Anda di halaman 1dari 4

V.

Analisis Data
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan adanya vitamin c secara kualitatif
A. Larutan Vitamin C
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 5 tetes asam
askorbat 1% ke dalam tabung reaksi, adapun warna larutan dari asam askorbat ini adalah
berbias kuning, selanjutnya menambahkan 15 tetes pereaksi benedict ke dalam tabung reaksi,
lalu terbentuklah 2 lapisan larutan dengan lapisan atas berwarna hijau dan lapisan bawah
berwarna biru, kemudian dipanaskan selama 2 menit dan terdapat perubahan warna yang
terjadi pada larutan yaitu untuk lapisan atas berwarna bias hijau dan lapisan bawah berwarna
hijau kecokelatan. Benedict merupakan larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium
karbonat, dan natrium sitrat. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi
benedict bersifat asam lemah. Pemanasan bertujuan untuk mengubah kuprioksida yang
berwarna hitam menjadi kuprioksida berwarna merah bata, dan dengan pemanasan reaksi
akan berjalan lebih cepat karena energi aktivasi yang digunakan hanya sedikit. Vitamin C
merupakan reduktor kuat yang mampu mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi benedict menjadi ion
Cu + dengan membentuk endapan Cu2O yang berwarna hijau kekuningan hingga merah bata.
Dasar reaksi untuk uji vitamin C (Asam askorbat) dengan reagen benedict adalah bahwa
vitamin C mampu mereduksi tembaga sulfat dari reagen benedict sehingga menghasilkan
endapan berwarna merah bata.  Keberadaan vitamin C dapat ditunjukkan dengan
menggunakan uji benedict.

Penambahan ini akan mereduksi vitamin c yang merupakan asam askorbat, senyawa kimia
yang larut dalam air. Asam askorbat merupakan bentuk tereduksi dari vitamin C, sedangkan
asam dehidro askorbat adalah bentuk teroksidasi dari vitamin C. Berikut reaksi oksidasi
vitamin C :
Selanjutnya adalah penambahan 10 tetes Pb-asetat 10 %, dan menambahkan 1 mL NaOH 6N.
Pada reaksi ini, Asam askorbat merupakan agen pereduksi (antioksidan) karena mendonorkan
elektronnya, vitamin ini mencegah senyawa-senyawa lain agar tidak teroksidasi. Kadar asam
askorbat di dalam tubuh memungkinkan untuk membentuk ion kompleks. Asam askorbat
sendiri akan teroksidasi dalam proses antioksidan, sehingga menghasilkan asam
dehidroaskorbat. Asam dehidroaskorbat dapat tereduksi kembali menjadi asam askorbat
dengan bantuan enzim 4- hidroksifenilpiruvat dioksigenase. Namun tidak semuanya dapat
kembali menjadi asam askorbat lagi, karena di dalam tubuh manusia hanya terjadi secara
parsial. Asam askorbat yang telah berubah menjadi ion kompleks berpotensi untuk menerima
elektron dan direduksi oleh senyawa lain, contoh nya Pb-Asetat (Setiawan, Irawan &
Fanisya, 2019). Ion kompleks asam askorbat akan mengikat Pb, Hal ini ditunjukkan pada
reaksi berikut :

Adapun pada penambahan pb-asetat 10% dan 1 mL NaOH 6 N ini terbentuk busa-busa putih
pada bagian atas larutan, lalu terbentuk 3 lapisan larutan dimana lapisan atas berwarna jingga
kecokelatan, lapisan tengah berwarna biru violet dan lapisan bawah membentuk endapan
berwarna merah bata. Penambahan NaOH berfungsi agar mempercepat reaksi oksidasi
dengan asam askorbat atau vitamin C. Adapun uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan berwarna merah bata, dalam percobaan kali ini hasil pada uji menandakan bahwa
asam askorbat positif mengandung vitamin C.
B. Larutan Sampel
Pada percobaan ini, prosedur yang dilakukan sama seperti percobaan sebelumnya, tetapi
asam askorbat diganti dengan larutan sampel. Maka, hal pertama yang dilakukan adalah
memasukkan 5 tetes larutan sampel ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 25 tetes
pereaks benedict, didapatkan hasil pada sampel buah semangka, buah jambu biji, buah jeruk
sunkist, buah pisang, buah kurma dan energen berperisa kacang hijau warna larutan sampel
ialah berwarna biru. Sedangkan untuk buah mangga dan buah nanas, sampel memiliki warna
yang berbeda yaitu biru berbias hijau. Warna yang terbentuk adalah warna pencampuran
dengan uji benedict sebelum dipanaskan, yaitu biru hingga hijau, dan warna akan berubah
setelah proses pemanasan.
Lalu selanjutnya adalah memanaskan sampel diatas api kecil sampai mendidih selama 2
menit. Tujuannya adalah agar mengubah kuprioksida yang berwarna hitam menjadi
kuprioksida berwarna merah bata, dan dengan pemanasan reaksi akan berjalan lebih cepat
karena energi aktivasi yang digunakan hanya sedikit. Didapatkan hasil percobaan yaitu pada
sampel buah semangka campuran berwarna jingga dan terdapat endapan berwarna jingga tua,
pada buah mangga, buah kurma dan energen hijau campuran menjadi berwarna jingga tua
sampai jingga, pada buah jambu biji dan jeruk sunkist campuran membentuk 2 lapisan,
dengan lapisan atas berwarna jingga dan lapisan bawah berwarna cokelat. Adapun buah
nanas membentuk campuran 2 lapisan, dimana lapisan atas berwarna jingga dan lapisan
bawah terdapat endapan berwarna merah bata, dan sampel buah nanas membentuk campuran
berwarna merah.
Perlu diketahui bahwa asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan
diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Jika warna
didih berubah menjadi hijau, maka akan ada 0,1-0,5 % monosakarida dalam larutan.
Jika berubah warna menjadi kuning, kemudian 0,5-1% monosakarida hadir.
Jika berubah menjadi oranye, maka itu berarti bahwa 1-1,5% monosakarida hadir.
Jika perubahan warna menjadi merah, maka 1,5-2,0 % monosakarida hadir. Dan jika
perubahan warna menjadi merah bata, itu berarti bahwa lebih dari 2% monosakarida hadir
dalam larutan. Semakin banyak konsentrasi monosakarida atau gula pereduksi dalam suatu
larutan, akan membuat warna larutan semakin merah bata. Jadi apabila setelah diuji benedict
suatu larutan berwarna hijau, maka konsentrasi monosakarida atau gula pereduksinya sedikit.
Apabila berwarna kuning maka konsentrasinya lebih banyak, dan apabila berwarna merah
bata maka konsentrasinya lebih banyak lagi. Namun apabila larutan tetap berwarna biru, hal
itu menandakan bahwa tidak terdapat monosakarida atau gula pereduksi dalam larutan
tersebut.
Langkah berikutnya adalah menambahkan 10 tetes larutan Pb-asetat 10% dan 1 mL NaOH
6N. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil pada sampel jeruk sunkist, buah semangka, dan
buah mangga yaitu pada bagian atas terdapat busa berwarna putih dan bagian bawah
campuran berwarna jingga hingga jingga tua, lalu pada buah nanas dihasilkan larutan yang
berwarna jingga bening dan terdapan endapan berwarna merah bata, lalu pada buah pisang
larutan berwarna merah bening dan terdapat endapan berwarna merah bata, pada buah kurma,
larutan berwarna merah bening dan terdapat endapan berwarna cokelat muda, ada jambu biji
larutan berwarna kuning dan terdapat endapan berwarna merah bata serta pada energen
kacang hijau larutan berwarna jingga bening dan terdapat endapan berwarna jingga.
Reaksi antara vitamin C dan benedict adalah vitamin C mampu mereduksi asam sulfat
dengan reagen benedict, sehingga menghasilkan endapan merah bata (Novalisha &
Rimadhani, 2019). Jika suatu sampel direaksikan dengan pereaksi benedict dan menghasilkan
endapan hijau-kuning-merah akan menunjukkan di dalam sampel tersebut terkandung
vitamin C. Vitamin C merupakan reduktor kuat dengan adanya gugus enodiol sehingga
mampu mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi benedict dengan membentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah kuning atau hijau-kuning. Sedangkan penambahan Pb-asetat dengan NaOH
6N bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oksidasi vitamin C dan pengoksidasi vitamin C
(asam askorbat menjadi asam dehidroaskorbat).

Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa semua sampel yang digunakan positif
mengandung vitamin C. Hal tersebut karena semua sampel menghasilkan endapan merah
bata, jingga, dan hijau-kuning.

DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, S., Irawan., & Fanindya, A. (2019). Uji Proteksi Kombinasi Antioksidan Asam
Askorbat Dan Na2edta Sebagai Pengkelat Pb Darah Terhadap Kadar Hemoglobin Tikus
(Mus Musculus). Jurnal Zarah, 7(1), 7-12.
Novalisha, T., & Rimadhani, P. (2019). Review: Metode Analisis Kadar Vitamin C.
Farmaka Suplemen, 16(2), 309-315.

Anda mungkin juga menyukai