BIOKIMIA
ACARA II
UJI KUALITATIF PROTEIN
DISUSUN OLEH:
RATIH KURATUL UYUN
G1A020056
B. LANDASAN TEORI
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubu, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungai
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur- unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Protein dapat mengalami denaturasi yang merupakan peristiwa
terjadinya modifikasi struktur sekunder, tersier, dan kuarter dari protein tanpa
menyebabkan pemutusan ikatan peptida. Perubahan struktur protein ini biasanya
menyebabkan perubahan sifat fisika-kimia protein (Natsir dan Latifa, 2018).
Asam amino berfungsi sebagai blok pembangunan protein, metabolisme
intermediet, dan substrat untuk produksi energi. Asam amino mengandung gugus
amino dan gugus karboksil, dan sering mengandung gugus fungsi lain. Protein
terdiri dari 20 asam amino yang berbeda, setengah dari yang disintesis secara
endogen (non-esensial), sedangkan asam amino yang tersisa diperoleh dari
sumber makanan yang penting. Deteksi asam amino bergantung pada ninhydrin,
bahan kimia yang bereaksi secara spesifik dengan amino primer dan sekunder
untuk menghasilkan warna ungu yang dapat diukur secara spektrofotometri
(Sharer, dkk, 2018).
Protein yang terdapat dalam makanan hewani seperti telur dikatakan
sebagai protein sempurna. Telur terbagai atas bagian kuning dan putih yang
mempunyai nilai protein yang berbeda. Analisis kualitatif protein dapat dilakukan
dengan berbagai macam metode seperti metode pereaksi warna biuret yang
termasuk ke dalam analisis kualitatif protein, sedangkan analisis kuantitatif dapat
menggunakan spektrofotometri sinar tampak (Ramadhani, dkk, 2018).
Uji protein dengan pengendapan dapat dilakukan dengan uji logam berat.
Pada keadaan basa, protein akan bermuatan negative, sehingga mampu bereaksi
dengan kation logam seperti timbal, merkuri, cadmium dan lain-lain. Kation
logam dengan protein bereaksi membentuk endapan berwarna putih. Melalui fakta
tersebut, kita dapat mengetahui sampel mengandung protein apabila setelah
penambahan kation logam, membentuk endapan berwarna putih. Prinsip ini juga
menjadi dasar penanganan bagi kasus keracunan logam berat yang harus segera
diberi susu atau putih telur. Karena protein yang terdapat dalam susu dan putih
telur dapat bersifat antidotum terhadap logam berat (Poedjiadi, 2005).
Selain itu, ada beberapa uji protein melalui warna yang dapat dilakukan,
seperti uji xanthoprotein, uji millon untuk tirosin, uji Hopkins-Cole untuk
triptofan, uji timbal asetat untul sulfur, dan lain-lain. Uji xanthoprotein digunakan
untuk menentukan adanya asam amino aromatic seperti tirosin atau tryptopan.
Gugus aromatic dalam asam amino akan ternitrasi oleh pemanasan dan
penambahan asam nitrat pekat sehingga menghasilkan produk berwarna kuning
yang merupakan turunan senyawa nitro. Uji millo didasarkan pada
hidroksibenzena radikal dari tirosin akan bereaksi dengan pereaksi millon untuk
menghasilkan kompleks berwarna merah. Uji Hopkins-Cole digunakan untuk
mendeteksi keberadaan cincin berwarna ungu indol dan triptopan di dalam
protein. Dan prinsip dari uji timbal asetat yakni pada keadaan basa sistein akan
melepaskan ion sulfida yang kemudia bereaksi dengan timbal asetat dan
mengubahnya menjadi timbal sulfida yang berwarna hitam (Tiwari, 2017).
D. SKEMA KERJA
Hasil
+ larutan ZnSO 4 encer berlebih
Hasil
Hasil
3 mL larutan protein
2 mL larutan protein
Hasil
c. Reaksi Hopskin-Cole (untuk tripotan)
1 mL larutan protein
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
+ 1 tetes larutan formaldehyde encer
+ 1 tetes reagen merkuri sulfat
Hasil
Digojok
+ 1 mL larutan H 2 SO4 pekat melalui dinding tabung
yang dimiringkan
Digojok
Hasil
3 mL larutan protein
Hasil
Didinginkan tabung reaksi pada air yang mengalir
+ larutan NH 2
Hasil
1 mL larutan protein
Hasil
+ 1 tetes larutan Pb asetat
Hasil
f. Reaksi Molisch
1 mL larutan protein
Hasil
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Protein Dengan Pengendapan
Ditambahkan larutan NH 3
Reaksi Uji Sulfur
Dimasukkan 1 mL larutan protein Warna awal kuning pucat
encer ke dalam tabung reaksi. Setelah dipanaskan berubah
Ditambahkan 1 mL larutan NaOH menjadi warna kuning
40% + NaOH 40% berubah menjadi
Dimasak 1 menit (untuk mengubah kuning agak keruh
sulfur organik menjadi Na- Setelah dipanaskan terbentuk 2
Sulfida). fase:
Ditambahkan 1 tetes Pb asetat - Atas : Kuning bening
- Bawah : bening keruh
+ Pb asetat terbentuk 3 fase:
- Atas : gumpalan coklat pekat
- Tengah : kuning bening
- Bawah : bening agak keruh
Reaksi Molisch
Dimasukkan 1 mL larutan protein Warna awal kuning pucat
ke dalam tabung reaksi. + Molisch terbentuk gumpalan
Tetes demi tetes larutan α-naftol coklat keruh
(pereaksi molisch) dan dikocok. + H 2 SO 4 terbentuk gumpalan
Ditambahkan 1 mL H 2 SO 4 pekat coklat keruh (tidak berubah)
perlahan melalui dinding tabung
sehingga terbentuk lapisan di
bawah campuran lalu dikocok.
E. ANALISIS DATA
b. Reaksi Millon-Nasse
Senyawa berwarna biru keunguan
c. Reaksi Hopskin-Cole
d. Reaksi Xanthoprotein
Warna Kuning-Orange
f. Reaksi Molisch
Furfural 5-hidroksi
α-naftol furfural
Pentosa
G. PEMBAHASAN