23 Mei 2022
Nama Praktikan :
1. Sean William Tristan 170120038
2. Leo Aditya Pradana 170120042
3. Muhammad Aditya Eka Pratama 170120058
Asisten Dosen :
1. Dhammiko Wonggo, S.Si 174121006
2. Yudith Christina Agustin 170118043
Dosen :
1. Dr. Dra. Tjandra Pantjajani, M. S.
2. Johan Sukweenadhi, Ph.D.
V. SKEMA KERJA
A. Uji Fehling
1 mL larutan 1 mL larutan
Fehling A Fehling B
5 tetes larutan
sampel karbohidrat
Di didihkan
B. Uji Benedict
2 mL larutan
Benedict
5 tetes larutan
sampel karbohidrat
Di dinginkan
C. Uji Barfoed
2 mL reagen
Barfoed
1 mL larutan
sampel karbohidrat
Di didihkan 1 menit
Di dinginkan
D. Uji Moor
1 mL larutan
NaOH 2 %
1 mL larutan
sampel karbohidrat
Di didihkan
E. Uji Seliwanoff
2 mL reagen
Seliwanoff
2 tetes larutan
sampel karbohidrat
Di didihkan ± 7 menit
Di didihkan
TAMBAHAN :
PEMBUATAN LARUTAN α-Naphtol 1 %
0,1 gram α-
Naphtol 1 %
10 mL etanol
96 %
Dilarutkan
G. Uji Bial
5 mL reagen
Bial’s
3 mL larutan
sampel karbohidrat
Di didihkan
TAMBAHAN :
PEMBUATAN LARUTAN REAGEN BIAL’S
150 mg
Orcinol
10 mL etanol
96 %
Dilarutkan
H. Uji Molisch
2 tetes reagen
Molisch
2 mL larutan
sampel karbohidrat
0,5 mL H2SO4
pekat
0,5 gram α-
Naphtol 1 %
10 mL etanol
96 %
Dilarutkan
I. Uji Iod (Dilakukan pada plat tetes)
1 tetes larutan
sampel karbohidrat 1 tetes iod
1 tetes NaOH 2 N
1 tetes HCl 2 N
Keterangan :
(+) = hasil uji positif
(-) = hasil uji negatif
VII. PEMBAHASAN
Praktikum diawali dengan persiapan larutan sampel dan reagen yang akan
digunakan pada praktikum ini. Khusus untuk pembuatan larutan sampel amilum,
dilakukan pengenceran terlebih dahulu karena larutan sampel amilum yang tersedia
adalah larutan amilum 2 %. Untuk membuat larutan amilum tersebut menjadi 1 %,
digunakan rumus pengenceran M1 x V1 = M2 x V2. Dengan menggunakan rumus
pengenceran, ditemukan volume aquades yang diperlukan adalah 60 mL. Hal ini
dikarenakan larutan amilum 2 % yang diambil sebanyak 30 mL. Setelah pembuatan
larutan amilum selesai, praktikum dilanjutkan dengan berbagai pengujian yang telah
ada pada modul. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan sampel
glukosa 1% , fruktosa 1% , galaktosa, maltose 1%, sukrosa 1%, amilum 1% dan
ekstrak buah pisang.
Pengujian pertama adalah uji Fehling. Berdasarkan hasil pengujian, hasil
positif diperoleh pada sampel glukosa 1% , fruktosa 1% , galaktosa, maltose 1%, dan
ekstrak buah pisang. Sedangkan hasil negatif diperoleh larutan sampel sukrosa 1%
dan amilum 1%. Hasil positif ditandai dengan munculnya endapan berwarna merah
bata pekat pada dasar permukaan tabung reaksi, Hasil positif menandakan bahwa
larutan sampel yang memiliki hasil positif yaitu glukosa 1% , fruktosa 1% ,
galaktosa, maltose 1%, dan ekstrak buah pisang merupakan gula yang dapat
mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. Sehingga, disimpulkan
bahwa golongan karbohidrat monosakarida dan disakarida positif terhadap aktvitas
larutan Fehling, sedangkan larutan sampel sukrosa 1% dan amilum 1% merupakan
negative yang disebabkan karena sukrosa 1% dan amilum 1% (polisakarida) bukan
merupakan gula pereduksi yang dikarenakan gugus karbonilnya digunakan dalam
ikatan glikosia (Weiner dan Harrison, 2013).
Pengujian kedua adalah uji Benedict. Berdasarkan hasil pengujian, hasil
positif diperoleh pada sampel glukosa 1% , fruktosa 1% , galaktosa, maltose 1%,
sukrosa 1%, dan ekstrak buah pisang. Sedangkan hasil negatif diperoleh larutan
amilum 1%. Hasil positif ditandai dengan munculnya endapan berwarna merah bata
pekat pada dasar permukaan tabung reaksi, kecuali pada sampel ekstrak buah yang
mengalami perubahan warna dari biru menjadi jingga atau oranye. Endapan merah
bata pekat muncul karena adanya reduksi ion Cu2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi
akan berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan
merah bata. Sehingga, disimpulkan bahwa golongan karbohidrat monosakarida dan
disakarida positif terhadap aktvitas larutan Benedict, sedangkan golongan
karbohidrat negative terhadap aktivtias larutan Benedict.
Pengujian ketiga adalah uji Barfoed yang digunakan untuk membedakan
monosakarida dan disakarida berdasarkan pada kecepatan reaksi reduksinya.
Berdasarkan hasil pengujian, hasil positif diperoleh pada sampel glukosa 1% ,
fruktosa 1% , galaktosa, sukrosa 1%, dan ekstrak buah pisang. Sedangkan hasil
negatif diperoleh larutan maltosa 1% dan amilum 1%. Hasil positif ditandai dengan
munculnya endapan berwarna merah bata pekat pada dasar permukaan tabung
reaksi, sedangkan hasil negative ditandai dengan warna biru (tidak mengalami
perubahan). Hasil positif yang diperoleh menandakan bahwa karbohidrat tersebut
termasuk golongan monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa).
Pengujian keempat adalah uji Moor. Berdasarkan hasil pengujian, semua
larutan sampel yang diuji memiliki hasil positif yang ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi kuning (sukrosa 1% dan amilum 1%), jingga (glukosa 1%,
fruktosa 1%, galaktosa, dan maltose 1%) dan merah kecoklatan menyerupai caramel
(ekstrak buah). Hasil positif menandakan bahwa terdapat gugus karbonil bebas pada
semua larutan sampel. Warna merah coklat caramel yang ditunjukkan pada larutan
sampel ekstrak buah merupakan resin yang tercampur dalam larutan, dimana resin
sendiri merupakan polimer dari gugus aldehid yang dilepaskan oleh karbohidrat
dalam sampel. Berdasarkan literatur, umumnya amilum mengalami hasil negative
dan tidak mengalami perubahan warna. Akan tetapi, hasil percobaan pada amilum
menghasilkan warna kuning yang disimpulkan sebagai hasil positif. Hal tersebut
dapat dikarenakan adanya sampel monosakarida yang tidak sengaja masuk ke dalam
tabung larutan sampel amilum 1%, dimana monosakarida sensitive pada larutan basa
karena pada kondisi tersebut, terjadi proses enolisasi pada gugus karbonil bebasnya.
Sehingga, gugus karbonil dari sukrosa 1% dan amilum 1% akan terhalang karena
adanya ikatan glikosida yang mengakibatkan kedua larutan sampel tersebut kebal
atau resisten terhadap senyawa basa.
Pengujian kelima adalah uji Seliwanoff yang digunakan untuk membedakan
ketosa dan aldosa. Berdasarkan hasil praktikum, hasil positif pada sampel glukosa,
fruktosa ,dan sukrosa. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna jingga,
sedangkan hasil negatif ditandai dengan adanya kemunculan warna kuning bening.
Pada praktikum ini, hasil negative ditandai dengan galaktosa, maltose 1%, sukrosa
1%, amilum 1%, dan ekstrak buah pisang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa fruktosa
dan sukrosa merupakan golongan ketosa. Sukrosa mendapatkan hasil positif karena
adanya fruktosa dalam larutan yang berasal dari proses hidrolisis antara glukosa dan
fruktosa (Pavia, 2014). Sedangkan glukosa 1%, galaktosa, maltosa 1%, dan amilum
1% merupakan golongan aldosa. Glukosa 1% pada percobaan ini meraih hasil
positif, dimana menurut literatur, dikarenakan glukosa merupakan golongan aldosa,
seharusnya glukosa mendapatkan hasil negatif. Hal tersebut mungkin dikarenakan
adanya larutan fruktosa 1% yang tidak sengaja masuk ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan sampel glukosa 1%.
Pengujian keenam adalah uji Bial yang digunakan untuk membedakan
pentosa dan heksosa. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi
ungu gelap atau coklat berlumpur yang berasal dari hydroxymethylfurfural heksosa.
Pada sampel pengujian, hasil positif diperoleh sampel fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan
ekstrak buah pisang.
Pengujian ketujuh adalah uji Rapid Furfural yang digunakan untuk
membedakan fruktosa dari glukosa. Semua sampel yang diuji mendapatkan hasil
positif tetapi dengan 2 jenis perubahan warna berbeda. Larutan sampel glukosa 1%,
amilum 1% ,dan maltosa 1% yang mengalami perubahan warna menjadi ungu pekat.
Larutan sampel fruktosa 1%, galaktosa, sukrosa 1%, dan ekstrak buah pisang yang
mengalami perubahan warna menjadi coklat gelap. Hasil warna tersebut dapat terjadi
karena dilakukannya pemanasan yang terlalu lama sehingga menyebabkan sampel
karbohidrat menjadi warna ungu pekat, coklat gelap, atau hitam.
Pengujian kedelapan adalah uji Molisch yang digunakan untuk mendeteksi
adanya karbohidrat dalam larutan sampel. Hasil positif pada uji ini ditandai dengan
muncul cincin berwarna ungu diantara dua fase larutan. Hasil positif diperoleh
seluruh larutan sampel kecuali larutan sampel ekstrak buah pisang, dimana pada
larutan sampel ekstrak buah pisang tidak terdapat cincin ungu.
Pengujian kesembilan sekaligus yang terakhir adalah uji Iod yang dilakukan
untuk mendeteksi keberadaan polisakarida pada sampel. Pada hasil praktikum,
hanya larutan amilum 1% dan ekstrak buah pisang yang memperoleh hasil positif
yang ditandai dengan munculnya warna biru tua ketika ditambahkan iod dan tidak
hilangnya warna biru pada sampel ketika diteteskan dengan NaOH 2N dan HCl 2N.
Jenis larutan sampel yang lain, seperti glukosa 1%, fruktosa 1%, galaktosa, maltose
1%, dan sukrosa 1% memberikan hasil negative yang mengartikan sampel tersebut
bukan termasuk ke golongan polisakarida. Penambahan HCl pada sampel bertujuan
untuk menghidrolisis amilum menjadi monosakarida sehingga kompleks berwarna
biru menjadi hilang. Penambahan NaOH selanjutnya berfungsi untuk memicu
terjadinya reaksi penataan ulang dalam gula. Penambahan HCl dan NaOH
menghidrolisis amilum sehingga kompleks berwarna biru hilang. Namun pada hasil
uji amilum, setelah penambahan NaOH 2N, warna biru kembali muncul pada
larutan.
VIII. KESIMPULAN
Pendeteksian karbohidrat dapat dilakukan melalui berbagai ragam uji
kualitatif dengan menggunakan berbagai jenis reagen. Uji Fehling dan Benedict
dilakukan untuk mendeteksi keberadaan gula pereduksi, uji Barfoed untuk
membedakan monosakarida dan disakarida berdasarkan kecepatan reaksi reduksi,
uji Moor untuk mendeteksi keberadaan gugus karbonil bebas dalam sampel, uji
Seliwanoff untuk mendeteksi aldosa dan ketosa, uji Bial untuk mendeteksi pentosa
dan heksosa, uji Rapid Furfural dan Molisch untuk mendeteksi keberadaan
karbohidrat pada sampel, serta uji Iod untuk mengetahui golongan polisakarida
Pada sampel yang telah diuji, karbohidrat dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
monosakarida (fruktosa 1%, glukosa 1%, dan galaktosa), disakarida (sukrosa 1%
dan maltosa 1%) dan polisakarida (amilum 1%). Sampel ekstrak buah pisang
digolongkan sebagai polisakarida dikarenakan di dalamnya terkandung amilum.
X. LAMPIRAN