol dan furfural (furfural terbentuk akibat dehidrasi glukosa oleh H2SO4). Apabila
suatu larutan uji menunjukkan adanya cincin berwarna ungu, maka larutan uji tersebut
positif mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif,
sedangkan warna hijau adalah negatif. Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami
lakukan bahwa sampel yang kami uji menghasilkan reaksi yang positif, yaitu terdapat dua
lapisan pada larutan dan terbentuknya cincin warna ungu. Uji Molisch sampel glukosa
menunjukkan hasil positif, ditandai dengan terbentuknya kompleks warna ungu tua. Hal
ini terjadi karena glukosa merupakan golongan monosakarida. Glukosa merupakan salah
satu jenis monosakarida dan merupakan gula paling sederhana sehingga akan mudah
bereaksi dengan asam sulfat . Sampel sukrosa juga menunjukkan hasil yang positif karena
sukrosa juga merupakan jenis karbohidrat, walaupun sukrosa memiliki gugus gula yang
lebih dari satu namun sampel tetap bisa bereaksi dengan asam sulfat. Sampel ketiga
adalah pati/amilum juga menunjukkan hasil yang positif, hal ini karena pati hampir sama
dengan sukrosa dengan menunjukkan perubahan warna kompleks.
Reaksi yang terjadi adalah :

Sebelum Sesudah (Sampel 1)


Sesudah (sampel 2) Sesudah (sampel 3)

2.2.2 Uji Barfoed’s

Uji barfoed ini merupakan pengujian untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida, karena asam lemah dapat direduksi oleh monosakarida. Prinsip uji ini adalah
sampel monosakarida dicampur dengan reagen barfoed kupri asetat dan asam asetat dalam
keadaan basa. Sampel sukrosa menunjukkan hasil yang positif dengan adanya endapan
orange kemerahan pekat. Sukrosa sebenarnya terdiri dari glukosa dan fruktosa yang masing-
masing memiliki gugus gula pereduksi dan akan bereaksi positif dengan reagen barfoed.

Pada hasil uji yang kami lakukan, baik sampel sukrosa, amilum, dan maltosa pada uji
menunjukkan hasil yang sama, ketiganya tidak menunjukkan perubahan warna yang
seharusnya biru dengan endapan orange kemerahan, namun tetap berwarna biru bening tanpa
adanya endapan. Hal ini dimungkinkan selama proses praktikum, karena terjadinya
pemanasan yang terlalu lama maupun suhu waterbath yang panasnya belum stabil, sehingga
disakarida terhidrolisis menjadi rantai yang lebih sederhana sehingga kehilangan kemampuan
mereduksinya yang mengakibatkan tidak dapat mereduksi reagen barfoed sehingga warna
larutan baik sebelum dan sesudah pemanasan tetap sama.
Sampel sebelum Sesudah

2.2.3 Uji Iodine

Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati (suatu polisakarida). Kondensasi
iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas.
Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya (Fessenden,
1986). Pati merupakan polisakarida yang mengandung dua komponen utama, yaitu amilosa
dan amilopektin. Amilosa adalah polimer rantai lurus dari glukosa dengan ikatan α-1,4
glikosidik. Bila ditambahkan dengan sejumlah iodine, amilosa akan membentuk kompleks
amilosa-iodine berwarna biru kehitaman, dengan cara iodin masuk ke dalam rongga –rongga
molekul amilosa. Larutan amilosa memiliki viskositas yang tinggi dan relatif tidak stabil
dibandingkan amilopektin (Jati 2006). Larutan amilum setelah ditetesi iodium (sebelum
dipanaskan) larutan berwarna putih bening. Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks
berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa
yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru
sampai tidak berwarna. Jika amilosa direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru.
Uji hidrolisis pati oleh asam setelah sampel ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru
kehitaman.

Pada hasil pengujian yang dilakukan, larutan pati menunjukan hasil yang positif,
terhadap uji iodin, dengan ditandai adanya perubahan warna menjadi biru kehitaman. Hal ini
menunjukan bahwa tepung pati memiliki kandungan amilosa yang dapat menjerat iodin,
sehingga terbentuk kompleks biru kehitaman. Berdasarkan hasil yang kami peroleh bahwa
hasil uji iodine menghasilkan hasil yang positif karena pada sampel uji iodine yang kami
lakukan terlihat berwarna biru kehitaman.
Sampel sebelum Sesudah

2.2.4 Uji Fehling

Salah satu identifikasi dari gula pereduksi yaitu dengan uji fehling. Gula pereduksi
yaitu monosakarida dan disakarida (kecuali sukrosa) dapat ditunjukkan dengan pereaksi
Fehling . Endapan Uji fehlings bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula
pereduksi. Karena prinsip kerjanya adalah grafimetri sehingga dengan mudah dapat
ditentukan cuplikan yang mengandung karbohidrat. Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi
Fehling menghasilkan endapan merah bata (Cu2O).
Larutan fehling memiliki ion Cu++ yang dapat mengoksidasi karbohidrat yang
memiliki ikatan aldehid bebas atau -hidroksi keton sehingga akan mengakibatkan reduksi
pada zat karbohidrat. Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B.
Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B adalah larutan garam
KNatrat dan NaOH dalam air. Dalam pereaksi ini ion Cu²+ direduksi menjadi ion Cu+ yang
dalam suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B berfungsi mencegah Cu²+
mengendap dalam suasana alkalis.

2 Cu+ + 2OH- Cu2O + H2O


Tidak semua karbohidrat yang bereaksi harus terhidrolisasi terlebih dahulu, namun
karbohidrat ynag bereaksi dengan menghasilkan warna merah setelah ditetesi fehling
merupakan gula pereduksi. Hasil uji yang kami dapatkan, sampel maltosa memberikan hasil
positif berwarna merah oleh larutan fehling, karena maltosa tidak terdapat bebas di alam dan
juga terdiri atas dua unit glukosa dengan bentuk yang seimbang seperti -maltosa, -maltosa,
dan aldehydo maltosa. Ketiga bentuk ini akan membentuk konfigurasi hemiasetal yang akan
selalu memiliki ikatan -1,4 glkosida sehingga hal ini mendasari bahwa maltosa merupakan
gula pereduksi.

2.2.5 Uji Benedict

Uji benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi,
sehingga semua jenis monosakarida akan menunjukkan hasil positif dengan uji benedict.
Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula
pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat
bereaksi dengan reagen benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton
bebas. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning,
orange, atau merah bata dan muncul endapan hijau, kuning, orange atau merah bata.

Gula yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi Cu2+
dalam suasana basa menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Uji
benedict adalah larutan tembaga (II) sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa
dapat mereduksi ion Cu2+ dari tembaga (II) sulfat menjadi ion Cu+, selanjutnya diendapkan
sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata
bergantung pada konsentrasi karbohidrat. Pereaksi benedict banyak digunakan untuk uji
glukosa dalam urine dibandingkan pereaksi Fehling. Jika dalam urine terdapat asam urat atau
keratin, senyawa ini dapat mereduksi Fehling tetapi dengan pereaksi Benedict tidak terjadi
reduksi.

Pada praktikum kali ini, sampel yang digunakan adalah amilum, maltosa, dan sukrosa,
dimana sampel maltosa dan sukrosa, keduanya memiliki sifat bereaksi positif pada uji
fehling. Hasil praktikum yang kami dapatkan bahwa ketiga sampel menghasilkan hasil yang
positif, dimana larutan yang awalnya biru muda setelah dipanaskan selama 5 menit menjadi
warna hijau yaitu amilum menghasilkan warna hijau muda, maltosa menghasilkan warna
toska, sukrosa menghasilkan warna hijau.

Sampel sebelum Sesudah


BAB III

KESIMPULAN

Karbohidrat juga merupakan sumber energi yang terdiri atas unsur-unsur C, O, dan H
dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Berdasarkan reaksi hidrolisis, karbohidrat terbagi dalam 4
kelompok yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Karbohidrat larut
dalam pelarut polar (air), dan kurang larut dalam pelarut non-polar. Uji karbohidrat dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan uji molisch (terbentuk lapisan cincin warna
ungu), uji barfoed (terbentuk endapan warna orange kemerahan), uji iodine (terbentuk larutan
berwarna biru kehitaman), uji fehling (terbentuk endapan berwarna merah bata), dan uji
benedict (terjadi perubahan warna menjadi kuning, hijau, merah bata atau orange).

Pada uji molisch dapat terbentuk lapisan cincin warna ungu diakibatkan karena terjadi
reaksi kondensasi antara alfa naftol dan furfural. Uji barfoed memiliki prinsip uji bahwa
sampel monosakarida dicampur dengan reagen barfoed kupri asetat dan asam asetat dalam
keadaan basa. Pada uji iodine bila sampel ditambahkan dengan sejumlah iodine, amilosa akan
membentuk kompleks amilosa-iodine berwarna biru kehitaman, dengan cara iodin masuk ke
dalam rongga - rongga molekul amilosa. Uji fehling memiliki prinsip uji grafimetri sehingga
dengan mudah dapat ditentukan cuplikan yang mengandung karbohidrat. Gula pereduksi
bereaksi dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata. Pada uji benedict
tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula
pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata.
DAFTAR PUSTAKA

 Awaludin, Akhmad. 2015. Laporan Resmi Praktikum Biokimia Acara I Karbohidrat,


Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
 Hamidah, Anis. 2014. Laporan Praktikum Biokimia Pangan Karbohidrat 1 Uji
Barfoed, Jurusan Teknologi dan Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan.
Bandung.
 Indah, Rieska. 2010. KARBOHIDRAT, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
Bogor.
 Kimia, Jejaring. 2014. Penggolongan dan Identifikasi Karbohidrat.
 Kuchel P, Ralston GB. 2002. Scaum’s Easy Outlines Biokimia. Jakarta (ID):
Erlangga.
 Madyaningtari, Ambar. 2015. Laboratorium Farmasi Terpadu Unit B Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam. Bandung.
 Mega, Sinta. 2016. KARBOHIDRAT (Uji Selliwanof, Uji Osazon dan Uji Iodine).
 Nur, Dina. 2015. Laporan Praktikum Analisa Kualitatif Terhadap Karbohidrat,
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung.
 Nuringtyas, Almira. Laporan Uji Kualitatif Karbohidrat.

 Puspita, Fika. Lapporan Uji Kualitatif Karbohidrat (Kimdas 2), Jurusan Teknologi
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
 Sunarya, Yayan ; Setiabudi, Agus. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia : PT. Setia
Purna Inves.
 Togatorop, Ervan. 2014. Uji Kualitatif Karbohidrat Metode Iodine. Laboratorium
Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Hassanudin. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai