Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

MODUL III : UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT


KP B

23 Mei 2022

Nama Praktikan :
1. Sean William Tristan 170120038
2. Leo Aditya Pradana 170120042
3. Muhammad Aditya Eka Pratama 170120058

Asisten Dosen :
1. Dhammiko Wonggo, S.Si 174121006
2. Yudith Christina Agustin 170118043

Dosen :
1. Dr. Dra. Tjandra Pantjajani, M. S.
2. Johan Sukweenadhi, Ph.D.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
SURABAYA
2022
I. JUDUL PRAKTIKUM
“Uji Kualitatif Karbohidrat”

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Menentukan adanya karbohidrat melalui uji kualitatif
2. Menentukan jenis karbohidrat dalam suatu bahan

III. DASAR TEORI


Menurut (Yazid & Nursanti, 2015), karbohidrat merupakan senyawa karbon
yang banyak dijumpai sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan.
Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang
mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus
empiris total (CH2O)n. Karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Oktasari, 2019). Ketiga jenis
karbohidrat ini dapat diidentifikasi keberadaannya melalui beberapa pengujian
antara sampel karbohidrat dengan senyawa atau reagen yang ditambahkan ke
dalamnya. Pengujiannya antara lain adalah uji Fehling, Benedict, Barfoed, Moor,
Seliwanoff, Rapid Furfural, Bial, Molisch, dan Iod.
Uji Fehling adalah pengujian yang digunakan untuk mendeteksi adanya gula
pereduksi pada sampel. Pada pengujian Fehling, reagen yang digunakan adalah
Fehling A (tembaga (II) sulfat) dan Fehling B (KOH dan natrium kalium tartrat).
Pengujian Fehling dilakukan dengan prinsip keberadaan gugus aldehid atau keton
bebas pada sampel (Fitri dan Fitriana, 2020).
Uji Benedict adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui kandungan
karbohidrat pada suatu larutan. Metode uji Benedict memanfaatkan reaksi kimia
antara gula pereduksi dengan ion tembaga yang menghasilkan endapan berwarna
merah bata pekat. Reagen benedict berisi larutan alkali, dimana larutan tersebut
berasal dari tembaga yang direduksi oleh gula yang mengandung gugus aldehid atau
keton bebas dengan membentuk tembaga (I) oksida yang berwarna merah bata pekat
yang berwujud endapan (Nurjanah et al, 2017).
Uji Barfoed adalah pengujian yang digunakan untuk membedakan disakarida
pereduksi dengan monosakarida pereduksi. Reagen yang digunakan pada uji
Barfoed mengandung kupri asetat yang dilarutkan ke dalam akuades dan
ditambahkan dengan asam laktat. Pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata (Bintang, 2012).
Uji Moor adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui adanya gugus
alkali dengan reaksi pendamaran. Uji Moor menggunakan NaOH yang berfungsi
sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan
membentuk aldol aldehid yang berwarna kekuningan (Edahwati, 2016).
Uji Seliwanoff adalah uji yang berprinsip pada dehidrasi fruktosa oleh HCl
pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan
mengalami kondensasi membentuk kompleks berwarna merah oranye. Uji ini
didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi
daripada aldosa. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan
uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri
dari fruktosa dan glukosa (Kusbandari, 2015).
Uji Rapid Furfural adalah uji yang digunakan untuk membedakan aldosa dan
ketosa. Uji ini serupa dengan uji Molisch namun dengan menggunakan asam
hidroklorat pekat sebagai ganti asam sulfat pekat dan larutannya dipanaskan. Larutan
akan menunjukkan warna ungu dalam 30 detik bila terdapat fruktosa didalam
larutan, sedangkan jika larutan tidak berubah warna dalam 30 detik maka glukosa
yang terdapat pada larutan (Dandekar dan Rane, 2014).
Uji Bial adalah uji yang digunakan untuk membedakan pentose dari heksosa
dalam larutan sampel. Reagen bial terdiri atas orcinol, hydrochloric acid, dan ferric
chloride. Perbedaan pentose dan heksosa dapat dilihat dari perubahan warna yang
ditunjukkan orcinol dan besi (III) klorida. Pentose akan mengalami dehidrasi
menjadi furfural yang bereaksi dengan orcinol dan menghasilkan zat berwarna.
Furfural dari pentose memberikan warna biru atau hijau, sedangkan
hydroxymethylfurfural heksosa dapat memberikan larutan berlumpur coklat atau
abu-abu, warna ini mudah dibedakan dari warna hijau pentosa (Baldwin dan Bell,
2015).
Uji Molisch adalah yang digunakan untuk menandakan keberadaan
karbohidrat secara umum. Dalam uji ini, karbohidrat didehidrasi menjadi derivat
furfural dengan adanya asam kuat(mis. Asam sulfat). Furfural bereaksi dengan
ɑnaphtol yang menghasilkan warna merah atau ungu. Oleh karena itu, uji positif
untuk karbohidrat dilambangkan dengan munculnya warna merah atau ungu pada
larutan (Misra dan Seshadri, 2018).
Uji Iod adalah uji yang didasari pada penambahan iodium pada suatu
polisakarida yang menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik.
Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstran menghasilkan
warna merah anggur, glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan
iodium membentuk warna merah coklat (Sumardjo, 2019).

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat – alat yang digunakan :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Beaker glass 50 mL dan 100 mL
4. Waterbath
5. Erlenmeyer
6. Gelas ukur 10 mL dan 50 mL
7. Corong
8. Pisau
9. Botol putih 100 mL
10. Batang pengaduk
11. Plat tetes
12. Corong
13. Penjepit kayu
14. Botol semprot
15. Hotplate stirrer
B. Bahan – bahan yang digunakan :
1. Larutan Fehling A
2. Larutan Fehling B
3. Larutan karbohidrat 1% (Glukosa, Galaktosa, Fruktosa, Sukrosa, Maltosa,
dan Amilum) → larutan sampel
4. Reagen Benedict, Barfoed, Seliwanoff, Bial’s, Molisch
5. Etanol 96 %
6. NaOH 2 %
7. α-Naphtol 1 %
8. HCl pekat 37 %
9. Iod
10. NaOH 2N
11. HCl 2N
12. Na2CO3
13. Saringan buah pisang raja (yang telah diblender dan disaring)
14. Orcinol
15. H2SO4 pekat

V. SKEMA KERJA
A. Uji Fehling
1 mL larutan 1 mL larutan
Fehling A Fehling B

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi

5 tetes larutan
sampel karbohidrat

Di didihkan
B. Uji Benedict
2 mL larutan
Benedict

5 tetes larutan
sampel karbohidrat

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi


Di didihkan 5 menit

Di dinginkan
C. Uji Barfoed
2 mL reagen
Barfoed

1 mL larutan
sampel karbohidrat

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi

Di didihkan 1 menit

Di dinginkan
D. Uji Moor
1 mL larutan
NaOH 2 %

1 mL larutan
sampel karbohidrat

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi

Di didihkan
E. Uji Seliwanoff
2 mL reagen
Seliwanoff

2 tetes larutan
sampel karbohidrat

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi

Di didihkan ± 7 menit

F. Uji Rapid furfural


2 mL larutan
sampel karbohidrat

6 tetes larutan 5 mL HCl


α-Naphtol 1 % pekat

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Di didihkan
TAMBAHAN :
PEMBUATAN LARUTAN α-Naphtol 1 %

0,1 gram α-
Naphtol 1 %

10 mL etanol
96 %

Dilarutkan
G. Uji Bial

5 mL reagen
Bial’s

3 mL larutan
sampel karbohidrat

Di didihkan
TAMBAHAN :
PEMBUATAN LARUTAN REAGEN BIAL’S
150 mg
Orcinol

10 mL etanol
96 %

Dilarutkan
H. Uji Molisch
2 tetes reagen
Molisch

2 mL larutan
sampel karbohidrat

Dimasukkan ke tabung reaksi dan dicampur

0,5 mL H2SO4
pekat

Ditambahkan melewati dinding tabung


TAMBAHAN :
PEMBUATAN LARUTAN REAGEN MOLISCH

0,5 gram α-
Naphtol 1 %

10 mL etanol
96 %

Dilarutkan
I. Uji Iod (Dilakukan pada plat tetes)
1 tetes larutan
sampel karbohidrat 1 tetes iod

Diamati perubahan warnanya

1 tetes NaOH 2 N

Diamati perubahan warnanya

1 tetes HCl 2 N

Diamati perubahan warnanya

VI. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


JENIS ANALISA
Fehling Benedict Barfoed Moor SW RF Bial Molisch Iod
K Glukosa 1 % + + + + + + - + -
A Fruktosa 1 % + + + + + + + + -
R Galaktosa + + + + - + - + -
B Maltosa 1 % + + - + - + - + -
O Sukrosa 1 % - + + + + + + + -
H Amilum 1 % - - - + - + - + +
I Ekstrak buah pisang + + + + - + + - +
D
R
A
T

Keterangan :
(+) = hasil uji positif
(-) = hasil uji negatif

VII. PEMBAHASAN
Praktikum diawali dengan persiapan larutan sampel dan reagen yang akan
digunakan pada praktikum ini. Khusus untuk pembuatan larutan sampel amilum,
dilakukan pengenceran terlebih dahulu karena larutan sampel amilum yang tersedia
adalah larutan amilum 2 %. Untuk membuat larutan amilum tersebut menjadi 1 %,
digunakan rumus pengenceran M1 x V1 = M2 x V2. Dengan menggunakan rumus
pengenceran, ditemukan volume aquades yang diperlukan adalah 60 mL. Hal ini
dikarenakan larutan amilum 2 % yang diambil sebanyak 30 mL. Setelah pembuatan
larutan amilum selesai, praktikum dilanjutkan dengan berbagai pengujian yang telah
ada pada modul. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan sampel
glukosa 1% , fruktosa 1% , galaktosa, maltose 1%, sukrosa 1%, amilum 1% dan
ekstrak buah pisang.
Pengujian pertama adalah uji Fehling. Berdasarkan hasil pengujian, hasil
positif diperoleh pada sampel glukosa 1% , fruktosa 1% , galaktosa, maltose 1%, dan
ekstrak buah pisang. Sedangkan hasil negatif diperoleh larutan sampel sukrosa 1%
dan amilum 1%. Hasil positif ditandai dengan munculnya endapan berwarna merah
bata pekat pada dasar permukaan tabung reaksi, Hasil positif menandakan bahwa
larutan sampel yang memiliki hasil positif yaitu glukosa 1% , fruktosa 1% ,
galaktosa, maltose 1%, dan ekstrak buah pisang merupakan gula yang dapat
mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. Sehingga, disimpulkan
bahwa golongan karbohidrat monosakarida dan disakarida positif terhadap aktvitas
larutan Fehling, sedangkan larutan sampel sukrosa 1% dan amilum 1% merupakan
negative yang disebabkan karena sukrosa 1% dan amilum 1% (polisakarida) bukan
merupakan gula pereduksi yang dikarenakan gugus karbonilnya digunakan dalam
ikatan glikosia (Weiner dan Harrison, 2013).
Pengujian kedua adalah uji Benedict. Berdasarkan hasil pengujian, hasil
positif diperoleh pada sampel glukosa 1% , fruktosa 1% , galaktosa, maltose 1%,
sukrosa 1%, dan ekstrak buah pisang. Sedangkan hasil negatif diperoleh larutan
amilum 1%. Hasil positif ditandai dengan munculnya endapan berwarna merah bata
pekat pada dasar permukaan tabung reaksi, kecuali pada sampel ekstrak buah yang
mengalami perubahan warna dari biru menjadi jingga atau oranye. Endapan merah
bata pekat muncul karena adanya reduksi ion Cu2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi
akan berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan
merah bata. Sehingga, disimpulkan bahwa golongan karbohidrat monosakarida dan
disakarida positif terhadap aktvitas larutan Benedict, sedangkan golongan
karbohidrat negative terhadap aktivtias larutan Benedict.
Pengujian ketiga adalah uji Barfoed yang digunakan untuk membedakan
monosakarida dan disakarida berdasarkan pada kecepatan reaksi reduksinya.
Berdasarkan hasil pengujian, hasil positif diperoleh pada sampel glukosa 1% ,
fruktosa 1% , galaktosa, sukrosa 1%, dan ekstrak buah pisang. Sedangkan hasil
negatif diperoleh larutan maltosa 1% dan amilum 1%. Hasil positif ditandai dengan
munculnya endapan berwarna merah bata pekat pada dasar permukaan tabung
reaksi, sedangkan hasil negative ditandai dengan warna biru (tidak mengalami
perubahan). Hasil positif yang diperoleh menandakan bahwa karbohidrat tersebut
termasuk golongan monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa).
Pengujian keempat adalah uji Moor. Berdasarkan hasil pengujian, semua
larutan sampel yang diuji memiliki hasil positif yang ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi kuning (sukrosa 1% dan amilum 1%), jingga (glukosa 1%,
fruktosa 1%, galaktosa, dan maltose 1%) dan merah kecoklatan menyerupai caramel
(ekstrak buah). Hasil positif menandakan bahwa terdapat gugus karbonil bebas pada
semua larutan sampel. Warna merah coklat caramel yang ditunjukkan pada larutan
sampel ekstrak buah merupakan resin yang tercampur dalam larutan, dimana resin
sendiri merupakan polimer dari gugus aldehid yang dilepaskan oleh karbohidrat
dalam sampel. Berdasarkan literatur, umumnya amilum mengalami hasil negative
dan tidak mengalami perubahan warna. Akan tetapi, hasil percobaan pada amilum
menghasilkan warna kuning yang disimpulkan sebagai hasil positif. Hal tersebut
dapat dikarenakan adanya sampel monosakarida yang tidak sengaja masuk ke dalam
tabung larutan sampel amilum 1%, dimana monosakarida sensitive pada larutan basa
karena pada kondisi tersebut, terjadi proses enolisasi pada gugus karbonil bebasnya.
Sehingga, gugus karbonil dari sukrosa 1% dan amilum 1% akan terhalang karena
adanya ikatan glikosida yang mengakibatkan kedua larutan sampel tersebut kebal
atau resisten terhadap senyawa basa.
Pengujian kelima adalah uji Seliwanoff yang digunakan untuk membedakan
ketosa dan aldosa. Berdasarkan hasil praktikum, hasil positif pada sampel glukosa,
fruktosa ,dan sukrosa. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna jingga,
sedangkan hasil negatif ditandai dengan adanya kemunculan warna kuning bening.
Pada praktikum ini, hasil negative ditandai dengan galaktosa, maltose 1%, sukrosa
1%, amilum 1%, dan ekstrak buah pisang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa fruktosa
dan sukrosa merupakan golongan ketosa. Sukrosa mendapatkan hasil positif karena
adanya fruktosa dalam larutan yang berasal dari proses hidrolisis antara glukosa dan
fruktosa (Pavia, 2014). Sedangkan glukosa 1%, galaktosa, maltosa 1%, dan amilum
1% merupakan golongan aldosa. Glukosa 1% pada percobaan ini meraih hasil
positif, dimana menurut literatur, dikarenakan glukosa merupakan golongan aldosa,
seharusnya glukosa mendapatkan hasil negatif. Hal tersebut mungkin dikarenakan
adanya larutan fruktosa 1% yang tidak sengaja masuk ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan sampel glukosa 1%.
Pengujian keenam adalah uji Bial yang digunakan untuk membedakan
pentosa dan heksosa. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi
ungu gelap atau coklat berlumpur yang berasal dari hydroxymethylfurfural heksosa.
Pada sampel pengujian, hasil positif diperoleh sampel fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan
ekstrak buah pisang.
Pengujian ketujuh adalah uji Rapid Furfural yang digunakan untuk
membedakan fruktosa dari glukosa. Semua sampel yang diuji mendapatkan hasil
positif tetapi dengan 2 jenis perubahan warna berbeda. Larutan sampel glukosa 1%,
amilum 1% ,dan maltosa 1% yang mengalami perubahan warna menjadi ungu pekat.
Larutan sampel fruktosa 1%, galaktosa, sukrosa 1%, dan ekstrak buah pisang yang
mengalami perubahan warna menjadi coklat gelap. Hasil warna tersebut dapat terjadi
karena dilakukannya pemanasan yang terlalu lama sehingga menyebabkan sampel
karbohidrat menjadi warna ungu pekat, coklat gelap, atau hitam.
Pengujian kedelapan adalah uji Molisch yang digunakan untuk mendeteksi
adanya karbohidrat dalam larutan sampel. Hasil positif pada uji ini ditandai dengan
muncul cincin berwarna ungu diantara dua fase larutan. Hasil positif diperoleh
seluruh larutan sampel kecuali larutan sampel ekstrak buah pisang, dimana pada
larutan sampel ekstrak buah pisang tidak terdapat cincin ungu.
Pengujian kesembilan sekaligus yang terakhir adalah uji Iod yang dilakukan
untuk mendeteksi keberadaan polisakarida pada sampel. Pada hasil praktikum,
hanya larutan amilum 1% dan ekstrak buah pisang yang memperoleh hasil positif
yang ditandai dengan munculnya warna biru tua ketika ditambahkan iod dan tidak
hilangnya warna biru pada sampel ketika diteteskan dengan NaOH 2N dan HCl 2N.
Jenis larutan sampel yang lain, seperti glukosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa, maltose
1%, dan sukrosa 1% memberikan hasil negative yang mengartikan sampel tersebut
bukan termasuk ke golongan polisakarida. Penambahan HCl pada sampel bertujuan
untuk menghidrolisis amilum menjadi monosakarida sehingga kompleks berwarna
biru menjadi hilang. Penambahan NaOH selanjutnya berfungsi untuk memicu
terjadinya reaksi penataan ulang dalam gula. Penambahan HCl dan NaOH
menghidrolisis amilum sehingga kompleks berwarna biru hilang. Namun pada hasil
uji amilum, setelah penambahan NaOH 2N, warna biru kembali muncul pada
larutan.

VIII. KESIMPULAN
Pendeteksian karbohidrat dapat dilakukan melalui berbagai ragam uji
kualitatif dengan menggunakan berbagai jenis reagen. Uji Fehling dan Benedict
dilakukan untuk mendeteksi keberadaan gula pereduksi, uji Barfoed untuk
membedakan monosakarida dan disakarida berdasarkan kecepatan reaksi reduksi,
uji Moor untuk mendeteksi keberadaan gugus karbonil bebas dalam sampel, uji
Seliwanoff untuk mendeteksi aldosa dan ketosa, uji Bial untuk mendeteksi pentosa
dan heksosa, uji Rapid Furfural dan Molisch untuk mendeteksi keberadaan
karbohidrat pada sampel, serta uji Iod untuk mengetahui golongan polisakarida
Pada sampel yang telah diuji, karbohidrat dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
monosakarida (fruktosa 1%, glukosa 1%, dan galaktosa), disakarida (sukrosa 1%
dan maltosa 1%) dan polisakarida (amilum 1%). Sampel ekstrak buah pisang
digolongkan sebagai polisakarida dikarenakan di dalamnya terkandung amilum.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Baldwin, E. dan Bell, D. 2015. Cole’s Practical Organic Chemistry. England:
Cambridge.
Bintang, M. 2012. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Dandekar, S. P. dan Rane, S. 2014. Practicals and Viva in Biochemistry. New
Delhi: Elsevier India Private Limited.
Edahwati, L. 2016. Perpisahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa dari Buah
Kersen dengan Proses Hidrolisis. Jurnal Peneliti Ilmu Teknik. 10(1): 1 – 5.
Fitri, A. S. dan Fitriana, Y. A. N. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
Sainteks. 17(1): 45 – 52.
Kusbandari, A. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan
Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana. 5(1): 35 – 42.
Misra, K. dan Seshadri, T. R. 2018. Chemical Components of the Fruits of Psidium
guava. Phytochemistry. 7(4): 641 – 645.
Nurjannah, L., Suryani, Achmadi, S. S., Azhari, A. 2017. Produksi Asam Laktat
oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. Bulgaricus dengan Sumber Karbon
Tetes Tebu. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 9(1): 1 – 9.
Oktasari, M. 2019. Perbedaan Kadar Glukosa Darah pada Lama Puasa 8 Jam dan
10 Jam. Tesis. Palembang: Universitas Katolik Musi Charitas.
Pavia, D. L. 2014. Introduction to Organic Laboratory Techniques: A Small Scale
Approach. Belmont: Brooks / Cole.
Sumardjo, D. 2019. Pengatur Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I. Jakarta: EGC.
Weiner, S. A. dan Harrison, B. 2013. Introduction to Chemical Principles: A
Laboratory Approach. Belmont: Brooks / Cole.
Yazid, E. dan Nursanti, L. 2015. Biokimia Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta:
EGC.

X. LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil pengujian Fehling pada berbagai larutan sampel

Gambar 2. Hasil pengujian Benedict pada berbagai larutan sampel


Gambar 3. Hasil pengujian Barfoed pada berbagai larutan sampel

Gambar 4. Hasil pengujian Moor pada berbagai larutan sampel


Gambar 5. Hasil pengujian Seliwanoff pada berbagai larutan sampel

Gambar 6. Hasil pengujian Rapid Furfural pada berbagai larutan sampel

Gambar 7. Hasil pengujian Bial pada berbagai larutan sampel

Gambar 8. Hasil pengujian Molisch pada berbagai larutan sampel


Gambar 9. Hasil pengujian Iodin pada berbagai larutan sampel

Gambar 10. Laporan sementara uji kualitatif karbohidrat

Anda mungkin juga menyukai