Kelompok 3.3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA
NOVEMBER 2018
1
BAB I
DASAR TEORI
Protein merupakan molekul fungsional yang terdiri dari satu atau lebih
polipeptida yang melipat atau menggulung hingga membentuk suatu
struktur tiga dimensi tertentu. Polipeptida sendiri merupakan rangkaian
dari beberapa asam amino. (Campbell, 2017)
2
ikatan hydrogen interaksi
hidrofobik, ikatan
garam,dan terbentuknya
lipatan atau wiru
molekul.
(Winarno,2002)
Pemekaran atau
pengembangan
molekulprotein yang
terdenaturasi akan membuka
gugus reaktif yang ada pada
rantai polipeptida.
Selanjutnya akan terjadi
pengikatan kembali
3
pada gugus reaktif yang
sama atau berdekatan.
Bila unit ikatan yang
terbentuk cukup
banyak sehingga protein
tidak lagi terdispersi
sebagai suatu koloid,
maka protein akan
mengalami koagulasi.
Apabila ikatan-ikatan
antara gugus-gugus reaktif
protein tersebut
menahan sluruh cairan, akan
terbentuklah gel. Sedangkan
bila cairan terpisahdari
protein
4
yang etrkoagulasi itu, maka
protein akan mengendap.
(Winarno,2002)
denaturasi dapat mengubah
sifat protein menjadi sukar
larut dan semakin kental.
Penggumpalan ini dapat
disebabkan oleh
Pemanasan,Pemberian
asam, Penambahan
enzim, Perlakuan mekanis,
dan Logam berat.
(Suhardi ,1991)
Protein yang menggumpal
atau mengendap
5
merupakan salah satu ciri
fisik dari
terdenaturasinya suatu
protein. Terjadinya
denaturasi pada protein ini
dapat disebabkan
oleh faktor – faktor di bawah
ini :
1. Pengaruh pemanasan
Pemberian panas pada
pengolahan protein harus
memperhatikan pemanasan
yang
menyebabkan protein
terdenaturasi. Protein yang
dipanaskan di atas 800C
6
umumnya akan mengalami
denaturasi.
2. Pengaruh asam
Adanya ion H+ menyebabkan
sebagian jembatan atau ikatan
peptida putus. Ion H+
akan bereaksi dengan gugus
COO– membentuk COOH
sedangkan sisanya (asam)
akan berikatan dengan gugus
amino membentuk ikatan,
sehingga apabila larutan
peptida dalam keadaan
isoelektris diberi asam akan
menyebabkan bertambahnya
7
gugus bermuatan yang
membentuk afinitas terhadap
air dan kelarutan air
meningkat
meskipun meskipun tidak
selamanya begitu.
3. Pengaruh basa
Penambahan basa misalnya
KOH atau NaOH dapat
menyebabkan denaturasi. Hal
ini karena terjadi pemecahan
ikatan peptida baik sebagian
atau keseluruhan. Ion OH
akan bereaksi dengan gugus
amino.
1
8
4. Pengaruh garam
Kation dan anion akan
memecah ikatan peptida.
Pemberian NaCl dalam
jumlah kecil
akan meningkatkan kelarutan
protein dan sebaliknya akan
mengendapkan protein
jika penambahan berlebihan.
5. Pengaruh pengadukan
Pada pengadukan yang keras
akan menyebabkan
Untuk menguji ada tidaknya protein, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan, yaitu;
1. Tes Biuret
2. Tes Xantoprotein
3. Tes Belerang
4. Reaksi Millon-Nasse
5. Reaksi Hopkins-Cole
6. Pengendapan dengan logam berat
7. Pengendapan oleh asam
9
10
BAB II
PERSIAPAN PRAKTIKUM
Alat :
Bahan :
11
Cara kerja
Reaksi Pengendapan dan reaksi warna
1. Tes Biuret
1 mL larutanprotein
Larutan bewarna
ungu
2. Tes Xantoprotein
3. Tes Belerang
1 mL larutanprotein
4. Reaksi Millon-Nasse
2cc larutanprotein
12
5. Reaksi Hopskin-Cole
1 mL larutanprotein
3 cc HNO3 pekat
b.
+2 tetes asam cuka 1N ke
waterbath
5 mL larutanprotein
13
Sifat berbagai macam protein
A. Albumin dan globulin
1. Pengendapan
2. Penggumpalan (koagulasi)
Endapan tidak
Panaskan (hingga ada
+ asam cuka 2% larut dalam
endapan putih)dinginkan
asam encer
B. Kasein
C. Gelatin
1. Pembengkakan dan kelarutan
Setelah dipanaskan
terbentuk larutan
kuning-oranye
2. Penjendalan
14
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
2. Tes Xantoprotein
a. Tanpa amonia : Warnanya kuning terang dan terdapat
endapan.
b. Ditambah amonia : Warnanya kuning namun lebih ke
orange dan terdapat endapan.
3. Tes Belerang
Larutan menjadi berwarna hitam.
4. Reaksi Millon-Nasse
Larutan berwarna oranye dan terdapat endapan kuning.
5. Reaksi Hopkins-Cole
Larutan terbentuk 3 lapis:
a. Lapisan paling atas : Berwarna putih.
b. Lapisan tengah : Berwarna ungu namun lama
kelamaan berwarna kuning
kecokelatan.
c. Lapisan paling bawah : Berwarna bening seperti air
putih.
15
b. 1. Uji akuades : Endapan putih berada didasar tidak
larut dalam akuades.
2. Uji Millon-Nasse : Larutan berwarna oranye dan terdapat
endapan kuning.
2. Penggumpalan (koagulasi)
Terdapat gumpalan putih didasarnya.
B. Kasein
Pengendapan
Larutan terbentuk 3 lapis:
1. Lapisan paling atas : Berwarna biru muda.
2. Lapisan tengah : Berwarna hijau tosca / hijau
muda.
3. Lapisan paling bawah : Berwarna kuning.
C. Gelatin
1. Pembengkakan dan Kelaturan
Larutan membengkak berwarna kuning-oranye kemudian
setelah dipanaskan larut kembali.
2. Penjedalan
Larutan gelatin memadat jika tabung reaksi dibalik tidak
tumpah.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Tes Biuret
Tes biuret bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida
pada protein. Langkah pertama, protein diberi NaOH untuk membuat
larutan menjadi lebih alkalis (basa) supaya protein tidak menjalankan
fungsinya dengan baik. Kemudian campuran protein dan NaOH diberi
beberapa tetes CuSO4 sehingga berubah warna menjadi ungu.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya ikatan peptida pada protein.
Warna ungu digunakan sebagai tanda bahwa terbentuk ikatan dari Cu 2+
dan N sehingga menghasilkan senyawa CuN dalam larutan basa.
Reaksi kimia :
2. Tes Xantoprotein
Dari percobaan yang telah dilakukan, hasil percobaan yang di
dapatkan adalah larutan berwarna kuning. Warna kuning ini menunjukkan
adanya gugus benzene dalam molekul protein. Penambahan HNO 3
berfungsi sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena inti benzene
dari asam amino akan bereaksi dengan HNO 3 dan menghasilkan
campuran warna kuning. Proses inkubasi dalam waterbath bertujuan
untuk denaturasi protein sehingga lebih mudah berikatan dengan HNO 3.
17
Kemudian, pada tabung yang ditambahkan amonia, warna
larutannya berubah menjadi jingga/oranye. Hal ini terjadi karena adanya
penambahan suasana basa pada larutan tersebut yang menyebabkan
warna larutan berubah menjadi jingga/oranye.
3. Tes Belerang
Dari percobaan yang telah dilakukan, hasil percobaan yang
didapatkan adalah larutan yang berwarna cokelat kehitaman. Warna
cokelat kehitaman ini menunjukkan adanya unsur belerang dalam protein.
Sistein merupakan asam amino yang mengandung atom S pada
molekulnya. Proses penambahan NaOH dalam percobaan ini bertujuan
untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan
atom S dapat terputus oleh Pb asetat membentuk PbS, sedangkan Pb
berfungsi sebagai donor Pb+.
4. Reaksi Millon-Nase
Reaksi Millon-Nase bertujuan untuk membuktikan adanya asam
amino tirosin pada protein. Protein ditambahkan dengan reagen millon
kemudian setelah dipanaskan timbul endapan kuning. Pemanasan larutan
bertujuan untuk denaturasi protein. Kemudian setelah ditambah NaNO 2
dan dipanaskan kembali, muncul endapan merah atau larutan menjadi
merah. Warna merah ini muncul karena Hg dari pereaksi Millon akan
berikatan dengan gugus hidroksifenil dari tirosin.
Reaksi kimia :
18
5. Uji Hopkins-Cole
Dari percobaan yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan adalah
terbentuknya lapisan yang berwarna ungu ditengah larutan. Lapisan
berwarna ungu itu disebabkan karena molekul protein yang diuji
mengandung triptofan. Triptofan ini sangat mudah berkondensasi dengan
aldehida bila berada pada suasana asam sehingga membentuk senyawa
yang berwarna ungu. Dalam percobaan ini, protein ditambah dengan
formaldehid dan kemudian ditambah dengan asam sulfat. Asam sulfat
disini akan membuat suasana menjadi asam dan triptofan berkondensasi
dengan formaldehid membentuk lapisan berwarna ungu yang kemudian
jika dibiarkan lama kelamaan akan menjadi berwarna kuning kecokelatan
karena pengendapan oleh asam sulfat tersebut.
19
7. Pengendapan oleh asam
(a) Percobaan ini dimulai dengan menambahkan HNO 3 pekat dan
larutan protein secara perlahan melalui dinding tabung. Setelah beberapa
saat terbentuk lapisan putih pada bidang batas tabung. Lapisan putih
terbentuk karena protein dalam larutan mengalami koagulasi. Koagulasi
tersebut terjadi karena ion-ion H+ pada asam berikatan dengan gugus-
gugus protein bermuatan negatif sehingga terjadi perubahan pengutuban
dari molekul protein. Perubahan pengutuban yang terjadi menyebabkan
rusaknya struktur protein sehingga protein mengalami koagulasi.
(b) Percobaan ini dimulai dengan menambahkan larutan protein
dan asam cuka 1N, kemudian campuran larutan dipanaskan di waterbath.
Panas dan asam menyebabkan perubahan struktur hidrogen pada protein
sehingga protein mengalami denaturasi. Setelah dipanaskan, larutan
dibagi menjadi 2. Larutan 1 ditambah dengan akuades. Pada larutan 1,
endapan tidak larut karena protein yang sudah mengalami denaturasi
tidak dapat lagi berikatan dengan air. Kemudian, larutan 2 di uji kembali
dengan uji Millon-Nasse. Pada larutan 2 terbentuk endapan oranye
kemerahan yang menunjukkan adanya reaksi oleh reagen Millon dan
asam amino tirosin pada protein.
20
Gumpalan tidak larut karena struktur protein tidak dapat kembali ke bentuk
semula setelah mengalami pemanasan.
B. Kasein
1. Pengendapan
Uji pengendapan kasein diawali dengan menambahkan larutan
kasein alkalis dan indikator bromkresol hijau sehingga menghasilkan
warna biru. Brom Hijau memiliki trayek pH diantara 4,0-5,6. Berubahnya
kasein menjadi biru menunjukan kasein memiliki pH netral. Kemudian,
larutan ditetesi asam cuka 2%. Setelah ditetesi asam cuka larutan akan
membentuk lapisan hijau. Hal ini terjadi karena lapisan tersebut memiliki
pH diantara 4,0-5,6. Karena protein kasein telah menjadi asam maka
kasein akan mengalami denaturasi. Ion H + akan memutus ikatan peptida
pada protein, kemudian akan bereaksi COO- dan membentuk COOH.
Sedangkan sisanya (asam) akan berikatan dengan gugus amino.
Sehingga apabila dalam keadaan isoelektrik kemudian diberi asam akan
menyebabkan munculnya gugus bermuatan yang berafinitas terhadap air.
Protein juga memiliki pH isoelektrik tertentu (nilai pH dimana muatan
positif sama dengan muatan negatifnya) pada pH tersebut protein tidak
bermuatan (netral) sehingga membentuk agregat (gumpalan keruh) dan
juga endapan. Endapan merupakan indikator titik isoelektrik karena
prosesnya dilakukan menggunakan penyesuaian pH isoelektrik protein
yang diinginkan.
C. Gelatin
Gelatin merupakan salah satu turunan dari protein kolagen.
Kolagen sendiri merupakan protein berbentuk serabut yang terdiri dari tiga
rantai polipeptida sebagai komponen utama penyusun kulit dan tulang
(sekitar 25% dari total berat kering mamalia) (Ogawa et al., 2004 dalam
Gadi et al., 2017). Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara
reversibel dari bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin, dapat
membuat film serta mempengaruhi viskositas suatu bahan (Surti, 2015).
1. Pembengkakan dan kelarutan
Pembengkakan pada gelatin disebabkan karena adanya proses
penyerapan air. Gelatin mampu menyerap air 5-10 kali dari berat semula.
Ketika dipanaskan, gelatin akan larut dalam air. Gelatin mudah larut pada
suhu 70⁰C dan cenderung membentuk gel pada suhu 48⁰C (Wahid, 2015).
21
2. Penjendalan
Ketika suhu diturunkan, gelatin mengalami penjendalan dimana
larutan gelatin yang sebelumnya cair menjadi lebih padat (gel). Hal ini
karena gelatin memiliki kekuatan gel yang cukup tinggi (tergantung bahan
dasarnya) dengan nilai standarnya bernilai 50-300 bloom (Supriadi, et al.,
2013). Kekuatan gel merupakan suatu parameter dari tekstur suatu bahan
dan merupakan gaya untuk menghasilkan deformasi tertentu (deMan,
1989, dalam Supriadi, et al., 2013).
22
BAB V
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A.,
Minorsky. 2017. Biologi. Edisi 11. Jakarta: Erlangga.
Rodwell, V.W., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Weil, P.A.
2016. Biokimia Harper. Edisi 30. Jakarta: EGC.
Gadi, D.S., Trilaksani, W., Nurhayati, T., (2017). Histologi, Ekstrasi dan
Karakterisasi Kolagen Gelembung Renang Ikan Cunang Muarenesox
talabon. 9. 2. Diakses dari https://www.bbp4b.litbang.kkp.go.id/jurnal-
jpbkp/index.php/jpbkp/article/download/56/39
24