Judul Percobaan
Mempelajari Sifat-Sifat dan Reaksi Warna dari Protein
B. Tanggal Percobaan
Selasa, 07 November 2023
C. Tujuan Percobaan
1. Membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan ireversibel
2. Memahami penyebab terjadinya pengendapan pada protein
3. Mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi warna
D. Tinjauan Pustaka
5.1. Protein
Protein merupakan suatu makromolekul yang sangat berlimpah
dalam sel hidup dan dapat ditemukan pada semua bagian sel. Protein
disusun oleh polimer asam amino yang terdiri atas unsur C, H, N, dan O
yang ikatan satu sama lain membentuk ikatan peptida. Dalam tubuh
manusia, protein memiliki fungsi utama untuk mementuk dan
mempertahankan jaringan. Selain itu, protein juga dapat digunakan sebagai
cadangan energi apabila kebutuhan energi dalam tubuh tidak dapat dipenuhi
oleh lemak dan karbohidrat (Martianingsih, Sudrajat, & Darlian, 2016).
Asam amino terdiri dari 20 jenis dan kumpulan asam amino ini berikatan
satu sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-
COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino
yang lain dengan melepaskan satu molekul udara. Adapun struktur dari
asam amino digambarkan sebagai berikut:
Reaksi:
Tabung 1 (CuSO4)
Tabung 2 (ZnSO4)
Tabung 3 (FeSO4)
2. Reaksi biuret
3 ml larutan protein
Hasil
Reaksi:
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4 (aq)
3. Reaksi millon
3 ml larutan protein
Endapan kuning
- Didinginkan
- Ditambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1 %
- Dipanaskan
Hasil
Reaksi:
(Plaikoil)
G. Hasil Pengamatan
tetes
-ZnSO4: tetes CuSO4: R R
negative pada
larutan tidak larutan biru Tabung 3 protein dengan ion
-Dikocok berwarna dan endapan 2 H2N CH C
2+
COO- (aq) + Fe (aq) positif pada logam
-FeSO4: larut R
berat, dan reaksi
Endapan/keruh
larutan Tabung 2 tersebut termasuk
H2N CH COO Fe OOC CH NH2
(aq)
berwarna biru R R
Putih telur
omega
-1 ml putih
telur + 5 ml
aquades:
larutan jernih
keruh
Tabung 1
Tabung 3
-1 ml putih
1-1,5 ml larutan protein telur + 3 tetes
-Dimasukka ke dalam tabung
CuSO4:
reaksi larutan biru,
berbusa dan
-Ditambahkan FeSO4 tetes demi
endapan putih
tetes
kebiruan
Endapan
-Dikocok -1 ml putih
keunguan/keruh
telur + 7 tetes
-Ditambahkan beberapa tetes CuSO4:
FeSO4 hingga endapan larut larutan biru,
berbusa dan
Hasil
endapan larut
Tabung 2
-1 ml putih
telur + 4 tetes
ZnSO4:
larutan putih
keruh, berbusa
dan endapan
putih
-1 ml putih
telur + 16 tetes
ZnSO4:
larutan putih
keruh, berbusa
dan endapan
larut
Tabung 3
-1 ml putih
telur + 8 tetes
FeSO4:
larutan kuning
kecokelatan,
berbusa dan
endapan
kuning
kecokelatan
-1 ml putih
telur + 30 tetes
FeSO4:
larutan kuning
kecokelatan,
berbusa dan
endapan larut.
2 Reaksi Biuret -Susu: larutan Susu -CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Berdasarkan
3 ml larutan protein putih -3 ml susu + 1 Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4 (aq) percobaan yang
-Putih telur ml NaOH telah dilakukan
-Dimasukkan ke dalam tabung omega: jernih 40%: larutan diperoleh hasil
reaksi
kekuningan putih keruh bahwa pada reaksi
-Ditambahkan 1 ml NaOH -NaOH 40%: dan terdapat biuret susu
40% larutan tidak endapan putih menghasilkan
-Ditambahkan beberapa tetes berwarna -3 ml susu + 1 larutan ungu
CuSO4 0,5% -CuSO4: ml NaOH keruh dan putih
larutan tidak 40% + 3 tetes (Janaino et al, 2011) telur
Hasil
berwarna CuSO4: menghasilkan
larutan larutan ungu
berwarna jernih yang
ungu keruh membuktikan
bahwa pada susu
Putih telur dan putih telur
omega mengandung
-3 ml putih ikatan peptida.
telur + 1 ml
NaOH 40%:
larutan jernih
dan terdapat
partikel putih
-3 ml putih
telur + 1 ml
NaOH 40% +
5 tetes
CuSO4:
larutan ungu
jernih
3 Reaksi Millon -Susu: larutan Susu Berdasarkan
2 ml larutan protein putih -2 ml susu + 1 percobaan yang
-Putih telur ml reagen telah dilakukan
-Ditambahkan 1 ml HgSO4
(1% Hg dilarutkan ke dalam omega: jernih millon: diperoleh hasil
10% SO4) kekuningan larutan putih bahwa pada reaksi
-Reagen dan endapan millon susu
-Dipanaskan selama 1 menit
millon: putih menghasilkan
Endapan kuning larutan tidak -2 ml susu + 1 larutan putih
berwarna ml reagen kekuningan dan
-Didinginkan
-NaNO3: millon + endapan jingga
-Ditambahkan 1 tetes larutan tidak dipanaskan: (+), dan putih
NaNO2 1% berwarna larutan putih telur
-Dipanaskan dan endapan menghasilkan
putih larutan jingga dan
Hasil
-2 ml susu + 1 endapan jingga
ml reagen (++).
millon + 1
tetes NaNO2 + Uji positif reaksi
dipanaskan: millon ditandai
larutan putih dengan
kekuningan terbentuknya
dan endapan endapan warna
jingga(+) merah
Putih telur
-2 ml putih
telur + 1 ml
reagen millon:
larutan putih
-2 ml putih
telur + 1 ml
reagen millon
+ dipanaskan:
larutan putih
dan endapan
putih
-2 ml putih
telur + 1 ml
reagen millon
+ 1 tetes
NaNO2 +
dipanaskan:
larutan jingga
dan endapan
berwarna
jingga (++)
H. Analisis dan Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul Mempelajari Sifat-Sifat dan Reaksi
Warna dari Protein yang dilakukan pada hari Selasa, 07 November 2023,
pukul 12.00-17.00 WIB ini bertujuan untuk membedakan sifat kelarutan
protein secara reversibel dan ireversibel, memahami pemyebab terjadinya
pengendapan protein, dan mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi
warna. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tabung
reaksi, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, pembakar spirtus, kaki tiga dan
kasa asbes, rak tabung reaksi, serta batang pengaduk. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu putih telur omega, susu murni, larutan CuSO4, larutan
ZnSO4, larutan FeSO4, larutan NaOH 40%, reagen millon, dan larutan
NaNO2. Pada praktikum ini dilakukan tiga kali percobaan yaitu
pengendapan protein dengan logam berat, reaksi biuret, dan reaksi millon.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah susu murni dan
putih telur omega. Sebelum melakukan pengujian, putih telur harus
dikondisikan terlebih dahulu dengan diencerkan menggunakan aquades
dengan perandingan 1:5 yang artinya setiap 1 ml putih telur omega
diencerkan dengan 5 ml aquades.
1. Pengendapan Protein Dengan Logam Berat
Tujuan dari percobaan pertama ini adalah untuk memperlihatkan
bahwa logam berat mengendapkan protein secara reversibel. Prinsipnya
yaitu logam berat akan mendenaturasi dan mengendapkan protein.
Peristiwa ini terjadi apabila berbagai gugus di permukaan molekul
protein bermuatan negatif, sehingga membentuk garam dengan kation
logam berat. Jumlah protein sebanding dengan jumlah logam berat yang
ditambahkan. Makin banyak logam berat yang ditambahkan makin
banyak protein yang mengendap, selama dalam larutan masih terdapat
protein. Protein tertentu memerlukan penambahan beberapa tetes alkali
supaya protein tersebut bermuatan negatif. Selain itu, kelebihan logam
berat dapat pula melarutkan kembali kompleks logam berat- protein,
walaupun protein tersebut tetap dalam keadaan terdenaturasi (Mardiyah,
2019). Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan
muatan. Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk
isoelektrik yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari
logam berat akan terjadi netralisasi protein dan dihasilkan garam netral
proteinat yang mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali
dalam penambahan alkali (NH3, NaOH, dan lain-lain). Sifat
pengendapan protein ini adalah reversibel (Anwar, 1994). Pada uji
pengendapan dengan logam berat ini dilakukan pada 2 sampel yaitu susu
murni dan putih telur omega dengan 3 logam berat yang berbeda yaitu
CuSO4, ZnSO4, dan FeSO4.
a. Susu Murni
Tabung 1 (CuSO4)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu 1 ml susu murni dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan tetes demi tetes
CuSO4 hingga terbentuk endapan. Adapun total CuSO4 yang
diteteskan hingga terbentuk endapan berwarna putih kebiruan
sebanyak 3 tetes. Setelah endapan terbentuk, larutan kembali ditetesi
dengan dengan CuSO4 hingga endapan tepat larut. Dalam percobaan
ini endapan dapat larut pada penambahan 6 tetes CuSO4. Adapun
reaksinya sebagai berikut:
Tabung 2 (ZnSO4)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu 1 ml susu murni dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan tetes demi tetes
ZnSO4 hingga terbentuk endapan. Adapun total ZnSO4 yang
diteteskan hingga terbentuk endapan putih sebanyak 6 tetes. Setelah
endapan terbentuk, larutan kembali ditetesi dengan dengan ZnSO4
hingga endapan tepat larut. Dalam percobaan ini endapan dapat larut
pada penambahan 8 tetes CuSO4. Adapun reaksinya sebagai berikut:
Tabung 3 (FeSO4)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu 1 ml susu murni dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan tetes demi tetes
FeSO4 hingga terbentuk endapan. Adapun total FeSO4 yang
diteteskan hingga terbentuk endapan putih kekuningan sebanyak 8
tetes. Setelah endapan terbentuk, larutan kembali ditetesi dengan
dengan FeSO4 hingga endapan tepat larut. Dalam percobaan ini
endapan dapat larut pada penambahan 14 tetes FeSO4. Adapun
reaksinya sebagai berikut:
Tabung 2 (ZnSO4)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu 1 ml putih telur dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan tetes demi tetes
ZnSO4 hingga terbentuk endapan. Adapun total ZnSO4 yang
diteteskan hingga terbentuk endapan putih dan terdapat adanya busa
sebanyak 4 tetes. Setelah endapan terbentuk, larutan kembali ditetesi
dengan dengan ZnSO4 hingga endapan tepat larut. Dalam percobaan
ini endapan dapat larut pada penambahan 16 tetes CuSO4. Adapun
reaksinya sebagai berikut:
Tabung 3 (FeSO4)
Langkah pertama yang dilakukan yaitu 1 ml putih telur dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan tetes demi tetes
FeSO4 hingga terbentuk endapan. Adapun total FeSO4 yang
diteteskan hingga terbentuk endapan putih kekuningan dan terdapat
adanya busa sebanyak 8 tetes. Setelah endapan terbentuk, larutan
kembali ditetesi dengan dengan FeSO4 hingga endapan tepat larut.
Dalam percobaan ini endapan dapat larut pada penambahan 30 tetes
FeSO4. Adapun reaksinya sebagai berikut:
3. Reaksi Millon
Tujuan dari reaksi millon ini untuk mendeteksi adanya asam amino
tirosin dalam senyawa protein. Prinsip dari uji millon ini adalah merkuri
nitrat yang terdapat dalam pereaksi millon apabila ditambahkan pada
larutan protein yang mengandung tirosin akan menghasilkan endapan
putih. jika dipanaskan, akan terbentuk warna merah. Hal ini terjadi
karena merkuri yang beraksi dengan gugus fenol pada tirosin akan
membentuk senyawa berwarna. oleh karena itu, pada dasarnya reaksi ini
digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol (Mardiyah, 2019). Pada
percobaan reaksi millon ini sampel yang digunakan ada dua yaitu susu
murni dan putih telur omega.
a. Susu Murni
Langkah pertama yang dilakukan yaitu 2 ml susu murni dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 1 ml reagen
millon dan menghasilkan larutan putih serta terbentuknya endapan
putih. selanjutnya, dipanaskan selama 1 menit kemudian ditunggu
hingga dingin dan ditambahkan dengan 1 tetes NaNO2 1% dan
dipanaskan lagi sehingga larutan menjadi warna putih kekuningan
dengan endapan berwarna jingga (+).
b. Putih Telur Omega
Langkah pertama yang dilakukan yaitu 2 ml putih telur dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 1 ml reagen
millon dan menghasilkan larutan putih. selanjutnya larutan
dipanaskan selama 1 menit dan menghasilkan endapan putih lalu
ditunggu hingga dingin dan ditambahkan dengan 1 tetes NaNO2 1%
dan dipanaskan lagi sehingga larutan menjadi warna jingga dan
endapan juga berwarna jingga (++).
Dalam reaksi millon ini penamabahan reagen millon
berfungsi sebagai pereaksi yang bereaksi dengan sampel.
Selanjutnya pemanasan dilakukan untuk memepcepat reaksi serta
agar protein mengalami denaturasi atau kerusakan sehingga molekul
protein yang terdiri dari banyak polipeptida dapat terputus menjadi
molekul-molekul penyusunnya yang lebih kecil. Penambahan
NaNO2 untuk mereduksi Hg dimana akan terjadi pengikatan Hg
pada hidroksifenil yang terdapat pada asam amino tirosin yang akan
menghasilkan kompleks berwarna merah.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, susu
murni dan putih telur sama-sama menghasilkan endapan berwarna
jingga dimana hal tersebut menandakan adanya asam amino tirosin.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat (Sutresna, 2008) bahwa
fenol, albumin, dan kasein positif dalam uji millon karena tirosin
memiliki molekul fenol pada gugus R-nya dan albumin serta kasein
mengandung tirosin sebagai salah satu asam penyusunnya. Asam
amino tirosis merupakan asam amino non essensial yang dapat
diproduksi oleh tubuh. Akan tetapi asam amino tirosin juga dapat
diperoleh dari makanan yang mengandung protein seperti telur dan
susu. Semakin banyak kandungan tirosin dalam larutan uji
dibuktikkan dengan semakin pekatnya warna endapan merah bata
yang dihasilkan. Sehingga berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan dapat diartikan jika kandungan asam amino tirosin pada
susu murni dan putih telur omega tidak terlalu banyak karena
endapan yang dihasilkan berwarna jingga. Adapun reaksi yang
terjadi pada uji millon adalah sebagai berikut:
(Plaikoil)
I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa:
1. Endapan yang terjadi karena adanya reaksi antara ion negative pada
protein dengan ion positif pada logam berat termasuk dalam reaksi
reversibel karena berlangsung dalam dua arah.
2. Pengendapan protein terjadi karena adanya anion pada protein
membentuk ikatan dengan ion logam berat. Pada saat membentuk
endapan maka titik isoelektriknya tercapai. dan ketika melewati titik
isoelektrik endapan akan larut lagi.
3. Protein dapat menghasilkan warna dalam reaksi biuret dan reaksi
millon. Dimana pada reaksi biuret, protein akan berubah menjadi ungu
yang menunjukkan adanya ikatan peptida. Sedangkan pada reaksi
millon, protein memiliki endapan berwarna jingga yang menunjukkan
adanya asam amino tirosin.
J. Daftar Pustaka
Anwar, C. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: UGM.
Novika, D., Ahsanunnisa, R., & Yani, D. (2021). Uji Aktivitas Antiinflamasi
Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Terhadap Penghambatan Denaturasi. Jurnal Sains dan Terapan
Kimia.
Primadianti, A., Ulfa, A. M., & Amalia, F. (2021). Penetapan Kadar Protein
Pada Jerami Cempedak (Artocarpuschempeden) dan Jerami Nangka
(Artocarpusheterpophyllus L.) Dengan Metode Kjeldahl. Jurnal
Analisis Farmasi, 50-55.
K. Lampiran
1. Pertanyaan
1 Jelaskan apa fungsi pengujian protein dengan masing-masing reagen
uji (CuSO4, HgCl2, HNO3, Pb-asetat)!
Jawab:
-CuSO4
CuSO4 digunakan untuk uji adanya logam berat pada protein yang
ditandai dengan adanya pengendapan apabila protein positif
mengandung logam berat.
-HgCl2
HgCl2 digunakan untuk uji protein yang mengandung gugus
hidroksil phenil (-OH).
-HNO3
HNO3 digunakan untuk uji adanya cincin benzene dari garam asam
amino penyusun protein, yaitu pada percobaan ini ketika asam nitrat
pekat ditambahkan dan menghasilkan turunan nitrobenzene.
-Pb-asetat
Pb-asetat digunakan untuk uji adanya asam amino sistein dan
metionin, yaitu dalam percobaan ini akan menghasilkan larutan
warna hitamkarena atom S bereaksi dengan asam asetat membentuk
endapan PbS.
2 Bagaimana pengaruh pelarut organik (aseton dan etanol) terhadap
sifat denaturasi protein?
Jawab:
Pengaruh pelarut organik (aseton dan etanol) terhadap sifat
denaturasiprotein adalah protein atau asam nukleat akan kehilangan
struktur sekunder dan tersiernya karena pelarut organik
mengakibatkan protein dapat terdenaturasi.
Ikatan hydrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau –OH dan gugus C = O dalam
ikatanpeptide atau –COO- dalam gugus R.
2. Dokumentasi
Reaksi Biuret
1. Sampel telur ditambahkan larutan
NaOH 40%
Reaksi Millon
1. 2mL Sampel telur ditambahkan
reagen millon lalu dipanaskan 1
menit dan ditambahkan 1 tetes
NaNO2 1%, dipanaskan kembali
terbentuk endapan jingga