UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR DAN EMPEDU)
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia air liur.
b. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia cairan empedu.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 30 Maret 2016
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Ada banyak protein pertahanan hadir dalam air liur. Meskipun beberapa molekul
ini hadir dalam konsentrasi lebih rendah, efek mereka aditif dan / atau sinergis, sehingga
jaringan pertahanan molekul efisien rongga mulut. Selain itu, konsentrasi lokal dari
protein ini dekat permukaan mukosa (mukosa transudat), sulkus periodontal (gingiva
sulkus cairan) dan luka mulut dan bisul (Transudat) mungkin jauh lebih besar, dan dalam
banyak kasus diperkuat oleh kekebalan tubuh dan / atau reaksi inflamasi dari mukosa
mulut. Beberapa protein pertahanan, seperti ludah imunoglobulin dan saliva chaperokine
HSP70 / HSPAs (70 kDa protein heat shock), terlibat dalam kedua imunitas bawaan dan
diperoleh. Peptida kationik dan pertahanan lainnya protein seperti lisozim, bakterisida /
permeabilitas meningkat protein (BPI), BPI-seperti protein, PLUNC (langit-langit paru-
paru dan hidung clone epitel) protein, amilase saliva, cystatins, kaya prolin protein,
mucins, peroksidase, statherin dan lain-lain terutama bertanggung jawab untuk kekebalan
bawaan. Dalam tulisan ini, sistem ini kompleks dan fungsi protein pertahanan saliva akan
ditinjau (Fabian, dkk, 2012).
Single Laboratorium Validasi (SLV) untuk penentuan LC biuret dalam fase kering
dan cair berbasis urea komersial pupuk penelitian. Total 23 sampel yang digunakan: 11
produk komersial urea kering, dua urea amonium nitrat produk, delapan berbasis urea
komersial pupuk cair, dan empat sampel urea berlapis belerang dari sumber yang
berbeda. Selain itu, satu biuret standar dari Aldrich dan satu sampel dari Magruder check
merupakan program yang digunakan sebagai contoh validasi. Metoda yang diusulkan
merupakan perpanjangan dari AOAC resmi metode SM 2003.14 dan didasarkan pada
pembubaran bagian ujian dalam fase mobile LC oleh HPLC. Sistem ini linier rentang
konsentrasi 1.00%u20134.50 mg/L biuret, dengan u22650.9999% korelasi
koefisien.biuret adalah baikjika dipisahkan dari urea dalam sampel urea komersial , dan
dari konstituen lain dalam komersial pupuk cair dengan tidak diamati interferensinya.
Metode presisi ditentukan oleh quadruplicate analisis mengenai empat dari cairan dan
enam dari yang tersedia. Untuk analisis urea kering , yang berkisar dari rsds 5.68 untuk
14.34 % .Alat presisi dievaluasi di tes inisiasi dengan menggunakan tujuh suntikan lima
biuret solusi standar .Sd bervariasi dari 0,27 untuk 1.02 % , dengan rsds rata-rata 1.14 % .
LOD ditetapkan sebagai 0.009 %, biuret dalam materi sedangkan itu dijadikan loq 0.031
biuret % dalam materi. ( Hojjatie, 2014 ).
Larutan karbohidrat dicampur dengan pereaksi Mollisch, yaitu larutan a naftanol
dalam alcohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat. Warna violet yang terbentuk
menunjukkan adanya karbohidrat. Dasar uji ini adalah heksosa atau pentose mengalami
dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfultural atau fultural dan
kondensasialdehida yang terbentuk ini dengan a naftanol membentuk senyawa yang
berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan
yaitu hidrolisa polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentose, dan diikuti oleh
proses dehidrasi dan proses kondensasi ( Sumardjo, 2008 : 307 ).
Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah
organberbentuk buah piryang dapat menyimpan sekitar 50 ml empeduyang dibutuhkan
tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-
10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus
dua belas jari melalui saluran empedu. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah
tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan
kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu
menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu)
dan dibuang ke dalam empedu (Murray, 2003 : 102).
Hati memiliki fungsi lain, yaitu sebagai tempat menyimpan gula dalam bentuk
glikogen, tempat penawar racun, pembuatan protombil dan fibrinogen yang penting untuk
pembekuan darah, dan juga berperan dalam proses pencernaan makanan dengan
menghasilkan cairan empedu (Sutisna, 2009 : 39)
Derajat tahan terhadap garam empedu merupakan karakteristik yang penting bagi
bakteri asam laktat, sebab berpengaruh terhadap aktivitasnya dalam saluran pencernaan,
terutama saluran usus bagian atas tempat empedu disekresikan. Empedu bersifat sebagai
senyawa aktif permukaan. Sifat ini pula yang menyebabkan aktifnya enzim lipolitik yang
disekresikan pankreas. Enzim ini bereaksi dengan asam lemak pada membran sitoplasma
bakteri sehingga mengakibatkan perubahan struktur membran dan sifat permeabilitasnya.
Keragaman struktur asam lemak pada membran sitoplasma bakteri menyebabkan
perbedaan permeabilitas dan karakteristiknya sehingga mungkin mempengaruhi
ketahannya terhadap garam empedu. Kemampuan bertahan dalam konsentrasi garam
empedu ini juga berkaitan dengan kemampuan isolat menghasilkan Bile Salt Hydrolase
(BSH). Beberapa Lactobacillus mempunyai enzim Bile Salt Hydrolase (BSH) dengan
aktivitas untuk menghidrolisa garam empedu, sehingga mampu mengubah sifat fisika-
kimia yang dimiliki oleh garam empedu menjadi tidak toksik bagi bakteri asam laktat.
Beberapa faktor menentukan reaksi empedu terhadap membran sel, di antaranya
konsentrasi empedu, jenis dan struktur empedu, serta arsitektur membran dan komposisi
sel berperan penting dalam ketahanan empedu ( Halim, 2013 ).
Air susu ibu merupakan salah satu sumber bakteri asam laktat, yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan dan meningkatkan sistem
kekebalan. Bakteri asam laktat sebagai probiotik berpeluang hidup pada saluran
pencernaan jika berasal dari tubuh manusia, mempunyai ketahanan terhadap pH asam
lambung dan garam empedu. Tujuan penelitian ini adalah seleksi dan isolasi bakteri asam
laktat dari air susu ibu yang tahan terhadap pH dan garam empedu. Penelitian
menggunakan 6 isolat bakteri asam laktat yang telah diisolasi dari air susu ibu. Masing-
masing isolat diuji ketahanan terhadap pH rendah 1,5 sampai 6 dan garam empedu
konsentrasi 1-5%. Hasil yang diperoleh terdiri dari 6 isolat bakteri asam laktat yang
termasuk dalam genus Lactobacillus yang memiliki ketahanan terhadap pH rendah dan
garam empedu. Isolat yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai probiotik sistem
kekebalan adalah Lactobacillus isolat A.1 dan A.2 (Dewi, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Corong kaca 75 mm
b. Gelas kimia 250 mL
c. Gelas kimia 600 mL
d. Indikator universal
e. Kertas saring
f. Penjepit tabung reaksi
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 2 mL
i. Pipet volume 5 mL
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb
l. Spatula
m. Tabung reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Air liur
b. Aquades ((H2O) (l)
c. Empedu
d. Larutan Alpha - naftol
e. Larutan BaCl2 2%
f. Larutan CH3COOH 2 M
g. Larutan CuSO4 0,1 M
h. Larutan HCl 1 M
i. Larutan HNO3 pekat
j. Larutan H2SO4 pekat
k. Larutan NaOH 10%
l. Larutan sukrosa 5%
m. Minyak goreng
D. SKEMA KERJA
1. Air Liur
a. Penetapan pH Air Liur
Air Liur tanpa penyaringan
Ukur pH dengan pH stik
Hasil
b. Uji Biuret
2 mL Air Liur tanpa penyaringan + 2 mL
NaOH 10%
Dikocok
+ CuSO4 0,1 M
Dikocok
Hasil
c. Uji Molisch
2 mL Air Liur tanpa penyaringan
+ 2 tetes alpha-naftol
Dikocok
+ 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung
Hasil
d. Uji Presipitasi
2 mL Air Liur yang telah disaring
Dimasukkan ke tabung reaksi
+ 1 tetes asam asetat encer
Hasil
e. Uji Sulfat
1 mL Air Liur yang telah disaring
+ 3-5 tetes HCL 1 M
Dimasukkan ke tabung reaksi
+ 5-10 tetes BaCl2 2%
Dikocok
Hasil
2. Empedu
a. Sifat Empedu
Dicatat sifat-sifat fisik empedu
b. Uji Gmelin
3 mL HNO3 pekat
o Dimasukan ke tabung reaksi
o + 3 mL larutan empedu encer dengan hati-
hati
Hasil
c. Uji pettenkofer
5 mL larutan empedu encer
o Dimasukkan ke tabung reaksi
o + 5 tetes larutan sukrosa
o + 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung
Hasil
d. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator
Tabung 1 Tabung 2
+ 3mL air suling + 3 mL air suling
+ 3 tetes minyak + 3 tetes minyak
+ 3 mL larutan empedu encer
Hasil Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
a. Air Liur
1. Penetapan pH air liur
pH = 9
2. Uji Biuret
Perlakuan Hasil Pengamatan
3. Uji Molish
Perlakuan Hasil Pengamatan
4. Uji Presipitasi
Perlakuan Hasil Pengamatan
b. Empedu
1. Sifat fisik empedu dan cairan empedu
Perlakuan Hasil pengamatan
- Sifat fisik - Bentuk lonjong, berwarna hijau lumut,
baunya amis, dan bagian bawah cairan
empedu lebih pekat.
2. Uji Gmelin
Perlakuan Hasil pengamatan
- 3 ml larutan empedu + 3 ml Terbentuk 3 lapisan. Bening dibawah
HNO3 pekat (melalui (HNO3), cincin cokelat ditengah (Bilirubin)
dinding tabung). Dikocok dan hijau tosca di permukaan (cairan
empedu).
3. Uji Pettenkofer
Perlakuan Hasil Pengamatan
- 5 ml larutan empedu Tidak terjadi perubahan warna.
encer dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
+ 5 tetes larutan sukrosa
5%
Uji molish
Uji presipitasi
Uji sulfat
BaCl2 (aq) + SO42- (aq) HCl
BaSO4 (s) + 2 Cl- (aq)
Penguraiannya :
BaCL2 (aq) + HCl (aq) Ba2+(aq) + 3 Cl- + H+
Ba2+ (aq) + SO42-(aq) BaSO4 (s)
2. Empedu
Sifat Empedu
o Berwarna hijau lumut
o Berbau amis
o Bentuk lonjong
o Bagian bawah cairan empedu lebih pekat.
Uji gmelin
Bilirubin + HNO3 Kompleks senyawa warna-warni
Uji Pettenkoffer
O
OH
HO OH H OH
H O H O
H terhidrolisis HO H
OH H O H HO
H OH
HO OH
H OH
H OH OH H
OH
sukrosa
glukosa
Percobaan pertama yaitu pengujian air liur dengan 5 pengujian. Pengujian pertama
yaitu menentukan pH air liur. Berdasarkan pengukuran di dapatkan pH air liur sekitar 9,
menandakan bahwa air liur tersebut bersifat basa. Hal ini tidak sesuai dengan ukuran pH
pada air liur normal yang berkisar sekitar 5,75 sampai 7,05 dengan nilai rata-rata
viskositas saliva yaitu 3,69 ( Poedjiadi, 2009 : 243 ). Ketidaksesuaian itu bisa saja
disebabkan karena dilakukannya stimulasi disaat akan mengambil sampel. Sebelumnya,
praktikan mengkonsumsi buah yang bersifat asam agar air liur yang dihasilkan tidak
berbusa. Ketika buah yang bersifat asam masuk ke dalam mulut maka terjadi peningkatan
pH pada air liur untuk menyeimbangkan zat asam yang masuk tersebut agar bagian dalam
mulut tidak terlalu asam dan itulah yang menyebabkan pH air liur meningkat. Hal ini
berkaitan dengan fungsi air liur sebagai larutan buffer (penyeimbang). Larutan
penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia
berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah
sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun
dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-
basa konjugasi, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan.
Perubahan nilai pH dalam waktu singkat pada organisme dicegah oleh sistem penyangga.
Saliva memiliki komposisi yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri
dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun
saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak.
Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain: Sodium, Kalsium, Magnesium,
Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Sistem
penyangga yang terpenting pada air liur adalah bikarbonat. Peningkatan sekresi air liur
dapat merubah pH dengan meningkatkan sekresi bikarbonat. Jadi, semakin banyak air liur
yang dihasilkan, semakin baik sistem penyangga yang terjadi. Saliva menjaga derajat
keasaman di dalam mulut agar tetap sesuai dengan yang dibutuhkan.. Jika dilihat dari segi
enzim, peningkatan pH memungkinkan kerja enzyme amylase akan semakin berkurang
sehingga perombakan amilum menjadi tidak maksimal.
Pengujian kedua dilakukan uji biuret. Uji biuret dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya protein yang terkandung di dalam air liur. Adanya protein ditandai dengan
terbentuknya warna ungu. Pada uji biuret, pada air liur dimasukkan larutan NaOH, yang
selanjutnya ditambahkan larutan CuSO4. Pada saat penambahan larutan NaOH pada air
liur, tidak terjadi perubahan pada larutan. Larutan tetap bening. Adapun penambahan
NaOH bertujuan untuk mencegah endapan Cu(OH)2 apabila direaksikan dengan larutan
CuSO4. Selain itu penambahan NaOH juga berfungsi untuk memecah ikatan protein
sehingga terbentuk urea sebagai katalisator. Setelah itu di tambahkan CuSO4 dapat
diamati perubahan warna larutan. Larutannya bewarna biru keunguan.dan bagian
bawahnya ungu bening. Setelah dikocok berwarna ungu. Penambahan CuSO4 berfungsi
sebagai donor Cu2+ dan warna ungu terjadi antara ikatan peptida dengan oksigen dari air.
Dengan berubahnya warna larutan menjadi ungu menunjukkan bahwa air liur
mengandung protein.
Pengujian kelima, dilakukan uji sulfat. Air liur terlebih dahulu ditambahkan dengan
HCl hingga didapatkan hasil pengamatan larutan tetap berwarna bening. Selanjutnya
ditambahkan larutan BaCl2. Prinsip dalam pengujian ini yaitu menggunakan BaCl2 yang
akan bereaksi membentuk BaSO4 yang memiliki kelarutan rendah sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya endapan dalam larutan yang diasamkan. BaCl2 akan terlarut
menjadi ion-ionnya jika direaksikan dengan asam kuat (HCl). Selanjutnya SO42- bereaksi
dengan Ba2+ membentuk BaSO4 yang merupakan endapan putih. Namun pada pengujian
ini, warna larutan tetap bening. Hal ini disebabkan karena pH air liur yang tinggi atau
bersifat basa sehingga jika ditambahkan HCl maka akan bersifat netral dan dapat
mengakibatkan BaCl2 yang ditambahkan tidak bereaksi membentuk BaSO4 yang
menyebabkan terbentukknya endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa saliva yang
digunakan dalam percobaan tidak mengandung sulfat.
H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan yaitu Saliva
merupakan larutan dengan pH normal rata-rata yaitu 5,75 sampa 7,05. Pada praktikum
diperoleh nilai pH 9. Untuk mengetahui adanya kandungan protein pada air liur (saliva)
dilakukan dengan uji biuret dengan uji positif berwarna ungu dan uji presipitasi dengan
adanya gumpalan putih. Untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat pada air liur
(saliva) dilakukan dengan uji molisch dengan uji positif cincin coklat keunguan. Untuk
mengetahui adanya kandungan ion sulfat pada air liur (saliva) dilakukan dengan uji sulfat
dengan uji positif terdapat endapan putih. Empedu merupakan cairan hijau kental yang
mengandung garam empedu, bilirubin dan berbagai zat air seperti air, lesitin dan lemak.
Empedu juga merupakan emulgator yaitu zat yang dapat mencampurkan (homogen)
larutan heterogen. Uji garam empedu pada cairan empedu dilakukan dengan uji
pettenkofer ditandai dengan adanya cincin kecoklatan dan uji gmelin untuk kandungan
bilirubin ditandai adanya cincin kecoklatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sri Sinto dan Herlina Anggraini . 2012 . Viabilitas Bakteri Asam Laktat Asi Terhadap pH
Asam Lambung dan Garam Empedu . Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang.
Fábián, T. Károly, dkk. 2012. Salivary Defense Proteins: Their Network and Role in Innate and
Acquired Oral Immunity. Hungary : Semmelweis University Budapest.
Halim, Christine Natalia., dkk. 2013. Studi Kemampuan Probiotik Isolat Bakteri Asam Laktat
Penghasil Eksopolisakarida Tinggi Asal Sawi ASIN (Brassica juncea). Malang ::
Universitas Brawijaya Malang.
Hojjatie, Michael M., dkk. 2014. Validation for the Determination of Biuret in Water-Soluble,
Urea-Based Commercial Inorganic Fertilizer Materials, Urea Solutions, and Sulfur-
Coated Urea Products by Reversed-Phase Liquid Chromatography: Single-Laboratory
Validation of an Extension of Aoac Official Method SM 2003.14. Tucson : Tessenderlo
Kerley, Inc.
Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Kalman Media Pustaka.
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS MATARAM
2016