Anda di halaman 1dari 21

ACARA I

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR DAN EMPEDU)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia air liur.
b. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia cairan empedu.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 30 Maret 2016
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Ada banyak protein pertahanan hadir dalam air liur. Meskipun beberapa molekul
ini hadir dalam konsentrasi lebih rendah, efek mereka aditif dan / atau sinergis, sehingga
jaringan pertahanan molekul efisien rongga mulut. Selain itu, konsentrasi lokal dari
protein ini dekat permukaan mukosa (mukosa transudat), sulkus periodontal (gingiva
sulkus cairan) dan luka mulut dan bisul (Transudat) mungkin jauh lebih besar, dan dalam
banyak kasus diperkuat oleh kekebalan tubuh dan / atau reaksi inflamasi dari mukosa
mulut. Beberapa protein pertahanan, seperti ludah imunoglobulin dan saliva chaperokine
HSP70 / HSPAs (70 kDa protein heat shock), terlibat dalam kedua imunitas bawaan dan
diperoleh. Peptida kationik dan pertahanan lainnya protein seperti lisozim, bakterisida /
permeabilitas meningkat protein (BPI), BPI-seperti protein, PLUNC (langit-langit paru-
paru dan hidung clone epitel) protein, amilase saliva, cystatins, kaya prolin protein,
mucins, peroksidase, statherin dan lain-lain terutama bertanggung jawab untuk kekebalan
bawaan. Dalam tulisan ini, sistem ini kompleks dan fungsi protein pertahanan saliva akan
ditinjau (Fabian, dkk, 2012).
Single Laboratorium Validasi (SLV) untuk penentuan LC biuret dalam fase kering
dan cair berbasis urea komersial pupuk penelitian. Total 23 sampel yang digunakan: 11
produk komersial urea kering, dua urea amonium nitrat produk, delapan berbasis urea
komersial pupuk cair, dan empat sampel urea berlapis belerang dari sumber yang
berbeda. Selain itu, satu biuret standar dari Aldrich dan satu sampel dari Magruder check
merupakan program yang digunakan sebagai contoh validasi. Metoda yang diusulkan
merupakan perpanjangan dari AOAC resmi metode SM 2003.14 dan didasarkan pada
pembubaran bagian ujian dalam fase mobile LC oleh HPLC. Sistem ini linier rentang
konsentrasi 1.00%u20134.50 mg/L biuret, dengan u22650.9999% korelasi
koefisien.biuret adalah baikjika dipisahkan dari urea dalam sampel urea komersial , dan
dari konstituen lain dalam komersial pupuk cair dengan tidak diamati interferensinya.
Metode presisi ditentukan oleh quadruplicate analisis mengenai empat dari cairan dan
enam dari yang tersedia. Untuk analisis urea kering , yang berkisar dari rsds 5.68 untuk
14.34 % .Alat presisi dievaluasi di tes inisiasi dengan menggunakan tujuh suntikan lima
biuret solusi standar .Sd bervariasi dari 0,27 untuk 1.02 % , dengan rsds rata-rata 1.14 % .
LOD ditetapkan sebagai 0.009 %, biuret dalam materi sedangkan itu dijadikan loq 0.031
biuret % dalam materi. ( Hojjatie, 2014 ).
Larutan karbohidrat dicampur dengan pereaksi Mollisch, yaitu larutan a naftanol
dalam alcohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat. Warna violet yang terbentuk
menunjukkan adanya karbohidrat. Dasar uji ini adalah heksosa atau pentose mengalami
dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfultural atau fultural dan
kondensasialdehida yang terbentuk ini dengan a naftanol membentuk senyawa yang
berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan
yaitu hidrolisa polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentose, dan diikuti oleh
proses dehidrasi dan proses kondensasi ( Sumardjo, 2008 : 307 ).
Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah
organberbentuk buah piryang dapat menyimpan sekitar 50 ml empeduyang dibutuhkan
tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-
10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus
dua belas jari melalui saluran empedu. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah
tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan
kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu
menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu)
dan dibuang ke dalam empedu (Murray, 2003 : 102).
Hati memiliki fungsi lain, yaitu sebagai tempat menyimpan gula dalam bentuk
glikogen, tempat penawar racun, pembuatan protombil dan fibrinogen yang penting untuk
pembekuan darah, dan juga berperan dalam proses pencernaan makanan dengan
menghasilkan cairan empedu (Sutisna, 2009 : 39)
Derajat tahan terhadap garam empedu merupakan karakteristik yang penting bagi
bakteri asam laktat, sebab berpengaruh terhadap aktivitasnya dalam saluran pencernaan,
terutama saluran usus bagian atas tempat empedu disekresikan. Empedu bersifat sebagai
senyawa aktif permukaan. Sifat ini pula yang menyebabkan aktifnya enzim lipolitik yang
disekresikan pankreas. Enzim ini bereaksi dengan asam lemak pada membran sitoplasma
bakteri sehingga mengakibatkan perubahan struktur membran dan sifat permeabilitasnya.
Keragaman struktur asam lemak pada membran sitoplasma bakteri menyebabkan
perbedaan permeabilitas dan karakteristiknya sehingga mungkin mempengaruhi
ketahannya terhadap garam empedu. Kemampuan bertahan dalam konsentrasi garam
empedu ini juga berkaitan dengan kemampuan isolat menghasilkan Bile Salt Hydrolase
(BSH). Beberapa Lactobacillus mempunyai enzim Bile Salt Hydrolase (BSH) dengan
aktivitas untuk menghidrolisa garam empedu, sehingga mampu mengubah sifat fisika-
kimia yang dimiliki oleh garam empedu menjadi tidak toksik bagi bakteri asam laktat.
Beberapa faktor menentukan reaksi empedu terhadap membran sel, di antaranya
konsentrasi empedu, jenis dan struktur empedu, serta arsitektur membran dan komposisi
sel berperan penting dalam ketahanan empedu ( Halim, 2013 ).

Air susu ibu merupakan salah satu sumber bakteri asam laktat, yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan dan meningkatkan sistem
kekebalan. Bakteri asam laktat sebagai probiotik berpeluang hidup pada saluran
pencernaan jika berasal dari tubuh manusia, mempunyai ketahanan terhadap pH asam
lambung dan garam empedu. Tujuan penelitian ini adalah seleksi dan isolasi bakteri asam
laktat dari air susu ibu yang tahan terhadap pH dan garam empedu. Penelitian
menggunakan 6 isolat bakteri asam laktat yang telah diisolasi dari air susu ibu. Masing-
masing isolat diuji ketahanan terhadap pH rendah 1,5 sampai 6 dan garam empedu
konsentrasi 1-5%. Hasil yang diperoleh terdiri dari 6 isolat bakteri asam laktat yang
termasuk dalam genus Lactobacillus yang memiliki ketahanan terhadap pH rendah dan
garam empedu. Isolat yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai probiotik sistem
kekebalan adalah Lactobacillus isolat A.1 dan A.2 (Dewi, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Corong kaca 75 mm
b. Gelas kimia 250 mL
c. Gelas kimia 600 mL
d. Indikator universal
e. Kertas saring
f. Penjepit tabung reaksi
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 2 mL
i. Pipet volume 5 mL
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb
l. Spatula
m. Tabung reaksi

2. Bahan-bahan Praktikum
a. Air liur
b. Aquades ((H2O) (l)
c. Empedu
d. Larutan Alpha - naftol
e. Larutan BaCl2 2%
f. Larutan CH3COOH 2 M
g. Larutan CuSO4 0,1 M
h. Larutan HCl 1 M
i. Larutan HNO3 pekat
j. Larutan H2SO4 pekat
k. Larutan NaOH 10%
l. Larutan sukrosa 5%
m. Minyak goreng

D. SKEMA KERJA

1. Air Liur
a. Penetapan pH Air Liur
Air Liur tanpa penyaringan
Ukur pH dengan pH stik

Hasil

b. Uji Biuret
2 mL Air Liur tanpa penyaringan + 2 mL
NaOH 10%
Dikocok
+ CuSO4 0,1 M
Dikocok
Hasil
c. Uji Molisch
2 mL Air Liur tanpa penyaringan
+ 2 tetes alpha-naftol
Dikocok
+ 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung
Hasil
d. Uji Presipitasi
2 mL Air Liur yang telah disaring
Dimasukkan ke tabung reaksi
+ 1 tetes asam asetat encer
Hasil
e. Uji Sulfat
1 mL Air Liur yang telah disaring
+ 3-5 tetes HCL 1 M
Dimasukkan ke tabung reaksi
+ 5-10 tetes BaCl2 2%
Dikocok
Hasil
2. Empedu
a. Sifat Empedu
 Dicatat sifat-sifat fisik empedu

b. Uji Gmelin
3 mL HNO3 pekat
o Dimasukan ke tabung reaksi
o + 3 mL larutan empedu encer dengan hati-
hati
Hasil
c. Uji pettenkofer
5 mL larutan empedu encer
o Dimasukkan ke tabung reaksi
o + 5 tetes larutan sukrosa
o + 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung
Hasil
d. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator
Tabung 1 Tabung 2
+ 3mL air suling + 3 mL air suling
+ 3 tetes minyak + 3 tetes minyak
+ 3 mL larutan empedu encer
Hasil Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
a. Air Liur
1. Penetapan pH air liur
pH = 9
2. Uji Biuret
Perlakuan Hasil Pengamatan

2 ml air liur + 2 mL NaOH Warna tetap bening


10%

+ CuSO4 dan dikocok Larutannya bewarna biru keunguan.dan bagian


bawahnya ungu bening. Setelah dikocok
berwarna ungu.

3. Uji Molish
Perlakuan Hasil Pengamatan

2 ml air liur + 30 tetes alpha- larutannya berwarna kuning keemasan dan


naftol terdapat endapan.

+ 2 ml H2SO4 pekat Terbentuk 3 fase, fase paling bawah berwarna


kuning, fase tengah cincin berwarna coklat
pekat, fase atas berwarna cokelat bening dan
dinding tabung terasa panas.

4. Uji Presipitasi
Perlakuan Hasil Pengamatan

Filtrate liur + asam asetat Larutan menjadi keruh


5. Uji Sulfat
Perlakuan Hasil Pengamatan

Filtrate liur +3-5 tetes HCl Larutan berwarna bening (tetap)

+ 10 tetes BaCl2 2% Tetap bening

b. Empedu
1. Sifat fisik empedu dan cairan empedu
Perlakuan Hasil pengamatan
- Sifat fisik - Bentuk lonjong, berwarna hijau lumut,
baunya amis, dan bagian bawah cairan
empedu lebih pekat.

2. Uji Gmelin
Perlakuan Hasil pengamatan
- 3 ml larutan empedu + 3 ml Terbentuk 3 lapisan. Bening dibawah
HNO3 pekat (melalui (HNO3), cincin cokelat ditengah (Bilirubin)
dinding tabung). Dikocok dan hijau tosca di permukaan (cairan
empedu).

3. Uji Pettenkofer
Perlakuan Hasil Pengamatan
- 5 ml larutan empedu Tidak terjadi perubahan warna.
encer dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
+ 5 tetes larutan sukrosa
5%

- + 3 ml H2SO4 pekat Terbentuk 3 lapisan : hijau di permukaan,


(melalui dinding tabung) cincin hitam di tengah dan cokelat bening di
dan dikocok. bagian bawah. Ketika dikocok warnanya
menjadi hitam.

4. Fungsi Empedu sebagai emulgator


Perlakuan Hasil Pengamatan

3 ml air suling / aquadest


dimasukkan ke dalam 2
tabung reaksi :
- Pada tabung reaksi I : Aquades + minyak = larutan tidak bercampur.
+1 tetes minyak + 3 ml
Aquades + minyak + empedu = larutan
larutan empedu encer.
tercampur.
Dikocok.

- Pada tabung reaksi II : Larutan tidak tercampur.


+ aquades + minyak
F. ANALISIS DATA
a. Persamaan reaksi
1. Air Liur
 Uji biuret

 Uji molish
 Uji presipitasi

Penggumpalan endapan putih

Na+ + CH3COOH CH3COONa (mengendap)

 Uji sulfat
BaCl2 (aq) + SO42- (aq) HCl
BaSO4 (s) + 2 Cl- (aq)
Penguraiannya :
BaCL2 (aq) + HCl (aq) Ba2+(aq) + 3 Cl- + H+
Ba2+ (aq) + SO42-(aq) BaSO4 (s)

2. Empedu
 Sifat Empedu
o Berwarna hijau lumut
o Berbau amis
o Bentuk lonjong
o Bagian bawah cairan empedu lebih pekat.
 Uji gmelin
Bilirubin + HNO3 Kompleks senyawa warna-warni

 Uji Pettenkoffer

O
OH
HO OH H OH
H O H O
H terhidrolisis HO H
OH H O H HO
H OH
HO OH
H OH
H OH OH H
OH
sukrosa
glukosa

 Uji empedu sebagai emulgator


Garam-garam empedu + minyak → micelles
Micelles + air → larut
G. PEMBAHASAN
Cairan yang terdapat dalam tubuh pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu
cairan yang terdapat di dalam sel (intrasel) dan di luar sel (ekstrasel). Cairan intrasel
berfungsi sebagai medium bagi reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung dalam sel;
sedangkat cairan ekstrasel berfungsi memberikan zat-zat yang diperlukan oleh sel, baik
cairan dalam sel maupun cairan luar sel harus selalu dalam kondisi yang konstan, artinya
masing-masing mempunyai zat-zat yang diperlukan dan dalam konsentrasi yang tepat.
Fungsi tubuh yang utama ialah menjaga kondisi cairan tubuh agar dalam kondisi yang
wajar dan konstan yang disebut homeostatis. Saliva dan cairan empedu merupakan bagian
dari cairan tubuh. Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. pH saliva
umumnya adalah sedikit dibawah 7. Enzim ptialin atau saliva adalah suatu enzim amilase,
yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses
hidrolisis. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan disimpan dalam kantung empedu
apabila tidak digunakan. Kantung empedu ini terdapat melekat pada hati. Cairan empedu
merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan mempunyai rasa pahit.
Pada praktikum ini dilakukan berbagai pengujian mengenai sifat fisik dan kimia
cairan tubuh pada air liur & empedu yang bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan
kimia cairan empedu dan saliva dengan melakukan uji kualitatif menggunakan berbagai
reaksi kimia. Uji kualitatif pada saliva dapat dilakukan dengan beberapa pengujian antara
lain dengan uji biuret untuk mengetahui kandungan protein, uji molisch untuk mengetahui
kandungan karbohidrat, uji presipitasi untuk mengetahui adanya protein, dan uji sulfat.
Sedangkan untuk uji kualitatif pada empedu dilakukan dengan dua pengujian yatu uji
gmelin untuk mengetahui kandungan bilirubin dalam empedu, dan uji Pettenkofer untuk
mengetahui kandungan garam empedu serta pengujian empedu sebagai emulgator
minyak.

Percobaan pertama yaitu pengujian air liur dengan 5 pengujian. Pengujian pertama
yaitu menentukan pH air liur. Berdasarkan pengukuran di dapatkan pH air liur sekitar 9,
menandakan bahwa air liur tersebut bersifat basa. Hal ini tidak sesuai dengan ukuran pH
pada air liur normal yang berkisar sekitar 5,75 sampai 7,05 dengan nilai rata-rata
viskositas saliva yaitu 3,69 ( Poedjiadi, 2009 : 243 ). Ketidaksesuaian itu bisa saja
disebabkan karena dilakukannya stimulasi disaat akan mengambil sampel. Sebelumnya,
praktikan mengkonsumsi buah yang bersifat asam agar air liur yang dihasilkan tidak
berbusa. Ketika buah yang bersifat asam masuk ke dalam mulut maka terjadi peningkatan
pH pada air liur untuk menyeimbangkan zat asam yang masuk tersebut agar bagian dalam
mulut tidak terlalu asam dan itulah yang menyebabkan pH air liur meningkat. Hal ini
berkaitan dengan fungsi air liur sebagai larutan buffer (penyeimbang). Larutan
penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia
berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah
sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun
dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-
basa konjugasi, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan.
Perubahan nilai pH dalam waktu singkat pada organisme dicegah oleh sistem penyangga.
Saliva memiliki komposisi yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri
dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun
saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak.
Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain: Sodium, Kalsium, Magnesium,
Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Sistem
penyangga yang terpenting pada air liur adalah bikarbonat. Peningkatan sekresi air liur
dapat merubah pH dengan meningkatkan sekresi bikarbonat. Jadi, semakin banyak air liur
yang dihasilkan, semakin baik sistem penyangga yang terjadi. Saliva menjaga derajat
keasaman di dalam mulut agar tetap sesuai dengan yang dibutuhkan.. Jika dilihat dari segi
enzim, peningkatan pH memungkinkan kerja enzyme amylase akan semakin berkurang
sehingga perombakan amilum menjadi tidak maksimal.

Pengujian kedua dilakukan uji biuret. Uji biuret dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya protein yang terkandung di dalam air liur. Adanya protein ditandai dengan
terbentuknya warna ungu. Pada uji biuret, pada air liur dimasukkan larutan NaOH, yang
selanjutnya ditambahkan larutan CuSO4. Pada saat penambahan larutan NaOH pada air
liur, tidak terjadi perubahan pada larutan. Larutan tetap bening. Adapun penambahan
NaOH bertujuan untuk mencegah endapan Cu(OH)2 apabila direaksikan dengan larutan
CuSO4. Selain itu penambahan NaOH juga berfungsi untuk memecah ikatan protein
sehingga terbentuk urea sebagai katalisator. Setelah itu di tambahkan CuSO4 dapat
diamati perubahan warna larutan. Larutannya bewarna biru keunguan.dan bagian
bawahnya ungu bening. Setelah dikocok berwarna ungu. Penambahan CuSO4 berfungsi
sebagai donor Cu2+ dan warna ungu terjadi antara ikatan peptida dengan oksigen dari air.
Dengan berubahnya warna larutan menjadi ungu menunjukkan bahwa air liur
mengandung protein.

Pengujian molisch bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat yang


terkandung di dalam saliva. Prinsip dalam pengujian ini adalah saat ditambahkan H2SO4,
akan mengalami kondensasi jika terdapat kandungan karbohidrat baik itu pentosa maupun
heksosa. Hasil kondensasi ini akan bereaksi dengan alpha-naftol sehingga membentuk
kompleks coklat keunguan yang berupa cincin di antara dua lapisan. Pada data hasil
pengamatan, setelah 2 tetes air liur ditambahkan alpha-naftol , larutannya berwarna
kuning keemasan dan terdapat endapan. Kemudian ditambahkan H2SO4 secara perlahan.
Dan dapat diamati bahwa pada larutan terbentuk 3 fase, fase paling bawah berwarna
kuning, fase tengah cincin berwarna coklat pekat, fase atas berwarna cokelat bening dan
dinding tabung terasa panas.. Pada percobaan ini terbentuk cincin berwarna coklat pekat.
Hal ini menunjukkan bahwa di dalam saliva tersebut mengandung karbohidrat. Pada
percobaan ini, asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi.
Pengujian keempat yaitu uji presipitasi. Uji presipitasi merupakan reaksi
pengendapan yang bertujuan untuk mengetahui adanya protein pada saliva. Pada
pengujian ini digunakan asam asetat sebagai pereaksinya yang berfungsi untuk
menggumpalkan protein yang ada pada saliva dengan cara mengikat air dari gugus
pengikat air, sehingga kelarutan amilum berkurang dan akhirnya mengendap.
Penggumpalan atau pengendapan oleh asam asetat ini menunjukkan terjadinya denaturasi
atau kerusakan pada protein. Namun, pada percobaan ini tidak ditemukan gumpalan
bewarna putih, larutan hanya berubah menjadi keruh. Kemungkinan ketika air liur
difiltrasi, banyak air yang ikut tersaring disebabkan karena saliva yang terlalu kental.
Sehingga kemungkinan bercampurnya saliva dengan air sangat tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan tidak terdapatnya gumpalan putih pada saliva yang dicampurkan dengan
larutan asam asetat. Selain itu, hal ini juga disebabkan karena pH air liur yang bersifat
basa yang mengakibatkan perombakan amilum menjadi tidak maksimal oleh enzim
amylase sehingga tidak ditemukan gumpalan putih. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
kandungan protein di dalam saliva.

Pengujian kelima, dilakukan uji sulfat. Air liur terlebih dahulu ditambahkan dengan
HCl hingga didapatkan hasil pengamatan larutan tetap berwarna bening. Selanjutnya
ditambahkan larutan BaCl2. Prinsip dalam pengujian ini yaitu menggunakan BaCl2 yang
akan bereaksi membentuk BaSO4 yang memiliki kelarutan rendah sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya endapan dalam larutan yang diasamkan. BaCl2 akan terlarut
menjadi ion-ionnya jika direaksikan dengan asam kuat (HCl). Selanjutnya SO42- bereaksi
dengan Ba2+ membentuk BaSO4 yang merupakan endapan putih. Namun pada pengujian
ini, warna larutan tetap bening. Hal ini disebabkan karena pH air liur yang tinggi atau
bersifat basa sehingga jika ditambahkan HCl maka akan bersifat netral dan dapat
mengakibatkan BaCl2 yang ditambahkan tidak bereaksi membentuk BaSO4 yang
menyebabkan terbentukknya endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa saliva yang
digunakan dalam percobaan tidak mengandung sulfat.

Percobaan kedua yaitu pada empedu, dilakukan 4 pengujian. Pengujian pertama


yaitu uji sifat fisik dari empedu. Warna empedu hijau lumut , dan berbau amis, terbungkus
oleh kantung berbentuk lonjong dan bagian bawah cairan empedu lebih pekat. Empedu
adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, disekresikan oleh
hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Pada beberapa spesies, empedu disimpan
dikantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu proses
pencernaan. Empedu mengandung air, garam empedu, pigmen empedu, lesitin,
kolesterol, dan garam-garam anorganik (Rahardjo, 2004).
Pengujian kedua yaitu uji gmelin. Uji gmelin pada cairan empedu bertujuan untuk
mengetahui adanya bilirubin pada cairan empedu. Bilirubin merupakan cairan yang
diekskresikan oleh empedu yang berfungsi memberi warna kuning pada urine maupun
feses. Pengujian ini memiliki prinsip yaitu reaksi antara bilirubin dengan HNO3 pekat
yang akan menghasilkan larutan berwarna sesuai dengan konsentrasi HNO3 yang di pakai.
Pada hasil pengamatan didapatkan larutan tersebut memiliki warna sebanyak tiga lapisan.
Lapisan atas berwarna hijau tosca yang menunjukkan adanya cairan empedu, lapisan
tengah berwarna coklat yang menunjukkan adanya bilirubin, dan lapisan bawah berwarna
bening yang menunjukkan larutan HNO3. Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya
bilirubin pada cairan empedu.
Pengujian ketiga yaitu uji pettenkofer yang digunakan untuk menguji adanya
kandungan garam empedu. Sama halnya dengan uji gmelin yaitu didasarkan pada sifat
empedu yang dapat dioksidasi. Pada uji pettenkofer, oksidatornya adalah asam sulfat
pekat. Larutan empedu di tambahkan sukrosa yang kemudian ditambahkan larutan asam
sulfat. Pada kondisi ini, sukrosa akan terhidrolisis menjadi heksosa, heksosa bereaksi
dengan H2SO4 membentuk hidroksi metilfulfural, hidroksi metilfulfural ini yang akan
bereaksi dengan asam-asam empedu. Adapun pada percobaan ini, setelah ditambahkan
larutan H2SO4 terbentuk 3 lapisan yaitu warna hijau pada permukaan, terdapat cincin
hitam di bagian tengah dan cokelat bening di bagian bawah. Ketika dikocok warnanya
menjadi hitam.dengan dinding tabung terasa panas. Terdapatnya cincin hitam di bagian
tengah menunjukan bahwa pada empedu terdapat kandungan garam-garam empedu.
Pengujian yang selanjutnya yaitu untuk mengetahui fungsi dari empedu sebagai
emulgator pada minyak. Sifat ini wajib dimiliki cairan empedu. Hal ini berkaitan dengan
fungsinya dalam pencernaan makanan di dalam tubuh yaitu sebagai pencerna lemak.
Lemak akan mudah dihidrolisis dengan cara mengubah bentuknya menjadi emulsi. Zat
yang berperan disini adalah enzim lipase. Dari hasil pengamatan pada tabung 1,.
menunjukkan bahwa empedu bersifat sebagai emulgator karena terbentuk emulsi dan
menyebabkan air dan minyak dapat tercampur. Pengamatan pada tabung 2, tidak ada
yang berperan sebagai emulgator sehingga air tidak bisa tercampur dengan minyak. Air
bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar.

H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan yaitu Saliva
merupakan larutan dengan pH normal rata-rata yaitu 5,75 sampa 7,05. Pada praktikum
diperoleh nilai pH 9. Untuk mengetahui adanya kandungan protein pada air liur (saliva)
dilakukan dengan uji biuret dengan uji positif berwarna ungu dan uji presipitasi dengan
adanya gumpalan putih. Untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat pada air liur
(saliva) dilakukan dengan uji molisch dengan uji positif cincin coklat keunguan. Untuk
mengetahui adanya kandungan ion sulfat pada air liur (saliva) dilakukan dengan uji sulfat
dengan uji positif terdapat endapan putih. Empedu merupakan cairan hijau kental yang
mengandung garam empedu, bilirubin dan berbagai zat air seperti air, lesitin dan lemak.
Empedu juga merupakan emulgator yaitu zat yang dapat mencampurkan (homogen)
larutan heterogen. Uji garam empedu pada cairan empedu dilakukan dengan uji
pettenkofer ditandai dengan adanya cincin kecoklatan dan uji gmelin untuk kandungan
bilirubin ditandai adanya cincin kecoklatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sri Sinto dan Herlina Anggraini . 2012 . Viabilitas Bakteri Asam Laktat Asi Terhadap pH
Asam Lambung dan Garam Empedu . Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang.

Fábián, T. Károly, dkk. 2012. Salivary Defense Proteins: Their Network and Role in Innate and
Acquired Oral Immunity. Hungary : Semmelweis University Budapest.

Halim, Christine Natalia., dkk. 2013. Studi Kemampuan Probiotik Isolat Bakteri Asam Laktat
Penghasil Eksopolisakarida Tinggi Asal Sawi ASIN (Brassica juncea). Malang ::
Universitas Brawijaya Malang.

Hojjatie, Michael M., dkk. 2014. Validation for the Determination of Biuret in Water-Soluble,
Urea-Based Commercial Inorganic Fertilizer Materials, Urea Solutions, and Sulfur-
Coated Urea Products by Reversed-Phase Liquid Chromatography: Single-Laboratory
Validation of an Extension of Aoac Official Method SM 2003.14. Tucson : Tessenderlo
Kerley, Inc.

Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Kalman Media Pustaka.

Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sutisna, Yana . 2009 . Mengenal Tubuh Kita . Bandung : Penerbit Angkasa.


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA I
UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH

(AIR LIUR & EMPEDU)

DISUSUN OLEH :

NURUL AINI SAFITRI

G1A 014 032

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2016

Anda mungkin juga menyukai