JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2019
UJI KANDUNGAN PROTEIN
A. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan secara umum protein berdasarkan struktur, sifat, dan
reaksi kimianya serta pemahaman yang mendasari prosedur identifikasi
protein dan asam amino.
2. Mampu melakukan uji identifikasi protein serta melaporkan lisan dan
tertulis hasil uji tersebut baik secara ringkas atau uraian.
B. DASAR TEORI
Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh. Zat
tersebut digunakan sebagai zat pembangun, perbaikan & pertumbuhan sel, sebagai
penyeimbang asam & basa, sebagai pembentuk atau menstimulasii enzim &
hormon (Anggorodi, 1995). Sedangkan menurut (Katili, 2009) protein adalah
makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun
organisme tingkat tinggi.
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisinya, antara lain
a. Protein Sederhana
1. Albumin, protein larut dalam air dan larutan garam encer.
2. Globulin, tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan encer
garam.
3. Histon, protein basa karena banyak mengandung asam amino
bermuatan positif.
4. Globin, mengandung arginin dan triptofan dalam jumlah sama,
mengandung histidin juga tetapi tidak mengandung isoleusin.
5. Glutelin, tidak larut dalam larutan netral tapi larut dalam basa dan
asam encer.
6. Prolamin, banyak terdapat pada sayuran. Tidak larut dalam alkohol
absolut.
b. Protein Kompleks
1. Fosfoprotein, hidrolisisnya menghasilkan asam amino dan asam
fosfat.
2. Glikoprotein, merupakan turunan karbohidrat.
3. Khromoprotein, protein dengan gugus prostetik yang berpigmen.
4. Nukleoprotein
5. Lipoprotein
6. Flavoprotein
7. Metaloprotein. (Soedarmo et al., 1988)
Protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan
sifat-sifat tertentu, yaitu protein globuler dan protein serabut. Pada protein
globuler, rantai polipeptida berlipat-lipat rapat menjadi bentuk globuler atau bulat
padat. Sedangkan protein serabut merupakan molekul serabut panjang dengan
rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu dan tidak berlipat menjadi
bentuk globuler (Lehninger, 1997)
Pada dasarnya, protein tersusun atas asam amino-asam amino, yang diikat
oleh ikatan peptida. Pengadaan dan penyediaan asam amino terjadi amat penting
oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein.
Kemampuan jasad hidup untuk membentuk asam amino tidak sama. Asam amino
digolongkan de dalam asam amino nir-esensial adalah alanin, prolin, glisin, serin,
sistein, tirosin, asparagin, glutamin, asam aspartat, dan asam glutamat. Jasad
hidup tingkat tinggi tidak dapat mensintesa asam amino esensial. Mekanisme
reaksi pembentukanya disusun dari biosintesa asam tersebut adalah valin, leusin,
isoleusin, fenilalanin, triptofan, metionin, treonin, ornitin, arginin, histidin
(Martoharsono, 2000).
Setiap protein memiliki jumlah dan urutan asam amino yang spesifik.
Perubahan posisi asam amino dalam rantai akan menghasilkan protein baru
dengan struktur dan fungsi yang berbeda. Struktur protein merefleksikan fungsi
biologisnya. Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur
primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener
(tingkat empat). (Murray, 1999). Struktur primer protein merupakan urutan asam
amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida).
Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dan
berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan
hidrogen (Wahjudi, 2003).
Protein berfungsi memindahkan berbagai senyawa melalui aliran darah dan
melewati membran. Fungsi terpentingnya yaitu sebagai enzim (katalisator) untuk
mempercepat reaksi biokimia. Fungsi lainnya yaitu sebagai pemicu otot untuk
berkontraksi. Protein dalam bentuk antibodi dan komponen lain dalam sistem
kekebalan, dapat melindungi dari infeksi organisme asing. Protein juga mampu
mencegah kehilangan darah dengan membentuk serangkaian proses yang diakhiri
dengan pembentukan pembekuan darah.
Protein dapat diuji dengan beberapa percobaan, yang dapat dipelajari
dalam ilmu Biokimia. Pengujian protein antara lain uji biuret, uji molisch, uji
xanthoprotein, uji ninhydrine, uji millon, uji Hopkins-Cole, dan uji amonium
sulfat.
Uji Biuret. Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
dalam protein. Larutan peptida yang ditambahkan NaOH dan CuSO 4
menghasilkan warna ungu.
Uji Millon. Uji Millon dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino
tirosin pada protein. Larutan albumin yang ditambahkan HgSO4 yang sudah
dididihkan dengan cara pemanasan selama 10 menit, kemudian didinginkan
dengan mengalirkan air kran lalu ditambahkan kristal NaNO 3 kemudian
dipanaskan kembali , menghasilkan endapan berwarna merah bata yang
menunjukkan bahwa reaksinya positif.
Uji Hopskin-Cole. Uji Hopskin-Cole dilakukan untuk mengetahui adanya
asam amino triptpophan pada asam amino. Reaksi yang terjadi menghasilkan
warna biru tua keunguan.
Uji Xanthoprotein. Tujuan dilakukannya uji Xanthoprotein adalah untuk
mengetahui adanya asam amino aromatik pada protein yang meliputi tirosin,
triptofan, dan fenilalanin. Percobaan yang dilakukan menghasilkan endapan
kuning.
Uji Molisch. Uji Molisch dilakukan untuk mengidentifikasi gugus
karbohidrat pada protein. Albumin yang ditambah reagen Molisch dan H2SO4
pekat menghasilkan larutan berwarna merah hati yang mengandung sedikit
gelembung dan terdapat warna ungu yang membentuk semacam cincin.
Uji Ninhydrin atau tes ninhydrin digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino dalam zat yang di uji. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
kompleks berwarna biru keunguan.
Uji Amonium Sulfat. Hasil positif ditandai dengan adanya endapan pada
larutan yang telah direaksikan dengan amonium sulfat jika reaksinya positif.
D. CARA KERJA
1. Uji Biuret
Bahan uji
2. Uji Molisch
Bahan uji
Hasil
3. Uji Xanthoprotein
Bahan Uji
Hasil
4. Uji Ninhydrin
Bahan uji
Hasil
5. Uji Millon
Bahan uji
Hasil
Hasil
7. Uji Hopkins-Cole
Bahan uji
1. Uji Biuret
Perubahan Warna Keterangan
No Bahan Uji Reagen
Sebelum Sesudah Hasil (+/-)
Kacang
1. Putih Ungu +
tanah
2. Susu sapi Putih Ungu +
Susu
3. NaOH + Putih Ungu +
kedelai
CuSO4
Putih
4. Ikan Ungu +
keruh
Albumin
5. Bening Ungu +
telur
2. Uji Molisch
Perubahan Warna Keterangan
No Bahan Uji Reagen
Sebelum Sesudah Hasil (+/-)
Kacang Cincin
1. Putih +
tanah ungu
Cincin
2. Susu sapi Putih +
ungu
Reagen
Susu Cincin
3. Molish + Putih +
kedelai ungu
H2SO4
Putih Cincin
4. Ikan +
keruh ungu
Albumin Cincin
5. Bening +
telur ungu
3. Uji Xantoprotein
Perubahan Warna Keterangan
No Bahan Uji Reagen
Sebelum Sesudah Hasil (+/-)
Kacang
1. Putih Oren +
tanah
2. Susu sapi Putih Oren +
Susu
3. HNO3 dan Putih Oren +
kedelai
NaOH
Putih
4. Ikan Oren +
keruh
Albumin
5. Bening Oren +
telur
4. Uji Ninhydrin
Bahan Perubahan Warna Keterangan
No Reagen
Uji Sebelum Sesudah Hasil (+/-)
Kacang
1. Putih Ungu +
tanah
2. Susu sapi Putih Ungu +
Susu
3. Putih Ungu +
kedelai Ninhydrin
Putih Biru
4. Ikan +
keruh Kehitaman
Albumin
5. Bening Biru pekat +
telur
5. Uji Millon
Perubahan Warna Keterangan
No Bahan Uji Reagen
Sebelum Sesudah Hasil (+/-)
Kacang
1. Putih Merah +
tanah
2. Susu sapi Putih Merah +
Susu Reagen
3. Putih Putih -
kedelai Millon +
NaNO2 Putih Jingga
4. Ikan +
keruh kemerahan
Albumin
5. Bening Jingga +
telur
7. Uji Hopkins-Cole
Perubahan Warna Keterangan
No Bahan Uji Reagen
Sebelum Sesudah Hasil (+/-)
Kacang Cincin
1. Putih +
tanah ungu
Cincin
2. Susu sapi Putih +
ungu
Reagen
Susu Merah
3. Hopkins + Putih -
kedelai jambu
H2SO4
Putih Cincin
4. Ikan +
keruh ungu
Albumin
5. Bening Putih -
telur
F. ANALISIS DATA
1. Uji Biuret
Pada uji biuret, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur dengan
reagen NaOH dan CuSO4 terjadi adanya perubahan warna. Pada awalnya
tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih. Setelah
dilakukannya uji biuret, warna putih ini berubah menjadi warna ungu. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah positif mengandung protein.
Pada bahan susu sapi, susu kedelai dan daging ikan tongkol terjadi perubahan
warna dari warna putih menjadi warna ungu. Sedangkan pada bahan albumin telur
perubahan warna dari bening menjadi ungu. Hal ini berarti bahwa dalam dalam
bahan-bahan tersebut positif mengandung protein.
2. Uji Molisch
Pada uji Molisch, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur dengan
reagen Molisch dan H2SO4 menghasilkan terjadinya perubahan warna. Pada
awalnya tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih.
Setelah dilakukannya uji Molisch, warna putih ini berubah menjadi warna merah
bata dengan cincin berwarna ungu. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam bahan
kacang tanah positif mengandung protein. Pada bahan susu sapi, susu kedelai dan
daging ikan tongkol terjadi perubahan warna dari warna putih menjadi warna
ungu dengan cincin ungu. Sedangkan pada bahan albumin telur terdapat cincin
ungu. Hal ini berarti bahwa dalam dalam bahan-bahan tersebut positif
mengandung protein.
3. Uji Xanthoprotein
Pada uji Xanthoprotein, dilakukan pemberian reagen pada dua kondisi, yaitu
kondisi sebelum dipanasakan dan sesudah dipanaskan. Reagen HNO 3 digunakan
pada kondisi sebelum pemanasan, dan reagen NaOH digunakan pada kondisi
setelah pemanasan. Bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur dengan
reagen HNO3 menghasilkan terjadinya perubahan warna. Pada awalnya tumbukan
kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih. Saat dilakukan
pemanasan, warna putih ini berubah menjadi kuning. Setelah itu diuji lagi dengan
menambahkan reagen NaOH terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga.
Hal ini mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah positif mengandung
protein. Sedangkan pada bahan susu sapi, susu kedelai dan daging ikan tongkol
terjadi perubahan warna dari warna putih menjadi warna kuning saat pemanasan
dan menjadi warna jingga setelah pemanasan. Sedangkan pada bahan albumin
telur berubah warna dari bening menjadi kuning. Hal ini berarti bahwa dalam
dalam bahan-bahan tersebut positif mengandung protein.
4. Uji Ninhydrin
Pada uji Ninhydrin, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur dengan
reagen Ninhydrin menghasilkan perubahan warna. Pada awalnya tumbukan
kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih. Setelah dilakukannya uji
Ninhydrin, warna putih ini berubah menjadi warna ungu sempurna. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah positif mengandung protein.
Sedangkan pada bahan susu sapi, susu kedelai dan daging ikan tongkol terjadi
perubahan warna dari warna putih menjadi warna ungu. Sedangkan pada bahan
albumin telur berubah warna dari bening menjadi biru kuat. Hal ini berarti bahwa
dalam dalam bahan-bahan tersebut positif mengandung protein.
5. Uji Millon
Pada uji Millon, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur dengan
reagen Millon dan NaNO2 menghasilkan perubahan warna. Pada awalnya
tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih. Setelah
dilakukannya uji Millon, warna putih ini berubah menjadi warna merah. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah positif mengandung protein.
Pada bahan susu sapi dan daging ikan tongkol terjadi perubahan warna dari warna
putih menjadi warna merah. Untuk albumin telur terdapat endapan berwarna putih
oranye. Hal ini berarti bahwa dalam dalam bahan susu sapi, daging ikan tongkol
dan albumin telur positif mengandung protein. Sedangkan pada bahan susu
kedelai tidak menunjukkan perubahan warna. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa hasilnya negatif mengandung protein atau tidak mengandung protein.
Pada uji Amonium Sulfat, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur
dengan reagen padatan amonium sulfat menghasilkan endapan. Pada awalnya
tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini tidak adanya endapan. Setelah
dicampur dengan reagen padatan amonium sulfat dan dikocok, terbentuk endapan
berwarna putih pada bagian dasarnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
bahan kacang tanah positif mengandung protein. Sedangkan pada bahan susu sapi,
susu kedelai, daging ikan tongkol dan albumin telur juga terbentuk endapan. Hal
ini berarti bahwa dalam dalam bahan-bahan tersebut positif mengandung protein.
7. Uji Hopkins-Cole
Pada uji Hopkins-Cole, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur
dengan reagen Hopkins dan H2SO4 menghasilkan perubahan dan cincin warna.
Pada awalnya tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih.
Setelah dilakukannya uji Hopkins-Cole, warna putih ini berubah menjadi warna
ungu dan terbentuk cincin warna ungu. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
bahan kacang tanah positif mengandung protein. Pada bahan daging ikan tongkol
dan susu sapi terjadi perubahan berturut-turut yaitu perubahan warna dari warna
putih menjadi warna ungu dan terbentuk cincin warna ungu. Sedangkan pada susu
kedelai terjadi perubahan warna dari warna putih menjadi merah jambu. Hal ini
berarti bahwa dalam dalam bahan-bahan tersebut positif mengandung protein.
Untuk pengujian albumin telur menghasilkan perubahan warna yang semula
bening menjadi warna putih. Hal ini berati dalam albumin telur negatif
mengandung protein.
G. PEMBAHASAN
1. Uji Biuret
2. Uji Molisch
Prinsip dari uji Molisch ini adalah berdasarkan kepada reaksi karbohidrat
dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksimetil furfural dengan α-naftol
akan membentuk senyawa kompleks berupa cincin ungu. Dalam larutan molisch
ini mengandung alkohol. Fungsi dari alkohol ini yaitu untuk melindungi partikel-
partikel karbohidrat dari kontak langsung asam sulfat pekat sehingga tidak terjadi
kerusakan langsung senyawa karbohidrat dalam sampel dan sebagai pelarut α-
naftol. α-naftol. Merupakan pewarna spesifik karbohidrat sehingga dengan
senyawa furfural yang akan dibahas selanjutnya. α-naftol bersifat tak larut, maka
dari itu, selain untuk melindungi senyawa karbohidrat alkohol berfungsi untuk
melarutkan α-naftol.
3. Uji Xanthoprotein
4. Uji Ninhydrin
5. Uji Millon
Pada uji ini terjadi reaksi millon. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan protein, akan menghasilkan endapan putih dan apabila dipanaskan dapat
berubah menjadi merah. Uji Millon dilakukan untuk mengetahui adanya asam
amino tirosin pada protein. Tirosin merupakan asam amino yang mengandung
gugus fenol pada rantai sampingnya (gugus R-nya). Pereaksi Millon mengandung
merkuri dan ion merkuro dalam asam nitrit dan asam nitrat. Gugus fenol pada
tirosin ini akan terhitrasi membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon yang
akan membentuk kompleks berwarna merah (Poediadi, 2007).
Larutan uji yang sudah dididihkan dengan cara pemanasan selama 10
menit, kemudian didinginkan dengan mengalirkan air kran lalu ditambahkan
kristal NaNO3 kemudian dipanaskan kembali, menghasilkan endapan berwarna
merah bata yang menunjukkan bahwa reaksinya positif. Pada dasarnya reaksi ini
positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna. Endapan yang terbentuk masih bersifat sebagai
protein, hanya saja telah terjadi perubahan struktur tersier ataupun kuartener,
sehingga protein tersebut mengendap. Perubahan struktur tersier protein ini tidak
dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya
endapan albumin itu dalam air.
H. KESIMPULAN
Protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan
sifat-sifat tertentu, yaitu protein globuler dan protein serabut. Pada dasarnya
protein tersusun atas asam amino-asam amino, yang diikat oleh ikatan peptida.
Pengadaan dan penyediaan asam amino terjadi amat penting oleh karena senyawa
tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Setiap protein memiliki
jumlah dan urutan asam amino yang spesifik. Perubahan posisi asam amino dalam
rantai akan menghasilkan protein baru dengan struktur dan fungsi yang berbeda.
Struktur protein terdiri dari struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier dan
struktur kuartener. Struktur protein ini merefleksikan fungsi biologisnya. Protein
secara fungsi biologis berfungsi untuk memindahkan berbagai senyawa melalui
aliran darah dan melewati membran. Pengujian protein antara lain uji biuret, uji
molisch, uji xanthoprotein, uji ninhydrin, uji millon, uji Hopkins-Cole, dan uji
amonium sulfat.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Kacang Tanah
2.
3. Susu Sapi
UJI KANDUNGAN VITAMIN
A. TUJUAN
Mengidentifikasi adanya kandungan vitamin B1, B6, dan C pada bahan uji.
C. ANALISIS DATA
D. PEMBAHASAN
Uji Vitamin B1
Thiamin (Vitamin B1) Istilah tiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung
sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Tiamin merupakan Kristal putih kekuningan
yang larut dalam air (Winarno, 2002).
Pengujian positif adanya vitamin B1 terhadap suatu zat dengan reagen asam pikrat
akan menghasilkan endapan berbentuk kristal. Hal ini dikarenakan asam pikrat
merupakan pereaksi alkaloid yang dapat menegendapkan larutan yang juga
bersifat alkaloid sehingga terbentuk kristal.
Struktur Vitamin C
Praktikum Uji Vitamin C yang bertujuan untuk mengukur kandungan
vitamin C yang terdapat dalam suatu kemasan ataupun buah/sayuran segar
diantaranya yaitu kacang tanah, C (IPI), Xon-Ce, Vitacimin, jambu biji, buncis,
bayam, sawi, pisang, kubis. Reagen yang digunakan dalam uji ini yaitu fehling A
dan fehling B. Reaksi FEHLING → Mereduksi (Zat + pereaksi Fehling A:
Fehling B (1:1) → Cu2O (merah bata). Jika terjadi perubahan warna menjadi
kuning-kemerahan pada larutan menandakan larutan tersebut mengandung kadar
vitamin C yang tinggi. Dalam uji ini terbukti pada larutan C (IPI), Xon-Ce,
Vitacimin dan buah jambu biji mengindikasikan perubahan warna tersebut dan
mengandung kadar vitamin C yang tinggi. Bahan uji yang tidak terjadi perubahan
warna berarti tidak terjadi reaksi antara reagen dan larutannya. Sehingga larutan
atau bahan uji tidak mengandung vitamin.
Pengujian selanjutnya dilakukan pada bahan segar yaitu sayuran dan buah-
buahan. Pengujian pertama dilakukan pada buah jambu biji. Pertama, 10 tetes sari
jambu biji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 4 tetes larutan
CuSO4 2% dan 10 tetes larutan NaOH 1 N. Selanjutnya, diamati perubahan warna
yang terjadi. Pada awalnya sari jambu biji berwarna merah muda namun setelah
ditambahkan 4 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes larutan NaOH 1 N berubah
warna menjadi biru (+). Hal ini menunjukkan bahwa jeruk menghasilkan uji
positif dan mengandung vitamin B6 namun kadarnya sedikit.
Selanjutnya adalah uji pada sawi 10 tetes sari buncis dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 4 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes larutan
NaOH 1 N. Selanjutnya, diamati perubahan warna yang terjadi. Awalnya, sari
sawi berwarna hijau muda namun setelah ditambahkan 4 tetes tetes larutan CuSO 4
2% dan 10 tetes larutan NaOH 1 N, warna sari sawi berubah menjadihijau tua.
Perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa sawi menghasilkan uji negatif
terhadap larutan CuSO4 2% dan larutan NaOH 1 N. Namun seharusnya ketika uji
sari sawi terjadi perubahan warna menjadi biru atau keunguan. Hal ini
dikarenakan sawi memiliki kandungan vitamin B6 (piridoksin). Kandungan
vitamin B6 dalam sawi lumayan banyak yaitu sekitar 0,14 mikrogram. Kesalahan
yang terjadi dapat dikarenakan kurangnya ketelitian dan kehati-hatian dalam
memberi larutan CuSO4 2% dan NaOH 1 N sehingga tidak sesuai dengan prosedur
percobaan.
Pengujian yang terakhir dilakukan pada kacang tanah. Pertama, 10 tetes
sari kacang tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 4 tetes
larutan CuSO4 2% dan 10 tetes larutan NaOH 1 N. Selanjutnya, diamati
perubahan warna yang terjadi. Awalnya sari kacang tanah berwarna putih, setelah
ditambahkan 4 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes larutan NaOH 1 N, terjadi
perubahan warna menjadi ungu. Hal ini menunjukkan bahwa kacang tanah
menghasilkan uji positif terhadap CuSO4 2% dan NaOH 1 N. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kacang tanah mengandung vitamin B6.
E. KESIMPULAN
Pada uji identifikasi vitamin B1 semua bahan uji yaitu kacang tanah,
vitamin B1, serbuk tiamin, jambu biji, buncis, bayam, sawi, pisang, dan kubis
menghasilkan hasil positif uji vitamin B1. Pada uji identifikasi vitamin C, bahan
uji yang mengahasilkan hasil positif adalah suplemen vitamin C merk IPI, Xon-
Ce, vitacimin, jambu biji dan kubis. Sedangkan bahan lainnya yaitu kacang tanah,
buncis, bayam, sawi, dan pisang menghasilkan hasil negatif. Pada uji identifikasi
vitamin B6, bahan uji yang menghasilkan hasil uji positif berupa kacang tanah,
jambu biji, buncis, pisang, dan kubis. Sedangkan bahan uji lainnya yaitu
piridoxin, suplemen vitamin B1 merk IPI, bayam dan sawi menghasilkan hasil
negatif.
F. DAFTAR PUSTAKA
Alauddin Yulia. 2015. Mikronutrien: Sedikit Tapi Penting. Diperoleh pada Senin,
15 April 2019, dari http://foodtech.binus.ac.id/2015/02/03/mikronutrien-
sedikit-tapi-penting
Fredy, Felix. 2014. Neurosanbe. Diperoleh pada Senin, 15 April 2019, dari
http://www.kerjanya.net/faq/7921-neurosanbe.html
Godam. 2006. Pengertian dan Definisi Vitamin. Diakses dari
http://kidshealth.org/kid/stay_healthy/food/vitamin.html#. Pada tanggal 19
April 2019 pukul 15.30 WIB.
Godam. 2017. Komposisi Nutrisi Bahan Makanan. Diperoleh pada Sabtu 19 April
2019, dari http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-
minyak-ikan-komposisi-nutrisi-bahanmakanan.html
Harjadi.1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Kurt T, Isselbacher. 1999. Harrison Prinip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie
AH, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari Harrison’s Principles
of Internal Medicine.
Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
Proverawati, Atikah dan Kusumawati. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan
Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Madika
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Winarno. 2000. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Uji Vitamin B1
Uji Vitamin C
Uji Vitamin B6
A. TUJUAN
1. Uji Iodine
Ket. Hasil
Perubahan Warna
No Bahan Uji Reagen (+/-)
Sebelum Sesudah
1. Kacang tanah Putih Putih keruh -
2. Susu sapi Putih Putih -
3. Tempe Iod + Putih Putih -
4. Apel Cokelat Cokelat bening -
5. Pisang NaOH Putih keruh Biru +
6. Ikan Putih keruh Putih -
7. Susu Kedelai Putih Endapan putih -
2. Uji Amilum
Ket. Hasil
Perubahan Warna
No Bahan Uji Reagen (+/-)
Sebelum Sesudah
1. Kacang tanah Putih Cincin merah +
2. Susu sapi Putih Endapan putih -
3. Tempe ᾳ-naftol + Putih Cincin merah +
4. Apel Cokelat Putih keruh -
5. Pisang H2SO4 Putih keruh Merah +
6. Ikan Putih keruh Putih -
7. Susu Kedelai Putih Cincin merah +
3. Uji Benedict
Perubahan Warna Ket. Hasil
No Bahan Uji Reagen
Sebelum Sesudah (+/-)
1. Kacang tanah Putih Biru abu -
2. Susu sapi Putih Jingga +
3. Tempe Putih Hijau +
4. Apel Benedict Cokelat Jingga +
5. Pisang Putih keruh Hijau jingga +
6. Ikan Putih keruh Biru -
7. Susu Kedelai Putih Biru -
4. Uji Barfoed
Perubahan Warna Ket.
No Bahan Uji Reagen Hasil
Sebelum Sesudah
(+/-)
1. Kacang tanah Putih Putih -
2. Susu sapi Putih Endapan kuning -
3. Tempe Barfoed + Putih Endapan putih -
4. Apel Cokelat Putih keruh -
5. Pisang Fosfomolibdat Putih keruh Abu -
6. Ikan Putih keruh Putih -
7. Susu Kedelai Putih Endapan putih -
5. Uji Seliwanoff
Perubahan Warna Ket.
No Bahan Uji Reagen Hasil
Sebelum Sesudah
(+/-)
1. Kacang tanah Putih Merah bening +
2. Susu sapi Putih Merah bening +
3. Tempe Putih Merah bening +
4. Apel Seliwanoff Cokelat Merah bening +
5. Pisang Putih keruh Merah bening +
6. Ikan Putih keruh Putih -
7. Susu Kedelai Putih Merah bening +
C. ANALISIS DATA
Uji Iodine
Pada uji iodine, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur dengan
reagen iod dan NaOH terjadi adanya perubahan warna. Pada awalnya tumbukan
kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih. Setelah dilakukannya uji
iodine, warna putih ini berubah menjadi warna putih keruh. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah negatif mengandung
karbohidrat. Pada bahan susu sapi dan tempe tidak ditemukan adanya perubahan
warna. Warna kedua bahan tersebut tetap berwarna putih baik sebelum atau
sesudah dilakukan uji iodine. Pada bahan apel terjadi perubahan warna yang
mula-mula berwarna cokelat menjadi cokelat bening. Untuk bahan ikan awalnya
berwarna putih keruh menjadi putih dan pada susu kedelai terbentuk endapan
berwarna putih. Keseluruhan bahan tersebut menghasilkan hasil negatif dalam uji
iodine. Sedangkan pada bahan pisang terjadi perubahan warna dari putih keruh
menjadi warna biru yang menandakan bahwa hasil uji dari bahan pisang adalah
positif.
Uji Amilum
Pada uji amilum, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur
dengan reagen ᾳ-naftol dan H2SO4 menghasilkan cincin berwarna merah. Pada
awalnya tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih.
Setelah dilakukannya uji amilum, pada warna putih ini terbentuk cincin berwarna
merah. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah menghasilkan
hasil positif. Pada bahan susu sapi yang awalnya berwarna putih terbentuk
endapan putih. Pada bahan apel terjadi perubahan warna yang awalnya cokelat
menjadi putih keruh. Pada bahan ikan terjadi perubahan warna yang awalnya
putih keruh menjadi putih. Ketiga bahan tersebut menunjukkan hasil negatif.
Untuk bahan tempe dan susu kedelai sebelum dilakukan uji amilum hanya
berwarna putih. Setelah dilakukan uji amilum terbentuk cincin berwarna merah.
Pada bahan pisang terjadi perubahan warna yang awalnya putih keruh menjadi
merah. Ketiga bahan tersebut menghasilkan hasil positif.
Uji Benedict
Pada uji Benedict, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur
dengan reagen Benedict menghasilkan terjadinya perubahan warna. Pada awalnya
tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih. Setelah
dilakukannya uji Benedict, terjadi perubahan warna menjadi biru abu. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada bahan kacang tanah menghasilkan hasil negatif.
Pada bahan susu sapi dan tempe yang awalnya berwarna putih terjadi perubahan
warna berturut-turut menjadi jingga dan hijau. Pada bahan apel terjadi perubahan
warna yang awalnya cokelat menjadi jingga. Pada bahan pisang terjadi perubahan
warna yang awalnya putih keruh menjadi hijau jingga. Keempat bahan tersebut
menunjukkan hasil postitif mengandung karbohidrat. Untuk bahan ikan dan susu
kedelai terjadi perubahan warna yang awalnya berturut-turut berwarna putih keruh
dan putih menjadi warna biru. Hal itu menandakan bahwa kedua bahan tersebut
menghasilkan hasil negatif mengandung karbohidrat.
Uji Barfoed
Pada uji Barfoed, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur
dengan reagen Barfoed dan Fosfomolibdat tidak menghasilkan terjadinya
perubahan warna. Tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini tetap
berwarna putih baik sebelum ataupun sesudah dilakukan uji. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah negatif mengandung
karbohidrat. Pada bahan susu sapi dan tempe yang awalnya berwarna putih terjadi
perubahan warna berturut-turut menjadi putih dan terbentuk endapan berwarna
putih. Pada bahan apel terjadi perubahan warna yang awalnya cokelat menjadi
cokelat. Pada bahan pisang terjadi perubahan warna yang awalnya putih keruh
menjadi abu. Untuk bahan ikan dan susu kedelai terjadi perubahan warna yang
awalnya berturut-turut berwarna putih keruh dan putih menjadi warna putih dan
terjadi endapan berwarna putih. Hal itu menandakan bahwa semua bahan tersebut
menghasilkan hasil negatif dalam uji Barfoed.
Uji Seliwanoff
Pada uji Seliwanoff, bahan kacang tanah yang kami gunakan dicampur
dengan reagen Seliwanoff menghasilkan perubahan warna. Pada awalnya
tumbukan kacang tanah yang sudah dilarutkan ini berwarna putih. Setelah
dilakukannya uji Seliwanoff, warna putih ini berubah menjadi warna merah
bening. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah positif
mengandung karbohidrat. Pada bahan susu sapi, tempe dan susu kedelai terjadi
perubahan warna dari warna putih menjadi warna merah bening. Pada bahan apel
dan pisang terjadi perubahan warna yang mula-mula secara berturut-turut
berwarna cokelat dan putih keruh menjadi warna merah bening. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kelima bahan tersebut hasilnya positif mengandung
karbohidrat. Sedangkan pada bahan ikan terjadi perubahan dari warna putih keruh
menjadi warna putih. Pada bahan ikan menghasilkan hasil negatif mengandung
karbohidrat.
Pada uji Hidrolisis Amilum, bahan kacang tanah yang kami gunakan
dicampur dengan reagen HCl 2 N menghasilkan perubahan warna. Pada awalnya
berwarna putih berubah warna menjadi warna hijau. Hal ini mengindikasikan
bahwa dalam bahan kacang tanah positif mengandung karbohidrat. Pada bahan
susu sapi dan tempe tidak terjadi perubahan warna. Kedua bahan tersebut tetap
berwarna putih sesudah dilakukan uji hidrolisis amilum. Pada bahan ikan terjadi
perubahan warna dari putih keruh menjadi biru muda dan pada susu kedelai dari
warna putih menjadi warna cokelat. Keempat bahan tersebut tersebut negatif
mengandung karbohidrat. Sedangkan pada bahan apel terjadi perubahan warna
dari warna cokelat menjadi hijau dan pada bahan pisang terjadi perubahan warna
dari putih keruh menjadi merah. Hal tersebut menandakan bahwa pada bahan apel
dan pisang menghasilkan hasil positif.
Pada uji Hidrolisis Selulosa, bahan kacang tanah yang kami gunakan
dicampur dengan reagen H2SO4 dan Benedict menghasilkan perubahan warna.
Pada awalnya berwarna putih berubah warna menjadi warna coklat kekuningan.
Hal ini mengindikasikan bahwa dalam bahan kacang tanah positif mengandung
karbohidrat. Pada bahan susu sapi dan tempe pada mulanya berwarna putih.
Setelah dilakukannya uji hidrolisis selulosa menghasilkan perubahan warna pada
susu sapi menjadi coklat pekat dan tetap berwarna putih pada bahan tempe. Pada
bahan pisang dan ikan terjadi perubahan warna dari putih keruh berturut-turut
menjadi warna hitam dan putih. Pada bahan susu kedelai terjadi perubahan warna
dari putih menjadi cokelat kehijauan. Kelima bahan tersebut tersebut
menghasilkan hasil negatif. Sedangkan pada bahan apel terjadi perubahan warna
dari warna cokelat menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa pada bahan apel
menghasilkan hasil positif.
D. PEMBAHASAN
Uji Iodine
Uji iodine berdasarkan pada penambahan iodine pada suatu polisakarida
yang menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum
dengan iodine menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah
anggur, glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodine
membentuk warna merah coklat (Sumardjo, 2006). Dengan reaksi sebagai berikut:
Pada percobaan ini diperoleh hasil susu sapi, tempe, apel, ikan, dan susu
kedelai mengalami reaksi negatif uji iodine karena pada prinsipnya uji iodine
dilakukan untuk mendeteksi adanya polisakarida pada sampel, sedangkan sampel
tersebut bukan termasuk polisakarida. Pada percobaan menggunakan pisang
didapatkan hasil reaksi positif uji iodine yang menghasilkan perubahan warna
biru. Polisakarida dengan penambahan iodine akan membentuk kompleks
adsorbsi berwarna yang spesifik. Sehingga membuktikan adanya polisakarida
pada pisang.
Uji Amilum
Percobaan Uji Amilum yang bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat,
artinya menguji ada atau tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu sampel.
Prinsip dari uji Amilum ini adalah berdasarkan kepada reaksi karbohidrat dengan
H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksimetil furfural dengan α-naftol akan
membentuk senyawa kompleks berupa cincin ungu.
Pada percobaan uji amilum yang menunjukkan positif adalah susu kedelai,
tempe dan pisang. Hasil uji yang positif ini berdasar prinsip kerja dalam uji
amilum yaitu apabila suatu bahan mengandung karbohidrat bahan tersebut akan
membentuk cincin ungu karena ikatan sakarida yang ada pada karbohidrat akan
mengalami dehidrasi oleh H2SO4 pekat yang akan menghasilkan furfural dan
derivat dari karbohidrat. Furfural inilah yang bereaksi dengan larutan α-naftol
yang kemudian akan membentuk cincin bewarna ungu. Oleh karena itu uji
amilum yang menunjukkan uji positif jika larutan yang diuji membentuk cincin
berwarna ungu. Percobaan uji amilum yang menunjukkan negatif adalah susu
sapi, apel dan daging ikan hal ini terjadi jika tidak terbentuk cincin berwarna ungu
pada larutan uji karena tidak terjadi dehidrasi pada lautan uji oleh H2SO4 sehingga
tidak menghasilkan furfural dan derivat karbohidrat. Oleh karena tidak adanya
furfural dan derivat karbohidrat yang terbentuk maka larutan α-naftol pun tidak
akan memberikan rekasi terbentuknya cincin ungu.
Uji Benedict
Uji benedict digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat melalui reaksi
gula pereduksi. Larutan alkali dari tembaga direduksi oleh gula yang mengandung
gugus aldehida atau keton bebas, dengan membentuk kupro oksida berwarna.
Larutan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat.
Uji Benedict dilakukan pada basa yang menyebabkan terjadinya transformasi
isomerik. Pada suasana basa, reduksi ion Cu 2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi
akan berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan
merah bata. Pereaksi Benedict terdiri dari logam Cu dan larutan basa kuat
(Bintang, 2018).
Dari hasil pengamatan, susu sapi, apel, tempe, dan pisang mengalami
perubahan menjadi endapan hijau dan jingga yang disebabkan oleh larutan
benedict yang terdiri dari tembaga sulfat (CuSO4). Bahwa pada keempat sampel
tersebut mengalami oksidasi dan mampu mereduksi senyawa yaitu melepaskan O 2
sehingga terbentuk tembaga oksida (Cu2O) yang kita lihat sebagai endapan hijau
dan jingga. Kacang tanah, ikan dan susu kedelai tidak terdeteksi oleh pereaksi
Benedict. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga bahan tersebut bukanlah gula
pereduksi dan tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya
saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas (Winarno, 1997).
Sementara itu, gula yang merupakan pereduksi terkust adalah maltosa karena
endapan yang terbentuk warna merah kecoklatan.
Reagen Barfoed terdiri dari larutan 0,33 molar tembaga asetat netral dalam
1% larutan asam asetat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa reagen ini tidak
dapat di simpan lama, karena itu disarankan untuk membuatnya ketika benar-
benar akan melakukan analisa (Anonim, 2013). Prinsipnya berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+. Pada pengujian barfoed didapatkan hasil sampel (kacang tanah,
susu sapi, tempe, apel dan pisang) semua sampel tersebut menghasilkan hasil yang
negatif. Jika berkaitan warna yang dihasilkan data dari percobaan bahwa semua
reaksi positif berwarna biru gelap, kecuali amilum yang berwarna biru terang.
Hasil negatif menunjukkan bahwa sampel yang diuji merupakan bagian dari
polisakarida. Mekanisme uji barfoed yaitu larutan Barfoed akan bereaksi dengan
gula reduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah kuprioksida.
Dalam suasana asam ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida
memberikan reaksi yang sangat lambat dengan larutan Barfoed sehingga tidak
memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama. Uji
ini untuk penunjukkan gula pereduksi monosakarida (Sudarmadji, 1989). Gula
reduksi adalah gula yang memiliki gugus aldehid (aldosa) atau keton (ketosa)
bebas (Makfoeld dkk, 2002). Aldosa mudah teroksidasi menjadi asam aldonat,
sedangkan ketosa hanya dapat bereaksi dalam suasana basa (Fennema, 1996).
Secara umum, reaksi tersebut digunakan dalam penentuan gula secara kuantitatif.
Saat larutan dipanaskan di dalam penangas air, ada perubahan warna yang
terjadi. Urutan warna yang terjadi dimulai dari pembentukan warna, dari biru lalu
menjadi hijau, kemudian berwarna kuning, lalu warna kuning menjadi kemerahan
sehingga akhirnya terbentuk endapan merah bata. Sebelum terjadinya endapan,
muncul gelembung-gelembung yang kemudian menghasilkan endapan. Warna
biru pada larutan uji Barfoed jika dalam segi warna larutan yang duntuk glukosa
dan fruktosa membentuk warna biru yang lebih pekat dari pada larutan amilum,
sukrosa, maltosa dan laktosa. Karbohidrat yang di tambah dengan larutan Barfoed
menghasilkan warna biru. Dalam asam, polisakarida dan disakarida akan
terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi
dasar untuk membedakan antara disakarida, polisakarida dan monosakarida. Yang
termasuk karbohidrat monosakarida, dibagian tepi bawah larutan akan berubah
warna menjadi merah bata hal ini diakibatkan karena gugus aldehid ketonnya
lebih banyak. Pada sampel yang diujikan, yaitu kacang tanah, susu sapi, tempe,
apel dan pisang yang menunjukkan hasil negatif (-). Hal ini menyebabkan bahan
tak dapat mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu2O sangatlah kecil. Setelah dilakukan
pemanasan, sesuai dengan teori bahwa larutan bahan memberikan hasil yang
negatif, hal ini memberikan tanda bahwa dalam larutan bahan tidak terdapat
endapan berwarna biru. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan pati tidak
terhidrolisis sempurna sehingga hidrolisis pati hanya menghasilkan disakarida dan
tidak menjadi monosakarida, sehingga tidak memiliki gugus aldehid dan tidak
membentuk endapan Cu2O. Sama halnya dengan amilum, larutan laktosa pun
tidak menunjukkan adanya endapan karena gugus aldehid ketonnya lebih sedikit
dibanding monosakarida (fruktosa dan glukosa).
Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff digunakan untuk memastikan bahwa pada bahan terdapat
ketosa. Reagen Seliwanoff terdiri atas 0.5% resorsinol dan HCl 5 N. Reaksi positif
terjadi apabila terbentuk warna merah. HCl akan mengubah heksosa menjadi
hidroksi metal furfural yang kemudian akan bereaksi dengan resorsinol
membentuk kompleks yang berwarna merah.
Uji Seliwanoff ini dilakukan untuk mengetahui adanya gula ketosa pada
karbohidrat. Jenis karbohidrat yang diujikan sama dengan jenis karbohidrat yang
diujikan pada uji barfoed. Pengujian hampir sama dengan uji barfoed hanya
penambahan larutan indikatornya saja yang berbeda. Pada uji Seliwanoff
digunakan larutan Seliwanoff sebagai larutan indikatornya. Larutan yang telah
dicampurkan dipanaskan pada penangas untuk melihat hasil atau perubahan yang
terjadi.
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada semua sampel karbohidrat yang
ada, semua bahan (kacang tanah, susu sapi, tempe, apel dan pisang) menghasilkan
hasil positif (+). Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel-sampel tersebut
mengandung gugus ketosa. Larutan bahan akan bereaksi dengan larutan
Seliwanoff dan akhirnya menunjukkan hasil yang positif dan menghasilkan
endapan yang berwarna merah orange.
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri
atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya
merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang
sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik.
Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul
amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar
daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1000 unit glukosa. Butir-butir pati
tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terbentuk
suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan
berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk
senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah
lembayung (McGilvery & Goldstein, 1996).
Setelah menghasilkan uji negatif terhadap iodine (bahan susu sapi, tempe,
ikan, dan susu kedelai), campuran amilum dengan HCl tersebut dipanaskan
kembali selama 3 menit dan diuji dengan reagen benedict. Pada perlakuan tersebut
diperoleh perubahan warna menjadi biru muda. Sedangkan setelah pemanasan 6
menit dihasilkan perubahan warna menjadi biru muda, setelah pemanasan 9 menit
perubahan warna yang terjadi menjadi biru yg lebih tua dari sebelumnya. Dapat
dilihat perubahan warna yang terjadi pada setiap waktu adalah berbeda dan
menghasilkan hasil yang negative. Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
melakukan percobaan adalah kurang bersihnya alat, terlalu lama atau sebentarnya
waktu pemanasan, tidak efisiennya waktu, serta kesalahan dalam mengamati
perubahan warna yang terjadi.
Pada percobaan amilum ditambah HCl dan dipanaskan ini, terjadi proses
hidrolisis sebagai berikut:
Amilum→ Amilodekstrin→ Eritrodekstrin→ Akroodekstrin→ Maltosa→
Glukosa
(+iod) (+iod) (+iod) (+iod) (- iod) (- iod)
Pada praktikum ini, HCl berfungsi sebagai asam yang akan menghidrolisis
amilum. Kemudian dipanaskan bertujuan untuk memecah molekul menjadi lebih
kecil sehingga mudah dihidrolisis. Pemecahan atau hidrolisis dari amilum akan
menghasilkan disakarida dan akhirnya menjadi menjadi molekul monosakarida
selanjutnya oleh ragi glukosa dapat diubah menjadi alkohol.
E. KESIMPULAN
Untuk mengetahui adanya karbohidrat pada suatu bahan uji, dapat dilakukan uji
identifikasi karbohidrat, diantaranya yaitu uji iodine, uji amilum, uji benedict, uji
Barfoed, uji Seliwanoff, uji hidrolisis amilum dan uji hidrolisis selulosa.
Karbohidrat dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-sifatnya yang menurut
pembagian jenisnya yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Secara
umum, sifat dari karbohidrat adalah terdiri dari rantai karbon yang memiliki gugus
karbonil sebagai aldehid atau keton, sebagai sumber energi utama makhluk hidup,
dan menjadi fungsi struktural pada materi genetik makhluk hidup.
F. DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Maria. 2018. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga
G. LAMPIRAN
1. Kacang Tanah
2. Susu Sapi
UJI ENZIM
A. TUJUAN
C. ANALISIS DATA
Pada faktor pH, perlakuan pertam pada HCL 1N sebelum ditambah dengan
reagen benedict berwarna biru, dan setelah ditambah dengan reagen benedict
mengalami perubahan warna menjadi biru bening, dan sebelum ditambah dengan
reagen IKI tidak berwarna, setelah ditambah dengan reagen IKI berwarna biru,
pada perlakuan NAOH 1N sebelum ditambah dengan reagen benedict berwarna
biru, dan setelah ditambah dengan reagen benedict mengalami perubahan warna
menjadi biru kehijauan, dan sebelum ditambah dengan reagen IKI tidak berwarna,
setelah ditambah dengan reagen IKI berwarna biru, pada perlakuan netral sebelum
ditambah dengan reagen benedict berwarna biru, dan setelah ditambah dengan
reagen benedict mengalami perubahan warna menjadi coklat dengan endapan
merah, dan sebelum ditambah dengan reagen IKI perlakuan netral tidak berwarna,
setelah ditambah dengan reagen IKI berwarna merah keunguan.
D. PEMBAHASAN
Pada tabung 3, suasana basa (NaOH) pada larutan. Suasana basa ini tidak
sesuai untuk enzim amilase yang bekerja pada pH netral (pH= 7). Ini terjadi
karena enzim amilase mengalami denaturasi pada suasana basa sehingga enzim
amilase tidak dapat menghidrolisis pati.
Bila aktivitas enzim diukur pada pH yang berlainan, maka sebagian besar
enzim di dalam tubuh akan menunjukan aktivitas optimum antara pH 5,0 - 9,0
kecuali pada beberapa enzim misalnya pepsin (pH optimum= 2). Hal ini
disebabkan oleh:
Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi.
Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami
perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim.
Dari hal tersebut diketahui bahwa enzim bekerja secara optimum sesuai
dengan pH-nya. Jika pH larutan tidak sesuai dengan enzim, maka enzim tidak
akan bekerja karena mengalami denaturasi dan tidak dapat untuk bekerja
mengkatalisis reaksi enzimatis yang terjadi.
E. KESIMPULAN
Terdapat berbagai macam enzim yang berasal dari tumbuhan seperti dari buah
nanas, bromelin, serta enzim yang bersal dari getah pepaya, papain. Juga
terdapat enzim yang ada pada saliva manusia, yaitu amilase.
Cara sederhana isolasi enzima yaitu dengan berkumur untuk mendapatkan
enzim dari saliva dan menghaluskan lalu memeras ekstraknya jika ingin
mengisolasi enzim yang berasal dari tumbuhan.
Substrat akan dikatalis secara sepesifik oleh enzim. Nama substrat sesuai
dengan enzim yang mengatalisnya. Seperti amilase yang mengkatalis
amilum.
Senyawa yang dihasilkan oleh suatu enzim bersifat spesifik dan sesuai dengan
substratnya.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu: suhu, pH,
konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat.
F. DAFTAR PUSTAKA
Santoso. Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Jakarta: PT. Wahyu Media.
G. LAMPIRAN
UJI KANDUNGAN LIPID
TUJUAN
Mengetahui sifat-sifat fisik dan kima lipid
Mengetahui reaksi-reaksi identifikasi dan sifat lipid
HASIL PENGAMATAN
Uji Akrolein
No. Bau sebelum Bau setelah
Bahan Reagen Hasil
pemanasan pemanasan
Uji Benedict
No. Bahan Reagen Warna Awal Warna Sesudah Hasil
Uji Salkowski
No. Bahan Reagen Warna Awal Warna Sesudah Hasil
3. Minyak Ikan - - -
Na2CO3 Larut
1. Minyak Zaitun
Alkohol dingin Tidak larut
Eter Larut
Air Larut
Na2CO3 Larut
2. Susu Kambing
Alkohol dingin Larut
Eter Larut
Na2CO3 Larut
5. Minyak Wijen
Alkohol dingin Tidak larut
Eter Larut
HCl Larut
Na2CO3 Larut
6. Mentega
Alkohol dingin Tidak larut
Eter Larut
Na2CO3 Larut
Eter Larut
Aseton dingin Tidak Larut
Air Larut
HCl Larut
Na2CO3 Larut
8. Susu Sapi
Alkohol dingin Tidak Larut
Eter Larut
Air Larut
HCl Larut
Na2CO3 Larut
10. Daging
Alkohol dingin Larut
Na2CO3 Larut
11. Minyak Jagung
Alkohol dingin Tidak larut
Eter Larut
HCl Larut
Na2CO3 Larut
Eter Larut
Uji Emulsi
No
Bahan Reagen Hasil
.
Air -
3. Minyak Ikan
Sabun -
3. Minyak Ikan - -
4. Minyak Sedikit,
Kelapa Sawit berbentuk
bulat kecil,
dan tidak
berwarna
6. Mentega Tidak
terbentuk
kristal
lemak
9. Minyak Banyak
Jelantah kristal
lemak
berbentuk
bulat
berwarna
hijau
ANALISIS DATA
Pada praktikum uji lemak terdapat 6 uji yang dilakukan.
Uji Akrolein
Yang pertama adalah uji akrolein. Pada uji ini menggunakan reagen kristal
KHSO4 anhidros. Pada bahan minyak zaitun setelah diberi reagen, bau sebelum
dipanaskan tidak berbau, setelah dilakukan pemanasan tercium bau tengik,
hasilnya bahan positif. Pada bahan susu kambing setelah diberi reagen, bau
sebelum dipanaskan bau susu amis, setelah dilakukan pemanasan tercium bau
tengik, hasilnya bahan positif. Pada bahan minyak ikan, minyak kelapa sawit dan
minyak wijen setelah diberi reagen, bau sebelum dipanaskan tidak berbau, setelah
dilakukan pemanasan tercium bau minyak terbakar, hasilnya bahan positif. Pada
bahan mentega setelah diberi reagen, bau sebelum dipanaskan bau susu amis,
setelah dilakukan pemanasan tercium mentega leleh, hasilnya bahan negatif. Pada
bahan minyak VCO setelah diberi reagen, bau sebelum dipanaskan tidak berbau,
setelah dilakukan pemanasan tercium bau tengik menyengat, hasilnya bahan
positif yang tinggi. Pada bahan susu sapi setelah diberi reagen, bau sebelum
dipanaskan susu amis, setelah dilakukan pemanasan tercium bau menyengat,
hasilnya bahan positif. Pada bahan minyak jelantah setelah diberi reagen, bau
sebelum dipanaskan bau minyak tengik (lama), setelah dilakukan pemanasan
tercium minyak terbakar, hasilnya bahan positif. Pada bahan daging setelah diberi
reagen, bau sebelum dipanaskan bau amis ikan, setelah dilakukan pemanasan
tercium lemak terbakar, hasilnya bahan positif. Pada bahan minyak jagung,
setelah diberi reagen, bau sebelum dipanaskan tidak berbau, setelah dilakukan
pemanasan tercium bau jagung bakar, hasilnya bahan negatif. Pada bahan susu
kedelai, setelah diberi reagen, bau sebelum dipanaskan bau kedelai, setelah
dilakukan pemanasan tercium bau manis, hasilnya bahan negatif.
Uji Benedict
Pada uji benedict reagen yang digunakan adalah benedict (campulan
fehling A dan B). Pada bahan minyak zaitun sebelum dilakukan uji Benedict
bahan berwarna kuning bening, setelah diberi reagen benedict terjadi perubahan
warna menjadi biru dan terdapat endapan putih, maka hasilnya negatif. Pada
bahan susu kambing sebelum dilakukan uji Benedict bahan berwarna putih,
setelah diberi reagen benedict terjadi perubahan warna menjadi hijau, maka
hasilnya positif. Pada bahan minyak ikan dan minyak kelapa sawit sebelum
dilakukan uji Benedict bahan berwarna kuning, setelah diberi reagen benedict
terjadi perubahan warna menjadi kuning pekat dan terdapat garis hijau muda,
maka hasilnya positif. Pada bahan minyak wijen sebelum dilakukan uji Benedict
bahan berwarna coklat, setelah diberi reagen benedict terjadi perubahan warna
menjadi jingga, maka hasilnya positif. Pada bahan mentega sebelum dilakukan uji
Benedict bahan berwarna kuning, setelah diberi reagen benedict terjadi perubahan
warna menjadi kuning cerah, maka hasilnya negatif. Pada bahan minyak VCO
sebelum dilakukan uji Benedict bahan tidak berwarna, setelah diberi reagen
benedict terjadi perubahan warna menjadi biru, maka hasilnya negatif. Pada bahan
susu sapi sebelum dilakukan uji Benedict bahan berwarna putih, setelah diberi
reagen benedict terjadi perubahan warna menjadi hijau, maka hasilnya positif.
Pada bahan minyak jelantah sebelum dilakukan uji Benedict bahan berwarna
kuning keruh, setelah diberi reagen benedict terjadi perubahan warna menjadi
hijau tua kekuningan dan terbentuk cincin orange, maka hasilnya positif yang
tinggi. Pada bahan daging sebelum dilakukan uji Benedict bahan berwarna merah
muda, setelah diberi reagen benedict terjadi perubahan warna menjadi hijau
bening dan terbentuk cincin orange, maka hasilnya positif. Pada bahan minyak
jagung sebelum dilakukan uji Benedict bahan berwarna kuning bening, setelah
diberi reagen benedict terjadi perubahan warna menjadi coklat muda dan
terbentuk endapan, maka hasilnya positif. Pada bahan susu kedelai sebelum
dilakukan uji Benedict bahan berwarna putih, setelah diberi reagen benedict
terjadi perubahan warna menjadi hijau lumut dan terbentuk endapan, maka
hasilnya positif. Pada bahan gliserol sebelum dilakukan uji Benedict bahan tidak
berwarna, setelah diberi reagen benedict terjadi perubahan warna menjadi biru
muda, maka hasilnya negatif.
Uji Salkowski
Pada uji Salkowski pengujian dilakukan dengan reagen kloroform +
H2SO4 pekat. Pada bahan minyak zaitun sebelum dilakukan uji Salkowski bahan
berwarna kuning bening, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat terjadi
perubahan warna menjadi hijau kecoklatan, maka hasilnya positif. Pada bahan
susu kambing sebelum dilakukan uji Salkowski bahan berwarna putih, setelah
diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat terbentuk endapan putih, maka hasilnya
negatif. Pada bahan minyak ikan tidak dapat diuji karena terbatasnya bahan. Pada
bahan minyak kelapa sawit sebelum dilakukan uji Salkowski bahan berwarna
putih keruh, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat terjadi perubahan
warna menjadi merah, coklat dan ada coklat gelap, maka hasilnya positif. Pada
bahan minyak wijen sebelum dilakukan uji Salkowski bahan berwarna coklat,
setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat terjadi perubahan warna menjadi
merah, maka hasilnya positif. Pada bahan mentega sebelum dilakukan uji
Salkowski bahan berwarna kuning, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4
pekat menjadi berwarna kuning bening, maka hasilnya negatif. Pada bahan
minyak VCO sebelum dilakukan uji Salkowski bahan tidak berwarna, setelah
diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat menjadi tidak berwarna dan ada endapan
orange, maka hasilnya negatif. Pada bahan susu sapi sebelum dilakukan uji
Salkowski bahan berwarna putih, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat
menjadi berwarna putih dan terbentuk endapan tidak berwarna, maka hasilnya
negatif. Pada bahan minyak jelantah sebelum dilakukan uji Salkowski bahan
berwarna merah muda, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat terjadi
perubahan warna menjadi merah kecoklatan dan hijau, maka hasilnya positif.
Pada bahan daging sebelum dilakukan uji Salkowski bahan berwarna kuning
keruh, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat terjadi perubahan warna
menjadi merah kecoklata, maka hasilnya positif. Pada bahan minyak jagung
sebelum dilakukan uji Salkowski bahan berwarna kuning bening, setelah diberi
reagen kloroform + H2SO4 pekat terjadi perubahan warna menjadi coklat
kehitaman, maka hasilnya positif. Pada bahan susu kedelai sebelum dilakukan uji
Salkowski bahan berwarna putih, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat
menjadi berwarna putih dan terbentuk endapan tidak berwarna, maka hasilnya
negatif. Pada bahan kolesterol sebelum dilakukan uji Salkowski bahan berwarna
putih, setelah diberi reagen kloroform + H2SO4 pekat terjadi perubahan warna
menjadi hijau kemerahan, maka hasilnya positif.
Uji Asam Basa
Uji asam basa ini menggunakan lakmus merah, lakmus biru dan indikator
universal. Pada bahan minyak zaitun, susu kambing, dan minyak ikan kertas
lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah
menjadi merah, tidak dilakukan pengujian dengan indikator universal dikarenakan
jumlahnya yang hanya terbatas, hasilnya bahan bersifat asam. Pada bahan minyak
kelapa sawit kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru, sedangkan kertas
lakmus biru tetap biru, tidak dilakukan pengujian dengan indikator universal
dikarenakan jumlahnya yang hanya terbatas, hasilnya bahan bersifat basa. Pada
bahan minyak wijen, mentega, minyak VCO dan minyak jelantah kertas lakmus
merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah menjadi
merah, pada indikator universal menunjukkan pH 5, hasilnya bahan bersifat asam
lemah. Pada bahan susu sapi dan daging kertas lakmus merah tetap berwarna
merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah menjadi merah, pada indikator
universal menunjukkan pH 6, hasilnya bahan bersifat asam lemah. Pada bahan
minyak jagung dan susu kedelai kertas lakmus merah tetap berwarna merah,
sedangkan kertas lakmus biru berubah menjadi merah, tidak dilakukan pengujian
dengan indikator universal dikarenakan jumlahnya yang hanya terbatas, hasilnya
bahan bersifat asam.
Kelarutan Asam Lemak / Minyak
Pada Uji Kelarutan Minyak/Lemak diuji dengan 6 reagen yaitu air, HCl,
Na2CO3, alkohol dingin, eter, dan aseton dingin. Pada bahan minyak zaitun
dalam reagen air, HCl, alkohol dingin dan aseton dingin hasilnya tidak larut
sedangkan dalam reagen Na2CO3 dan eter hasilnya larut. Pada bahan susu
kambing dalam reagen HCl dan eter hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen
air, Na2CO3, alkohol dingin dan aseton dingin hasilnya larut. Pada bahan minyak
ikan dalam reagen air, HCl, Na2CO3, alkohol dingin, eter, dan aseton dingin
hasilnya tidak larut semua. Pada bahan minyak kelapa sawit dalam reagen air, HCl
dan Na2CO3 hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen alkohol dingin, eter,
dan aseton dingin hasilnya larut. Pada bahan minyak wijen dalam reagen air, HCl,
alkohol dingin dan aseton dingin hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen
Na2CO3 dan eter hasilnya larut. Pada bahan mentega dalam reagen air dan
alkohol dingin hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen HCl, Na2CO3, eter
dan aseton dingin hasilnya larut. Pada bahan minyak VCO dalam reagen air, HCl,
alkohol dingin dan aseton dingin hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen
Na2CO3 dan eter hasilnya larut. Pada bahan susu sapi dalam reagen alkohol
dingin, eter dan aseton dingin hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen air,
HCl dan Na2CO3 hasilnya larut. Pada bahan minyak jelantah dalam reagen air,
HCl, Na2CO3 dan alkohol dingin hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen
eter dan aseton dingin hasilnya larut. Pada bahan daging dalam reagen eter saja
hasilnya tidak larut sedangkan dalam reagen air, HCl, Na2CO3, alkohol dingin
dan aseton dingin hasilnya larut. Pada bahan minyak jagung dalam reagen air,
HCl, alkohol dingin dan aseton dingin hasilnya tidak larut sedangkan dalam
reagen Na2CO3 dan eter hasilnya larut. Pada bahan minyak ikan dalam reagen air,
HCl, Na2CO3, alkohol dingin, eter, dan aseton dingin hasilnya larut semua.
Uji Emulsi
Uji emulsi menggunakan reagen air dan air sabun. Pada bahan minyak
zaitun dalam reagen air hasilnya tidak larut dan tidak ada emulsi, sedangkan pada
reagen sabun hasilnya larut dan terbentuk emulsi sedikit. Pada bahan susu
kambing dalam reagen air hasilnya terbentuk endapan putih dan tidak ada emulsi,
sedangkan pada reagen sabun hasilnya larut dan terbentuk emulsi banyak. Pada
bahan minyak ikan tidak dapat diamati karena bahannya terbatas. Pada bahan
minyak kelapa sawit, minyak wijen dan mentega dalam reagen air hasilnya tidak
ada emulsi, sedangkan pada reagen sabun hasilnya terbentuk emulsi. Pada bahan
minyak VCO dalam reagen air hasilnya tidak larut dan tidak ada emulsi,
sedangkan pada reagen sabun hasilnya terbentuk emulsi. Pada bahan susu sapi
dalam reagen air hasilnya larut dan tidak ada emulsi, sedangkan pada reagen
sabun hasilnya terbentuk emulsi. Pada bahan minyak jelantah dalam reagen air
hasilnya tidak larut dan tidak ada emulsi, sedangkan pada reagen sabun hasilnya
terbentuk emulsi. Pada bahan daging dalam reagen air hasilnya larut dan tidak ada
emulsi, sedangkan pada reagen sabun hasilnya terbentuk emulsi. Pada bahan
minyak jagung dalam reagen air hasilnya tidak larut dan tidak ada emulsi,
sedangkan pada reagen sabun hasilnya terbentuk emulsi. Pada bahan susu kedelai
dalam reagen air hasilnya larut dan tidak ada emulsi, sedangkan pada reagen
sabun hasilnya larut dan tidak ada emulsi.
Uji Kristal Lemak
Uji kristal lemak menggunakan reagen eter dan dilakukan pengamatan
menggunakan mikroskop. Pada bahan minyak zaitun, susu kambing, mentega dan
minyak wijen setelah diberi reagen eter dan diamati menggunakan mikroskop,
hasilnya tidak terbentuk kristal lemak. Pada bahan minyak ikan tidak dapat
diamati karena bahanya habis dikarenakan persediaannya yang terbatas. Pada
bahan minyak kelapa sawit setelah diberi reagen eter dan diamati menggunakan
mikroskop, hasilnya terdapat kristal lemak sedikit, berbentuk bulat kecil dan tidak
berwarna. Pada bahan minyak VCO setelah diberi reagen eter dan diamati
menggunakan mikroskop terdapat kristal lemak berbentuk tak beraturan berwarna
kuning dan berjumlah banyak. Pada bahan susu sapi setelah diberi reagen eter dan
diamati menggunakan mikroskop terdapat kristal lemak berbentuk tak beraturan
berwarna kuning tetapi jumlahnya sedikit. Pada bahan minyak jelantah setelah
diberi reagen eter dan diamati menggunakan mikroskop, hasilnya terdapat banyak
kristal lemak berbentuk bulat dan berwarna hijau. Pada bahan daging setelah
diberi reagen eter dan diamati menggunakan mikroskop, hasilnya terdapat kristal
lemak dalam jumlah sedikit berukuran besar dengan bentuk tidak beraturan dan
berwarna hijau. Pada bahan minyak jagung setelah diberi reagen eter dan diamati
menggunakan mikroskop terdapat kristal kuning sangat kecil dan bentuknya bulat.
Pada bahan susu kedelai setelah diberi reagen eter dan diamati menggunakan
mikroskop, hasilnya terdapat kristal berbentuk bulat kecil.
PEMBAHASAN
Uji Akrolein
Uji akrolein adalah uji untuk mengetahui terjadinya dehidrasi gliserol,
uji ini dilakukan pada dua sampel yaitu, minyak zaitun, dan susu kambing. Uji
ini dilakukan dengan cara menambahkan KHSO4 yang berfungsi sebagai
katalisator pembentukkan gliserol pada sampel yang mengandung gliserol
tersebut. (Ketaren,1986) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa
minyak zaitun, dan susu kambing menghasilkan bau khas. Hal ini terjadi
karena gliserol dihidrolisis menghasilkan gugus propanal yang menimbulkan
bau khas. Berarti minyak zaitun, dan susu kambing merupakan triester dari
asam lemak dan gliserol.
Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi
(KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi
kedalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein
(CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak.
Uji benedict
Bahan minyak zaitun, sebelum ditambah dengan reagen benedict +
H2O2 + FeCl3 berwarna kuning bening, setelah ditambah dengan reagen
mengalami perubahan warna menjadi biru dengan endapan putih, hal ini
Reaksi-reaksi identifikasi pada lipid dapat dilakukan dengan berbagai macam uji
diantaranya :
Kelarutan Lipid, Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap
berbagai macam pelarut. Lipid tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air tetapi
dapat larut pada pelarut non polar seperti eter
uji acrolein, Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam
lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.
Uji emulsi, Lemak/minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti
NaOH dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun.
Uji salkowski untuk kolesterol yang merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya kolesterol.
DAFTAR PUSTAKA
Gliserol
Gliserol Gliserol
5 tetes +
dengan Akrolein dipanaska
benedict 5ml
n
benedict
Minyak
Minyak
Gliserol zaitun 5
zaitun
dengan tetes + Akrolein
benedict dipanaska
5ml
n
benedict
Susu Susu
Gliserol
kambing kambing
dengan Akrolein
benedict + 5 ml dipanaska
benedict n
Kolester
ol + Air sabun
Salkowsk
klorofor Emulsi + minyak
i
m+ zaitun
H2SO4
Minyak
zaitun + Air sabun
Salkowsk
klorofor Emulsi + susu
i
m+ kambing
H2SO4
Susu
kambing
Air +
Salkowsk +
Emulsi minyak
i klorofor
zaitun
m+
H2SO4
Susu
kambing
Reaksi Air +
+ lakmus
asam Emulsi susu
basa merah +
kambing
lakmus
biru
Minyak
zaitun +
Reaksi Minyak
lakmus Kelaruta
asam zaitun +
merah + n
basa air
lakmus
biru
Susu Minyak
Kelaruta Kelaruta
kambing zaitun +
n n
+ air HCl
Susu Minyak
Kelaruta Kelaruta
kambing zaitun +
n n
+ HCl Na2CO3
Susu Minyak
Kelaruta kambing Kelaruta zaitun +
n + n alkohol
Na2CO3 dingin
Susu
kambing Minyak
Kelaruta Kelaruta
+ zaitun +
n n
alkohol eter
dingin
Minyak
Susu
Kelaruta Kelaruta zaitun +
kambing
n n aseton
+ eter
dingin
Susu
Kelaruta kambing
n + aseton
dingin