Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIKA SOEGIJAPRANATA


SEMARANG

PROTEIN

Nama: Adrianus Setya WP NIM: 19.I1.0029 Kelompok: E3

Abstrak

Protein merupakan gabungan dari beberapa molekul – molekul asam amino yang
berikatan engan ikatan peptida sehingga membentuk satu polimer kondensasi untuk
melangsungkan fungsi biologis. Reaksi Xanthoprotein untuk menguji cincin benzene,
jika menggunakan asam nitrat pekat menjadi warna kuning atau endapan kuning, dan
jika menggunakan basa menjadi warna jingga. Reaksi Ninhidrin digunakan sebagai
penentuan keberadaan asam amino secara kuantitatif . Tes ini positif jika pada saat
penambahan larutan ninhidrin menghasilkan warna biru dan pH nya 5-7. Jika muncul
warna kuning, maka asam amino mengandung prolina. Reaksi Molisch digunakan untuk
menguji gugus karbohidrat dalam asam amino. Jika positif maka terbentuk cincin
berwarna diantara 2 lapisan. Tes Adam Kiewic akan menghasilkan cincin berwara violet
diantara kedua lapisan jika terdapat triphtofan ditambahkan asam asetat glasial dan
asam sulfat pekat. Tes biuret jika bahan mengandung ikatan peptida, akan membentuk
senyawa kompleks ( berwarna biru tua ) dengan garam tembaga Cu dalam larutan alkali.

Kata kunci : Protein, Uji Biuret, Reaksi Mollisch, Reaksi Ninhidrin, Reksi
Xanthoprotein, Reaksi Adam Kiewic

1. TINJAUAN PUSTAKA dengan lemak dan karbohidrat. Struktur


Protein merupakan gabungan dari protein yaitu :
beberapa molekul – molekul asam H
amino yang berikatan engan ikatan
peptida sehingga membentuk satu R C COOH
polimer kondensasi untuk
melangsungkan fungsi biologis. Dalam
molekul protein, asam amino satu NH2
dengan yang lainnya saling Berdasarkan dari rumus senyawa
berhubungan satu dengan lainnya tersebut, protein bersifat amfoter.
menggunakan ikatan yaitu ikatan Senyawa amfoter ialah senyawa dimana
peptida(-COOH) (Suhardjo & Kosbart, akan membentuk garam jika terjadi
1992). Protein memiliki unsur – unsur reaksi dengan larutan asam dan larutan
yang hampir mirip dengan karbohidrat basa (Sumardjo, 1997). Protein
dan lemak yaitu Carbon (C), Hidrogen merupakan zat polimer dimana jika
(H), dan Oksigen (O), namun pada mengalami hidrolisis akan memperoleh
protein memiliki unsur Nitrogen (N). asam amino. Protein sederhana hanya
Namun, ada beberapa protein yang terdiri dari asam amino. Protein
memiliki unsur – unsur mineral yang konjungsi merupakan protein yang
lainnya seperti fosfor, sulfur, dan zat mengalami hidrolisis akan memperoleh
besi. Hal tersebut sesuai dengan asam amino dan beberapa produk
pendapat dari Gaman & Sherrington tambhan lainnya (Hein et. al., 1993).
(1994) bahwa protein memiliki unsur – Protein memiliki titik isoelektrik khas,
unsur yang lebh kompleks dibandingkan sifat asam dan basa tergantung pada

1
komposisi asam aminonya. Jika protein karbohidrat dalam asam amino. Jika
dilakukan perlakuan dengan positif maka terbentuk cincin berwarna
dipanaskan, ditambahi garam, atau diantara 2 lapisan (Robert, 1972). Uji
terkena cahaya ultraviolet, akan terjadi belerang merupakan tes khusus protein
perubahan besar yang kompleks. Proses yang memiliki asam amino. Akan
ini disebut denaturasi protein. terbentuk endapan jika hasilnya positif.
Denaturasi protein tersebut dapat Tes Adam Kiewic akan menghasilkan
menyebabkan berkurangnya tingkat cincin berwara violet diantara kedua
kelarutan danakan hilang keaktifan lapisan jika terdapat triphtofan
biologisnya. ditambahkan asam asetat glasial dan
Albumin ialah suatu senyawa protein asam sulfat pekat.
yang terdpat pada putih telur. Albumin
memiliki beberapa karakteristik yaitu 2. TUJUAN PRAKTIKUM
larut dalam air, menggumpal dengan
pemanasan dan biasanya kurang Tujuan praktikum ini adalah untuk
mengandung glisin. Albumin dapat mengetahui sifat – sifat protein, untuk
ditemukan dalam hewan maupun mengetahui proses dan faktor – faktor
tumbuhan. yang mempengaruhi koagulasi protein,
Panas berfungsi sebagai pengacau pada untuk mengetahui pengaruh logam berat
ikatan hydrogen dan interaksi dan peraksi alkoloid terhadap
hidrofobik non polar, karena pada suhu pengendapan protein, dan mengetahui
tinggi energy kinetik meningkat dan perubahan warna protein terhadap
membuat molekul senyawa beberapa reaksi.
penyusunnya bergerak dengan cepat
sehingga akan membuat kacau ikatan 3. METODE PRAKTIKUM
molekul tersebut. Pada reaksi uji warna 3.1. Materi
menggunakan biuret jika bahan 3.1.1. Alat
mengandung ikatan peptida, akan Alat yang digunakan adalah tabung
membentuk senyawa kompleks reaksi, rak tabung reaksi, penjepit, pipet
( berwarna biru tua ) dengan garam tetes, pipet volume, pompa Pilleus,
tembaga Cu dalam larutan alkali. Reaksi gelas ukur, beaker glass, dan hot plate.
Xanthoprotein untuk menguji cincin 3.1.2. Bahan
benzene, jika menggunakan asam nitrat Bahan yang digunakan adalah HNO3
pekat menjadi warna kuning atau pekat 65%, aquades, alcohol 96%,
endapan kuning, dan jika menggunakan HNO3 encer 0,1N, asetat 5%, larutan Cd
basa menjadi warna jingga. Ini 100 ppm, larutan HgCl2 0,8%, larutan
digunakan untuk menguji phenilalanin, ZnSO4 5%, larutan Pb asetat 0,8%,
triptofan, dan tirosin (Hein et. al., larutan AgNO3 0,1%, larutan asam
1993). Reaksi Ninhidrin digunakan pikrat 0,3%, larutan asam tannat 1%,
sebagai penentuan keberadaan asam larutan sama trikloroasetat 0,5%, larutan
amino secara kuantitatif (Terentyev & naphtol 0,1%, H2SO4 pekat 98%, larutan
Pavlov, 1954). Tes ini positif jika pada asam asetat glacial 99%, larutan
saat penambahan larutan ninhidrin ninhidrin 0,2%, larutan NaOH 10%,
menghasilkan warna biru dan pH nya 5- larutan CuSO4 1%, dan 50 ml albumin
7. Jika muncul warna kuning, maka yang berasal dari :
asam amino mengandung prolina Kelompok E1 : terlur ayam kampung
(Robert, 1972). Reaksi Molisch fresh
digunakan untuk menguji gugus

2
Kelompok E2 : telur ayam kampung 3 Sebanyak 3 buah tabung reaksi diisi
hari dengan 3 ml larutan albumin. Pada
Kelompok E3 : telur ayam kampung 5 masing masing tabung ditambahkan
hari masing – masing 2 ml:
Kelompok E4 : telur ayam horn fresh Tabung 1 : larutan asam pikrat 0,3%
Kelompok E5 : telur ayam horn 3 hari Tabung 2 : larutan asam tannat 1 %
Kelompok E6 : telur ayam horn 5 hari Tabung 3 : larutan asam trikloroasetat
3.2. Metode 0,5%
3.2.1. Persiapan Bahan Perubahan diamati dan difoto.
Kuning telur dan putih terlur 3.2.5. Uji Warna pada Protein
dipasahkan. 50 ml putih terlur diambil 3.2.5.1. Reaksi Molisch
untuk diuji. 2 ml albumin dimasukkan ke dalam
3.2.2. Koagulasi Protein tebung reaksi lalu ditambahkan dengan
3.2.2.1. Tabung Reaksi 1 1 ml larutan naphtol 0,1% dan 2 tetes
3 ml albumin dimasukkan ke dalam H2SO4 pekat 98%. Perubahan diamati
tabung reaksi lalu dididihkan selama 5 dan difoto.
menit. Perubahannya diamati dan 3.2.5.2. Reaksi Adam Kiewic
difoto. 2 ml albumin dimasukkan ke dalam
3.2.2.2. Tabung Reaksi 2 tebung reaksi lalu ditambahkan dengan
HNO3 pekat 65% sebanyak 3 ml 1 ml larutan asam asetat glacial 99%
dimasukkan ke dalam tabung dan 2 tetes H2SO4 pekat 98%.
reaksi.Sebanyak 1 ml albumin dan 3 ml Perubahan diamati dan difoto.
aquades dicampurkan ke dalam tabung 3.2.5.3. Reaksi Ninhidrin
reaksi yang berbeda, dikocok sampai 2 ml albumin dimasukkan ke dalam
tercampur rata. Tabung berisi HNO3 tebung reaksi lalu ditambahkan dengan
pekat dituangkan ke dalam tabung berisi 2 ml larutan ninhidrin 0,2%. Perubahan
albumin dengan cara dimiringkan lalu diamati dan difoto.
HNO3 pekat dilewatkan dinding tabung 3.2.5.4. Tes Biuret
sehingga terbentuk 2 lapisan. Perubahan 2 ml albumin dimasukkan ke dalam
diamati dan difoto. tebung reaksi lalu ditambahkan dengan
3.2.2.3. Tabung Reaksi 3 1 ml larutan NaOH 10% dan 10 tetes
3 ml albumin dimasukkan ke dalam CuSO4 1% lalu dikocok. Perubahan
tabung reaksi lalu ditambahkan dengan diamati dan difoto.
10 ml alcohol 96%. Perubahan diamati 3.2.5.5. Reaksi Xanthoprotein
dan difoto. 2 ml albumin dimasukkan ke dalam
3.2.2.4. Tabung Reaksi 4 tebung reaksi lalu ditambahkan dengan
3 ml albumin dimasukkan ke dalam 2 ml larutan HNO3 pekat 65% dan
tabung reaksi lalu ditambahkan dengan dipanaskan selama 5 menit. Perubahan
10 ml HNO3 encer. Perubahan diamati diamati dan difoto.
dan difoto.
3.2.2.5. Tabung Reaksi 5 4. HASIL PENGAMATAN
3 ml albumin dimasukkan ke dalam 4.1. Koagulasi Protein
tabung reaksi lalu ditambahkan dengan Dapat dilihat dari percobaan mengenai
10 ml asetat 5%. Perubahan diamati dan koagulasi protein kai ini, dapat
difoto. diketahui dari 5 percobaan dengan
3.2.4. Pengendapan Protein oleh perlakuan yang berbeda – beda. Pada
Pereaksi Alkaloid perlakuan pertama, 3 ml albumin
tersebut dipanaskan menghasilkan

3
perubahan yaitu dari bening kekuningan reaksi Adam Kiewic, terjadi perubahan
menjadi putih keruh, menggumpal warna dari bening kekuningan menjadi
seluruhnya. Pada percobaan kedua, 3 ml putih sedkit keruh pada bagian atasnya
HNO3 pekat 65% + 1 ml albumin + 3 ml dan terdapat gumpalan diantara kedua
aquades menghasilkan perubahan data lapisannya, sedangkan bagian bawahnya
yaitu dari bening kekuningan menjadi berwarna putih kekuningan. Pada
bening, warna kuning, ada gumpalan percobaan reaksi ninhidrin, terjadi
bewarna keruh diatasnya. Pada perubahan dari bening kekuningan
percobaan ketiga, 3 ml albumin + 10 ml menjadi terbentuk 2 lapisan dengan
alcohol 96% menghasilkan perubahan diantara kedua lapisan tersebut terdapat
dari bening kekuningan menjadi bening, lapisan berwarna ungu muda. Pada
kekuningan, ada banyak gumpalan percobaan tes biuret terdapat perubahan
keruh diatas. Pada percobaan keempat, dari bening kekuningan menjadi
3 ml albumin + 10 ml HNO 3 encer terbentuk 3 lapisan bagian atas bewarna
megalami perubahan dari bening ungu, bagian bawah berwarna kuning
kekuningan menjadi bening, sedikit muda, dan tengahnya berwarna kuning
gumpalan keruh di atasnya. Pada lebih pekat. Pada percobaan reaksi
percobaan kelima, 3 ml albumin + 10 xanthoprotein, terjadi perubahan dari
ml asetat 5% mengalami perubahan dari bening kekuningan menjadi berwarna
bening kekuningan menjadi bening, kuning dan terbentuk gumpalan pada
banyak gumpalan keruh dibagian atas. tengah – tengahnya.
4.2. Pengendapan Protein oleh
Pereaksi Alkaloid 5. PEMBAHASAN
Pada table percobaan kali ini, dapat kita Perlakuan dikocok berfungsi untuk
ketahui bahwa percobaan ini terdapat 3 membuat suatu campuran bercampur
perlakuan yang berbeda – beda. Pada menjadi satu atau menghomogenkan.
perlakuan pertama, 3 ml albumin + Pemanasan digunakan untuk membuat
larutan asam pikrat 0,3% mengalami albumin terdenaturasi sehingga akan
perubahan yaitu dari bening kekuningan membentuk suatu koagulasi. Larutan
menjadi bening, ada gumpalan kuning H2SO4 digunkan sebgai mempercepat
diatas. Pada perlakuan kedua, 3 ml proses reaksi dan pembentukan cincin
albumin + larutan asam tannat berwarna violet.
mengalami perubahan yaitu dari bening
kekuningan menjadi berwarna Pada percobaan koagulasi terdapat 5
kecoklatan. Pada perlakuan yang kali percobaan dengan perlakuan yang
terakhir, 3 ml albumin + larutan berbeda–beda.
trikloroasetat mengalami perubahan dari
bening kekuningan menjadi sekit keruh, Pada perlakuan pertama, 3 ml albumin
ada gumpalan sedikit diantara ke 2 tersebut dipanaskan akan terjadi
bagian. perubahan yaitu dari bening kekuningan
4.3. Uji Warna pada Protein menjadi terbentuk gumpalan putih (E1
Pada percobaan reaksi molisch terjadi dan E5) sedangkan pada E2, E3, dan E4
perubahan warna dari bening perbubahan dari bening kekuningan
kekuningan menjadi 2 bagian, pada menjadi terbentuk gumpalan putih
bagian atas bewarna putih keruh dikit da keruh, namun pada E6 mengalami
nada gumpalan putih pada lapisan atas, perubhan dari bening kekuningan
pada bagian bawah menjadi bewarna menjadi terbentuk gumpalan putih
bening kekuningan. Pada percobaan kekuningan. Putih telur atau albumin

4
tersebut akan menggumpal saat sedangkan E6 terbentuk gumpalan
dipanaskan, hal tersebut sesuai dengan endapan putih. Pada proses ini, terjadi
pendapat Sofro et al, (1992). penggumpalan karena penambahan
HNO3 encer hal tersebut menyebabkan
Perlakuan kedua yaitu dengan 3 ml denaturasi protein. Koagulasi
HNO3 pekat 65% + 1 ml albumin + 3 ml merupakan keadaan dimana denaturasi
aquades mengalami perubahan dari menyebabkan perubahan sifat protein
bening kekuningan menjadi bening menjad susah larut dan semakin kental
kekuningan dengan terdapat gumplan (Gaman & Sherington, 1981).
keruh diatasnya (E2, E3, E4),
sedangkan pada E1 dan E5 hampir Pada perlakuan terakhir percobaan
semua menggumpal, namun pada E6 koagulasi protein, 3 ml albumin + 10 ml
cairannya berubah kuning cerah dengan asetat 5% mengalami perubahan dari
ada gumpalan endapan kuning. Pada bening kekuningan menjadi terbentuk
perlakuan ini, penambahan HNO3 pekat gumpalan pada bagian atas (E1 dan E3),
disebut juga reaksi Xanthoprotein (Hein pada E2 dan E5 terbentuk gumpalan di
et al., 1993). Dengan penambhan HNO3 tengah cairan, pada E4 lapisan dasar
pekat menghasilkan cincin bewarna kuning jernih dan terdapat selaput
kuning maka dapat diketahui bahwa berwarna putih kekuningan, sedangkan
mengandung asam amino. Ada pada E6 terbentuk gumpalan endapan
beberapa yang tidak sesuai dengan teori putih. Dengan perlakuan kelima, hal ini
karena disebabkan kesalahan praktikan sesuai dengan pendapat dari Winarno
karena praktikan tidak teliti dalam (1997) dengan ditambahkan asam
melakukan percobaan kali ini. protein akan mengalami proses
denaturasi protein. Hal tersebut terjadi
Pada perlakuan yang ketiga yaitu 3 ml akibat pH yang berubah akan
albumin + 10 ml alcohol 96% akan mengakibatkan proses denaturasi.
mengalami perubahan dari bening
kekuningan menjadi terbentuk Pada percobaa pengendapan protein
gumpalan di bagian atas (E1, E2, E3, oleh pereaksi alkaloid dilakukan 3
E4, dan E6), sedangkan pada E5 hampir perlakuan yang berbeda – beda satu
semua bagian mengalami sama lainnya. Pada perlakuan yang
penggumpalan. Pada proses pertama, 3 ml albumin + larutan asam
penambahan alcohol, albumin akan pikrat 0,3%, pada E1 dan E5 mengalami
megalami proses koagulasi pda protein, perubahan dari bening kekuningan
sesuai yang dikatakan oleh Winarno menjadi kuning dan tidak ada
(1984). Alkohol menyebabkan mantel gumpalan, pada E2 dan E4 terdpat
air yang menyelimuti molekul protein gumpalan berwarna kuning di bagian
tertarik, dengan begitu akan terjadi tengah, pada kelompok E3 juga terdapat
aktivitas enzim proteolitik. gumpalan kuning namun pada bagian
atas, pada E5 cairannya menjadi kuning
Pada perlakuan keempat 3 ml albumin + keruh dengan gumpalan endapan putih.
10 ml HNO3 encer menyebabkan Protein akan berubah menjadi warna
perubahan dari bening kekuningan kuning disertai dengan dihasilkannya
menjadi terdapat gumpalan dibagian endapan karena ion pikrat memiliki ion
atas (E1 dan E3), pada E2 dan E4 diatas negative yang akan membuat protein
cairan terdapat selaput tipit, pada E5 dalam albumin akan diendapkan
trjadi penggumpalan di tengah cairan, (Lehninger, 1982).

5
mengalami perubahan warna menjadi
Pada perlakuan yang kedua yaitu 3 ml putih, sedangkan pada E6 terbentuk
albumin + larutan asam tannat, pada E1 gumpalan endapan putih. Pada
dan E5 terjadi perubahan dari bening percobaan ini dapat diketahu kalau
kekuningan menjadi coklat dengan hasilnya negative karena tidak berubah
terbentuk sedikit gumpalan dibagian menjadi ungu saat ditambahkan larutan
tengahnya, pada E2, E3 ,dan E4 terjadi H2SO4 dan tidak terbentuk cincin
perubahan warna menjadi coklat, pada berwarna saat ditambahkan naphtol. Hal
E6 terbentuk gumpalan merah bata. ini dapat terjadi karena kemungkinan
Dapat diketahui bahwa setelah saat percobaan praktikan tidak teliti.
ditambahkan asam tannat mengalami
perubahan warna menjadi coklat karena Reaksi yang kedua yaitu reaksi Adam
asam tannat merupakan serpihan yang kiewic, pada E1, E3, dan E5
berwarna kuning kecoklatan (Riawan, menghasilkan perubahan warna menjadi
1990). Asam tannat memiliki ion putih agak keruh dan terbentuk
negative yang akan mengendapkan gumpalan di tenga – tengahnya, pada
protein pada albumin (Lehninger, E2, E4, dan E5 terdapat gumpalan
1982). Namun pada kelompok E2, E3, berwarna putih kekuningan. Pada
dan E4 tidak menghasilkan endapan percobaan yang kita lakukan dapat
dikarenakan kemungkinan kesalahan dilihat bahwa hasilnya negative karena
maupun ketidak telitian praktikan saat tidak terbentuk cincin berwarna violet.
melakukan percobaan. Dapat diketahui bahwa tidak
mengandung tryptophan.
Pada perlakuan terkahir pada percobaan
pengendapan protein oleh peraksi Reaksi yang ketiga merupakan reaksi
alkaloid yaitu 3 ml albumin + larutan ninhidrin, pada E1 dan E3 terbentuk
trikloroasetat, pad E1 mengalami gumpalan berwarna ungu yang terletak
perubahan dari bening kekuningan di tengah, pada E2 warna cairannya
menjadi putih dan hamper semuanya menjadi kuning bersih, pada E4 dan E6
menggumpal, pada E2, E3, E4, dan E5 cairan berwana kuning dan tidak ada
terjadi perubahan bagian atasnya endapannya, pada E5 terbentuk
berwarna putih keruh dan terbentuknya gumpalan pada bagian tengahnya. Pada
endapan, pada E6 terjadi perubahan E1 dan E3 menunjukan hasil positif
menjadi keruh. Terbentuknya endapan karena berubah menjadi warna ungu
karena TCA bereaksi dengan albumin dan menunjukan bahwa menghasilkan
dan mengalami proses terdenaturasi. asam amino bebas. Sedangkan pada E2,
E2, E4, dan E6 menunjukan hasil positif
Pada percobaan uji warna protein bahwa albumin tersebut mengandung
dilakukan 5 kali percobaan dengan gugus prolin (Hamid, 2007).
reaksi yang berbeda – beda. Pada reaksi
molisch terjadi perubahan yang berbeda Reaksi ke empat merupakan tes biuret,
setap kelompoknya, pada E1 menjadi pada E1 mengalami perubahan menjadi
putih dan hampir seluruh bagian biru tua dan terbentuk gumpalan di
mengalami penggumpalan, pada E2, E3, atasnya, pada E2 dan E4 bagian atas
dan E4 terjadi pemisahan antara lapisan larutan berwarna biru violet, pada E3
atas dan bawah, dimana lapisan atas lapisan paling atas berwarna ungu, pada
berubah menjadi warna putih keruh dan E5 warna perubahan menjadi ungu dan
terbentuk gumpalan, pada E5 coklat lalu terbentuk gumpalan, pada E6

6
terbentuk gumpalan endapan violet. cerah dibandingkan pada warna
Pada saat setelah penambahan NaOH cangkang terlur horn. Ukuran dari ayam
dan CuSO4 albumin berubahn warna telur kampong biasanya lebih kecil
menjadi biru – ungu tua, hal tersebut dibandingkan ayam telur horn. Pada
dapat menyatakan bahwa uji biuret telur ayam kampong memiliki
positif mengandung ikatan peptida. Jika kandungan protein dan vitamin A yang
bereaksi dengan larutan yang memiliki lebih tinggi dibandingkan dengan telur
gugus amida, maka pada hasil tes biuret ayam horn. Telur yang masih fresh akan
menunjukan positif (Sumardjo, 1997). memiliki cangkang telur yang lebih
cerah dan memiliki sedikit bintik hitam
Reaksi yang dilakukan pada reaksi daripada telur yang tidak fresh lagi.
terakhir yaitu reaksi Xanthoprotein. Selain itu, pada putih telur yang masih
Pada E1 mengalami peubahan menjadi fresh akan lebih kental dibandingkan
orange dan tidak menghasilkan yang sudah tidak fresh lagi. Pada
endapan, pada E2 dan E3 terbentuk kuning telur fresh akan berbentuk
gumpalan dan cairan berwarna kuning, bundar dan bagus, selai itu tidak
pada E4 dan E6 tidak ada gumpalan dan mengeluarkan bau terlalu menyengat.
cairan berwarna kuning cerah, pada E5
terbentuk gelembung di bagian 6. KESIMPULAN
tengahnya dan terbentuk gumpalan di  Protein bersifat amfoter, karena
bagian atas. Pada percobaan kali ini, mampu untuk melakukan reaksi
dapat dikatakan albumin mengandung dengan asam dan basa.
cincin benzena, phenilalanin, triptofan,  Secara umum protein larut
dan tirosin dengan mengalami dalam air dan dapat terendapkan
perubahan berwana kuning cerah dan dengan garam akibat koagulasi
terdapat gumpalan. dan penambahan alkohol.
 Pada saat mengalami denaturasi
Dari percobaan diatas ada yang sudah protein, biasanya akan
menghasilkan data positif dan ada yang mengalami koagulasi protein
negative. Kemungkinan data tersebut  Hal – hal yang mempengaruhi
terjadi kesalahan dalam praktikum. terjadinya pengendapan
(koagulasi) ialah dipanaskan,
Terjadi beberapa data yang berbeda diberi asam, diberi perlakuan
perubahan warnanya itu dapat mekanis, ditambahkan garam
dikarenakan bahan yang digunakan (NaCl).
berbeda. Dengan menggunkan terlur  Pereaksi alkaloid memiliki ion
ayam kampong, beberapa tes yang negative yang akan
menguji tentang adanya asam amino mengendapkan protein albumin
akan lebih terlihat pada telur ayam  Reaksi Xanthoprotein untuk
kampong, karena dalam telur ayam menguji cincin benzene, jika
kampong memiliki kandungan asam menggunakan asam nitrat pekat
amino yang lebih banyak dari telur menjadi warna kuning atau
ayam horn. Sedangkan jika terdapat endapan kuning, dan jika
data yang tidak sesuai dengan teori menggunakan basa menjadi
maka terjadi kesalahn dalam percobaan, warna jingga
baik dari ketidak telitian praktikan, dan
 Reaksi Ninhidrin digunakan
lain – lainnya. Pada ayam kampong
sebagai penentuan keberadaan
cangkang telurnya berwarna lebih putih
asam amino secara kuantitatif

7
(Terentyev & Pavlov, 1954). Tes Chemistry an Introduction to
ini positif jika pada saat General, Organic, and
penambahan larutan ninhidrin Biochemistry, 5th ed. Brooks
menghasilkan warna biru dan Cole Publishing Company.
pH nya 5-7. Jika muncul warna California.
kuning, maka asam amino
mengandung prolina
 Reaksi Molisch digunakan untuk Lehninger. (1982). Dasar-Dasar
menguji gugus karbohidrat Biokimia. Jilid 1. Penerbit
dalam asam amino. Jika positif Erlangga. Jakarta.
maka terbentuk cincin berwarna
diantara 2 lapisan Riawan. (1990). Kimia Organik.
 Tes Adam Kiewic akan Jakarta: Bina Rupa Aksara.
menghasilkan cincin berwara
violet diantara kedua lapisan jika
terdapat triphtofan ditambahkan Robert, M. (1972).Organic
asam asetat glasial dan asam Chemistry.Liberty Congres.
sulfat pekat New York.
 Tes biuret jika bahan
Sofro, A. S; W. Lestriana&Haryadi.
mengandung ikatan peptida,
(1992). Protein Vitamin dan
akan membentuk senyawa
Bahan Ikutan Pangan. UGM.
kompleks ( berwarna biru tua )
Yogyakarta
dengan garam tembaga Cu
dalam larutan alkali.
Suhardjo,& C. M. Kosbart. (1992).
Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi.
Semarang, 25 September 2018 Kanisius.Yogyakarta.

Sumardjo, D. (1997). Kimia


Adrianus Setya WP Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UNDIP. Semarang
7. DAFTAR PUSTAKA
Gaman, P. M. & K. B. Sherington. Terentyev, A. & B. Pavlov. (1954).
(1981). Ilmu Pangan. UGM Organic Chemistry.Foreign
Press. Yogyakarta. languages Publishing House.
Moscow.
Gaman, P.M. & K.B. Sherrington. Winarno, F. G; S. Fardiaz, & D.
(1994). Pengantar Ilmu Pangan Fardiaz. (1984). Pengantar
Nutrisi dan Mikrobiologi. Teknologi Pangan. Gramedia.
Universitas Gajah Mada. Jakarta.
Yogyakarta.

Hamid, Patilima. (2007). Metode Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan


Penelitian Kualitatif. Jakarta: dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Alfabeta. Utama. Jakarta.

Hein, M.; L. R. Best; S. Pattison; & S.


Arena.(1993). College 8. LAMPIRAN

8
9

Anda mungkin juga menyukai